Anda di halaman 1dari 5

LANDASAN TEORI

Sejumlah variasi yang ada pada makhluk hidup baik variasi gen, jenis dan
ekosistem yang di suatu lingkungan tertentu, inilah yang disebut dengan
keanekaragaman. Keanekaragaman meliputi keanekaragaman gen, jenis.
Keanekaragaman jenis ditentukan dari kemampuannya untuk dapat saling kawin
secara bebas. Individu sejenis dapat melakukan perkawinan untuk menghasilkan
keturunan yang menyerupai tetuanya. Sifat seperti itu tidak terjadi pada individu
yang berbeda jenis. Dan untuk mengetahui keanekaragaman hayati tingkat jenis
pada tumbuhan atau hewan, dengan mengamati cirri-ciri fisiknya. Sedangkan
keanekaragaman gen dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan (gen), satu dari
induk jantan dan lainnya dari induk betina, yang mana dapat ditunjukkan dengan
adanya variasi dalam suatu jenis.
Keanekaragaman Genetika dapat terjadi karena adanya perubahan nukleotida
penyusun DNA, perubahan ini mungkin dapat mempengaruhi fenotipe suatu
organisme yang dapat dipantau dengan mata telanjang atau mempengaruhi reaksi
individu terhadap lingkungan tertentu. Secara umum keanekaragaman genetik dari
suatu populasi dapat terjadi karena adanya mutasi, rekombinasi atau migrasi gen
dari satu tempat ke tempat lain (Suryanto, 2003).
Terdapat 6 komoditas unggulan ikan air tawar salah satunya adalah ikan Nila
(Oreochromis sp), pada tahun 1696 ikan nila pertama kali di introduksi dari
Taiwan, selanjutnya ikan nila hitam didatangkan dari Thailand tahun 1994, dan
ikan nila merag didatangkan dari Thailand tahun 1989. Perkembangan budidaya
ikan nila yang pesat ini tidak diimbangi dengan perbaikan kualitas genetik.
Sebagian produk yang dihasilkan cenderung mengalami penurunan kualitas
genetik yang ditandai dengan sifat-sifat seperti pertumbuhan yang lambat, tingkat
kematian tinggi, dan matang kelamin usia dini.
Upaya yang dilkukan untuk perbaikan kualitas genetic pada ikan nila adalah
melalui program seleksi induk dari persilangan. Persilangan dilakukan untuk

mencegah terjadinya kemunduran genetik yang biasa terjadi akibat pindah silang.
Persilangan merupakan salah saru kegiatan pemuliaan, dasar dari pemuliaan
adalah harus mengetahui tingkat keragaman genetic dan potensi keragaman
genetik (Primanita et al, 2010).
Variasi genetik ikan menggambarkan adanya keragaman dalam satu species,
adanya keragaman terlihat dari karakteristik ikan, baik dari dalam (genotype)
maupun dari luar (fenotipe). Bila dilihat secara genotype, variasi genetic yang
terdapat pada ikan hasil persilangan memiliki variasi yang berbeda-beda. Untuk
melihat variasi genetic tersebut dan mengetahui kekerabatan antara satu individu
dengan individu lainnya, maka dilakukan dengan pendekatan molekuler
(Primanita et al, 2010).
Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai konsumsi cukup
tinggi. Bentuk tubuh memanjang dan pipih ke samping dan warna putih
kehitaman atau kemerahan. Ikan nila berasal dari Sungai Nil dan danau-danau
sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang
beriklim tropis dan subtropis. Di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak
dapat hidup baik (Sugiarto, 1988). Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena
dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah (Sumantadinata, 1981).
Terdapat tiga jenis ikan nila yang dikenal, yaitu nila biasa, nila merah (nirah) dan
nila albino (Sugiarto, 1988). Menurut Saanin (1984), ikan nila (Oreochromis
niloticus) mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Subfilum

: Vertebrata

Kelas

: Osteichtyes

Subkelas

: Acanthopterygii

Ordo

: Percomorphi

Subordo

: Percoidea

Famili

: Cichlidae

Genus

: Oreochromis

Spesies

: Oreochromis niloticus

Morfologi ikan Nila (Oreochromis niloticus) menurut Saanin (1968), mempunyai


ciri-ciri bentuk tubuh bulat pipih, punggung lebih tinggi, pada badan dan sirip
ekor (caundal fin) ditemukan garis lurus (vertikal). Pada sirip punggung
ditemukan garis lurus memanjang. Ikan Nila (Oreochormis niloticus) dapat hidup
diperairan tawar dan mereka menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip
dada dan penutup insang yang keras untuk mendukung badannya. Nila memiliki
lima buah Sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip data (pectoral fin) sirip
perut (ventral fin), sirip anal (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip
punggungnya memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip
ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan
sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah
sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat.
Ikan nila merupakan ikan konsumsi yang umum hidup di perairan tawar,
terkadang ikan nila juga ditemukan hidup di perairan yang agak asin (payau). Ikan
nila dikenal sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada kisaran
salinitas yang lebar). Ikan nila mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk
saluran air yang dangkal, kolam, sungai dan danau. Ikan nila dapat menjadi
masalah sebagai spesies invasif pada habitat perairan hangat, tetapi sebaliknya
pada daerah beriklim sedang karena ketidakmampuan ikan nila untuk bertahan
hidup di perairan dingin, yang umumnya bersuhu di bawah 21 C (Harrysu,

2012). Menurut Mudjiman (2001), Ikan Nila (Oreochormis niloticus) adalah


termasuk campuran ikan pemakan campuran (omnivora).
Ikan nila mempunyai kemampuan tumbuh secara normal pada kisaran suhu 1438C dengan suhu optimum bagi pertumbuhan dan perkembangannya yaitu 2530C. Pada suhu 14C atau pada suhu tinggi 38C pertumbuhan ikan nila akan
terganggu. Pada suhu 6C atau 42C ikan nila akan mengalami kematian.
Kandungan oksigen yang baik bagi pertumbuhan ikan nila minimal 4mg/L,
kandungan karbondioksida kurang dari 5mg/L dengan derajat keasaman (pH)
berkisar 5-9 (Amri, 2003). Menurut Santoso (1996), pH optimum bagi
pertumbuhan nila yaitu antara 7-8 dan warna di sekujur tubuh ikan dipengaruhi
lingkungan hidupnya. Bila dibudidayakan di jaring terapung (perairan dalam)
warna ikan lebih hitam atau gelap dibandingkan dengan ikan yang dibudidayakan
di kolam (perairan dangkal).
Pada perairan alam dan dalam sistem pemeliharaan ikan, konsentrasi
karbondioksida diperlukan untuk proses fotosintesis oleh tanaman air. Nilai CO2
ditentukan antara lain oleh pH dan suhu. Jumlah CO2 di dalam perairan yang
bertambah akan menekan aktivitas pernapasan ikan dan menghambat pengikatan
oksigen oleh hemoglobin sehingga dapat membuat ikan menjadi stress.
Kandungan CO2 dalam air untuk kegiatan pembesaran nila sebaiknya kurang dari
15 mg/liter (Sucipto dan Prihartono, 2005).

DAFTAR PUSTAKA
Amri, K. dan Khairuman. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Depok:
Agromedia Pustaka.
Harrysu. 2012. Ikan Nila http://kuliah-ikan.blogspot.com/ diakases pada tanggal
29 September 2016 pukul 16.30 WIB.
Mudjiman, A. 2001. Makanan Ikan cetakan ke-15. Jakarta: PT Penebar Swadaya.
Jakarta.
Primanita, Erma et al. 2010. Variasi Genetik Persilangan 3 Strain Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) dengan Ikan Mujair (O. mossambicus) dengan
Metode Randomly Amplified Polymorphic DNA (RAPD). Prosiding Forum
Inovasi Teknologi Akultur.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jaarta: Binacipta.
Santoso. B. 1996. Budidaya Ikan Nila. Yogyakarta: Kanisius.
Sucipto, A. dan Prihartono. 2005. Pembesaran Nila Merah Bangkok. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Sumantadinata, Komar. 1981. Pengembangan Ikan-Ikan Peliharaan di Indonesia.
Bogor: Sastra Hudaya.
Sugiarto. 1988. Nila. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suryanto, Dwi. 2003. Keanekaragaman Organisme Melalui Beberapa Teknik
Genetika Molekuler. Medan : USU.

Anda mungkin juga menyukai