Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang di proses dari bahan baku yang berupa tanaman hijauan, limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami lainya, dengan jumlah kadar / kandungan air pada tingkat tertentu kemudian di masukan dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara, yang biasa disebut dengan Silo, selama kurang lebih tiga minggu. Di dalam silo tersebut tersebut akan terjadi beberapa tahap proses anaerob (proses tanpa udara/oksigen), dimana bakteri asam laktat akan mengkonsumsi zat gula yang terdapat pada bahan baku, sehingga terjadilah proses fermentasi. Silase yang terbentuk karena proses fermentasi ini dapat di simpan untuk jangka waktu yang lama tanpa banyak mengurangi kandungan nutrisi dari bahan bakunya.
Apa silo itu ? Silo adalah tempat untuk membuat silase yang berbentuk menara diatas tanah atau lubang di bawah tanah (Wahid, 2010). Menurut http://foragri.blogsome.com (2012), Yang disebut silo, bisa berupa bangunan permanen berupa tembok, beton, besi, seng atau bahan lain. Namun silo bisa hanya berupa lubang yang diberi alas plastik. Silo permanen biasanya digunakan untuk menyimpan bahan pangan. Misalnya gabah, jagung, gandum, kedelai dll.
Apa bahan baku Silase itu ? Bahan baku silase merupakan pemanfaatan sumber daya pertanian tanaman pangan dalam bentuk limbah sebagai sumber pakan ternak merupakan langkah effisiensi mengatasi kekurangan produksi rumput. (http://improvekertas.blogspot.com, 2012). Menurut Wahid (2010) silase biasanya digunakan untuk menyimpan rumput segar yang produksinya berlebihan agar kualitasnya tetap baik. Namur tidak menutup kemungkinan bahwa jerami padi yang masih hijau segar yang diperoleh langsung setelah panen dapat diawetkan dengan cara silase. Walaupun hasil silase jerami segar tidak dapat meningkatkan kandungan protein ataupun daya cernanya, tetapi kualitas jerami hasil silase sama baiknya dengan jerami segar yang pasti lebih baik dari jerami kering. Menurut http://foragri.blogsome.com (2012), Bahan silase terbaik adalah rumput gajah/raja (Penisetum purpureum) dan rumput benggala (Pinicum maximum) hasil budidaya. Bahan terbaik lain adalah batang jagung (tebon) muda, atau tebon hasil budidaya baby/sweetcorn. Sebab tebon babycorn/sweetcorn, daunnya masih hijau dan batangnya juga masih sangat lunak. Rumput liar yang heterogen pun, sebenarnya bisa pula dijadiken silase. Demikian pula halnya dengan jerami padi, batang/daun kacang tanah dan ubi jalar. Di Lampung, kulit singkong dan nanas pun dijadikan silase untuk pakan sapi. Di Malaysia, pelepah dan daun sawit tua juga dicacah dan dijadikan silase. Hingga sebenarnya, bahan untuk dijadikan silase sangat beragam. Tergantung kejelian kita dalam menemukan dan memanfaatkan limbah pertanian tersebut. Apa tujuan pembuatan silase jerami itu ? Pembuatan silase bisa dipraktekkan dengan tujuan dan manfaat: 1. Untuk mensiasati persediaan makanan ternak pada musim kemarau 2. Untuk menampung kelebihan Hijauan Makanan Ternak pada musim penghujan agar bisa dimanfaatkan secara optimal. 3. Untuk mendayagunakan limbah hasil ikutan daru pertanian /perkebunan seperti jerami padi /jagung. 4. Nilai gisi silase setara dengan hijauan dan bahkan bisa lebih dengan adanya bahan tambahan. 5. Disukai oleh ternak dan nilai kecernaannyan meningkat. 6. Ketersediaannya tidak dipengaruhi oleh musim. Manurut Jajo (2008), tujuan utama pembuatan silase adalah untuk mengawetkan dan mengurangi kehilangan zat makanan suatu hijauan untuk dimanfaatkan pada masa mendatang. Dijelaskan lebih lanjut bawa silase dibuat jika produksi hijauan dalam jumlah yang banyak atau pada fase pertumbuhan hijauan dengan kandungan zat makanan optimum. Dibandingkan pengawetan dengan pembuatan hay, pembuatan silase lebih mempunyai keunggulan karena kuarng tergantung pada kondisi cuaca harian. Bagaimana prinsip pembuatan silase ? Prinsip dasar pembuatan silase memacu terjadinya kondisi anaerob dan asam dalam waktu singkat. Ada 3 hal paling penting agar diperoleh kondisi tersebut yaitu menghilangkan udara dengan cepat, menghasilkan asam laktat yang membantu menurunkan pH, mencegah masuknya oksigen kedalam silo dan menghambat pertumbuhan jamur selama penyimpanan. Fermentasi silase dimulai saat oksigen telah habis digunakan oleh sel tanaman. Bakteri menggunakan karbohidrat mudah larut untuk menghasilkan asam laktat dalam menurunkan pH silase. Tanaman di lapangan mempunyai pH yang bervariasi antara 5 dan 6, setelah difermenatsi turun menjadi 3.6- 4.5. Penurunan pH yang cepat membatasi pemecahan protein dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme anaerob merugikan seperti enterobacteria dan clostridia. Produksi asam laktat yang berlanjut akan menurunkan pH yang dapat menghambat pertumbuhan semua bakteri (Jajo, 2008). Bagaimana cara membuat silase jerami ? Bahan : Silase jerami sebanyak 30 kg, EM-4 sebanyak 20 ml (2 tutup botol), bekatul sebanyak 3 kg (10% dari 30 kg jerami), molasses sebanyak 500 ml, air secukupnya. Alat : timbangan berdiri untuk menimbang jerami, timbangan duduk untuk menimbang bekatul, ember untuk mencampur molasses dan EM4 serta air, drum plastik untuk silo, katup sebagai pengunci tutup drum.
Cara membuat : 1. Menimbang semua bahan yaitu jerami padi sebanyak 30 kg, bekatul 3 kg, dan menakar molasses sebanyak 500 ml dan EM-4 sebanyak 20 ml. 2. Menghamparkan jerami di atas lantai yang bersih. 3. Mencampur EM-4 dan molasses, kemudian memercikkan pada jerami secara merata. 4. Menaburkan bekatul pada jerami secara merata. 5. Menambahkan air jika tingkat kebasahan campuran kurang dan belum merata. 6. Mengaduk/mencampur semua bahan secara merata dengan membolak-balikkan jerami. 7. Memasukkan hasil campuran kedalam drum (silo) sedikit demi sedikit, sambil di padatkan (di injak-injak), agar udara yang ada dalam drum dapat dikurangi atau dihilangkan sama sekali. 8. Setelah semua bahan campuran di masukkan, maka silo di tutup dengan katup serapat mungkin, agar tidak ada udara yang masuk dan proses ensilase (pembuatan silase) secara an- aerob berjalan dengan baik.
9. Melakukan fermentasi selama 1 minggu. 10. Setelah 1 minggu, membuka silo dan mengeluarkan hasil silase jerami padi kemudian diangin-anginkan sebelum diberikan kepada ternak.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas silase jerami ? Kualitas dan nilai nutrisi silase dipengaruhi sejumlah faktor seperti spesies tanaman yang dibuat silase, fase pertumbuhan dan kandungan bahan kering saat panen, mikroorganisme yang terlibat dalam proses dan penggunaan bahan tambahan (additive) (Jajo, 2008). Apa Ciri-ciri silase yang baik itu ? Silase dapat berkualitas baik bila proses pembuatan dilakukan secara tepat dan benar. Ciri-ciri silase yang baik adalah : berbau harum agak kemanis-manisan, tidak berjamur, tidak menggumpal, berwarna kehijau-hijauan, pH berkisar antara 4 sampai 4,5.
Reference : http://foragri.blogsome.com/produksi-silase-untuk-ternak-ruminansia/. Diakses tanggal 25 Desember 2012.
http://improvekertas.blogspot.com/2012/03/alternatif-pakan-yang-praktis-dan.html. Diakses tanggal 26 Desember 2012. http://negerihijaufarm.blogspot.com/2010/10/cara-membuat-silase-bersama-nhf.html. Diakses tanggal 25 Desember 2012. Jajo. 2008. Prinsip Dasar Pembuatan Silase
Wahid. 2010. Peningkatan Kualitas Jerami Melalui Proses Amoniasi Dan Silase Sebagai Pengganti Rumput. Dalam : http://wahidweb.blogspot.com/2010/01/peningkatan-kualitas-jerami- melalui.html. Diakses tanggal 26 Desember 2012.
Sumber gambar : Dokumentasi pribadi (2012) Special thanks to : Ibu Ir. Andang Andiani Listyowati, M.Si
SILASE RUMPUT Ternak mania....... Sekarang ini Negeri Hijau Farm (NHF) baru konsentrasi dalam me management pakan ternaknya,agar kedepannya pada musim musim yang sekarang ini serba tak menentu ini tidak keteteran dalam penyedia hijauan pakan ternak (HMT)nya. Pingin tau nggak apa yang sedang dilakukan NHF....! Jadi begini,,,,,,NHF Punya istilah baru lagi yang kita sebut MENABUNG HMT NHF baru memperbanyak lahan rumput gajahnya dan juga lahan jagung. Kenapa jagung..?karena NHF meyakini jagung mempunyai berbagai nilai nutrisi yang seimbang untuk keperluan ternak,baik dari jerami jagungnya apa lagi jagungnya. Nah......SILASE (Rumput yang di fermentasikan secara anerobik (tanpa memerlukan oksigin) ini salah satu pilihan NHF yang dianggap mudah dalam penanganannya dan juga lebih ekonomis. Pingin tau caranya gimana cara bikin silase.....? Yuk kita bahas bersama sama..... CARA MEMBUAT SILASE 1.Sediakan bahan bahan dan peralatan -Rumput gajah atau jerami jagung atau rumput lain (Usahakan bersih dan tidak basah/berembun) -Dedak (atau sumber karbohidrat lain) -Urea (6kg/ton) dan Tetes tebu (1ltr/ton) diencerkan dengan 15ltr air 2.Peralatan -Sabit atau (mesin copper untuk pembuatan skala besar) -Plastik karung sampah atau silo untuk skala besar (untuk tempat proses fermentasi) -spreier (alat penyemprot) 3.Cara membuat -Rumput dipotong kecil kecil +-2-3cm pake sabit atau pake mesin copper kalo skala besar dan di angin2kan,kemudian dicampur dengan dedak dan di sprey pake cairan urea dan tetes tebu yang telah diencerkan dengan air.setelah itu masukkan kedalam plastik atau silo dengan cara dipadatkan,jangan sampe ada udara yang terjebak karena akan sangat berpengaruh pada proses fermentasi,dan kemudian ditutup rapat rapat dengan plastik atau alat penutup. Proses fermentasi memerlukan waktu 21 hari,Namun NHF menganjurkan untuk tidak kurang dari 30hari agar lebih sempurna. 4.Ciri ciri silase yang baik -Harum -Warna hijau kecoklatan -Tekstur lembut -Tidak berjamur -Ph sekitar 3.6 - 4.2 -Disukai ternak -Suhu pada waktu dibuka tidak panas (kurang dari 30oC) Silase ini bisa di simpan 6 bulan bahkan sampe 1 tahun jika prosesnya ditangani dengan baik,hati hati dan penuh keseriusan. Gimana......! Proses pembuatan rumput fermentasi sangatlah mudah kan...? Untuk awal pemberian dianjurkan untuk diangin2kan dulu agar mengurangi tingkat keasamannya. pemberian pertama keternak sedikit dulu guna merangsan nafsu makan ternak,dan setelah itu anda akan melihat ternak anda akan suka sekali memakannya. Nah...ternak mania...... Cara pembuatan Silase ini bisa dipraktekkan dengan tujuan dan manfaat: 1 Untuk mensiasati persediaan makanan ternak pada musim kemarau 2 Untuk menampung kelebihan HMT pada musim penghujan agar bisa dimanfaatkan secara optimal. 3 Untuk mendayagunakan limbah hasil ikutan daru pertanian /perkebunan seperti jerami padi /jagung. 4 Nilai gisi silase setara dengan hijauan dan bahkan bisa lebih dengan adanya bahan tambahan. 5 Disukai oleh ternak dan nilai kecernaannyan meningkat. 6 Ketersediaannya tidak dipengaruhi oleh musim. Ternak mania..... banyak sekali artikel artikel tentang cara pembuatan silase yang satu dengan yang lainnya berbeda. Menurut NHF,itu tinggal selera dan disesuaikan dengan nilai gizi dari bahan bahan yang akan kita buat sehingga nilai gizinya seimbang dan ekonomis. Sekian dulu ya....Selamat mencoba Salam ternak
Silase Produk Alternatif Limbah Jagung Fri, 05/13/2011 - 22:50 | by novia.bptpsulsel Di negara maju seperti Amerika, jagung merupakan bahan utama pembuatan silase. Selain mudah pembuatannya, tidak membutuhkan bahan pengawet. Selain itu silase ini sangat disukai ternak dan dapat diberikan ke ternak tanpa banyak yang terbuang. Ada empat macam silase jagung yang dikenal saat ini yaitu: (1) silase tanaman jagung (the whole corn plant); (2) silase jagung muda (ear corn silage); (3) silase batang jagung (corn stover silage); dan (4) silase kulit jagung (shelled corn silage).
Penyediaan pakan yang murah dan mudah didapat serta tersedia sepanjang waktu merupakan upaya strategis dalam pengembangan usaha peternakan, terutama pada daerah yang mengalami kesulitan pakan pada waktu tertentu seperti musim kemarau. Biomas berupa limbah tanaman pangan dan perkebunan merupakan bahan pakan potensial karena dihasilkan langsung oleh setiap petani, sebagai hasil samping usahatani tanaman jagung. Saat ini produksi jagung dalam negeri sekitar 11 juta ton dengan luasan panen 3,5 juta ha. Dengan demikian dapat diperhitungkan jumlah hijauan jagung yang dihasilkan setiap tahunnya. Apabila rasio biji jagung dan hijauan jagung adalah 1: 1,5, maka produksi hijauan jagung adalah sebanyak 11-16,5 juta ton setiap tahun (Bamualim dan Wirdahayanti, 2006). Produk hijauan jagung tersebut merupakan suatu potensi yang besar untuk digunakan sebagai sumber pakan ternak sapi dan kerbau di Indonesia.
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Limbah Jagung per Bagian Siap Rilis Kandungan Zat Nutrisi (%) Bagian Limbah Jagung Batang Daun Klobot Bunga Bahan Kering (BK) 26,36-33,81 72,64-81,43 63,63-74,63 56,02-92,52 Protein Kasar (PK) 2,20-4,43 5,36-9,00 0,90-2,73 4,53-6,79 Lemak Kasar (LK) 0,26-1,05 0,77-1,58 0,73-0,92 0,29-1,89 Serat Kasar (SK) 0,26-1,05 24,73-29,44 34,13-36,48 27,67-30,71 Abu 4,32-6,98 14,75-17,00 3,19-4,50 6,76-9,92 TDN 45,03-49,40 45,04-48,51 48,25-49,77 46,29-52,48 Sumber: Anggraeny et al. (2006)
Karena batang jagung berbeda dengan hijauan yang berbatang kecil, umumnya sulit dikeringkan, maka pengawetannya dilakukan dalam bentuk silase. Silase adalah produk dari hijauan berkadar air tinggi yang difermentasikan dengan terkontrol dan kondisi anaerob (tanpa oksigen), menggunakan/tanpa bahan pengawet atau menggunakan starter. Ensilase adalah nama proses pembuatannya dan silo adalah nama tempat terjadinya proses fermentasi. Starter berfungsi sebagai bahan makanan bakteri yang ada untuk membantu proses pembuatan silase. Bahan silase harus mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi misalnya : tetes (molases), dedak, tepung jagung, dan lain-lain.
Pengolahan biologis pada hijauan atau sumber serat umumnya dilakukan dengan cara memfermentasikan bahan tersebut dalam kondisi anaerob pada waktu tertentu. Tujuan dari pengolahan biologis ini umumnya untuk pengawetan, disamping itu juga bisa meningkatkan kualitas nutrisi atau daya cerna bahan. Teknik fermentasi sebagai salah satu metode biologis pada pengolahan bahan berserat bertujuan memperbaiki nilai nutrisinya. Untuk menjamin terjadinya proses fermentasi anaerob yang baik bahan berserat haruslah mengandung kecukupan populasi bakteri asam laktat (BAL) yang memadai dan adanya subtrat karbohidrat yang mudah difermentasikan. Bahan hijauan atau lainnya yang memiliki sifat ideal untuk dapat diolah secara biologis melalui proses fermentasi haruslah memiliki sejumlah karbohidrat mudah difermentasi (WSC/Water Soluble Carbohydrate) yang cukup, relatif rendah sifat kapasitas bufernya serta memiliki bahan kering lebih dari 20%. Tanaman jagung merupakan bahan hijauan yang paling mendekati kriteria ideal tersebut. Umumnya rumput- rumputan mengandung WSC lebih tinggi dibanding dengan leguminosa akan tetapi bervariasi kandungannya tergantung pada spesies, cultivar, fase tumbuh, interval pemotongan, penggunaan pupuk dan iklim.
Limbah tanaman jagung merupakan hijauan yang tersisa setelah pemanenan jagung, dapat dipakai sebagai pakan sapi dalam tiga bentuk yaitu: (1) digembalakan; (2) dipanen dan diberi makan kering; (3) dibuat silase. Limbah tanaman jagung dipanen sesegera mungkin setelah bijian tersebut diambil sebelum residu kehilangan air. Diharapkan pada saat itu residu mengandung kadar air lebih dari 48% sehingga tidak perlu ada perlakuan penambahan air. Silase yang dibuat menggunakan tower silo membutuhkan kadar air bahan optimal 40-45%. Pada bunker silo, kandungan air bahan seyogyanya 48-55% agar formasi asam laktat yang terbentuk menjadi baik. Direkomendasikan agar ditambahkan 56 pound (25,40 kg) tepung jagung atau tepung dari bijian lainnya per ton residu agar dapat menyediakan karbohidrat yang mudah difermentasi agar terbentuk asam yang dapat bekerja sebagai pengawet.
Prinsip pembuatan silase adalah mengawetkan bahan dalam bentuk segar dengan membuat kondisi asam, sehingga pada kondisi tersebut jamur atau bakteri pembusuk tidak dapat aktif. Keasaman (pH) optimum agar tidak terjadi proses pembusukan adalah 3,5-4,5. Produksi asam yang diharapkan terbentuk pada proses pengawetan dengan cara fermentasi adalah asam laktat dari bakteri jenis Lactobacillus plantarum. Untuk dapat tumbuh dengan baik bakteri tersebut biasanya memerlukan kondisi anaerob dan sumber karbohidrat. Biasanya pembuatan silase ini dilakukan di dalam wadah yang dinamakan silo. Bahan aditif sumber karbohidrat sebagai pemacu tumbuh bakteri asam laktat yang sering digunakan adalah molases (tetes), onggok, dedak padi, menir atau jagung. Tetes merupakan bahan yang paling sering digunakan karena hasilnya cukup bagus. Adapun pemilihan bahan aditif ini disesuaikan dengan ketersediaannya. Tabel 2. Rekomendasi Penggunaan Bahan Adatif dari Total Berat Segar Bahan Bahan Aditif Takaran (%) Tetas/Molases 3 Dedak Padi Halus 5 Onggok 5 Menir 4 Jagung 4 Sumber: Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, IPB (2001)
Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan silase limbah tanaman jagung adalah: batang jagung, dan dedak padi halus sebagai bahan aditif. Sedangkan alat-alat yang diperlukan antara lain: timbangan, pemotong batang jagung, kantung plastik ukuran 5 kg, dan tali rafia. Adapun prosedur pembuatan skala 1000 kg sebagai berikut: limbah jagung segar dipotong- potong sekitar 5-10 cm; kemudian ditimbang sebanyak 1000 kg; sementara itu siapkan dedak padi halus dan timbang sebesar 50 kg; aduk secara merata dan dipadatkan supaya kandungan udara dalam plastik sekecil mungkin; selanjutnya kantong plastik diikat dengan tali rafia dengan ketat dan diusahakan sampai tidak bocor untuk menghindari masuknya udara (keadaan anaerob). Setelah siap disimpan selama 3-4 minggu, kemudian dilakukan pemeriksaan dan pengamatan terhadap bau, warna, tektur, pH dan palatabilitas.
Silase yang mengalami kerusakan terlihat mengalami pembusukan, zat-zat gizinya hancur akibat terjadinya proses fermentasi yang lebih panjang (kondisi anaerob tidak tercapai) akibat penekanan kurang kencang sehingga banyak udara didalamnya. Hal ini mengakibatkan: menurunnya bahan kering, menurunnya daya cerna protein dan menurunnya kandungan karoten. Kandungan nutrisi silase jagung dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil penelitian tentang potensi jerami jagung di Pulau Timor menghasilkan 7,63 ton bahan jerami per ha yang berasal dari jerami tanaman jagung yang ditanam secara monokultur (Wirdahayati dan Ali Taek, 1993). Jerami jagung ini menyediakan konsumsi ternak sapi Bali sebesar 1-3 kg BK/ekor/hari, dimana apabila diproses menjadi silase maka nilai gizi dan pemanfaatan oleh ternak akan lebih tinggi. Tabel 3. Kandungan Nutrisi Silase Jagung Komposisi Nutrisi Kandungan Nutrisi (%BK) Protein Kasar (PK) 8,30 Total Nutrisi Tercerna (TDN) 68 Ca 0,31 P 0,27 Sumber: Diklat Pengolahan Pakan, IPB (2002) Biaya produksi pembuatan silase limbah jagung sebesar Rp. 55/kg atau Rp. 55.000/ton. Berdasarkan hasil analisa kelayakan usaha nilai B/C rasio 1,03 artinya setiap penambahan biaya sebesar Rp. 1, akan memberikan penerimaan (nilai produksi) sebesar Rp. 1,03. Karena nilai B/C > 1 maka pembuatan silase limbah jagung layak diusahakan. Kelebihan silase dibandingkan pakan lainnya yaitu: silase jagung memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi.