Oleh:
Mia Sari Hidayati, S.K.H.
15/390772/KH/8706
Dosen Pembimbing:
Dr. drh. Doddi Yudhabuntara
LAPORAN
KOASISTENSI KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
DAN ADMINISTRASI DINAS
Oleh:
Mia Sari Hidayati, S.K.H.
15/390772/KH/8706
Dosen Pembimbing:
Dr. drh. Doddi Yudhabuntara
HALAMAN PENGESAHAN
Yogyakarta,
Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat yang telah diberikan
sehingga dapat diselesaikannya laporan koasistensi Kesehatan Masyarakat
Veteriner dan Administrasi Dinas yang dilaksanakan pada tanggal 14 desember
31 desember 2015 di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung.
Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk kelulusan
Koasistensi Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Administrasi Dinas Kedokteran
Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Penyusunan dan penulisan laporan ini tidak terlepas dari banyak pihak
yang telah membantu sehingga semua dapat diselesaikan dengan baik. Terima
kasih atas bimbingan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama
menempuh kegiatan koasistensi di Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Lampung, kepada :
1. Dr. drh. Joko Prastowo, M. Si., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
2. drh. Heru Susetya, MP., Ph. D., selaku Ketua Bagian Kesehatan
Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah
Mada.
3. Drh. Dyah Ayu Widiasih, Ph.D., selaku koordinator Koasistensi
Kesehatan Masyarakat Veterniner dan Administrasi Dinas Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada.
ii
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... i
KATA PENGANTAR ................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................. 1
B. Tujuan ................................... 3
C. Waktu Pelaksanaan . ................. 3
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Gambar 10.
Gambar 11.
Gambar 12.
Gambar 13.
Gambar 14.
Gambar 15.
Gambar 16.
Gambar 17.
Gambar 18.
Gambar 19.
Gambar 20.
Gambar 21.
Gambar 22.
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2..
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan pokok manusia meliputi pangan, sandang dan papan
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari.
Upaya pemenuhan kebutuhan pangan dilakukan dengan konsumsi makanan yang
mengandung zat gizi meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
Bahan pangan asal hewan meliputi daging dan susu mengandung zat gizi yang
dibutuhkan manusia. Seiring dengan pertumbuhan populasi, maka kebutuhan akan
bahan pangan asal hewan semakin meningkat. Kebutuhan yang tinggi tanpa
disertai adanya produksi yang semakin meningkat pula rawan memicu terjadinya
pemalsuan, perubahan susunan bahan pangan asal hewan baik berupa
pengurangan kandungan gizi, maupun penambahan zat lain yang bersifat merusak
kualitas.
Menurut UU No.41 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU No.18 Tahun
2009 tentang peternakan dan kesehatan hewan, kesmavet adalah segala urusan
yang berhubungan dengan hewan dan bahan-bahan yang berasal dari hewan yang
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan manusia. Sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No.95 tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat
Veteriner dan Kesejahteraan Hewan, kesmavet memiliki tugas dalam penjaminan
hygiene dan sanitasi, penjaminan produk hewan, dan pengendalian serta
penanganan zoonosis. Produk hewan yang dimaksud meliputi produk pangan asal
Hewan, produk Hewan nonpangan yang berpotensi membawa risiko zoonosis
secara langsung kepada manusia; dan produk hewan nonpangan yang berisiko
menularkan penyakit ke hewan dan lingkungan.
Keamanan pangan asal ternak juga telah diatur dalam Standar Nasional
Indonesia (SNI) dan didukung dengan berbagai kebijakan peraturan baik berupa
undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan menteri serta perangkat
lainnya, sehingga diharapkan dapat memberikan jaminan keamanan produk
pangan asal ternak. Pelaksanaan pengawaan bahan pangan asal hewan ini tentu
saja diperlukan campur tangan Dokter Hewan, terutama dalam bidang kesmavet.
Seorang dokter hewan harus mampu memberikan jaminan kesehatan bagi
masyarakat terhadap kemungkinan adanya penyakit menular atau zoonosis serta
bahaya pemalsuan.
Keterlibatan dokter hewan juga sangat dibutuhkan dalam pengawasan dan
pencegahan masuknya HPHK (Hama Penyakit Hewan Karantina). Hal ini diatur
dalam Undang-Undang No.16 tahun 1992 mengenai Karantina Hewan, Ikan, dan
Tumbuhan. Dokter hewan berwenang bertanggungjawab dalam hal menyatakan
keadaan wabah atau kejadian luar biasa, melakukan penutupan lalu lintas daerah
atau lalu lintas ternak atau pelarangan importasi ternak atau hewan dan segala
produknya serta bahan ikutan lainnya (daging, kulit, MBM/ Meat Bone Meal ,
PMM/ Poultry meat Meal, susu dan sebagainya) yang dapat menularkan penyakit
hewan, atau mencegah timbulnya suatu penyakit atau menetapkan pemusnahan
sejumlah hewan untuk mencegah meluasnya suatu penyakit atau timbulnya suatu
penyakit hewan menular di kawasan tertentu melalui karantina hewan.
Tujuan
Tujuan kegiatan
koasistensi
kesehatan masyarakat
veteriner dan
administrasi dinas ini adalah untuk mengetahui dan memahami peran dokter
hewan yang bekerja di bagian kedinasan, terutama pada bidang kesehatan
masyarakat veteriner dan administrasi dinas, serta dokter hewan di karantina.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Provinsi Lampung
Provinsi Lampung terletak di ujung pulau Sumatra bagian tenggara.
Provinsi lampung terletak pada 103040 - 105050 BT dan 6045 3045 LS, dan
Bandar Lampung sebagai ibukota. Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas
35.288,35 km2 termasuk pulau-pulau yang terletak pada bagian sebelah paling
ujung tenggara Pulau Sumatera, dan dibatasi oleh provinsi Sumatera Selatan di
sebelah utara, Selat Sunda di sebelah selatan, Laut Jawa di sebelah Timur, dan
Samudra Indonesia di sebelah barat.
Sejarah
Hingga abad ke-11, provinsi Lampung merupakan bagian dari Kerajaan
Sriwijaya. Setelah itu, Lampung menjadi bagian dari Kerajaan Melayu. Lampung
4
merupakan wilayah yang terkenal sebagai penghasil lada hitam sehingga dikuasi
oleh bangsa Eropa.VOC mengklaim menguasai wilayah ini sampai abad ke-17.
Pemerintah Hindia Belanda sempat mentransmigrasikan orang ke Lampung untuk
mengatasi masalah kepadatan penduduk di Pulau Jawa.Lampung diresmikan
menjadi provinsi pada 18 Maret 1964, lada hitam menjadi salah satu bagian
lambang daerah.
Provinsi Lampung memiliki potensi yang cukup besar dalam bidang
pertanian seperti padi dan jagung, perkebunan seperti kelapa sawit dan kopi, dan
peternakan seperti sapi dan kambing.Dan provinsi lampung merupakan pintu
gerbang pulau Sumatra dari wilayah Jawa. Provinsi Lampung memiliki lahan
yang relatif luas untuk mengembangkan pertanian di sub sektor peternakan,
tersediannya bahan baku makanan ternak yang melimpah, dan sumber daya
manusia (SDM) yang cukup memadai. Hal tersebut memberikan dorongan
tumbuhnya usaha peternakan rakyat, berdirinya perusahaan peternakan, dan
perdirinya perusahaan pengelola pakan.
Komoditi unggulan Provinsi Lampung yaitu berasal dari sektor pertanian,
perkebunan, peternakan dan jasa. Sektor pertanian komoditi unggulannya adalah
jagung, pisang, ubi jalar dan ubi kayu, sub sektor tanaman perkebunan dengan
komoditi Kelapa sawit, Kakao, Karet, Tebu, kopi, Kelapa, aren, cengkeh, jambu
mete, jarak, kapuk, kayu manis, nilam, pala, pinang, tembakau, vanili dan Lada.
Sub sektor perikanan komoditi yang diunggulkan berupa perikanan Tangkap,
Budidaya Jaring apung, budidaya keramba, budidaya kolam, budidaya laut,
budidaya sawah, dan budidaya tambak. Dari sub sektor peternakan komoditinya
adalah sapi, babi, domba, kerbau dan kambing, sedangkan sub sektor jasa
komoditinya yaitu wisata alam dan wisata budaya.
Provinsi Lampung memiliki jumlah sapi potong 573.483 ekor, sapi perah
268 ekor, kerbau 22.627 ekor, kuda 236 ekor, kambing 1.253.153 ekor, domba
89.005 ekor, babi 43.513 ekor, ayam buras 10.924.455 ekor, broiler atau ayam
pedaging 29.931.232 ekor, layer atau ayam petelur 5.121.094 ekor, dan itik
609.569 ekor. Ternak di didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan terutaman
DKI Jakarta, Banten, Jawa barat, dan beberapa povinsi di Sumatera.
B. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung
Dinas peternakan provinsi Lampung beralamatkan di JL. Zainal Abidin Pagar
Alam No. 52 Bandar Lampung. Dinas ini didirikan oleh Pemda Tingkat I
Lampung pada tahun 1968 dan diresmikan oleh Gubernur Provinsi Lampung.
Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Lampung Nomor 11 Tahun 2007,
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung memiliki tugas dan
fungsi sebagai berikut :
Visi dan Misi
Visi. Visi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah mewujudkan
Lampung sebagai lumbung ternak yang tangguh dan mandiri.
Tangguh yang dimaksud adalah penggunaan sumber daya optimal; responsif
terhadap perubahan permintaan dan mampu menerapkan teknologi tepat guna;
mampu menghadapi cekaman gangguan iklim, harga, wabah dan penyakit;
produktivitas
usaha
efisien,
berkelanjutan
dan
ramah
lingkungan;
keberlangsungan usaha dinikmati oleh semua pelaku yang terlibat dalam jalinan
agribisnis; mampu memberikan dukungan koeksistensi yang kondusif bagi
pembangunan sektor lain; adaptable dengan perubahan lingkungan strategis yang
mempengaruhinya; memiliki kredibilitas posisi tawar yang andal dan bersaing
kompetitif; dan menganut iklim manajemen kebijakan yang berwibawa dan
konsisten serta dilindungi kuat oleh undang-undang.
Mandiri memiliki arti bahwa tidak tergantung pada kekuatan dan
kemampuan pihak lain, seperti dalam penyediaan bahan baku pakan dan sapi
bakalan yang secara langsung dapat menyediakan inefisiensi; dapat melakukan
kerjasama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak; memiliki
kemampuan dalam menyediakan dan meningkatkan aksebilitas peternak terhadap
modal, baik melalui sumber pembiayaan lembaga keuangan atau kemitraan;
memiliki kemampuan dalam mengakses dan menerapkan teknologi; memiliki
kemampuan dalam memanfaatkan potensi sumber daya lokal secara optimal.
Misi. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah:
1.
asal
ternak
yang
terjamin
baik
mutu,
jumlah
dan
penyediaan
dukungan
kerjasama
antar
kabupaten/Kota
dan
hewan/ternak;
pemantauan,
peramalan,
pengendalian
serta
Kepala Dinas
Ir. Dessy Desmaniar
R,MM
Sekretaris
Zukifli Umar, SE
Subbag
Umum &
Kepeg
Subbag
Keuangan
Drs.Hj.
Tarlina,M.P
d
Subbag
Perencanaa
n
Drs.Hj.
Tarlina,M.Pd
Kabid Produksi Ternak
Ir.Perwira Suganda
Kasi Bibit
Ir.Sri Sulistyaningsih
Kasi Kesmavet
Oktina Siswanti
Kasi P2OH
Ir.Pancawati,WL
Kasi Distrib.Pemasaran
Sri Raudha Yulianti, SE
Kasi Budidaya
Dwita batasari, S.Pt
Kasi Penataan
Kawasan
Kelompok jabatan
Fungsional
Was.Bit.Nak
Ir.Dadam Abdul Syukur
Medik Veteriner
drh.Mulyani
Dinas.
Sekretariat
mempunyai
tugas
melaksanakan
10
11
C. KESEHATAN DAGING
Menurut SNI (2008) daging adalah bagian dari otot skeletal dari karkas
yang aman, layak dan lazim dikonsumsi oleh manusia, dapat berupa daging segar,
daging segar dingin, atau daging beku (Anonim, 2008).Daging didefinisikan
sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringanjaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan
kesehatan bagi yang memakannya. Organ-organ misalnya hati, ginjal, otak, paruparu, jantung, limpa, pancreas dan jaringan otot termasuk dalam definisi ini
(Soeparno, 2009).
12
Pigmen
Mioglobin
Oksimioglobin
Metmioglobin
Metmioglobin nitrit
Sulfmioglobin
8
9
Metsulfmioglobin
Choleglobin
10
Globinmiohemokromogen
11
Globin miohemikrogen
12
Nitritoksida
miohemokromogen
Proses Terbentuknya
Warna
Reduksi
metmioglobin, merahdeoksigenasi oksimioglobin
purple
Oksigenasi myoglobin
Merah
cerah
Oksidasi
myoglobin, Merah
oksimioglobin
cokelat
Kombinasi myoglobin dan Merah
nitrid oksida
cerah
(pink)
Kombinasi metmioglobin dan Crimson
nitrit oksida
kombinasi metmioglobin dan Cokelat
nitrit berlebihan
kemerahan
Pengaruh H2S dan oksigen Hijau
terhadap myoglobin
Oksidasi sulfmioglobin
Merah
Pengaruh
H2O2
terhadap Hijau
myoglobin atau oksimioglobin.
Pengaruh panas, pendenaturasi Merah
myoglobin, myoglobin; iradiasi suram
globin hemikromogen.
Pengaruh panas, pedenaturasi Cokleat
myoglobin
oksimioglobin, terkadang
metmioglobin, hemokromogen keabuan
Pengaruh panas, pendenaturasi Merah
nitrit oksida myoglobin.
cerah
(pink)
13
c. Perubahan nilai pH
Penimbunan asam laktat dan tercapainya pH ultimate postmortem tergantung
pada cadangan glikogen otot pada saat pemotongan. Penimbunan asam laktat
akan terhenti setelah cadangan glikogen otot menjadi habis atau setelah
kondisi yang tercapai, yaitu pH cukup rendah untuk menghentikan aktivitas
14
enzim glikolitik didalam glikolisis anaerob serta glikogen tidak lagi sensitive
terhadap serangan-serangan enzim glikolitik (Soeparno, 2009).
d. Rigor Mortis
Kekakuan
otot
menjadi
tidak mampu
15
Respirasi
terhenti
Glikolisis
anaerob
Penurunan kadar
ATP dan CP
Penurunan nilai
PH
Rigor Mortis
Denaturasi
Protein
Pembebasan dan
Aktivasi enzim
16
17
18
19
20
2. Tidak berada di bagia kota yang padat penduduknya serta letaknya lebih
rendah dari tempat pemukiman penduduk, tidak menimbulkan gangguan
dan pencemaran lingkungan.
3. Tidak berada di dekat industry logam dan kimia, tidak berbahaya banjir,
bebas dari asap, bau debu, dan kontaminan lainnya.
4. Memiliki lahan yang efektif datar dan cukup luas untuk pemgembangan
RPH.
a. Persyaratan sarana :
1) Sarana jalan yang baik menuju RPH yang dapat dilalui kendaraan
pengankut hewan potong dan kendaraan daging.
a) Sumber air cukup dan memenuhi persyaratan SNI 01-0220-1987.
Untuk sapi/ kerbau/ kuda : 1000 L/ekor/ hari, kambing/ domba : 100 L/
ekor/ hari, babi : 450 L/ ekor/ hari.
2) Sumber tenaga listrik yang cukup.
3) Pada rumah pemotonganhewan babi harus ada persediaan air panas untuk
pencelupansebelum pengerokan bulu.
4) Seyogyanya dilengkapi dengan instalasi air bertekanan dan/atau air panas
(suhu 80oC).
b. Persyataratan Bangunan dan Tata Letak
1) Kompleks bangunan RPH harus terdiri dari :
Bangunan utama, kandang Penampungan dan istirahat hewan, kandang
isolasi, Kantor administrasi dan kantor dokterhewan, Tempat istirahat
karyawan, kantin dan mushola, tempat penyimpanan barang pribadi,
21
kamar mandi dan WC, Sarana Penanganan Limbah, Tempat parkir, tempat
jaga, gardu listrik, Menara air.
2) Kompleks RPH harus dipagar sedemikian rupa agar mencegah keluar
masuk orang yang tidak berkepentingan dan hewan lain selain hewan
potong. Pintu masuk hewan potong harus berpisah dari pintu keluar
daging.
3) Kompleks RPH babi harus dipisahkan dengan kompleks RPH lain dengan
jarak cukup jauh atau dibatasi dengantinggi pagar minimal 3 m atau
terpisah total dengan dinding tembok serta di tempat yang lebih rendah
dari RPH lain.
4) RPH seyogyanya dilengkapi dengan : Ruang pendinginan dan pelayuan,
laboratorium, system sarana pembuangan limbah cair.
5) Bangunan utama RPH terdiri dari :
a) Daerah kotor : Proses yang boleh dilakukan di daerah kotor adalah
pemingsanan, penyembelihan, dan pengeluaran darah (bleeding),
pemisahan kepala, kaki, dan ekor dari karkas, pengulitan, dan
pengeluaran jeroan, sedangkan paru paru, hati, jantung, dan limpa
dipindahkan ke daerah bersih untuk pemeriksan post mortem.
b) Daerah bersih : Proses yang boleh dilakukan di daerah bersih adalah
proses pengubahan hewan menjadi daging meliputi pembelahan
karkas, pemeriksaan post mortem, cutting, pendinginan, pembekuan.
Pada bagian ini peralatan yang disediakan adalah gentong/bak yang
22
23
24
Daging hasil dari RPH diangkut keluar dengan menggunakan mobil box
tertutup yang bagian dalamnya dilapisi dengan isolator panas. Orang atau
benda lain tidak diijinkan masuk kendaraan ini(SNI, 1999).
Tipe-tipe Rumah Potong Hewan
Menurut Peraturan Menteri
RPH dibedakan
25
26
pencernaan.
Bibir
dan
permukaan
hidung
diamatiapakah
27
28
sinusitis.
Periksa
kelenjar
pertahanan,
ln.
axillaris,
ln.
mandibularis, serta tonsil dengan jalan menekan lidah ke bawah. Iris kedua
sisi m. Masseter untuk melihat kemungkianan adanya Cysticercus bovis.
Pada babi kepala diperiksa terhadap kemungkian adanya actinomycosis
pada telinga babi, tuberkolosis kelenjar pertahanan, dan adanya anthrax
pada pharynx. Pemeriksaan terhadap adanya cysticercosis dilakukan
dengan memeriksa mukosa mulut bagian bawah dan sisi luar lidah.
b. Pemerikasaan paru-paru
Dilihat kemungkinan adanya perubahan warna (paru-paru yang sehat
berwarna terang). Jika diperlukan dilakukan incise secara melintang.
c. Pemeriksaan jantung
Inspeksi adanya pembesaran, ketidaksimetrisan, dan kemungkinan adanya
perubahan warna pada Tiger Heart. Dilakukan incise untuk melihat
kemungkian adanya cysticercus.
d. Pemeriksaan alat pencernaan
Usus dan lambung segera dikeluarkan dari perut dan diperikasa kelenjar
pertahanan mesenterial yang terletak di jaringan penggantung usus, kirakira 5-8 cm diatas usus. Kelainan yang sering terjadi adalah terlihatnya
sarang-sarang tuberculosis, dan infeksi anthrax yang ditandai dengan
berubahnya konsistensi kelenjar pertahanan menjadi seperti gelatin.
29
a. Pemeriksaan esophagus
Dipisahkan dari tempat bertautnya, lalu dilihat dengan pencahayaan terang
adanya sarang cysticercosis dan sarcosporodia.
b. Pemeriksaan hati
Kemungkinan adanya pembendungan dan degenerasi dan sarang parasit.
Salah satu yang paling sering ditemukan adalah adanya Fasciola hepatica .
cacing ini tidak ditularkan ke manusia melalui hati yang mengandung
cacing dewasa. Serangan cacing ini ada hewan akan mengakibatkan
terjadinya pengapuran pada saluran empedu, sehingga hati tidak layak
untuk konsumsi manusia.
c. Pemeriksaan limpa
Kelainan yang sering terjadi adalah kebengkaan akibat gangguan sirkulasi,
dan infeksi parasit.
d. Pemeriksaan karkas
1) Pemeriksaan bagian luar karkas, dengan cara dilihat adanya perubahan
warna pada permukaan karkas.
2) Pemeriksaan bagian dalam karkas : Dilihat adanya tanda-tanda radang.
3) Pemeriksaan jaringan otot : Perhatikan perubahan warna, konsistensi,
dan bau dari karkas. Karkas normal berwarna merah kecoklat , padat,
tidak berair, dan beraroma khas daging.
e. Pemeriksaan kelenjar pertahanan (Lymphonoduli).
Lima kelenjar pertahanan harus diperiksa yaitu Ln. cervicalis superior
(daerah inervasi leher, dada, dan kaki depan), Ln. subiliacus externi
30
(terletak dalam otot), Ln. axillaris propius (daerah inervasi ketiak, kaki
depan dan dada), Ln. popliteus (diatas m. gastrocnemius antara m. biceps
femoris dan m. semitendinosus).
31
32
dari
penyakit
zoonosis
dan
sesuai
dengan
permintaan
33
hidup;
Pemingsanan
(stunning),
34
Penyembelihan
(killing),
35
1) Tata ruang harus didisain agar searah dengan alur proses serta
memiliki ruang yang cukup sehingga seluruh kegiatan pemotongan
unggas dapat berjalan baik dan higienik.
2) Tempat pemotongan harus didisain sedemikian rupa sehingga unggas
memenuhi persyaratan halal
3) Besar ruangan disesuaikan dengan kapasitas pemotongan.
4) Adanya pemisahan ruangan yang jelas secara fisik antara daerah
bersih dan daerah kotor. Di daerah penyembelihan dan pengeluaran
darah harus didisain agar darah dapat tertampung.
b. Dinding :
1) Tinggi dinding pada tempat proses penyembelihan dan pemotongan
karkas minimum 3 meter.
2) Dinding bagian dalam berwarna terang dan minimum setinggi 2 meter
terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah korosif, tidak toksik,
tahan terhadap benturan keras, mudah dibersihkan dan didesinfeksi
serta tidak mudah mengelupas.
c. Lantai :
1) Lantai terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah korosif, tidak licin,
tidak toksik, mudah dibersihkan dan didesinfeksi dan landai ke arah
saluran pembuangan.
2) Permukaan lantai harus rata, tidak bergelombang, tidak ada celah atau
lubang.
d. Sudut Pertemuan :
36
intensitas
penerangan
37
sebesar
540
luks
di
tempat
38
harus terbuat dari bahan yang kedap vair, tidak mudah korosif, mudah dirawat
serta mudah dibersihkan dan didesinfeksi.
11. Sarana Penanganan Limbah harus sesuai dengan rekomendasi Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
12. Insenerator harus memenuhi persyaratan : Terletak dekat tempat penurunan
unggas hidup dan lebih rendah dari bangunan lain; Didisain agar mudah
diawasi dan mudah dirawat serta sesuai dengan rekomendasi Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
13. Rumah Jaga harus memenuhi persyaratan : Dibangun masing-masing di pintu
masuk dan pintu keluar kompleks Rumah Pemotongan Unggas; Ventilasi dan
penerangan cukup baik; Dilengkapi dengan atap yang terbuat dari bahan yang
kuat, tidak toksik dan dapat melindungi petugas dengan baik dari panas
matahari dan hujan; Didisain agar petugas di dalam bangunan dapat
mengawasi keadaan di luar rumah jaga.
Persyaratan peralatan
1. Seluruh perlengkapan pendukung dan penunjang di Rumah Pemotongan
Unggas harus terbuat dari bahan yang tidak mudah korosif, mudah
dibersihkan dan didesinfeksi serta mudah dirawat.
2. Peralatan yang langsung berhubungan dengan daging harus terbuat dari bahan
yang tidak toksik, tidak mudah korosif, mudah dibersihkan dan didesinfeksi
serta mudah dirawat.
39
3. Di dalam bangunan utama harus dilengkapi dengan sistem rel (railing system)
dan alat penggantung karkas yang didisain khusus dan disesuaikan dengan
alur proses.
4. Sarana untuk mencuci tangan harus didisain sedemikian rupa agar tangan
tidak menyentuh kran air setelah selesai mencuci tangan, dilengkapi dengan
sabun dan pengering tangan seperti lap yang senantiasa diganti, kertas tissue
atau pengering mekanik (hand drier). Jika menggunakan kertas tissue, maka
disediakan pula tempat sampah tertutup yang dioperasikan dengan
menggunakan kaki.
5. Sarana untuk mencuci tangan seperti butir 7.4 disediakan disetiap tahap proses
pemotongan, dan diletakkan ditempat yang mudah dijangkau, ditempat
penurunan unggas hidup, kantor administrasi dan kantor dokter hewan, ruang
istirahat pegawai dan/atau kantin serta kamar mandi/WC.
6. Pada pintu masuk bangunan utama harus dilengkapi sarana untuk mencuci
tangan seperti pada butir 7.4 dan sarana mencuci sepatu boot, yang dilengkapi
sabun, desinfektan, dan sikat sepatu.
7. Peralatan yang digunakan untuk menangani pekerjaan bersih harus berbeda
dengan yang digunakan untuk pekerjaan kotor, misalnya pisau untuk
penyembelihan tidak boleh digunakan untuk pengerjaan karkas.
8. Harus disediakan sarana/peralatan untuk membersihkan dan mendesinfeksi
ruang dan peralatan.
40
41
42
43
serta tidak mudah mengelupas; Lantai tidak licin dan landai ke arah saluran
pembuangan. Sudut pertemuan :
a. Sudut pertemuan antara dinding dan lantai harus berbentuk lengkung
dengan jari-jari sekitar 75 mm.
b. Sudut pertemuan antara dinding dan dinding harus berbentuk lengkung
dengan jari-jari sekitar 25 mm.
5. Langit-langit harus berwarna terang, terbuat dari bahan yang kedap air,
memiliki insulasi yang baik, tidak mudah mengelupas, kuat dan mudah
dibersihkan.
6. Intensitas cahaya dalam ruang adalah 220 luks.
7. Ruang didisain agar tidak ada aliran air atau limbah cair lainnya dari ruang
lain yang masuk ke dalam ruang pembeku.
8. Ruang mempunyai alat pendingin yang dilengkapi dengan kipas (blast
freezer). Suhu di dalam ruang maksimum adalah 35 oC dengan kecepatan
udara minimum 2 meter per detik.
Ruang penyimpanan beku
1. Ruang Penyimpanan Beku terletak di daerah bersih.
2. Besarnya ruang disesuaikan dengan jumlah karkas yang dihasilkan.
3. Konstruksi ruang harus mengikuti persyaratan seperti butir 11.3.
4. Ruang didisain agar tidak ada aliran air atau limbah cair lainnya dari ruang
lain yang masuk ke dalam ruang penyimpanan beku.
5. Suhu maksimum di dalam ruang adalah 20 oC.
44
KESEHATAN SUSU
Definisi Susu
Menurut SNI 3141-1-2011, susu segar adalah cairan yang berasal dari
ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar,
yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan
belum mendapat perlakuan apapun kecuali pendinginan. Susu mengandung air,
lemak, protein (kasein dan laktoalbumin), karbohidrat (laktosa) dan enzim serta
vitamin, dengan persentase masingmasing komponen berbeda tergantung bangsa
sapi, individu sapi, pakan, suhu dan waktu pemerahan. perbedaan komposisi susu
tiap spesies dijelaskan pada tabel 2.
Tabel 3. Rata-rata komposisi kimia dan fisik susu pada beberapa spesies
ruminansia (Pulina, 2004)
Komponen
Domba
Kambing
Sapi
Kerbau
Air (%)
82.5
87.0
87.5
80.7
Total solid (%)
17.5
13.0
12.5
19.2
Lemak (%)
6.5
3.5
3.5
8.8
Lemak globulin (m)
4.0
3.9
4.4
TN* (%)
5.5
3.5
3.2
4.4
Casein (%)
4.5
2.8
2.6
3.8
Serum Protein (%)
1.0
0.7
0.6
1.1
Laktosa (%)
4.8
4.8
4.7
4.4
Mineral (%)
0.92
0.80
0.72
0.8
Ca (mg/l)
193
134
119
190
Energy (kcal/l)
1050
650
700
1100
Berat Jenis
1.037
1.032
1.032
1.030
Derajat Asam (SH)
8.5
8.0
7.1
10.0
PH
6.65
6.60
6.50
6.67
Titik Beku
- 0.580
-0.570
-0.524
-0.580
*Total Nitrogen (N6.38)
45
Higiene Susu
Higiene susu adalah usaha-usaha untuk mendapatkan susu yang sehat,
aman, penuh (utuh/murni) sejak dari pemerahan dan tetap dipertahankan keadaan
tersebut sampai konsumen. Usaha-usaha yng dilakukan adalah terutama untuk
menghindari pencemaran susu oleh mikroorganisme yang dapat menular kepada
manusia. Tujuan dari higiene susu adalah untuk melindungi masyarakat luas agar
terhindar dari kerugian-kerugian akibat kerusakan susu yang dikonsumsi, serta
menjamin tidak adanya pemalsuan susu, misalnya dengan ditambahkannya bahanbahan tertentu kedalam susu seperti air, santan, gula dan lain-lain.
Pemeriksaan Susu
Pemeriksaan sampel susu meliputi beberapa macam uji yang dilakukan di
Laboratorium Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung, meliputi:
1.
46
d. Uji Kebersihan : untuk mengetahui adanya kotoran atau benda asing yang
tidak dapat terlihat oleh mata yang terdapat di susu. Botol susu difiksasi,
saringan diletakkan di mulut botol, perlahan-lahan melalui dinding botol
air susu sebanyak 500 ml dimasukkan, melalui saringan air susu
ditampung di beker glass, saringan dikeringkan, diperiksa, dan dihitung
kotorannya. Kotoran bisa berupa bulu sapi, rumput, sisa makanan, bagian
feses, semut, darah, nanah, pasir, dll. Penilaian uji kebersihan: bersih,
sedang, kotor.
e. Uji Derajat Asam
Dengan menggunakan kertas lakmus. Kertas lakmus dicelupkan ke air
susu, warna yang terlihat di kertas dicocokkan dengan tabel derajat asam.
f. Uji Reduktase
Dilakukan untuk mengukur aktifitas bakteri yang terdapat dalam air susu.
Susu sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah
terisi 1 ml Methylene Blue, kemudian dikocok merata sampai seluruhnya
berwarna biru. Kemudian ditetesi parafin liquidium hingga larutan
tertutupi/terlapisi. Selanjutnya dimasukkan ke dalam pemanas bersuhu
40o C dan diamati waktu yang diperlukan untuk membuat larutan
berwarna putih.
2.
47
tabung ukur 100 ml yang berisi susu yang ingin diperiksa setinggi
tabung. Angka berat jenis yang terukur beserta suhunya dicatat dan
dilakukan konversi ke suhu standar.
b.
c.
Penetapan Refraksi
Penetapan angka refraksi (angka skala yang ditunjukkan refraktometer)
dari serum kalsium klorida susu. Angka refraksi disesuaikan pada suhu
27,5o C dan dihitung indeks refraksinya.
Hasil pemeriksaan susu tersebut selanjutnya dikirimkan ke perusahaan
48
Pengembangan Peternakan
dan Kesehatan Hewan Perusahaan Ternak
49
Pinneaple (GGP) yang masih berda dalam satu Group telah menerapkan konsep
integrated Farming. PT.GGL memanfaatkan Pakan yang berasal dari Limbah
nanas PT. GGP, sementara PT. GGP memanfaatkan pupuk organik dari PT. GGL.
Sarana penunjang perusahaan terdiri dari bangunan kandang, terdiri dari 2 feedlot
masing masing berjarak 500 meter dengan kapasitas total maksmum 14. 000 ekor;
50
51
susu yang berkualitas dan berkuantitas. Dengan import sapi FH murni dari
australia sebanyak 220 ekor pada awalnya dan memproduksi susu 36 ltr/sapi/hari.
Hasil produksi ini masih didistribusikan secara internal untuk karyawan PT. GGP.
PT. Indo Prima Beef
Penggemukan sapi pribadi yang menjadi cikal bakal berdirinya PT Indo
Prima Beef Sudah di mulai pada tahun 2000, dengan menggunakan sapi sebanyak
30 ekor .
52
53
Usaha Bersama telah memperoleh sertifikat halal Daging Ayam Probio LPPOM
MUI No. 02010003110412, sertifikat Halal Rumah Potong Ayam LPPOM MUI
No. 02020003130412, sertifikat Juru Sembelih Halal LPPOM MUI No.
02010002811011, dan sertifikat Nomor Kontrol Veteriner No. RPU-1872022-007
Tanggal 13 juli 2012.
Balai Besar Perikanan dan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung Selatan
Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) adalah unit pelaksanaan
teknis yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jendral
Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan. BBPBL mempunyai
tugas melaksanakan uji terap teknik dan kerja sama, pengelolaan produksi,
pengujian laboratorium, mutu pakan, residu, kesehatan ikan danlingkungan, serta
bimbingan teknis perikanan budidaya laut.
Fungsi dari balai ini meliputi identifikasi dan penyusunan rencana
program teknis dan anggaran; pemantauan dan evaluasi serta laporan, pelaksanaan
uji terap teknik perikanan budidaya laut; pelaksanaan penyiapan bahan
standardisasi perikanan budidaya laut; pelaksanaan sertifikasi sistem perikanan
budidaya laut, pelaksanaan kerja sama teknis perikanaan laut; pengelolaan dan
pelayanan sistem informasi, dan publikasi perikanan budidaya laut; pelaksanaan
layanan pengujian laboratorium persyaratan kelayakan teknis perikanan budidaya
laut; pelaksanaan pengujian mutu pakan, residu, serta kesehatan ikan dan
lingungan budidaya laut; pelaksanaan bimbingan teknis laboratorium pengujian;
pengelolaan produksi induk unggul, benih bermutu, dan sarana produksi
54
b.
2. Pakan
a.
55
b.
b.
c.
b.
c.
d.
Sosialisasi SNI
e.
f.
g.
h.
i.
Pengelolaan website
56
dan
Pengujian
Veteriner
(BPPV)
Regional
III
adalah
57
58
BAB III
PEMBAHASAN
Kegiatan
Administrasi dinas dan
15 Desember
2015
16 Desember
2015
Pemeriksaan Daging,
Bakso, dan Uji Rapid test
babi
Pemeriksaan Antemortem
dan Postmortem di RPH
Kunjungan Ke pasar
Kunjungan ke Peternakan
Sapi Perah Lembu
Poang
Pemeriksaan Susu
Kota Metro
17 Desember
2015
17 Desember
2015
17 Desember
2015
17 Desember
2015
18 Desember
2015
21 Desember
2015
22 Desember
2015
23 Desember
2015
Kunjungan Peternakan
Ayam Probiotik Berkat
Usaha Bersama
Kegiatan Lapangan di
Balai Besar Perikanan dan
Budidaya Laut
Kegiatan lapangan di
Feedlot PT. Great Giant
Livestock Coy (GGLC)
Kegiatan lapangan di
Feedlot PT. Great Giant
Lokasi
Ruang pertemuaan Bidang
Kesehatan Hewan Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Lampung
Pasar Bambu Kuning dan Super
Indo di Mall Kartini
24 Desember
2015
25 Desember
2015
28 Desember
2015
29 Desember
2015
30 Desember
2015
31 Desember
2015
31 Desember
2015
Kegiatan pemberian
Bekri, Lampung
vaksinasi dan pengambilan
sampel pada sapi import
yang baru datang di
feedlot PT. Santosa
Agrindo
Kegiatan di Balai
Balai Veteriner Lampung
Veteriner Lampung
Uji Boraks dan Formalin
pada Bakso di
Laboratorium Kesmavet
Penyerahan Plakat dan
Ucapan Terima Kasih
61
62
Uji Formalin. uji formalin di laboratorium kesmavet ini dilakukan secara manual.
Sampel ditimbang sebanyak 10 gram, kemudian diberi 10 ml aquabidest dan
dihomogenkan. Masukkan kedalam tabung reaksi kemudian di sentrifuge dengan
kekuatan 1000 rpm. Supernatant diambil 10 ml, dan diberi 3 tetes larutan
Fenilhidrazin 3%, 2 tetes larutan sodium nitroprusida 3%, dan 3 tetes larutan NaOH
10 %. Hasil positif ditunjukan dengan terbentuknya warna hijau emerald, sedangkan
jika hasil negative ditunjukkan dengan terbentuknya warna kuning.
Uji Boraks. Prinsip dari uji boraks adalah di dalam rimpang kunyit terdapat minyak
atsiri kurkumin yang dapat dijadikan indikator Natrium tetraboraks dan asam boraks
yang memberikan warna merah oranye yang dirubah menjadi hijau gelap oleh
penambahan amonia, tetapi akan kembali menjadi merah oranye apabila
ditambahkan asam. uji ini dilakukan dengan membuat ekstrak dari 25 gram sampel
bakso atau daging pada mie ayam, kemudian ditambahkan aquadest sebanyak 50 ml.
Ekstrak disaring, dan masukkan kedalam tabung raksi sebanyak 20 ml. setelah itu
ditambahkan HCL pekat sebanyak 0,7 ml. larutan kemudian diteteskan pada kertas
kunyit yang telah disiapkan dan dipotong ukuran 1x6 cm. Hasil positif akan
menunjukkan perubahan warna ke oranye, dan jika tidak berubah maka hasil negatif.
uji pork. Uji ini dilakukan dengan menimbang 0,5 gram sampel, kemudian
ditambahkan dengan air panas 1 ml. setelah dingin makan masukkan test kit xema.
jika positif pada indikator test kit akan terbentuk 2 garis, dan jika hasil negatif maka
hanya akan terbentuk satu garis.
Uji bangkai. Prinsip uji ini adalah kompetisi antara Hemoglobin (Hb) dengan
Malachite green dalam mengikat Oksigen (O2), dimana Hb memiliki afinitas yang
lebih tinggi dalam mengikat O2. Cara kerjanya adalah membuat 1 bagian daging
dengan 10 bagian air kemudian mengambil 1 ml ekstrak ke dalam tabung reaksi lalu
setelah itu meneteskan 1 tetes reagen durante ke dalam tabung reaksi. Homogenisasi
63
dengan cara mengkocok tabung reaksi, jika positif daging adalah bangkai hasil akan
berwarna hijau sedangkan jika warna tetap biru maka hasil negatif.
Berdasarkan pengujian dari ketujuh sampel tersebut, maka diperoleh hasil bahwa
semua sampel negative formalin, boraks, bangkai dan porks. keterangan lebih lanjut
dapat di lihat pada tabel 8 berikut.
Pork
Bangkai
1
Sampel Bakso 1
2
Sampel Bakso 2
3
Sampel Bakso 3
4
Sampel Daging 1
5
Sampel Daging 2
6
Sampel Daging 3
7
Sampel Daging 4
8
Kontrol positif
+
Berikut ini adalah gambar hasil pngujian Pork, Boraks dan Formalin pada
ketujuh
sampel tersebut.
(a)
(b)
Gambar 6 (a). Hasil uji bangkai dengan reagen durante. (b) Proses pengujian
oleh mahasiswa koas
64
65
d
e
Gambar 7. Bangunan RPH Kota Metro , Ruang administrasi (a) , Bagunan utama (b),
anak koas bersama drh siska (c), Instalasi pengolahan limbah (d), Menara air (e)
Ditinjau dari segi sarana, meliputi akses jalan, sumber air dan sumber listrik
yang memadai. Bangunan dan tata letak RPH Kota Metro terdiri dari bangunan
utama, kandang penampungan dan istirahat hewan, kantor administrasi dan kantor
dokter hewan, mushola, kamar mandi, sarana penanganaan limbah, insenerator,
tempat parkir, rumah jaga dan menara air.
66
Kandang penampungan berjarak lebih dari 10 meter dari bangunan utama dan
terdapat gangway yang memadai untuk sapi digiring menuju bangunan utama. Atap
juga mampu melindungi hewan dari panas dan hujan. Tempat unloading hewan
kemiringannya cukup, tidak memberikan celah terjadinya cedera pada hewan.
67
Uraian
Tarif Retribusi
Rp 20.000
Rp 2.500
Rp 2.500
Tempat pemotongan
Rp 7.000
Tempat pelayuan
Rp 5.000
Rp 3.000
Rp 3.500
Rp 1.000
Rp 1.000
Tempat pemotongan
Rp 500
Tempat pelayuan
Rp 500
Rp 500
Rp 10.000
Rp 5.000
Rp 5.000
68
Rp 15.000
Rp 6.500
Rp 6.500
Rp 100
69
Gambar 9. Proses penyembelihan dan Pemeriksaan post mortem pada sapi yang
dipotong,.
70
C
Gambar 11. (a) pemeriksaan postmortem pada hati normal, (b) hati yang
dicuragi terdapat fasciola, (c) cacing fasciola di hati
71
72
Gambar 13. keadaan Pasar Cenderawasih. a. Penjual daging sapi di area dalam , b.
Penjual daging sapi di area luar, c. Penjual daging ayam, d. Kondisi Pasar
Harga daging ayam di pasar cendrawasih berkisar antara Rp 25.000 Rp
27.000/kg, untuk daging sapi Rp 100.000,-/kg, sedangkan daging babi Rp 90.000,-
73
/kg. Dari hasil pemeriksaan organoleptic, daging dalam keadaan baik, tidak
ditemukan adanya memar atau kelainan pada daging dan hati. Sebagian besar daging
berasal dari luar daerah metro, dan tidak dipotong di RPH. Pemotongan sapi di luar
RPH dirasa kurang baik, karena jika sapi di potong di TPH, tidak ada pengawasan
dokter hewan terhadap sapi yang disembelih, sehingga meningkatkan resiko
penyembelihan sapi betina produktif dan sapi yang menderita penyakit.
4. Kegiatan Kunjungan di KPA Berkat Usaha Bersama
Kegiatan kunjungan lapangan di KPA Berkart Usaha Bersama dilaksanakan
pada tanggal 18 Desember 2015. KPA Berkat Usaha Bersama merupakan kelompok
peternak ayam di Lampung yang memproduksi ayam probiotik/ ayam herbal.
Inspirasi beternak ayam herbal yang menjadi keunggulan KPA ini bermula dari
pengetahuan akan bahaya residu antibiotik yang ramai diberitakan media. Ayam
probio atau ayam herbal adalah ayam broiler yang dipelihara secara organik dengan
menggunakan probiotik dan jamu jamuan atau herbal tanpa menggunakan obat
obatan kimia, antibiotic, desinfektan maupun hormon pertumbuhan sehingga
menghasilkan daging ayam yang sehat dan berkualitas organik sehingga aman untuk
dikonsumsi. Ayam probio atau ayam herbal KPA Berkat Usaha Bersama ini
menggunakan 11 macam bahan herbal meliputi lempuyang, temulawak, jahe, kencur,
kunyit, temu ireng, lengkuas, sirih, sambiloto, brotowali, dan bawang putih sebagai
bahan campuran pakan.
Berdasarkan hasil uji lab terhadap karkas ayam probio produksi KPA Berkat
Usaha Bersama menunjukkan kualitas yang baik, bebas residu antibiotik, serta bebas
dari kandungan bakteri berbahaya.Kotoran unggas juga lebih kering dan tidak
berbau, meskipun demikian masa pemeliharaan ayam ini menjadi cenderung lebih
lama karena pertambahan bobot hidup lebih rendah. Pakan yang digunakan di KPA
ini adalah pakan pabrikan dari PT. Japfa Comfeed. DOC juga diambil dari
perusahaan yang sama. Meskipun ayam broiler dipelihara secara organik, program
74
vaksinasi tetap dilakukan. Keunggulan dari karkas ayam probio ini adalah tekstur
yang padat dan sedikit lemak, warna daging merah muda, serat lebih halus, tidak ada
sisa darah serta tidak berbau amis.
KPA ini juga telah memiliki Rumah Potong Ayam, dan dalam pendiriannya
bekerja sama dengan PT. Natura Pangan dan telah memiliki Nomor Kontrol
Veteriner RPU-187220200-007, Sertifikat Halal MUI, dan surat ijin Gangguan.
Rumah Potong Ayam milik KPA Berkat Usaha Bersama ini telah memenuhi
persyaratan sesuai dengan SNI nomor 01-6160-1999 tentang rumah pemotongan
unggas (RPU).
Bangunan RPA ini terdiri dari tempat istirahat kandang, bak pemotongan,
Ruang 1 (terdiri dari pintu penerimaan ayam setelah disembelih, defeathering
otomatis menggunakan picker, pemisahan kepala, kaki dan jeroan/evisceration),
Ruang 2 (terdiri dari bak defeathering manual, 2 bak pencucian karkas), Ruang 3
(bak pencucian karkas akhir dengan air es, grading, serta penyimpanan dan
pengepakan karkas). Area kotor meliputi tempat penyembelihan hingga ruang
pencucian karkas. Area bersih merupakan area tempat pemrosesan terakhir karkas,
yakni mulai dari ruang pencucian karkas terakhir yang berisi air es untuk kemudian
di-grading dan dilakukan pengepakan. Pada saat melakukan kunjungan di RPA,
aktifitas pemotongan ayam sedang tidak dilakukan, sehingga hanya melihat kondisi
bangunan RPA. Fasilitas RPA disajikan pada Gambar 15 berikut.
75
Gambar 14. Fasilitas dan gambaran proses pemotongan ayam di KPA Berkat usaha
bersama
Proses grading karkas setelah di lakukan packing didasarkan pada berat badan
yang disajikan pada Tabel 7.
Tabel 8. Grade ayam probio di KPA Berkat Usaha Bersama
Grade
Berat Badan (kg)
A
0,9 <
B
0,80 0,90
C1
0,75 0,79
C2
070 0,74
D1
0,66 0,69
D2
0,50 0,65
X
0,49 <
Secara keseluruhan RPA KPA Berkat Usaha Bersama sudah baik dan
memenuhi standar kelayakan. Sistem pengolahan air limbah RPA berkat usaha
bersama juga telah menggunakan kolam pemisahan bertingkat dan hasil akhirnya
berupa pupuk yang hingga kini masih dalam masa uji coba. Transportasi yang
digunakan untuk mengangkut karkas yang akan dikirim ke konsumen adalah mobil
box biasa, dan belum menggunakan mobil box berpendingin. Pengadaan mobil box
berpendingin sebagai sarana transportasi dari RPA ke konsumen atau keluar daerah
sangat diperlukan untuk menjaga kualitas karkas yang sampai ke konsumen.
76
C. Higiene Susu
Higiene susu adalah usaha untuk mendapatkan susu yang sehat, aman, utuh,
dan murni sejak dari pemerahan dan tetap dipertahankan keadaan tersebut hingga
sampai ke konsumen. Cara yang dilakukan untuk menjaga hygiene susu adalah
dengan menghindari pencemaran susu oleh mikroorganisme yang dapat menular
kepada manusia. Pemantauan kesehatan susu dilakukan mulai dari pengamatan
kondisi ternak sebelum diperah, pemerahan susu, proses dan perlakuan susu,
transportasi dan distribusi sampai ke konsumen.
1. Kunjungan di Kelompok Ternak Sapi Perah Lembu Poang
Kelompok ternak sapi perah Lembu Poang merupakan salah satu kelompok
ternak yang berada di kota metro, dengan jumlah anggota awal lima orang.
Kelompok ternak ini mulai aktif pada tahun 2003 dengan populasi sapi awal
sejumlah 10 ekor. Sapi tersebut pada awalnya merupakan bantuan dari pemerintah,
untuk mengembangkan sapi perah di daerah lampung. Pada awalnya, pemeliharaan
sapi perah dilakukan di kandang kelompok ternak di salah satu tempat, namun mulai
tahun 2004 peternak lebih memilih untuk memelihara sapi di kandang dekat rumah
masing-masing dengan alas an kemudahan transport dan pengawasan. Saat ini
jumlah anggota kelompok ternak berjumlah 10 orang dengan populasi sapi sekita 50
ekor sapi.
Kelompok ternak ini belum memiliki koperasi susu sapi perah, dan belum ada
penjualan susu dalam bentuk olahan. sistem penjualannya dilakukan dengan
mengumpulkan susu di ketua kelompok ternak untuk di jadikan satu, kemudian di
pasarkan lebih lanjut ke tempat penjualan. Produksi satu kelompok mencapai 40-50
liter per hari. Harga penjualan susu sapi hasil produksi adalah Rp 10.000,-/liter untuk
dijual di pasar dan masyarakat sekitar, dan harga 12.000/liter untuk dijual di salah
77
satu caf sekitar metro. Produksi susu sapi rata-rata tiap ekor adalah 5-8 liter, hal ini
sangat jauh dari jumlah produksi normal.
Pemerahan dilakukan dengan metode manual, sebanyak dua kali sehari yakni
pagi dan sore. Pemberian antiseptic setelah pemerahan tidak dilakukan oleh peternak,
shingga resiko terjadinya mastitis dan kontaminasi bakteri sangat tinggi terlebih lagi
didukung dengan kondisi lingkungan sekitar kandang yang kotor dan kondisi sapi
yang kurang baik. Rendahnya produksi susu ini kemungkinan dikarenakan
kurangnya pakan hijauan yang tersedia di lampung, terutama pada musim kemarau
dan akibat suhu lingkungan yang kurang sesuai.Suhu lingkungan di daerah lampung
relatif tinggi, yakni sekitar 35oC. Suhu ini tergolong tidak ideal untuk sapi perah,
karena sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) idealnya dipelihara pada suhu 1825C, meskipun demikian, sapi Peranakan frisian holstein ini pada awalnya juga
didatangkan dari daerah pondok rangon atau pasuruan, yang bukan merupakan
daerah dingin dengan harapan cepat beradaptasi dengan suhu lingkungan di daerah
lampung. Berikut adalah foto kegiatan di kelompok ternak sapi perah lembu poang.
Gambar 15. Keadaan Kandang Kelompok ternak sapi perah lembu poang dan anak
koas FKH UGM bersama ketua kelompok ternak lembu poang pak supri
78
sangat rendah. Perbaikan kandang, dan menjaga hygiene susu dari pemerahan sampai
dijual ke konsumen sangat penting dilakukan, namun jika dipertimbangkan hal ini
sangat sulit dilakukan akibat keterbatasan dana dan perlengkapan.
2. Pemeriksaan susu di laboratorium
Pemeriksaan susu terbagi menjadi dua macam, yakni pemeriksaan keadaan
susu dan pemeriksaan komponen susu. Pemeriksaan keadaan susu meliputi uji
organoleptik, uji alkohol, uji reduktase, uji didih, dan derajat keasaman. Sedangkan
pemeriksaan susunan susu meliputi pengukuran berat jenis, kadar lemak, dan berat
kering tanpa lemak. Pemeriksaan keadaan susu yang dilakukan selama koasistensi di
laboratorium kesmavet adalah uji organoleptik, Ph, dan alcohol,sedangkan
pemeriksaan susunan susu yang dilakukan adalah pengukuran berat jenis. Untuk
pemeriksaan lain yang dilakukan di laboratorium kesmavet adalah pemeriksaan
terhadap mastitis dengan CMT.. Sampel pemeriksaan susu berasal dari kelompok
ternak Lembu Poang, dengan jumlah 6 sampel. Berikut ini adalah Tabel 6 hasil
pengujian susu :
Tabel 9. Hasil Pemeriksaan Sampel Susu
No
Jenis
sampel
susu
Uji
CMT
Gumun
6,67
(27,5 C)
<1,01
Kuat
(Unyil)
6,83
Kuat
(Surine
m)
Kuat
(Bibit)
5
6
Supri
Giman
Uji
alkohol
Ph
Uji BJ
Susu
o
Uji Organoleptik
Warna
Bau
Rasa
TAP
TAP
TAP
<1,01
TAP
TAP
TAP
6,78
<1,01
TAP
TAP
TAP
6,78
<1,01
TAP
TAP
TAP
6,70
7,10
<1,01
<1,01
TAP
TAP
TAP
TAP
TAP
Tawar
79
Gambar 16. Pengujian Bj, Alkohol, pH, CMT dan Organoleptik susu di
laboratorium
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kondisi kandang dan sapi perah serta
pengujian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa secara fisik kondisi susu yang
diuji baik, namun keadaan susu masih belum memenuhi standar dikarenakan Bj yang
rendah. Kelompok ternak sapi perah ini masih perlu dukungan pemerintah dan
dokterhewan setempat dalam hal manajemen kesehatan, pemeliharaan, pemerahan,
dan penanganan susu. Penguatan kelembagaan kelompok juga perlu dilakukan agar
mempermudah dalam koordinasi kelompok dan pemasaran susu.
80
81
logam
berat
air,
logam
berat
pada
produk,
chlorine
dan
82
Indonesia dengan kapasitas kandang sekarang ini mencapai 25.000 ekor. PT. GGLC,
PT.GGPC dan PT Umas Jaya Adiutama merupakan perusahaan milik gunung sewu
group yang dan telah menerapkan prinsip integrated farming dengan konsep
zerowaste. PT.GGL bekerjasama dengan PT.GGP untuk memanfaatkan pakan yang
berasal dari limbah kulit nanas PT. GGP dan PT Umas Jaya Adiutama untuk
memanfaatkan onggok ketela dari pabrik tapioka, sementara PT. GGP dan PT Umas
Jaya Adiutama memanfaatkan pupuk organik hasil olahan feses sapi dari PT. GGL.
PT. GGL merupakan suatu perusahaan penggemukan sapi yang menerima
bakalan sapi import dari Australia, dan selanjutnya dilakukan penggemukan sesuai
terget sekitar 3 bulan. Sapi yang telah digemukkan selanjutnya dijual kepada para
pelanggan dan dilakukan pemotongan pada rumah potong hewan (RPH) yang telah
melakukan kerjasama dengan PT. GGL di sekitar sumatra dan jawa barat.
Syarat bakalan sapi yang di Impor ke Indonesia dari Australia ke PT.GGLC
juga
telah
sesuai
dengan
Peraturan
Menteri
Pertanian
83
pemeliharaan untuk sapi breeding dan fattening juga sudah dibedakan. Kandang
Breeding digunakan untuk sapi betina pada saat pembelian sedang bunting atau sapi
yang digunakan untuk breeding karena memiliki kualitas yang cukup baik. Kandang
breeding sendiri dibagi menjadi kandang sapi bunting muda, kandang sapi bunting
tua dan melahirkan, kandang weaning, kandang seleksi, dan kandang sapi lepas
sapih. Pada kandang sapi fattening dibagi lagi menjadi 3 kelompok utama yaitu
kandang karantina sementara (IKH), kandang fase starter, kandang fase grower, dan
kandang fase finisher. Pengelompokkan sapi ke dalam kandanng tersebut
berdasarkan umur dan komposisi pakan tiap fase berbeda. Untuk sapi yang sakit,
maka akan ditempatkan di kandang isolasi untuk mendapatkan perlakuan khusus dari
bagian animal health.
84
dipelihara disini ialah jenis lokal (Sumba Ongole) dan Brahman Cross yang
merupakan sapi impor.
PT. Indo Prima Beef memiliki total jumlah kandang ialah 12 termasuk 1
kandang karantina. Instalasi Karantina Hewan Sementara (IKHS) untuk sapi-sapi
lokal dan juga impor. Kandang karantina dimaksudkan untuk pemeliharaan sapi-sapi
yang baru datang selama masa observasi. Selama masa observasi atau pengamatan,
sapi di IKHS berada di bawah pengawasan petugas karantina. Tindakan yang
dilakukan selama masa pengamatan ini antara lain pengambilan sampel darah untuk
uji RBT sejumlah 10% dari total sapi yang datang dan vaksinasi SE untuk seluruh
populasi.
85
Pemeriksaan
residu
antibiotic
(golongan
pensislin,
tetrasiklin,
aminoglikosida dan sulfa). (3) pemeriksaan fisik kimiawi daging dan susu, (4)
86
87
provinsi wilayah layanan. Untuk saat ini BPPV lampung masih berjuang untuk
membebaskan Pulau Pisang dari rabies. Kasus Hog Cholera di provinsi lampung juga
sudah tidak ada, dan menuju bebas hog cholera. Suatu daerah dapat dinyatakan bebas
dari suatu penyakit apabila dalam kurun waktu 2 tahun berturut turut sudah tidak
menunjukkan adanya kasus, dengan waktu monitoring selama 5 tahun.
88
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil kegiatan koasistensi Kesehatan Masyarakat Veteriner dan
Administrasi Dinas di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung
dapat disimpulkan bahwa Provinsi Lampung memiliki potensi peternakan dan
perikanan yang baik terutama pada bidang industri perunggasan, peternakan sapi
potong dan budidaya hasil laut. Kerjasama antara Dinas Peternakan Provinsi,
Dinas Kabupaten, Perusahaan swasta, dan peternak lokal di Provinsi Lampung
terjalin dengan baik, dan didukung oleh keberadaan Balai Pengujian Veteriner
yang dapat membantu dalam pengendalian dan monitoring penyebaran penyakit.
Saran
Dalam rangka melaksanakan program kesehatan masyarakat veteriner
yang lebih baik, maka kegiatan sosialisasi tentang hygiene daging dan susu, serta
pentingnya kesehatan hewan perlu ditingkatkan.
89