Anda di halaman 1dari 17

PENGGUNAAN TEPUNG DAUN SINGKONG (Monihot Utilissima) YANG

DIFERMENTASI DALAM PAKAN TERHADAP KUALITAS AIR DAN


PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILA
(Oreahromis Niloticus)

OLEH

EKOWANTO DOHOLIO

1111417008

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah komoditi jenis ikan budidaya air tawar
yang sudah mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan karena ikan ini
sangat disukai oleh masyarakat luas. Ini dikarenakan ikan nila memiliki banyak
keunggulan dibandingkan dengan komoditi ikan airtawar lainya, karena ikan nila sangat
mudah untuk dibudidayakan karena memiliki daging yang sangat lezat dan durinyapun
sedikit sehingga dapat diolah menjadi beberapa produk olahan (Hapsari, 2010).

Factor yang mempengaruhu kelangsungan hidup dan pertumbuhan dalam


budidaya yaitu pakan. Dalam tumbuhan umumnya terdapat sumber karbohidrat yang
nantinya akan menjadi sumber energi. karbohidrat berfungsi memenuhi kebutuhan energy
serta ketersediaan makanan dalam tubuh (Suarez et al., 2002). Yang memperngaruhi
karbohidran pada pertumbuhan salahatunya melalui beberapa faktor yaitu dengan adanya
kadar karbohidrat dalam pakan, kecernaan pada karbohidrat, adanya tingkat makanan
yang masuk, factor lingkungan dan juga species spesies (Wanatabe, 1988). Menurut
Kordi (2009), pada jenis ikan kebutuhan karbohidrat berbeda-beda. 20-40% adalah kadar
karbohidrat optimum untuk ikan yang bersifat omnivora

Dan 10-20% ada pada ikan yang bersifat karnivora. Yang masih menjadi
masalah dalam budidaya adalah kurangnya pengadaan pakan ikan, hal ini dikarenakan
80% bahan yangdigunakan untuk pembuatan pakan masih diimport. hal ini yang
menyebabkan harga pakan relative mahal dari tahun ketahun, sedangkan ikan yang dijual
pada konsumen cenderung stabil. Hal inilah yang menyebabkan para pembudidaya ikan
merugi (Melati et al., 2010).dalam budidaya intensif pembudidaya memerlukan alokasi
pakan sekitar 60-70% dari keseluruhan biaya produksi. walaupun pengadaan pakan
tersedia sudah mencukupi, dan juga harus mempunyai gizi yang baik yang nantinya akan
berdampak pada nutrisi danpertumbuhan ikan (Mulia et al., 2014).

Masalah dalam pengadaan pakan tersebut dapat ditangani dengan menyediakan


pakan buatan sendiri dan bahan utamanya itu banyak tersedia di alam, harganya sangat
murah, mudah untuk didapatkan, dan memiliki juga nilai gizi yang tinggi. Dan daun
singkong menjadi salah satu bahan alternative yang dapat digunakan.
Sumber hayati yang berpotensi dalam bahan baku pakan ika yaitu daun singkong.
Daun singkong kering memiliki kandungan nutrisi yang ukup tinggi yaitu 23, 36%,
protein kasar 29%, serat kasar 19,06%, lemak 9,41%, bahan ekstrak tanpa nitrogen 34,
08%, abu 8,83% (Mulyasari, 2011). Menurut Samsugiantini (2006) falonoida yang
terkandung dalam daun singkong bergunu untuk meningkatkan nafsu makan. Dan
beberapa vitamin dan nutrisi yang terkandung dalam daun singkong seperti vitamin A,
B1, dan C yang cukup tinggi serta mengandung kalsium, fosfor dan zat besi (Mulyasari,
2011).

Menurut Samsugiantini (2006) flayonoida yang terkandung dlam singong


bermanfaat untuk menambah nafsu makan. Kandungan vitamin dan nutrisi yang
terkandung dalam daun singkong antara lain A, B1 dan C yang cukup tinggi serta
mengandung kalsium, fosfor, dan zat besi (Mulyasari, 2011). Yang menjadi kendala
utama dalam pembuatan pakan daun singkong adalah daun singkong sangat tinggi serat
kasarnya. Fermentasi menjadi salah satu upaya yang dilakukan untuk menghilangkan
serat kasar. Prinsip serta ara kerja fermentasi adalah memecah bahan yang tidak mudah
dicerna seperti selulosa menjadi gula sederhana yang nantinya mudah dicerna dengan
bantuan mikroorganisme. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ikan dan mendukung
pertumbuhan dapat diperbaiki melalui enzim yang dihaluskan melalui proses fermentasi
(Winarno, 1997). Trihoderma sp merupakan mikroorganisme yang digunakan dalam
proses fermentasi. Trichoderma sp yaitu jenis jamur yang menghasilkan enzim selulotik
yaitu endoglukonase dan eksoglukase yang berperan untuk menghidrolisis selulosa
(Ratanaphadit, 2010).

Penambahan dari fermentasi tepung daun singkong pada pakan mampu


meningkatkan kandungan nutrisi untuk menurunkan kandungan serat kasar sehingga
dapat meningkatkan pertumbuhan ikan. Penelitian mengenai pemanfaatan fermentasi
tepung daun singkong sudah pernah dilakukan sebelumnya untuk ikan nila (Monaliza et
al., 2012), ikan lele (Bichi, 2010) dan (Amalia, 2007). Berdasarkan hasil penelitian
Amalia (2007), penambahan fermentasi tepung daun singkong dengan dosis sebesar 10%
hanya mendapatkan nilai laju pertumbuhan paling tinggi tapi belum mendapatkan hasil
dosis cukup optimal yang dapat digunakan dalam pakan ikan, sehingga penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui dosis optimal fermentasi tepung daun singkong yang
ditambahkan pada pakan buatan untuk benih ikan nila dan juga melihat dampak dari sisa
pakan terhadap kualitas air (O. niloticus).
1.2 Klasifikasi Ikan Nila

Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang memiliki nilai konsumsi cukup
tinggi. Danau - danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke Negara - negara di
lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Ikan nila tidak dapat hidup dengan baik di
wilayah yang beriklim dingin (Suyanto, 2003).

Di berbagai Negara ikan nila sangat di sukai karena memiliki daging yang enak
dan teksturnya seperti daging ikan kakap merah (Sumantadinata, 1981).Terdapat tiga
jenis ikan nila yang dikenal, yaitu nila biasa, nila merah (nirah) dan nila albino (Suyanto,
2003).

Menurut Saanin (1986), ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyaiklasifikasi


sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyees
Subkelas : Actinopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Family : Cichlidae
Genus: Oreochromis
Species: Oreochromis Niloticus
1.3 Morfologi Ikan Nila
Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Saanin (1986),ikan
mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh bulat pipih, punggung lebih tinggi, pada badan dan
sirip ekor (caundal fin) ditemukan garis lurus (vertikal).di sirip punggung ikan nila ada
garil lurus memanjang .Ikan Nila (Oreochormis niloticus) hidup diperairan tawar dan
mereka menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip dada dan penutup insang
yang kerasuntuk mendukung badannya. Nila memiliki lima buah Sirip, yaitu sirip
punggung (dorsal fin), sirip data (pectoral fin) sirip perut (ventral fin), sirip anal (anal fin)
dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup
ingsangsampai bagian atas sirip ekor.Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut
yang berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak
panjang.Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat.
Gambar Ikan Nila dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 1. Ikan Nila
Sumber : Poposal budidaya ikan Nila (2018)

1.4 Habitat dan Siklus Hidup

Ikan nila adalah ikan konsumsi yang banyak hidup di perairan tawar, ada juga
ikan nila yang hidup di perairan yang agak asin (payau). Ikan nila dikenalsebagai ikan
yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada kisaran salinitas yang lebar). Ikan nila
mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk saluran air yang dangkal, kolam, sungai
dan danau. Ikan nila dapat menjadi masalah sebagai spesies invasif pada habitat perairan
hangat, tetapi sebaliknya pada daerah beriklim sedang karena ketidakmampuan ikan nila
untuk bertahan hidup di perairan dingin, yang umumnya bersuhu di bawah 21 ° C
(Rukmana, 2003).

1.5 Kebiasaan Makan

Menurut Mudjiman, Ikan Nila (Oreochormis niloticus) yaitu termasuk campuran


ikan pemakan campuran(omnivora). Ikan nila mempunyai kemampuan tumbuh secara
normal pada kisaran suhu 14-38°C dengan suhu optimum bagi pertumbuhan dan
perkembangannya yaitu 25-30°C. Pada suhu 14°C atau pada suhu tinggi 38°C
pertumbuhan ikan nila akan terganggu. Pada suhu 6°C atau 42°C ikan nila akan
mengalami kematian. Kandungan oksigen yang baik bagi 4pertumbuhan ikan nila
minimal 4mg/L, kandungan karbondioksida kurang dari 5mg/L dengan derajat keasaman
(pH) berkisar 5-9 (Cholik, 2005).

1.6 Kualitas Air

Dalam keberhasilan budidaya ikan nila kualitas air perlu untuk di perhatikan
adanya. Karena penurunan kualitas air akan menyebabkan timbulnya penyakit, gangguan
reproduksi pada ikan, pertumbuhan ikan terhambat, pengurangan rasio konversi pakan
bahkan dapat menyebabkan kematian. Adapun parameter kualitas air yang biasa diamati
yaitu kandungan oksigen terlarut, tingkat keasaman, suhu, dan amoniak.

Kuantitas air yaitu jumlah air yang tersedia dari sumber air seperti : sungai,
saluran irigasi, bendungan, dan sumur bor untuk mengairi kolam. Dan yang menjdi
parameter kualitas air adalah kualitas air meliputi sifat fisika, kimia dan biologi air. Sifat
fisika meliputi suhu, kecerahan air, kekeruhan, dan warna air. Sifat kimia air meliputi
derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (O2), karbondioksida, amoniak, dan alkalinitas.
Sedangkan sifat biologi air meliputi plankton, benthos, dan tanaman air. Variabel dalam
kualitas air tersebut akan mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup, dan
perkembangbiakan ikan.

Dalam budidaya ikan nila tidak terlalu membutuhkan debit air yang besar,
seperti halnya pada ikan mas dan ikan tawes. Sumber air untuk usaha pembenihan ikan
harus bersih dan jernih. Subur bor, pompa hisap, dan galian menjadi sumber air yang
digunakan dalam pembenihan. Jika air tidak memenuhi syarat nantinya akan berdampak
buruk pada pembenihan ikan nila ini:

Tabel 1. Kualitas air yang di anjurkan pada budidaya Ikan Nila

No Parameter Kandungan air yang dianjurkan


1 Suhu 25-30 o C pH
2 pH 6,5-8,5
3 Oksigen terlalut (O2) > 3 mg/l
4 Amoniatotal Maksimum 1 (mg/l total amonia)
5 Kekeruhan Maksimum 50 NTU
6 Karbon dioksida (CO2) Maksimum 11 (mg/l) Nitrit
7 Nitrit Minimum 0,1 (mg/l)
8 Alkalinitas Minimum 20 (mg/l CaCO3)
9 Kesadahan total minimum 20 (mg/l CaCO3)
1.7 Daun Singkong

Sumber perolehan protein untuk ikan berasal dari bahan nabati dan hewani.
Bahan-bahan sumber protein nabati diperoleh dari tanaman. Daun dan biji merupakan
bagian tanaman yang sangat banyak mengandung beragam manfaat. Protein yang berasal
dari bagian biji pada kebanyakan tanaman lebih banyak dimanfaatkan sebagai bahan
pangan, sedangkan bagian daun lebih tersedia digunakan sebagai bahan pakan.
Singkong merupakan tanaman dikotil berumah satu yang ditanam untuk diambil
patinya. Singkong tumbuh setinggi 1-4 m dengan daun besar yang menjari 5 hingga 9
belahan lembar daun. Daun dari ingkong bertangkai panjang dan memiliki sifat cepat
luruh yang berumur hanya beberapa bulan. Batangnya singkong memiliki pola
percabangan yang khas, yang keragamannnya bergantung pada kultivar. Bentuk singkong
kebanyakan berbentuk silinder dan meruncing. Beberapa diantaranya bercabang
(Rubatzky, 1998). Adapun klasifikasi tanaman singkong adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Daun Singkong.
Sumber : Pribadi (2018)
Kingdom : Plantae

Divisi :Spermatophyta

Sub divisi :Angiospermae

Kelas :Dicotyledoneae

Ordo :Euphorbiales

Famili :Euphorbiaceae

Genus :Manihot

Spesies :Manihotutilisima
Diantara beberapa jenis tanaman mengandung protein yang sangat tinggi salah
atunya daun singkong (Manihot utilisima). Ketersediaan daun singkong mengacu kepada
adanya produksi tanaman singkong. provinsi lampung menjadi sentra tanaman singkong
di indonesia. Budidaya tanaman singkong di sudah Lampung lebih dominan digunakan
sebagai bahan baku industri pangan. Urutan kedua tanaman singkong banyak dibudidaya
di Provinsi Jawa Tengah. Di Provinsi ini produk singkong lebih dominan digunakan
sebagai pangan sumber karbohidrat di pedesaan.
Daun singkong menjadi limbah industry pertanian terutama di pabrik tapioka.
semakin meluasnya produktifitas tanaman singkong maka permintaan daun singkong pun
juga semakin banyak. Hampir 10-40% dari tanaman singkong terdiri atas daun. Produksi
daun
singkong segar adalah 10-40 ton/ha/tahun atau 2,3 ton berat kering/ha/tahun (Sukria dan
Rantan, 2009). Luas area penanaman tanaman singkong pada tahun 2013 seluas 16.163
ha dengan produktivitas umbi singkong segar sebanyak 43,028 ton/ha dan total produksi
sebanyak 695.460 ton (BPS, 2013).
Daun singkong pada umumnya memiliki kandungan protein berkisar antara 20-
27% dari bahan kering (Marhaeniyanto, 2007). Asam sianida yang beracun menjadi
kelemahan dari daun singkong. maka dari itu, untuk memproduksi protein asal daun
singkong perlu dilakukan suatu cara pemisahan protein dari kandungan zat makanan
lainnya. Pemisahan protein pada prinsipnya didasarkan atas dua proses utama yaitu
ekstraksi dan koagulasi.
Proses ekstraksi protein daun singkong dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
di antaranya yaitu dengan lama perendaman daun singkong, jumlah air yang ditambahkan
sebagai pelarut dan suhu pelarutan. Untuk melunakan struktur selular daun singkong
yaitu dengan cara direndam daun singkong sehingga mudah untuk digiling dan
memberikan dispersi dan suspensi bahan padat daun singkong lebih baik pada waktu
koagulasi. Dengan penambahan pelarut pada daun singkong dapat diharapkan proteinnya
berdifusi dari daun singkong ke cairan
1.8 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini:

1. Apakah tepung daun singkong (manihot utilissima) yang telah difermentasi


kedalam pakan buatan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup benih Ikan
Nila?
2. Apaka efisiensi pemanfaatan dari daun signgkong?
3. Apakah sisa pakan dari fermentasi daun singkong berdampak pada kualiitas air?
BAB II

PEMBAHASAN

3.1 Bahan uji

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan Nila dengan bobot
2,51±0,21gr yang diperoleh dari tempat pembenihan ikan. Jumlah benih yang digunakan
untuk tiap perlakuan dan ulangan sebanyak 20 ekor per akuarium, dengan total 240 ekor.
Ikan uji dipelihara pada akuarium beraerasi selama 40 hari. Pakan uji yang digunakan
adalah pakan buatan berbentuk pelet. Pemberian pakan dilakukan secara at satiation
dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali, pukul 08.00, 12.00 dan 16.00.

3.2 Rancangan Penelitian

Dalam pembuatan fermentasi tepung daun singkong dilakukan dengan cara, daun
singkong terlebih dahulu dipisahkan dari tangkainya dan kemudian mengambil daun yang
lebih muda, rendam daun singkong selama 5 menit kemudian cuci dengan air mengalir.
Daun singkong diangin-anginkan sampai setengah kering selanjutnya dipotong kecil-
kecil. Kemudian daun singkong di jemur setelah dijemur daun singkong di hanurkan dan
di ayak sampai menjadi tepung

Lalu Trichoderma ditambahkan ke dalam tepung daun singkong dan dicampur


dengan air matang sedikit demi sedikit dan diaduk hingga merata setelah itu dimasukkan
kedalam wadah tertutup kemudian didiamkan selama 10 hari. Kemudian fermentasi
tepung daun singkong di campur dengan bahan-bahan yang akan digunakan untuk
membuat pellet. Sebelum bahan dibuat menjadi pellet, bahan penyusun terlebih dahulu
dilakukan uji proksimat untuk mengetahui kandungan nutrisinya. Setelah mengetahui
hasil dari uji proksimat kemudian digunakan untuk menghitung formulasi pakan.
Tabel 2. Formulasi Pakan Uji dengan Adanya Penambahan Fermentasi Tepung
Daun Singkong dengan Kadar Berbeda yang diberikan pada Ikan Nila

Jenis Perlakuan (%)


Bahan A B C D
F. TDS 0 5,00 10,00 15,00
Tp. Ikan 41,00 39,25 37,75 36,00
Tp. Kedelai 40,50 39,30 37,45 35,70
Tp. Dedak 7,00 5,15 4,50 4,00
Tp. Terigu 8,20 8,00 7,00 6,00
Vit Min Mix 1,80 1,80 1,80 1,80
CMC 1,50 1,50 1,50 1,50
TOTAL (%) 100,00 100,00 100,00 100,00
Energi (kkal)a 265,27 265,06 265,97 265,16

Rasio E/P(kkal/g P)b 9,14 9,19 9,16 9,13

a. Dihitung berdasarkan pada Digestible Energy menurut Wilson (1982) untuk 1 g


protein adalah 3,5 kkal/g, 1 g lemak adalah 8,1 kkal/g, dan 1 g karbohidrat adalah
2,5 kkal/g.
b. Menurut De Silva (1987), nilai E/P bagi pertumbuhan optimal ikan berkisar antara
8-9 kkal/g.
Wadah pemeliharaan yang digunakan berupa akuarium yang berjumlah 12 buah,
untuk 4 perlakuan dan 3 pengulangan. Penyiponan air dilakukan setiap hari dengan
adanya air masuk dan air keluar. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap hari pada pagi
dan sore hari. Termometer untuk suhu, pH-meter untuk mengukur derajat keasaman dan
DO menggunakan WQC (water quality checker), selama satu minggu sekali.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang dilakukan dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan
dalam penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya, yaitu penelitian Monaliza
(2012) pengaruh daun singkong pada pertumbuhan ikan nila. Hasil penelitian tersebut
mendapatkan hasil dosis penambahan fermentasi tepung daun singkong yang terbaik
dalam pakan buatan sebesar 10 %. Susunan perlakuan dalam penelitian ini adalah:

Perlakuan A : Pakan yang telah ditambahkan fermentasi tepung daun singkong


sebesar 0%

Perlakuan B : Pakan yang telah ditambahkan fermentasi tepung daun singkong


sebesar 5%

Perlakuan C : Pakan yang telah ditambahkan fermentasi tepung daun singkong


sebesar 10%

Perlakuan D : Pakan yang telah ditambahkan fermentasi tepung daun singkong


sebesar 15%

Pengumpulan data yang diamati dalam penelitian meliputi laju pertumbuhan


relatif, protein efisiensi rasio, efisiensi pemanfaatan pakan, kelulushidupan dan kualitas
air Pengukuran suhu dilakukan setiap hari selama pemeliharaan, pengukuran DO dan pH
setiap 10 hari. Pengukuran kualitas air dilakukan untuk mengetahui pengaruh lingkungan
pemeliharaan terhadap perlakuan yang diberikan pada hewan uji. Pergantian air
dilakukan setiap hari yaitu pada waktu penyiponan.

Laju Pertumbuhan relatif benih ikan Nila (O. niloticus) yang diamati dalam
penelitian dihitung dengan menggunakan rumus Takeuchi (1988), yaitu:

Wt – Wo

x 100
RGR = %
Wo x t
Keterangan
:
RGR = Relative Growth Rate (pertumbuhan
relatif)
Wt = Bobot ikan pada akhir pemeliharaan (g)
Wo = Bobot ikan pada awal pemeliharaan (g)
t = Lama waktu pemeliharaan (hari)
3.3 Metode dan Analisis Data

Efisiensi pemanfaatan pakan (EPP), protein efisiensi rasio (PER) dan


kelulushidupan yang di analisis menggunakan sidik ragam (ANOVA) untuk
mengetahui pengaruh perlakuan. Sebelum dianalisis ragam terlebih dahulu dilakukan
uji normalitas, homogenitas dan aditivitas pada tiap variabel yang diamati, kemudian
dilakukannya uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan. Kemudian untuk menduga
dosis yang optimal dilakukan analisa polinom ortogonal dengan menggunakan SPSS
versi 16 dan Maple versi 12.0. Data kualitas air yang meliputi kadar oksigen terlarut
(DO), derajad keasaman (pH), dan suhu dianalisis secara deskriptif dan dijadikan
sebagai data pendukung untuk membahas variabel utama yang diamati dalam
penelitian.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penambahan fermentasi


tepung daun singkong dalam pakan buatan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap
pertumbuhan benih ikan nila merah (O. niloticus) dan tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
terhadap kelulushidupan benih ikan nila merah (O. niloticus) serta didapatkan dosis
optimal fermentasi tepung daun singkong sebesar 10,88% pada pakan buatan Ikan nila
merah (O. niloticus).

3.2 Saran

Saran yang dapat diambil melalui penelitian ini adalah bahwa dalam budidaya
ikan nila merah (O. niloticus) penambahan tepung daun singkong yang telah difermentasi
kedalam pakan buatan dapat menggunakan dengan dosis optimum 10,07 – 10,88% untuk
meningkatkan pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Suwarsito, Nadiya Nur Apreli, Dini Siswani Mulia. 2017. Pengaruh Pemberian
Kombinasi Tepung Daun Singkong (Manihot utilissima) dan Tepung Ikan
Rucah terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Jurnal SAINTEKS Volume 14 No 2, 05 – 112

Heni Amarwati, Subandiyono, Pinandoyo. 2015. pemanfaatan tepung daun singkong


(manihot utilissima) yang difermentasi dalam pakan buatan terhadap
pertumbuhan benih ikan nila merah (Oreochromis niloticus). Journal of
Aquaculture Management and Technology Volume 4, Nomor 2, Halaman 51-59

Aberra Melesse, Mengistu Masebo, Aster Abebe. 2018. The Substitution Effect of Noug
Seed (Guizotia Abyssinica) Cake with Cassava Leaf (Manihot Escutulata C.)
Meal on Feed Intake, Growth Performance, and Carcass Traits in Broiler
Chickens Journal of Animal Husbandry and Dairy Science Volume 2, Issue 2
PP 1-9

Riko Noviadi, Anjar Sofiana, dan Imelda Panjaitan. 2011 Pengaruh Penggunaan Tepung
Jagung dalam Pembuatan Silase Limbah Daun Singkong terhadap Perubahan
Nutrisi, Kecernaan Bahan Kering, Protein Kasar dan Serat Kasar pada Kelinci.
Lokal Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 12 (1): 6-12

Ajeng Suci Fitria. 2012. Analisis Kelulushidupan dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila
Larasati (Oreochromis niloticus) F5 D30-D70 pada Berbagai Salinitas. Journal
Of Aquaculture Management and Technology Volume 1, Nomor, Halaman 18-
34

Zahara Meilawaty. 2013 Efek ekstrak daun singkong ( Manihot utilissima ) terhadap
ekspresi COX-2 pada monosit yang dipapar LPS E.coli. Dental jurnal volume
46, Nomor 4

Sidiq Setyo Nugroho, Subur Priyono Sasmito Budhi, dan Panjono. 2012. pengaruh
penggunaan konsentrat dalam bentuk pelet dan mash pada pakan dasar rumput
lapangan terhadap palatabilitas dan kinerja produksi kelinci jantan. Buletin
Peternakan Vol. 36 (3): 169-173,
Madalla1, N.; N.W. Agbo2, and K. Jauncey.2016. Evaluation of Ground - Sundried
Cassava Leaf Meal as Protein Source for Nile Tilapia Oreochromis niloticus (L)
Juvenile’s Diet Tanzania Journal of Agricultural Sciences Vol. 15 No. 1, 1-12
Lessoy Zoué, Christopher Davis, Sébastien Niamk and Sherry Tanumihardjo. 2018
Fermentation of Cassava Leaves Improves Provitamin A Carotenoid Bioefficacy
in Mongolian gerbils (Meriones unguculatus). European Journal of Nutrition &
Food Safety volume 8(4): 257-26
f agbenro, o.a., oresegun, a. , nwanna,.c., ilona, p. f ijabi, o., adeleke, o. and agun, o.
2017. Growth Response and Diet Utilization of Clarias gariepinus (Clariidae)
Fed Diets Containing Cassava Leaf Protein Concentrate as Plant Protein Source.
African Journal of Resources Management Fisheries and Aquatic Volume 2,
2017 ISSN: 2672-4197
Yenni Sri Mulyani, Yulisman, Mirna Fitrani. 2014. pertumbuhan dan efisiensi pakan Ikan
Nila (Oreochromis Niloticus) yang dipuasakan secara periodic. Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia, 2(1) :01-12

Anda mungkin juga menyukai