Anda di halaman 1dari 20

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nila merupakan salah satu kelompok spesies budidaya terpenting di dunia. Menurut FAO
(2005), total produksi global budidaya nila mencapai 1,7 juta metrik ton (mt) dengan total
nilai sebesar 178 juta dollar Amerika. Produksi nila pada tahun 2009 di Indonesia mencapai
323.389 ton atau meningkat 11,12% dibandingkan tahun 2008 (Dirjen Budidaya, 2010). Nila
sebagai komiditas ikan mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting sebagai penopang
ekonomi masyarakat karena nila mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya; mudah di
budidayakan, pertumbuhan relatif cepat, mudah berkembang biak, dan relatif tahan terhadap
penyakit. Intensifikasi budidaya membawa dampak yang kurang baik terhadap kelestarian
dan kesehatan lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan ini disebabkan karena limbah
organik yang dihasilkan dari sisa pakan dan kotoran. Limbah organik tersebut umumnya
didominasi oleh senyawa nitrogen anorganik yang beracun. Menurut Asaduzzaman et al .
(2008) dan De Schryver
Ikan nila (Oreochromis sp.) merupakan salah satu komoditas air tawar yang memperoleh
perhatian cukup besar dari pemerintah dan pemerhati masalah perikanan dunia, terutama
berkaitan dengan usaha peningkatan gizi masyarakat di negara – negara yang sedang
berkembang (Khairuman dan Amri, 2008). Rukmana (1997), menambahkan bahwa ikan nila
merupakan salah satu jenis ikan air tawar potensial untuk sumber protein hewani yang dapat
dijangkau berbagai lapisan masyarakat.
Meskipun tergolong relatif mudah, budi daya ikan nila tetap memerlukan penanganan yang
baik dan terencana. Hal yang pertama kali perlu dipersiapkan adalah pemilihan lokasi usaha
karena dengan memilih/menyiapkan lokasi usaha yang tepat diharapkan usaha tersebut akan
berjalan seperti yang diharapkan. Pemilihan lokasi usaha harus mempertimbangkan beberapa
aspek, seperti aspek teknis ( berkaitan dengan teknis lahan sebagai wadah budidaya ikan baik
tanah maupun airnya), aspek ekonomi (ekonomis terkait dengan pendukung pemasaran dan
biaya produksi), dan faktor social (berkaitan dengan daya terima masyarakat sekitar lokasi
budidaya ikan). sehingga selama proses budidaya tidak akan ditemui kendala yang akan
menghambat usaha tersebut.
1.2 Tujuan
1. Mencari keuntungan/laba.
2. Memberi peluang kerja bagi orang lain.
3. Menarik minat konsumen dengan makanan yang sehat dan bergizi.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Klasifikasi dan Identifikasi Ikan Nila.

1. Klasifikasi Ikan Nila

Kingdom          : Animalia

Filum                : Chordata

Sub Filum        : Vertebrata

Kelas                 : Pisces

Sub Kelas         : Teleosin

Ordo                 : Percormorphii

Sub Ordo         : Percoidae

Famili               : Cichlidae

Genus               : Oreochromis

Spesies             : Oreochromis Niloticus

Common Name : Nile Tilapia

Local Name     : Nila


2.  Identifikasi Ikan Nila

Ikan Nila berasal dari daerah Afrika bagian timur seperti di bawah sungai Nil, Danau Tangayika,
Nigeria yang pada awal perkembangan ikan nila masih digolongkan dalam kelompok Tilapia.
Dalam perkembangannya para taksonom menggolongkan ikan ini ke jenis Sarathrodon
Niloticus atau kelompok Tilapia yang yang mengerami telur dalam ikan betina yang
disebut Mouth Breeder. Nama ikan nila diambil dari tempat asalnya yaitu sungai Nil (Satyani,
2001).

Ikan nila banyak hidup di dareah sungai dan danau. Ikan nila sangat cocok dengan dipelihara
pada perairan yang tenang, kolam atau reservoir. Ikan nila merupakan ikan tropis yang hidup
pada perairan hangat yang berasal dari benua Afrika dan memiliki sifat cepat tumbuh dan
berkembang biak pada umur masih muda, sekitar 3.6 bulan (khoironi, 1996).

Ikan nila akan mampu bertahan hidup pada air dengan salinitas 50 g/l dan tumbuh baik pada air
dengan salinitas 18ppt. sedangkan ikan nila dengan jenis Tilapia Aurea dan Tilapia Nilotica akan
berkembang biak dan tumbuh baik pada salinitas perairan berkisar 10-20 g/l (Boya, 1990).

2.2 Morfologi Ikan Nila


      Ikan Nila memiliki bagian tubuh yang memanjang ramping dan relative pipih. Sisinya besar
dan kasar, bentuknya ctenoid, gurat sisi terputus-putus di bagian tengah badan ikan. Warna sisik
abu-abu kecoklatan (nila hitam) dan putih atau merah (nila merah). Posisi mulut terletak di ujung
mulut dan terminal. Pada sirip punggung terdapat jari-jari sirip punggung yang keras dan garis-
garis vertical yang bulat dan berwarna kemerahan. (Suyanto, 1993).

            Ikan nila memiliki ciri pada tubuh secara fisik perbandingannya adalah 2:1 antara
panjang dan tinggi. Sirip punggung dengan 16-17 duri tajam dan 11-15 duri lunak dan pada
bagian anal terdapat 3 duri dan 8-11 jari-jari. Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan dengan
beberapa pita hitam belang yang semakin memudar atau samar-samar kelihatan pada saat ikan
dewasa. (Satyani, 2001).
            Untuk membedakan antara jantan dan betina dapat dilihat melalui bentuk dan alat
kelamin yang ada pada bagian tubuh ikan. Ikan jantan memiliki sebuah lubang kelamin yang
bentuknya memanjang dan menonjol. Berfungsi sebagai alat pengeluaran sperma dan air seni.
Warna sirip memerah, terutama pada saat matang gonad. Ikan betina memiliki dua lubang
kelamin di dekat anus, berbentuk seperti bulan sabit dan berfungsi untuk keluarnya telur. Lubang
yang kedua berada di belakang saluran telur dan berbentuk bulat dan berfungsi sebagai tempat
keluarnya air seni (Hasni, 2008).

Anatomi Ikan Nila.

Sedangkan menurut Djuanda (1989), system anatomi ikan nila memiliki fungsi masing-masing,
yaitu:

1. Sistem pelindung                       : Kulit

2. Sistem otot                                 : Penggerak otot

3. Sistem rangka                             : Pelindung organ dalam

4. Sistem pernafasan                      : Ekskresi dan Sekresi

5. Sistem peredaran darah              : Sirkulasi

6. Sistem pencernaan                     : Metabolisme

7. Sistem saraf                                : Penyusun

8. Sistem Hormon                          : Pengendali

9. Sistem Reproduki                      : Perkembangbiakan


Menurut Etty (2007), struktur anatomi ikan sangat berperan penting dalam tubuh ikan.
Contohnya adalah ginjal. Semua ginjal vertebrata termasuk ikan nila terdiri atas unit-unit
nephrons yang berfungsi sebagai berikut :

1. Filtrasi glomerulus terhadap air dan molekul yang diperlukan ke dalam darah.

2. Penyerapan kembali air dan molekul yang diperlukan ke dalam darah pada bagian mulut.
3. Mensekresi ion dan produk limbah dari kapiler ke dalam tubulus dista.
 Sistem pencernaan ikan Nila

Menurut Ikbal (2007), langakah-langkah proses pencernaan adalah :

1. Pencernaan di mulut, rongga mulut, makanan digiling menjadi kecil-kecil oleh gigi dan
dibasahi oleh saliva.

2. Disalurkan melalui faring dan esophagus

3. Pencernaan di lambung dan usus halus

4. Absorbs air dalam usus besar, sisa makanan menjadi feses

5. Feses dikeluarkan melalui kloaka


6.
Sistem Ekskresi ikan Nila.
Tubuh ikan air tawar lebih hipertonis dari lingkungannya sehingga air banyak yang masuk lewat
permukaan tubuhnya, akibatnya ikan ini sedikit minum air. Dan urin yang dihasilkan banyak dan
encer. Untuk mendapatkan air dan garam dari makanan, air masuk secara osmosis lewat
permukaan tubuhnya

Konsentrasi larutan dalam tubuh lebih besar dengan yang ada di lingkungan supaya mencegah
masuknya air dan kehilangan garam agar tidak minum, kulit diliputi mucus, osmosis melalui
insang, produksi urin encer, pompa garam melalui sel-sel khusus pada insang

Sistem Reproduksi ikan Nila


Pada ikan betina mempunyai indung telur sedangkan ikan jantan mempunyai testis. Baik indung
telur maupun testis ikan semuanya terletak pada rongga perut di sebelah kandung kemih dam
kanal alimentari. Keadaan gonad ikan sangat menentukan kedewasaan ikan. Kedewasaan ikan
meningkat dengan makin meningkatnya fungsi gonad Ikan Nila umumnya mempunyai sepasang
gonad, terletak pada bagian posterior rongga perut di sebelah bawah ginjal. Pada saat ikan nila
bertelur dan sperma dikeluarkan oleh ikan jantan, pada saat itu pula terjadilah fertilasi di luar
tubuh induknya (eksternal) yaitu di dalam air tempat dimana ikan itu berada, kemudian
mengerami telur di dalam mulutnya antara 4-5 hari dan telur tersebut menetas 3-4 hari. Telur
ikan yang dibuahi dan menetas dinamakan larva. Larva tersebut mempunyai kuning telur yang
masih menempel pada tubuhnya digunakan sebagai cadangan makanan untuk awal kehidupannya

2.3 Kualitas Air

Langkah pertama dalam budidaya ikan nila ialah pemilihan induk ikan yang akan dibiakkan.
Sebagai induk dipilih ikan-ikan yang telah cukup umurnya dan siap memijah. Rasio ideal antara
induk jantan dan betina adalah 1:3. Padat penebarannya disesuaikan dengan wadah atau kolam
pemeliharaan. Ikan nila yang dipelihara dalam kepadatan populasi tinggi, pertumbuhannya
kurang pesat.

Hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah kualitas air kolam pemeliharaan. Kualitas air yang
kurang baik akan mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat. Beberapa parameter yang
menentukan kualitas air, di antaranya:

Keramba jala apung untuk memelihara ikan nila di Ranu Pakis, Klakah, Lumajang

Suhu|
Suhu atau temperatur air sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan pertumbuhan organisme
serta memengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi organisme perairan. Suhu juga memengaruhi
oksigen terlarut dalam perairan. Suhu optimal untuk hidup ikan nila pada kisaran 14-38 °C.
Secara alami ikan ini dapat memijah pada suhu 22-37 °C namun suhu yang baik untuk
perkembangbiakannya berkisar antara 25-30 °C.

pH
Nilai pH merupakan indikator tingkat keasaman perairan . Beberapa faktor yang memengaruhi
pH perairan di antaranya aktivitas fotosintesis, suhu, dan terdapatnya anion dan kation. Nilai pH
yang ditoleransi ikan nila berkisar antara 5 hingga 11, tetapi pertumbuhan dan perkembangannya
yang optimal adalah pada kisaran pH 7–8 .

Amonia
Amonia merupakan bentuk utama ekskresi nitrogen dari organisme akuatik. Sumber utama
amonia (NH3) adalah bahan organik dalam bentuk sisa pakan, kotoran ikan maupun dalam
bentuk plankton dari bahan organik tersuspensi. Pembusukan bahan organik, terutama yang
banyak mengandung protein, menghasilkan ammonium (NH4+) dan NH3. Bila proses lanjut dari
pembusukan (nitrifikasi) tidak berjalan lancar maka dapat terjadi penumpukan NH3 sampai pada
konsentrasi yang membahayakan bagi ikan.

Oksigen terlarut
Oksigen terlarut diperlukan untuk respirasi, proses pembakaran makanan, aktivitas berenang,
pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Sumber oksigen perairan dapat berasal dari difusi
oksigen yang terdapat di atmosfer sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan
fitoplankton. Kadar oksigen terlarut yang optimal bagi pertumbuhan ikan nila adalah lebih dari 5
mg/l.

Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran di dasar kolam juga akan memperlambat
pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton; air yang
kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecoklatan karena banyak
mengandung diatom. Plankton ini baik sebagai makanan ikan nila, sedangkan plankton biru
kurang baik. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan.

2.4 Teknik Pembenihan

2.4.1 Persiapan Wadah Pemijahan

Pada lokasi calon pembenihan terdapat sumber air yamg memadai secara teknis, tersedia
sepanjang tahun. Setidaknya, pada pemeliharaan benih, debit air yang dibutuhkan berkisar 0.5
liter/detik. Nila dapat hidup pada suhu 25-30 0 C; pH air 6.5 – 8.5; oksigen terlarut > 4 mg/I dan
kadar ammoniak (NH3) < 0.01 mg/I; kecerahan kolam hingga 50 cm. selain itu ikan Nila juga
hidup dalam perairan agak tenang dan kedalaman yang cukup Kolam pemijahan dapat dibuat
berdinding beton.

Kolam pemijahan nila yang berdasar tanah disukai nila karena banyak dihuni plankton dan
tumbuhan air kecilyang menjadi pakan tambahan. Dasar kolam tanah juga memudahkan nila
jantan membuat cekungan untuk memijah. Untuk kolam pemijahan, padat tebar disarankan 1 – 3
ekor / m². Satu paket induk berjumlah 300 ekor. Sistem paket diberlakukan untuk menekan laju
penurunan mutu benih yang dihasilkan bila keturunannya dijadikan induk kembali setelah
melalui seleksi ketat. Bila induk yang dipijahkan sebanyak 1 paket, luasan kolam yang
dibutuhkan sekitar 100 – 300 m². Ketinggian air sekitar 75 cm dengan tinggi kolam sekitar 1 m.
Debit air nila cukup 1 liter / detik. Jika terlalu deras nila tidak nyaman memijah. Air yang
mengalir diperlukan untuk mengganti penguapan yang terjadi.

2.4.2 Proses Pemijahan

Ikan Nila dapat berkembang biak secara optimal pada suhu 20 – 30 0 C. Ikan nila bersifat
mengerami telurnya di dalam mulut sampai menetas kurang lebih 4 hari dan mengasuh larvanya
± 14 hari sampai larva dapat berenang bebas diperairan, mengerami telur dan mengasuh larva
dilakukan oleh induk betina. Nila dapat dipijahkan setelah mencapai berat 100 gr/ekor. Secara
alami nila memijah pada sarang yang dibuat oleh ikan jantan di dasar kolam, sehingga
diperlukan dasar kolam yang berlumpur. Pemijahan ikan nila berdasarkan pengelolaannya
dibedakan beberapa sistim antara lain:

Pemijahan Secara Tradisional/Alami

Pemijahan secara alami dapat dilakukan di kolam. Ikan nila membutuhkan sarang dalam proses
pemijahan. Sarang di buat di dasar kolam oleh induk jantan untuk memikat induk betina tempat
bercumbu dan memijah, sekaligus merupakan wilayah teritorialnya yang tidak boleh diganggu
oleh pasangan lain. Kegiatan pemijahan alami meliputi antara lain;

Persiapan Kolam

Kolam pemijahan luasnya harus disesuaikan dengan jumlah induk yang akan dipijahkan.
Perbandingan jantan dan betina adalah 1 : 3 ukuran 250 – 500 gr perekor. Dengan padat
penebaran 1 ekor/m2. Hal ini berdasarkan sifat ikan jantan yang membuat sarang berbentuk
kobakan didasar kolam dengan diameter kira-kira 50 cm dan akan mempertahankan kobakan
tersebut dari ikan jantan lainnya. Kobakan tersebut akan digunakan ikan jantan untuk memikat
ikan betina dalam pemijahan. Oleh karena itu jumlah ikan jantan setiap luasan kolam tergantung
pada berapa banyak kemungkinan kobakan yang dapat dibuat oleh ikan jantan pada dasar kolam
tersebut. Dinding kolam diupayakan kokoh dan tidak ada yang bocor agar mampu menahan air
kolam. Kedalam air kolam 70 cm. Dasar kolam dilakukan pengolahan, pembuatan kemalir,
pemupukan dan pengapuran.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana dasar kolam berlumpur untuk pembuatan
sarang dan meningkatkan kesuburannya agar cukup tersedia pakan

alami untuk konsumsi induk dan larva hasil pemijahan. Pemupukan dapat diberikan pupuk
kandang, pupuk hijau dan pupuk buatan atau kombinasi dari ketiga macam pupuk tersebut.
Pengapuran dilakukan untuk mengendalikan hama, penyakit dan parasit larva ikan serta
meningkatkan.

Kualitas air

Kualitas air yang sesuai yaitu oksigen terlarut > 5 ppm, pH > 5, suhu 20 -30 0 C dan NH3 < 1
ppm. Untuk menciptakan kondisi seperti tersebut, pengairan kolam harus dilakukan dengan
pengaturan yang baik. Air pemasukan terus menerus dialirkan dengan debit 2 – 5 liter/ menit
untuk luasan kolam 200 m 2 .
Pemberian pakan

Meskipun kolam telah di pupuk dan tumbuh subur pakan alami, pemberian

pakan tambahan mutlak di perlukan. Pemberian pakan tambahan dimaksudkan untuk menjaga
stabilitas produktifitas induk karena selama masa inkubasi telur 3-4 hari induk berpuasa sehingga
pada proses pemijahan harus cukup cadangan energy dari pakan ikan. Pakan tambahan dapat
berbentuk dedak, bungkil kedelai, bungkil kacang atau pellet. Pellet dapat diberikan 3 – 6 % per
hari dari bobot induk. Selama proses pemijahan ± 7 hari dan pasca inkubasi telur yaitu setelah
hari ke 8 – 12.

Pemijahan Secara Intensif

Metoda ini dilakukan pada kolam yang didesain sedemikian rupa sehingga setelah pemijahan
selesai dapat dipisahkan antara induk jantan, induk betina dan larva ikan dalam kolam yang
berbeda, dengan demikian pemanenan larva relative mudah dilakukan dan induk akan lebih
produktif karena tidak sering terganggu yang dapat menimbulkan stres dan kematian pada induk.

Persiapan kolam

Kolam pemijahan dibuat dari pagar bambu yang bersekat-sekat antara kolam

jantan, kolam betina dan kolam larva. Kolam induk jantan (lingkaran I) hanya dapat dimasuki
ikan betina yang berukuran lebih kecil dari ikan jantan, kolam induk betina (lingkaran II) hanya
dapat dilalui larva sedang induk betina tidak dapat keluar dari sekat, dan kolam larva (III) untuk
menangkap larva yang dihasilkan. Pengolahan dasar kolam dilakukan seperti pada persiapan
kolam pemijahan alami.

Proses pemijahan
Apabila konstruksi kolam berbentuk lingkaran dengan diameter kolam I adalah 4 meter dan
kolam II adalah 10 meter, serta luas kolam III adalah 44 meter persegi, maka padat penebaran
induk adalah antara 250 – 300 ekor induk betina bobot ± 250 gr/ekor dan 40 ekor jantan bobot >
500 gr/ekor.

Induk ikan pada saat pemijahan menempati kolam I. Setelah proses pemijahan berlangsung dan
telur telah menetas, induk betina akan keluar dari kolam I ke kolam II untuk mengasuh anaknya.
Di kolam II ini larva tumbuh sampai ukuran ± 1 cm, selanjutnya larva akan masuk ke kolam III,
sedangkan induk betina tetap pada kolam II karena ada sekat. Kolam III hanya dapat di masuki
oleh larva dari kolam II ke kolam III, larva akan terusir dari kolam II, karena terganggu oleh
induk betina yang ada.

Pemeliharaan

Pemeliharaan induk dilakukan dengan pemberian pakan tambahan 3 – 6 %

perhari dari bobot ikan. Pemberian pakan dilakukan sesuai yang dibutuhkan oleh induk dan
larva.

2.5 Pakan

Pakan sangat berperan dalam pertumbuhan ikan, agar pakan yang diberikan optimal maka
jumlah harus tersedia cukup, kualitasnya memadai serta sesuai dengan jenis atau pun bentuknya.
Juga waktu, frekuensi, dan cara pemberiannya yang tepat.

Kandungan pakan ikan

Pakan yang dimakan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk memelihara tubuh dan menganti
alat-alat tubuh yang rusak, kelebihannya baru digunakaan untuk pertumbuhan. Pakan ikan yang
diberikan harus menggunakan protein, karbohidrat dan lemak, zat makanan ini akan di ubah
mejadi energi. Protein merupakan sumber energi utama, kandungan protein pada pakan harus
berkisar antara 28-30% (Hapher, 1975)

Jumlah pakan yang diberikan

Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan. Bila pakan yang diberikan kurang
dari yang di butuhkan kemungkinan yang terjadi adalah pakan tersebut hanya digunakan hanya
untuk memprtahankan kondisi tubuh saja sedangkan bila berlebihan ikan tidak akan
menghabiskannya, sehingga terjadi pembusukan sisa pakan. Menurut Admadja dkk (1985)
pemberian pakan perhari adalah 2-5% dari bobot ikan yang dipelihara.

Jenis pakan ikan

Jenis pakan ikan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu pakan alami dan buatan. Pakan alami
adalah pakan yang diberikan pada ikan yang wujudnya masih asli. Keadannya bias hidup, mati,
segar ataupun awetan, contohnya: infusoria, daphnia, jenis yamuk, cacing, jangkrik, bekicot, dan
lain-lain. Pakan buata adalah pakan yang diberikan pada ikan yang wujud asalnya tidak nampak
lagi. Pakan buatan ini umumnya sudah diramu sehingga bahan lebih dari satu jenis dan
kandungan nutrisinya bias diatur oleh pembuatnya.

Bentuk pakan ikan

Bentuk pakan yang dimaksud adalah bentuk pakan buatan, karena pakan buatan bias dibentuk
sesuai keinginana pembuat dan peruntuknya. Macam-macam bentuk pakan ikan ini diantaranya
adalah bentuk emulsi, pasta, tepung, flek, butiran, remah, pellet.

Waktu dan frekuensi pemberian pakan

Waktu frekuensi pemberian pakan untuk ikan yang dipelihara secara intensif seperti di jaring
apung dan kolam air deras pemberiannya rata-rata 5 kali sehari. Sedangkan ika yang di pelihara
secara semi intesif pemberian pakan 3 kali sehari. Untuk ikan yang di pelihara secara tradisional
umumnya hanya mengandalkan paka alami yang ada dikolam, bila diberipakan pun hanya sekali-
sekali saja dan waktunya pun tidak tentu.

Cara pemberian pakan

Cara pemberian pakan ikan ada bermacam-macam di antaranya dengan automatic deman feeder,
ditebar, dihamparan. Macam-macam cara pemberian pakan itu tegantung dari jenis dan ukuran
ikan yang dipelihara.
BAB 3 ANGGARAN PRODUKSI

ASPEK PRODUKSI

1. Lokasi usaha
Dalam mendirikan usaha budidaya ikan nila maka harus mencari tempat yang strategis, karena
pada umum nya sebagian konsumennya akan merasa nyaman jika tempat penjualan produk yang
ingin di belinya tidak jauh dari tempat mereka dan jalan yang di laluinya tidak  hancur. Sehingga
para pemasok yang ingin membeli produk kita tidak susah membawa barang yang ingin di
pesannya tersebut.

Lokasi yang sedang saya incar adalah di tempat orang biasa berlalu lalang. Terkhusus di daerah
yang ramai penduduk. Karena, Lokasi ini lah yang dapat membuka jalan kesuksesan dalam
menjalakan usaha yang sedang kita tekuni.

1. Penetapan Harga
Harga yang saya tetapkan adalah harga yang diperkirakan akan terjangkau oleh masyarakat
sekitar. Setelah memperhitungkan dengan cukup matang, akhirnya saya tetapkan sebagai harga
yang saya tawarkan agak murah dari harga umum di pasaran . Jika di pasaran harga perkilo ikan
nila di jual dengan harga 30.000-35.000, maka saya akan menjual ikan nila yang saya produksi
dengan harga kisaran 20.000-25.000 perkilo. Harga itu pun akan disesuaikan dengan
perkembangan selanjutnya.

1. Sumber-sumber Produk / Bahan


Untuk sumber-sumber bahan baku atau supplier saya mengambil dari pembibitan yang di
lakukan oleh pemerintah yaitu di Dinas Perikanan yang sudah terjamin dan terbukti kualitasnya.
Dengan harga yang murah sehingga dengan begitu tidak merugikan bagi saya sebagai pelaku
budidaya ikan.

1. Tenaga kerja
Karena masih tahap awal mungkin tenaga kerja masih belum di perlukan karena masih tahap
awal mungkin semua kegiatan masih di lakukan sendiri dan beum memerlukan bantuan orang
lain.

1. Biaya Produksi

2. a)Modal Awal
No Data Usaha Pembesaran Ikan Nila

1 Bibit ikan 3 cm Rp 250 250 x 6.000 1.500.000

2 Pakan apung Rp 300.000 5 sak x 300.000 1.500.000

3 Dedak Rp 300.000 5 sak x 300.000 1.500.000

4 Obat 50.000 2 x 50.000 100.000

Jaring tempat
5 penampungan ikan 150.000 5 x 150.000 750.000
yang siap panen

6 Serok 25.000 4 x 25.000 100.000

7 Pembersihan kolam 100.000 7 x 100.000 700.000

Jumlah 6.150.000

1. b) Biaya Lain-lain
– Simpanan modal berikutnya/bulan        Rp. 1.000.000,-

– Transportasi                                           Rp.    300.000,-

– Pemeliharaan dan peraatan kolam         Rp.    700.000,-   +


Jumlah biaya lain-lain                           Rp.  2.000.000,-

Total seluruh biaya produksi


Modal produksi                                        Rp. 6.150.000,-

Biaya lain-lain                                          Rp.   2.000.000,-    +

Total                                                                  Rp. 8.150.000

 
BAB IV

Rencana Keuangan

1. Perencanaan Laba Rugi

2. Pengeluaran
·      Biaya Tetap

Penyusutan kolam dan peralatan Rp    850.000,-

·      Modal awal

Keseluruhan modal awal Rp 6.150.000,-

·      Biaya Lain-lain

Rp 1.000.000,-
Simpanan modal berikutnya/bulan Rp    300.000,-
Transportasi
Rp    700.000,-  +
Pemeliharaan dan peralatan kolam
Rp 2.000.000

TOTAL PENGELUARAN Rp 9.000.000,-

2. Keuntungan
o   Harga konsumsi ikan Nila  Rp.25.000/kg

o   Dengan perkiraan kematian sebesar 10% sehingga menghasilkan 5400 ekor. Perkiraan hasil
penghitungan umum selama 5-6 bulan, panen 1kg isi 5 ekor . Jadi 5.400 ekor ikan Nila di bagi 5
ekor = 1.080 kg dikalikan harga konsumsi Rp.25.000/kg =Rp.27.000.000

o   Pendapatan jual = Rp.27.000.000 di kurangi pengeluaran Rp. 9.000.000,-


o   Keuntungan = Rp.18.000.000,00

o   Pendapatan perbulan = 18.000.000/6 = Rp 3.000.000,-

( anggaran perkiraan biaya di ambil dari sumber : http://tahubulatsetengahdewa.blogspot.com)


BAB 4 PENUTUP

1. Perencanaan Laba Rugi

2. Pengeluaran
·      Biaya Tetap

Penyusutan kolam dan peralatan Rp    850.000,-

·      Modal awal

Keseluruhan modal awal Rp 6.150.000,-

·      Biaya Lain-lain

Rp 1.000.000,-
Simpanan modal berikutnya/bulan Rp    300.000,-
Transportasi
Rp    700.000,-  +
Pemeliharaan dan peralatan kolam
Rp 2.000.000

TOTAL PENGELUARAN Rp 9.000.000,-

2. Keuntungan
o   Harga konsumsi ikan Nila  Rp.25.000/kg
o   Dengan perkiraan kematian sebesar 10% sehingga menghasilkan 5400 ekor. Perkiraan hasil
penghitungan umum selama 5-6 bulan, panen 1kg isi 5 ekor . Jadi 5.400 ekor ikan Nila di bagi 5
ekor = 1.080 kg dikalikan harga konsumsi Rp.25.000/kg =Rp.27.000.000
o   Pendapatan jual = Rp.27.000.000 di kurangi pengeluaran Rp. 9.000.000,-

o   Keuntungan = Rp.18.000.000,00

o   Pendapatan perbulan = 18.000.000/6 = Rp 3.000.000,-

Anda mungkin juga menyukai