OLEH
EKOWANTO DOHOLIO
1111417008
PENDAHULUAN
Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah komoditi jenis ikan budidaya air tawar
yang sudah mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan karena ikan ini
sangat disukai oleh masyarakat luas. Ini dikarenakan ikan nila memiliki banyak
keunggulan dibandingkan dengan komoditi ikan airtawar lainya, karena ikan nila sangat
mudah untuk dibudidayakan karena memiliki daging yang sangat lezat dan durinyapun
sedikit sehingga dapat diolah menjadi beberapa produk olahan (Hapsari, 2010).
Dan 10-20% ada pada ikan yang bersifat karnivora. Yang masih menjadi
masalah dalam budidaya adalah kurangnya pengadaan pakan ikan, hal ini dikarenakan
80% bahan yangdigunakan untuk pembuatan pakan masih diimport. hal ini yang
menyebabkan harga pakan relative mahal dari tahun ketahun, sedangkan ikan yang dijual
pada konsumen cenderung stabil. Hal inilah yang menyebabkan para pembudidaya ikan
merugi (Melati et al., 2010).dalam budidaya intensif pembudidaya memerlukan alokasi
pakan sekitar 60-70% dari keseluruhan biaya produksi. walaupun pengadaan pakan
tersedia sudah mencukupi, dan juga harus mempunyai gizi yang baik yang nantinya akan
berdampak pada nutrisi danpertumbuhan ikan (Mulia et al., 2014).
Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang memiliki nilai konsumsi cukup
tinggi. Danau - danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke Negara - negara di
lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Ikan nila tidak dapat hidup dengan baik di
wilayah yang beriklim dingin (Suyanto, 2003).
Di berbagai Negara ikan nila sangat di sukai karena memiliki daging yang enak
dan teksturnya seperti daging ikan kakap merah (Sumantadinata, 1981).Terdapat tiga
jenis ikan nila yang dikenal, yaitu nila biasa, nila merah (nirah) dan nila albino (Suyanto,
2003).
Ikan nila adalah ikan konsumsi yang banyak hidup di perairan tawar, ada juga
ikan nila yang hidup di perairan yang agak asin (payau). Ikan nila dikenalsebagai ikan
yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada kisaran salinitas yang lebar). Ikan nila
mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk saluran air yang dangkal, kolam, sungai
dan danau. Ikan nila dapat menjadi masalah sebagai spesies invasif pada habitat perairan
hangat, tetapi sebaliknya pada daerah beriklim sedang karena ketidakmampuan ikan nila
untuk bertahan hidup di perairan dingin, yang umumnya bersuhu di bawah 21 ° C
(Rukmana, 2003).
Dalam keberhasilan budidaya ikan nila kualitas air perlu untuk di perhatikan
adanya. Karena penurunan kualitas air akan menyebabkan timbulnya penyakit, gangguan
reproduksi pada ikan, pertumbuhan ikan terhambat, pengurangan rasio konversi pakan
bahkan dapat menyebabkan kematian. Adapun parameter kualitas air yang biasa diamati
yaitu kandungan oksigen terlarut, tingkat keasaman, suhu, dan amoniak.
Kuantitas air yaitu jumlah air yang tersedia dari sumber air seperti : sungai,
saluran irigasi, bendungan, dan sumur bor untuk mengairi kolam. Dan yang menjdi
parameter kualitas air adalah kualitas air meliputi sifat fisika, kimia dan biologi air. Sifat
fisika meliputi suhu, kecerahan air, kekeruhan, dan warna air. Sifat kimia air meliputi
derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (O2), karbondioksida, amoniak, dan alkalinitas.
Sedangkan sifat biologi air meliputi plankton, benthos, dan tanaman air. Variabel dalam
kualitas air tersebut akan mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup, dan
perkembangbiakan ikan.
Dalam budidaya ikan nila tidak terlalu membutuhkan debit air yang besar,
seperti halnya pada ikan mas dan ikan tawes. Sumber air untuk usaha pembenihan ikan
harus bersih dan jernih. Subur bor, pompa hisap, dan galian menjadi sumber air yang
digunakan dalam pembenihan. Jika air tidak memenuhi syarat nantinya akan berdampak
buruk pada pembenihan ikan nila ini:
Sumber perolehan protein untuk ikan berasal dari bahan nabati dan hewani.
Bahan-bahan sumber protein nabati diperoleh dari tanaman. Daun dan biji merupakan
bagian tanaman yang sangat banyak mengandung beragam manfaat. Protein yang berasal
dari bagian biji pada kebanyakan tanaman lebih banyak dimanfaatkan sebagai bahan
pangan, sedangkan bagian daun lebih tersedia digunakan sebagai bahan pakan.
Singkong merupakan tanaman dikotil berumah satu yang ditanam untuk diambil
patinya. Singkong tumbuh setinggi 1-4 m dengan daun besar yang menjari 5 hingga 9
belahan lembar daun. Daun dari ingkong bertangkai panjang dan memiliki sifat cepat
luruh yang berumur hanya beberapa bulan. Batangnya singkong memiliki pola
percabangan yang khas, yang keragamannnya bergantung pada kultivar. Bentuk singkong
kebanyakan berbentuk silinder dan meruncing. Beberapa diantaranya bercabang
(Rubatzky, 1998). Adapun klasifikasi tanaman singkong adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Daun Singkong.
Sumber : Pribadi (2018)
Kingdom : Plantae
Divisi :Spermatophyta
Kelas :Dicotyledoneae
Ordo :Euphorbiales
Famili :Euphorbiaceae
Genus :Manihot
Spesies :Manihotutilisima
Diantara beberapa jenis tanaman mengandung protein yang sangat tinggi salah
atunya daun singkong (Manihot utilisima). Ketersediaan daun singkong mengacu kepada
adanya produksi tanaman singkong. provinsi lampung menjadi sentra tanaman singkong
di indonesia. Budidaya tanaman singkong di sudah Lampung lebih dominan digunakan
sebagai bahan baku industri pangan. Urutan kedua tanaman singkong banyak dibudidaya
di Provinsi Jawa Tengah. Di Provinsi ini produk singkong lebih dominan digunakan
sebagai pangan sumber karbohidrat di pedesaan.
Daun singkong menjadi limbah industry pertanian terutama di pabrik tapioka.
semakin meluasnya produktifitas tanaman singkong maka permintaan daun singkong pun
juga semakin banyak. Hampir 10-40% dari tanaman singkong terdiri atas daun. Produksi
daun
singkong segar adalah 10-40 ton/ha/tahun atau 2,3 ton berat kering/ha/tahun (Sukria dan
Rantan, 2009). Luas area penanaman tanaman singkong pada tahun 2013 seluas 16.163
ha dengan produktivitas umbi singkong segar sebanyak 43,028 ton/ha dan total produksi
sebanyak 695.460 ton (BPS, 2013).
Daun singkong pada umumnya memiliki kandungan protein berkisar antara 20-
27% dari bahan kering (Marhaeniyanto, 2007). Asam sianida yang beracun menjadi
kelemahan dari daun singkong. maka dari itu, untuk memproduksi protein asal daun
singkong perlu dilakukan suatu cara pemisahan protein dari kandungan zat makanan
lainnya. Pemisahan protein pada prinsipnya didasarkan atas dua proses utama yaitu
ekstraksi dan koagulasi.
Proses ekstraksi protein daun singkong dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
di antaranya yaitu dengan lama perendaman daun singkong, jumlah air yang ditambahkan
sebagai pelarut dan suhu pelarutan. Untuk melunakan struktur selular daun singkong
yaitu dengan cara direndam daun singkong sehingga mudah untuk digiling dan
memberikan dispersi dan suspensi bahan padat daun singkong lebih baik pada waktu
koagulasi. Dengan penambahan pelarut pada daun singkong dapat diharapkan proteinnya
berdifusi dari daun singkong ke cairan
1.8 Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan Nila dengan bobot
2,51±0,21gr yang diperoleh dari tempat pembenihan ikan. Jumlah benih yang digunakan
untuk tiap perlakuan dan ulangan sebanyak 20 ekor per akuarium, dengan total 240 ekor.
Ikan uji dipelihara pada akuarium beraerasi selama 40 hari. Pakan uji yang digunakan
adalah pakan buatan berbentuk pelet. Pemberian pakan dilakukan secara at satiation
dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali, pukul 08.00, 12.00 dan 16.00.
Dalam pembuatan fermentasi tepung daun singkong dilakukan dengan cara, daun
singkong terlebih dahulu dipisahkan dari tangkainya dan kemudian mengambil daun yang
lebih muda, rendam daun singkong selama 5 menit kemudian cuci dengan air mengalir.
Daun singkong diangin-anginkan sampai setengah kering selanjutnya dipotong kecil-
kecil. Kemudian daun singkong di jemur setelah dijemur daun singkong di hanurkan dan
di ayak sampai menjadi tepung
Laju Pertumbuhan relatif benih ikan Nila (O. niloticus) yang diamati dalam
penelitian dihitung dengan menggunakan rumus Takeuchi (1988), yaitu:
Wt – Wo
x 100
RGR = %
Wo x t
Keterangan
:
RGR = Relative Growth Rate (pertumbuhan
relatif)
Wt = Bobot ikan pada akhir pemeliharaan (g)
Wo = Bobot ikan pada awal pemeliharaan (g)
t = Lama waktu pemeliharaan (hari)
3.3 Metode dan Analisis Data
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Saran yang dapat diambil melalui penelitian ini adalah bahwa dalam budidaya
ikan nila merah (O. niloticus) penambahan tepung daun singkong yang telah difermentasi
kedalam pakan buatan dapat menggunakan dengan dosis optimum 10,07 – 10,88% untuk
meningkatkan pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Suwarsito, Nadiya Nur Apreli, Dini Siswani Mulia. 2017. Pengaruh Pemberian
Kombinasi Tepung Daun Singkong (Manihot utilissima) dan Tepung Ikan
Rucah terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Jurnal SAINTEKS Volume 14 No 2, 05 – 112
Aberra Melesse, Mengistu Masebo, Aster Abebe. 2018. The Substitution Effect of Noug
Seed (Guizotia Abyssinica) Cake with Cassava Leaf (Manihot Escutulata C.)
Meal on Feed Intake, Growth Performance, and Carcass Traits in Broiler
Chickens Journal of Animal Husbandry and Dairy Science Volume 2, Issue 2
PP 1-9
Riko Noviadi, Anjar Sofiana, dan Imelda Panjaitan. 2011 Pengaruh Penggunaan Tepung
Jagung dalam Pembuatan Silase Limbah Daun Singkong terhadap Perubahan
Nutrisi, Kecernaan Bahan Kering, Protein Kasar dan Serat Kasar pada Kelinci.
Lokal Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 12 (1): 6-12
Ajeng Suci Fitria. 2012. Analisis Kelulushidupan dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila
Larasati (Oreochromis niloticus) F5 D30-D70 pada Berbagai Salinitas. Journal
Of Aquaculture Management and Technology Volume 1, Nomor, Halaman 18-
34
Zahara Meilawaty. 2013 Efek ekstrak daun singkong ( Manihot utilissima ) terhadap
ekspresi COX-2 pada monosit yang dipapar LPS E.coli. Dental jurnal volume
46, Nomor 4
Sidiq Setyo Nugroho, Subur Priyono Sasmito Budhi, dan Panjono. 2012. pengaruh
penggunaan konsentrat dalam bentuk pelet dan mash pada pakan dasar rumput
lapangan terhadap palatabilitas dan kinerja produksi kelinci jantan. Buletin
Peternakan Vol. 36 (3): 169-173,
Madalla1, N.; N.W. Agbo2, and K. Jauncey.2016. Evaluation of Ground - Sundried
Cassava Leaf Meal as Protein Source for Nile Tilapia Oreochromis niloticus (L)
Juvenile’s Diet Tanzania Journal of Agricultural Sciences Vol. 15 No. 1, 1-12
Lessoy Zoué, Christopher Davis, Sébastien Niamk and Sherry Tanumihardjo. 2018
Fermentation of Cassava Leaves Improves Provitamin A Carotenoid Bioefficacy
in Mongolian gerbils (Meriones unguculatus). European Journal of Nutrition &
Food Safety volume 8(4): 257-26
f agbenro, o.a., oresegun, a. , nwanna,.c., ilona, p. f ijabi, o., adeleke, o. and agun, o.
2017. Growth Response and Diet Utilization of Clarias gariepinus (Clariidae)
Fed Diets Containing Cassava Leaf Protein Concentrate as Plant Protein Source.
African Journal of Resources Management Fisheries and Aquatic Volume 2,
2017 ISSN: 2672-4197
Yenni Sri Mulyani, Yulisman, Mirna Fitrani. 2014. pertumbuhan dan efisiensi pakan Ikan
Nila (Oreochromis Niloticus) yang dipuasakan secara periodic. Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia, 2(1) :01-12