JUDUL:
Oleh:
FREDIO GEMPAR ANARQI
201310210311164
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
1
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
JUDUL:
Oleh:
Malang, ………………………………..
Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian Peternakan,
Universitas Muhammadiyah Malang
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapang yang telah dilaksanakan di Balai
Besar Pelatihan Peternakan Batu dengan judul “ Manajemen Pakan Sapi Potong Di
Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu “
Tersusunnya Laporan Praktek Kerja Lapang ini tidak terlepas dari bantuan
dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu ucapan terima kasih penulis
ucapkan kepada :
1. Orang Tua yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil
2. Ir. Damat, MP selaku Dekan Fakultas Pertanian-Peternakan
3. Ir. Dyah Erni Widyastuti, MM selaku Ketua Jurusan Agribisnis
4. Ir. Gumoyo Mumpuni Ningsih,MP selaku Dosen pembimbing
5. Seluruh staff Balai Besar Inseminasi Buatan
6. Pihak-pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa isi dari laporan ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini.
Malang,April 2017
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
5.2.1 Jenis Pakan ....................................................................................................... 22
5.2.2 Cara Memperoleh Pakan .................................................................................. 23
5.2.3 Jumlah Pemberian Pakan ................................................................................. 24
5.2.4 Frekuensi Pemberian Pakan ............................................................................. 24
5.2.5 Pemberian Air Minum ..................................................................................... 25
5.2.6 Pertambahan Berat Badan Harian .................................................................... 25
5.2.7 Konversi Pakan Sapi Potong ............................................................................ 26
5.2.8 Feed Cost Per Gain .......................................................................................... 26
BAB VI KESIMPULAN ......................................................................................28
6.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................29
LAMPIRAN ..........................................................................................................30
v
DAFTAR TABEL
Table 1. Jenis dan Populasi Sapi di BBPP Batu per-Februari 2017 ................................. 17
Table 2. Komposisi Zat-zat Makanan Bahan Pakan ......................................................... 22
Table 3. Komposisi Konsentrat Sapi Potong .................................................................... 23
Table 4. Harga Pakan Penyusun Ransum ......................................................................... 23
Table 5. Pertambahan Bobot Badab Harian Sapi di BBPP Batu ...................................... 25
Table 6. Konversi Pakan ................................................................................................... 26
Table 7. Feed Cost Per-Gain ............................................................................................. 27
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Penggemukan sapi potong merupakan usaha yang umumnya dilakukan
dalam waktu singkat karena mempercepat perputaran modal. Ada beberapa sistem
penggemukan sapi, namun yang biasa diterapkan di Indonesia adalah dry lot
fattening yaitu sistem penggemukan sapi yang di tempatkan dalam kandang
sepanjang waktu dengan pemberian pakan konsentrat sebagai porsi utama ransum
yang diberikan.
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Lapang di Balai Besar Pelatihan
Peternakan:
1. Mengetahui jenis dan populasi sapi di Balai Besar Pelatihan Peternakan
Batu.
2. Mengetahui manajemen pakan sapi potong sapi di Balai Besar Pelatihan
Peternakan Batu.
1.3 Manfaat
Manfaat dari kegiatan Praktek Kerja Lapang yang dilakukan di Balai Besar
Pelatihan Peternakan Batu dapat dirasakan oleh beberapa pihak yaitu:
1. Manfaat bagi penulis
a. Menambah pemahaman tentang kegiatan peternakan sapi potong di
Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu.
b. Memperoleh pengalaman tentang cara berpikir dan bekerja secara
interdisipliner, sehingga dapat memahami adanya keterkaitan ilmu
dalam mengatasi permasalahan.
c. Memperoleh ilmu dan wawasan baru yang tidak diperoleh di mata
kuliah pada jurusan Agribisnis
2
2. Manfaat bagi penulis lain.
a. Sebagai bahan refrensi dalam menulis karya ilmiah tentang manajemen
pakan sapi potong.
b. Dapat dijadikan pertimbangan untuk dikembangkan atau diterapkan
didalam penelitian sejenis.
3
BAB II
METODE PELAKSANAAN PKL
4
individu di wajibkan untuk mengikuti, mengerti, dan mengetahui berbagai objek
yang menyangkut di Balai Besar Inseminasi Buatan SingosariObjek yang dipelajari
selama kegiatan Praktek Kerja Lapang yaitu:
Pemeliharaan ternak yang meliputi pakan, kesehatan hewan, dan perawatan ternak
Proses pengolahan pakan yang meliputi pengolahan hijauan pakan, pengolahan
pakan konsentrat, dan pemilihan bahan pakan ternak.
5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Sapi
Sapi adalah ternak terpenting dari jenis-jenis hewan ternak yang dipelihara
manusia sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan manusia lainya.
Ternak sapi menghasilkan 50 % kebutuhan daging di dunia, 95 % kebutuhan susu,
dan kulitnya menghasilkan sekitara 85 % kebutuhan kulit untuk sepatu. Sapi adalah
salah satu genus dari famili Bovidae.Ternak atau hewan lainya yang termasuk
famili ini ialah Bison, banteng (Bibos), kerbau (Bubalus), kerbau Afrika
(Syncherus), dan Anoa. Oleh karena itu satu genus dengan Eropa dan Bos Taurus
dan sapi-sapi tropis atau Bos indicus.( Pane,1993).
Terdapat beberapa jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan
karena karasteristik yang dimilikinnya, seperti pertumbuhannya yang cepat dan
kualitas daging cukup baik. Sapi-sapi inilah yang umumnya dijadikan sebagai sapi
bakalan, yang dipelihara secara intensif selama beberapa bulan sehingga diperoleh
berat badan yang ideal untuk dipotong (Abidin,2002).
Di Indonesia jenis sapi yang dipelihara sebagai sapi potong merupakan
bangsa sapi tropis, terdiri dari sapi lokal, dan sapi impor (Sarwono dan
Arianto,2002). Ciri-ciri sapi bangsa tropis yaitu memiliki gelambir, kepala panjang,
dahi sempit, ujung telinga runcing, bahu pendek, garis punggung berbentuk cekung,
kaki panjang, tubuh relative kecil, dengan bobot 250-650 kg, tahan terhadap suhu
tinggi, tahan terhadap caplak (Sugeng, 2002).
Bangsa sapi potong Asia diantaranya adalah : Sapi Bali,Sapi Ongole,Sapi
Madura,Sapi Brahman. Bangsa sapi potong Eropa diantaranya adalah : Sapi
Hereford,Sapi Shonhorn,Sapi Limousin,Sapi Charolais (Murtidjo,2001).
3.2 Pakan Sapi Potong
Pakan adalah segala sesuatu yang dapat diberikan sebagai sumber energi
dan zat-zat gizi, istilah pakan sering diganti dengan bahan baku pakan, pada
kenyataanya sering terjadi penyimpangan yang menunjukkan peng diganti sebagai
bahan baku pakan yang telah diolah menjadi pellet, crumble atau mash (Anonim
2008a).
6
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak baik
yang berupa bahan organic maupun anorganik yang sebagian atau semuanya dapat
dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak. Bahan pakan terdiri dari bahan
organic dan anorganik, bahan organic yang terkandung dalam pakan diantaranya
protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen, sedang bahan anorganik
seperti calcium, phosphor, magnesium, kalium, natrium. Kandungan bahan pakan
dapat diketahui dengan melakukan analisis proximat dan analisis terhadap vitamin
dan mineral untuk masing-masing komponen vitamin dan mineral yang terkandung
didalam bahan yang dilakukan di laboratorium dengan teknik dan alat yang spesifik
(Anonim,2009).
Secara alamiah pakan utama ternak sapi adalah hijauan, yang dapat berupa
rumput alam atau lapangan, rumput unggul, leguminosa, limbah pertanian serta
tanaman hijauan lainnya. Dalam pemilihan hijauan pakan ternak harus diperhatikan
disukai ternak atau tidak, mengandung toxin (racun) atau tidak yang dapat
membahayakan perkembangan ternak yang mengonsumsi. Namun permasalahan
yang ada bahwa hijauan di daerah tropis mempunyai kualitas yang kurang baik
sehingga untuk memenuhi kebutuhan nutrient perlu ditambah dengan pemberian
pakan konsentrat (Siregar,1996).
Pakan yang biasa disajikan untuk ternak lebih umum disebut ''Ransum".
Ransum adalah pakan jadi yang siap diberikan pada ternak yang disusun dari
berbagai jenis bahan pakan yang sudah dihitung (dikalkulasi) sebelumnya
berdasarkan kebutuhan industri dan energi yang diperlukan. (Anonim a 2008).
7
Komposisi nutrisi hijauan sangat bervariasi dan tergantung pada banyak hal
diantaranya adalah : species tanaman, umur tanaman, iklim dan pemupukan.
Sebagai contoh kandungan protein kasar bisa dibawah 3% pada rumput yang sudah
tua sebaliknya pada rumput yang masih muda dengan pemupukan yang intensif bisa
mencapai lebih dari 30%. Kandungan air hijauan makanan ternak juga sangat
penting diperhatikan pada saat pemanenan terutama apabila mau diawetkan baik
menjadi silase ataupun hay. Pada tanaman yang masih muda kandungan airnya bisa
mencapai 75-90% dan menurun pada tanaman yang tua (65%) (Anonim, 2013).
Berdasarkan asalnya, sumber hijauan banyak didapatkan dari jenis rumput,
legum dan daun-daunan sedangkan sumber non hijauan banyak didapatkan dari biji-
bijian dan bahan sumber mineral. Setiap jenis hijauan memiliki karakteristik yang
berbeda diantaranya dari ciri, morfologi (bentuk, warna dan bau) dan nilai gizinya.
Sedangkan berdasarkan kelompoknya (family), hijauan dibagi menjadi 3 kelompok
besar yakni : Kelompok rumput-rumputan, Kelompok kacang-kacangan,
Kelompok daun-daunan (Anonim,2013).
Rumput merupakan hijauan pakan yang memiliki ciri perakaran serabut,
bentuk dan dasar sederhana, perakaraan silindris, menyatu dengan batang, lembar
daun terbentuk pada pelepah yang muncul pada buku-buku (nodus) dan melingkari
batang (Soedomo, 1985). Akar utama rumput terbentuk sesudah perkecambahan
dan selama pertumbuhan tanaman muda (seedling). Akar sekunder berbentuk padat
di bawah permukaan tanah dekat dengan batang dasar (Reksohadiprodjo, 1985).
Menurut Susetyo (1985) legum/kacang-kacangan termasuk dicotyledoneus
dimana embrio mengandung dua daun biji kotyledone. Famili legume dibagi
menjadi tiga group sub famili yaitu mimosaceae, tanaman kayu dan herba dengan
bunga reguler. Tanaman kayu dan herba dengan ciri khas bunga berbentuk kupu-
kupu, kebanyakan tanaman pakan ekonomi penting termasuk dalam group
papilionaceae. Legume yang ada mempunyai siklus hidup secara annual, binial atau
perennial (Soegiri et. al, 1982).
8
3.2.2 Ransum
Ransum adalah satu atau campuran beberapa jenis bahan pakan yang
disusun sedemikian rupa sehingga mampu memenuhi kebutuhan ternak selama 24
jam. Ransum yang diberikan pada sapi-sapi yang digemukkan tergantung pada
system penggemukan yang digunakan. Penggemukan sapi dengan system pasture
hanya terdiri dari hijauan yang diperoleh dengan melepas sapi-sapi untuk merumput
di padang penggembalaan. Demikian pula dengan system kereman yang terdapat
dibeberapa daerah di Indonesia, ada diantaranya yang hanya memberikan hijauan
sapi saja tanpa pakan tambahan berupa konsentrat (Siregar, 2003).
Menyusun ransum bukanlah pekerjaan yang mudah. Harus diusahakan
agar kandungan zat-zat makanan dalam ransum sesuai dengan kebutuhan ternak
yang dipelihara. Dengan demikian kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan dan
produksi ternak terpenuhi. Agar mendapatkan susunan ransum yang seimbang
perlu dipahami beberapa petunjuk yang disajikan berikut menurut Santosa (2006)
yaitu :
● Konsentrat (biji-bijian) umumnya digunakan sebagai sumber energi. Jumlah
energi dalam ransum jangan kurang dari 3.0 % atau lebih dari 5.0% kebutuhan
ternak.
● Suplemen protein hanya digunakan untuk meningkatkan kandungan protein
ransum. Pemberian protein jangan melebihi dari 5.0%kebutuhan ternak (karena
protein merupakan zat makanan yang sangat mahal).
● Nisbah Ca : P antara 1 : 1 atau 2 : 1. Garam dapur ditambahkan 0.25% - 0.5%
dari total pakan untuk babi atau 0,5 – 1.0% untuk ruminansia.
● Ransum ditambah vitamin A, terutama bila proporsi hijauan rendah .
● Lemak ditambahkan 2.0 – 3.0 % untuk sapi yang digemukkan. Pemberian
molases dibatasi 5,0 – 8.0% dari ransum.
● Satu kilogram dari 40 – 44 % suplemen protein kasar setara dengan 2.72 kg hay
leguminosa.
● Hijauan kasar dapat digunakan untuk menyediakan sebagian besar nutrisi bagi
ternak ruminansia.
● Konsentrat kadang-kadang hanya diperlukan ternak pada sepertiga akhir
kebuntingan, pada ternak kerja atau untuk memproduksi susu atau lemak.
9
● Sapi potong memerlukan ransum brdasarkan bahan kering sebanyak 2.0% dari
bobot tubuh.
Menurut Santosa (2006) bahwa dalam menyusun ransum, tentukanlah hal-
hal yaitu sebagai berikut :
1. Sediakan bahan pakan yang akan disusun menjadi ransum beserta hasil analisis
zat makanannya. Sebaiknya bahan yang akan digunakan sudah dilakukan analisis
proksima.
2. Ketahui kelas, umur, produksi, dan kondisi fisiologis ternak yang bersangkutan
sehingga diketahui kebutuhannya untuk hidup pokok, pertumbuhan, dan
produksinya.
3.Ketahui data kebutuhan tiap zat makanan untuk ternak yang
bersangkutan. Sesuai dengan pertambahan bobot badan yang diharapkan pada
berbagai keadaan ternak tersebut.
4. Tentukan dasar penyusunan ransum berdasarkan energy, protein, TDN, atau
lainnya
5. Ketahui margin of safety atau batas pemberian suatu bahan pakan yang tidak
membahayakan bagi ternak yang akan mengonsumsinya.
6. Usahakan bahan pakan terdiri dari sumber nabati dan sumber hewani untuk saling
menutupi kekurangan zat makanan yang dibutuhkan.
Metode pencampuran pakan yakni: pertama-tama menyiapkan alat dan
bahan. Menimbang masing-masing bahan ransum sesuai dengan perhitungan
penyusunan ransum. Setelah diperoleh hasil penimbangan, selanjutnya bahan
dicampur dengan cara menumpuk bahan ransum dari jumlah yang terbanyak hingga
yang paling sedikit berada di atas. Setelah itu melakukan penghomogenan dengan
cara membolak balik pakan menggunakan sekop hingga 4 kali atau sampai
homogen. Masukkan ransum yang homogen ke dalam karung yang telah disiapkan
dan simpan dalam gudang pakan(Umiyah, 2007)
Pakan dibuat dengan menggunakan alat-alat sederhana dan dengan tangan
yang dilakukan di atas lantai. Alat-alat yang diperlukan adalah skop (paddle) atau
drum yang dirancang dengan desain mixer. Teknik mencampur menggunakan skop
dilakukan di atas lantai yang bersih dan rata. Bahan-bahan pakan (sesuai dengan
formula) ditimbang. Kemudian ditaburkan di atas lantai yang sudah dibersihkan.
10
Bahan-bahan disusun secara vertikal menurut banyaknya (bahan pakan yang
jumlahnya paling banyak ditempatkan paling bawah, kemudian disusul dengan
bahan yang lebih sedikit). Khusus untuk bahan pakan dengan partikel kecil dan
sedikit jumlahnya, sebelum ditaburkan harus dicampurkan terlebih dahulu
(Anonim, 2012).
3.2.3 Konsentrat
Pakan penguat atau pakan konsentrat adalah bahan pakan yang kadar nutrisi
protein tinggi dan karbohidrat dan kadar serat kasar yang rendah (dibawah 18%).
Konsentrat mudah dicerna, karena terbuat dari campuran beberapa bahan pakan
sumber energi (biji-bijian, sumber protein jenis bungkil, kacang-kacangan, vitamin
dan mineral. Konsentrat dapat berasal dari bahan pangan atau dari tanaman seperti
serealia (misalnya jagung, padi atau gandum), kacang-kacangan (misalnya kacang
hijau atau kedelai), umbi-umbian (misalnya ubi kayu atau ubi jalar), dan buah-
buahan (misalnya kelapa atau kelapa sawit). Konsentrat juga dapat berasal dari
hewan seperti tepung daging dan tepung ikan. Disamping itu juga dapat berasal dari
industri kimia seperti protein sel tunggal, limbah atau hasil ikutan dari produksi
bahan pangan seperti dedak padi dan pollard, hasil ikutan proses ekstraksi seperti
bungkil kelapa dan bungkil kedelai, limbah pemotongan hewan seperti tepung
darah dan tepung bulu, dan limbah proses fermentasi seperti ampas bir (Anonim,
2103).
3.3 Manajemen Pemberian Pakan
Secara umum manajemen pemberian pakan meliputi jumlah pemberian,
imbangan hijauan dan konsentrat, frekensi pemberian, dan system pemberian.
Pemberian pakan pada sapi potong dapat dilakukan secara ad libitum (tidak
dibatasi) dan restricted (dibatasi). Pemberian secara ad libitum sering kali tidak
efisien karena akan menyebabkan bahan pakanbanyak terbuang dan pakan yang
tersisa menjadi busuk sehingga ditumbuhi jamur dan sebagainya yang akan
membahayakan ternak bila termakan (Santosa, 2002).
Ransum ternak ruminansia pada umumnya terdiri dari hijauan dan
konsentrat. Pemberian ransum dengan kombinasi kedua bahan tersebut akan
memberi peluang terpenuhinyanutrien dan biaya yang relative murah. Namun bisa
juga ransum terdiri dari hijauan maupun konsentrat saja. Apabila ransum terdiri dari
11
hijauan saja maka biayanya akan relative lebih murah dan ekonomis, tetapi tingkat
produksi tinggi akan sulit tercapai, sedangkan pemberian ransum dengan konsentrat
saja akan memungkinkan tercapainya produksi yang tinggi, tetapi biaya ransumnya
relative mahal dan kemungkinan bisa terjadi gangguan pencernaan (Siregar, 1996).
Teknik pemberian pakan yang baik untuk mencapai pertambahan bobot
badan yang lebih tinggi pada penggemukan sapi potong adalah dengan mengatur
jangka waktu antara pemberian konsentrat dan hijauan. Pemberian konsentrat dapat
dilakukan dua atau tiga kali dalam sehari. Hijauan sekitar dua jam setelah
pemberian konsentrat pada pagi hari dan dilakukan secara bertahap minimal empat
kali dalam sehari semalam (Siregar, 2003).
Dalam pemberian konsentrat sebaiknya dalam bentuk kering (tidak
dicampur air), namun pemberian bentuk basah juga dapat dilakukan. Yang perlu
diperhatikan bila pemberian bentuk basah adalah konsentrat tersebut harus habis
dalam sekali pemberian sehingga tidak terbuang. Perubahan jenis pakan, yang
secara mendadak dapat berakibat ternak stress, sehingga tidak mau maka. Oleh
karena itu pemberian pakan diberikan secara bertahap agar ternak dapat beradaptasi
dahulu, selanjutnya pemberian ditambah sesuai kebutuhan pakan yang dibutuhkan,
sedangkan air minum diberikan secara ad libitum (Anonim, 2001).
12
BAB IV
PROFIL DAN GAMBARAN UMUM INDUSTRI/PERUSAHAAN MITRA
PKL
Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu sebagai salah satu Unit Pelaksana
Teknis Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian mempunyai
peran strategis melalui program pelatihan dan pembinaan terhadap aparatur
maupun non aparatur sehingga menghasilkan SDM bidang peternakan yang
13
profesional. Program Pelatihan Balai Besar Pelatihan Peternakan - Batu yang sudah
terakreditasi oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN) adalah Teknis Budidaya
Ternak Perah dan Teknologi Hasil Ternak. Selain kedua program tersebut, Balai
juga melaksanakan pelatihan teknis, fungsional, kewirausahaan dan pemberdayaan
masyarakat baik untuk masyarakat maupun non aparatur yang pembiayaannya
bersumber dari APBN dan swadana.
14
4.3 Visi dan Misi Perusahaan
Adapun visi dan misi Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu (BBPP) adalah
:
Visi dari BBPP Batu adalah “Menjadi lembaga pelatihan yang inovatif,
terpercaya dan mandiri untuk menghasilkan SDM bidang peternakan yang
profesional”.
Misi dari BBPP Batu adalah Guna mewujudkan Visi yang ada maka BBP
Batui menetapkan misi sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas program berbasis kinerja.
2. Meningkatkan pendayagunaan sarana dan prasarana pelatihan serta
produktivitas instalasi agribisnis.
3. Melaksanakan pengembangan pelatihan teknis, fungsional dan
kewirausahaan bagi aparatur dan non aparatur peternakan
sesuai dengan standar kompetensi kerja (SKK).
4. Meningkatkan kompetensi tenaga kepelatihan dalam memberikan
pelayanan konsultasi agribisnis yang prima.
5. Meningkatkan kerjasama pelatihan dalam negeri dan melaksanakan
pelatihan kerjasama luar negeri.
6. Melaksanakan sistem informasi , pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelatihan
dan melakukan pengendalian internal yang akurat dan kredibel.
7. Meningkatkan kualitas pengelolaan administrasi penatausahaan, keuangan dan
rumah tangga balai yang transparan dan akuntabel.
15
4.4 Struktur organisai Perusahaan
Struktur organisasi di BBPP Batu berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor : 40/Permentan/OT.140/6/2012Tanggal : 5 Juni 2012 adalah terdiri dari :
16
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN KEGIATAN PKL
Total 22
Sumber : Data sekunder di BBPP Batu
17
Gambar 2. Sapi Madura
b. Sapi Ongole
Jenis sapi Ongole yang ada di BBPP Batu didatangkan dari daerah Jawa
Timur.Jumlah sapi Ongole di BBIB Batu sebanyak 2 ekor. Cirinya berwarna putih
sedikit keabu-abuan, bergelambir mulai bawah rahang sampai ujung dada bagian
depan, badan besar, panjang dan dalam serta berpunuk, kepala panjang, telinga
kecil dan tegak, paha besar, kulit tebal dan lepas. Keunggulannya tahan terhadap
panas, tahan terhadap ekto dan endoparasit dapat beradaptasi terhadap pakan
berkualitas jelek, pertumbuhan relative cepat dengan persentase karkas yang baik.
18
c. Sapi Brahman
Jenis sapi Brahman yang ada di BBPP Batu didatangkan dari daerah Jawa
Timur. Jumlah Sapi Brahman di BBPP Batu sebanyak 1 ekor. Ciri khas sebagai
berikut : warna putih keabu-abuan atau kemerahan, berpunuk, telinga besar dan
rebah, bergelambir lebar dari rahang sampai ujung dada, ukuran tubuh besar dan
panjang serta dalam, bertanduk pendek, kulit tebal dan lepas. Keunggulannya tahan
terhadap panas tinggi, tahan endo dan ektoparasit, dapat beradaptasi pada pakan
berkualitas jelek, pertumbuhan relative cepat dengan persentase karkas tinggi.
d. Sapi Simental
Jenis sapi Simental yang ada di BBPP Batu didatangkan dari Australia, BET
Cipelang, dan BPTU Padang Mangatas. Jumlah sapi Simental di BBPP Batu
sebanyak 5 ekor. Ciri-ciri sapi ini adalah warna krem kecoklatan, bulu bagian
muka, lutut kebawah dan ujung ekor berwarna putih, bentuk tubuh kekar dan
berotot, sangat cocok dipelihara di daerah beriklim sedang. Keunggulannya
pertumbuhan sangat baik, persentase karkas tinggi, sedikit lemak dan merupakan
tipe sapi dwiguna (daging dan susu) serta BB dewasa mencapai lebih dari 1000 kg
19
Gambar 5. Sapi Simmental
e. Sapi Limousin
Jenis sapi Limousin yang ada di BBPP Batu ada yang didatangkan dari
BPTU Padang Mangatas dan Australia. Jumlah sapi Limousin di BBPP Batui
sebanyak 10 ekor. Ciri-ciri dari sapi ini antara lain yaitu warna coklat muda kuning
agak kelabu, bentuk tubuh besar, panjang, kompak dan padat, cocok di daerah yang
mempunyai curah hujan yg tinggi, sangat cocok di pelihara di daerah dengan iklim
sedang. Keunggulannya adalah produktivitas dagingnya yang tinggi.
f. Sapi Brangus
Jumlah sapi brangus di BBPP Batu sebanyak 1 ekor. Sapi Brangus
merupakan persilangan sapi betina Brahman (Bos indicus) dan pejantan Aberden
20
Angus (Bos taurus). Komposisi genetikanya 3/8 Brahman dan 5/8 Aberdeen
Angus.Sapi Brangus berasal dari Oklahoma, Amerika Serikat.Ciri khasnya adalah
warna hitam dengan tanduk kecil.Untuk ciri lainnya adalah leher dan telinga
pendek, punggung lurus, badan kompak dan padat, kaki kuat dan kokoh. Sifat
Brahman yang diwarisi brangus adalah adanya punuk, tahan udara panas, tahan
gigitan serangga dan mudah menyesuaikan diri dengan pakan yang mutunya kurang
baik. Sedangkan sifat yang diturunkan dari sapi Aberden Angus yaitu produktifitas
dagingnya tinggi dan persentase karkasnya tinggi.
21
5.2.1 Jenis Pakan
Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu dalam memenuhi kebutuhan
pakan yang diberikan pada ternak memanfaatkan limbah industry pertanian yang
tidak dikonsumsi oleh manusia. Pakan yang digunakan berupa hijauan dan
konsentrat. Hijauan yang digunakan adalah rumput gajah (Pennisetum
purpupoides) Dan tebon jagung. Rumput gajah (Pennisetum purpupoides) dan
tebon jagung merupakan hijauan yang sering diberikan pada sapi potong. Produksi
rumput raja cukup tinggi dibandingkan dengan rumput lainnya yaitu 1076
Ton/ha/tahun (Siregar,1994).
Rumput gajah mempunyai kandungan SK 25,48, protein kasar (PK) 11,68%,
Ca 0,37% dan P 0,39% (Rumiyati, 2008). Tebon jagung merupakan hasil ikutan
atau limbah tanaman jagung berupa batang dan daun setelah diambil buahnya yang
masih muda. Tebon jagung mempunyai kandungan kadar protein sekitar 12,06 %,
serat kasar 25,20 %, dan energi metabolisme 2350 kkal/kg (Erna dan Sarjiman,
2007). Pemberian pakan hijauan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan serat
kasar yang menimbulkan rasa kenyang.
Table 2. Komposisi Zat-zat Makanan Bahan Pakan
22
pencampur pakan yang kemudian diberikan kepada sapi potong sesuai takaran yang
telah ditenukan. Berikut komposisi konsentrat yang digunakan oleh BBPP Batu :
23
Sirkulasi pengadaan bahan pakan dilakukan dengan memperhatikan aspek
penyimpanan bahan pakan. Penyimpanan bahan pakan yang baik didasarkan pada
sifat sifatnya, apakah bahan pakan tersebut tahan lama atau tidak. Penyimpanan
bahan pakan biasanya dalam jangka waktu yang lama, sehingga bahan pakan yang
disimpan tersebut tidak cepat rusak dan tidak menimbulkan bau tengik. Sedangkan
bahan pakan yang tidak tahan lama, maka pembeliannya lebih sedikit untuk
mengurangi resiko kerugian.
Menurut Santosa (1999), penggunaan pakan konsentrat jadi (buatan pabrik)
dapat menambah biaya pakan dan kurang ekonomis, oleh karenanya sedapat
mungkin disusun konsentrat sendiri sehingga biaya pakan dapat ditekan tanpa
mengabaikan kebutuhan nutrient ternak.
24
tercapai hasil yang memuaskan. Pemberian hijauan pada sapi yang digemukkan
sebaiknya dihindari pemberian yang sekaligus dan dalam jumlah yang banyak.
Pemberian yang demikian akan berakibat pada banyaknya hijauan yang terbuang
dan tidak dimakan sapi, sehingga tidak efisien.
Pertambahan bobot badan harian dihitung dari selisih bobot badan akhir
dikurangi bobot badan awal kemudian dibagi dengan lama periode penggemukan
(Rasyaf, 1993). Atau dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :
25
Pertambahan berat badan yang berbeda disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya perbedaan jumlah pemberian pakan dan faktor genetik sapi potong.
Faktor – faktor luar seperti suhu udara, serta tinggi rendahnya kelembapan udara.
Karena banyaknya faktor – faktor yang mempengaruhi maka tidak mungkin
mendapatkan pertambahan bobot harian yang sama.
Konsumsi Pakan
𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 =
PBBH
Konversi pakan untuk sapi potong jenis limousine dan Simmental di BBPP
Batu dapat dilihat dari tabel berikut :
Dari hasil perhitungan tabel dapat diketahui bahwa sapi jenis simmental
memiliki nilai konversi yang lebih rendahi dibanding dengan sapi jenis limousin,
yang berarti sapi jenis Simmental lebih efektif dalam memanfaatkan pakan yang
dikonsumsi dan relative lebih menguntungkan dari sapi limousine. Semakin kecil
angka konversi pakan maka semakin sedikit pula pakan yang dibutuhkan oleh
ternak untuk menghasilkanpertumbuhan berat badan.
26
setiap hari dibagi dengan rerata pertambahan bobot badan yang dihasilkan, atau
dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :
Konsumsi pakan (BK)per hari X harga pakan per Kg
𝐹𝑒𝑒𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑔𝑎𝑖𝑛 =
PBB
Untuk perhitungan feed cost per gain dapat dilihat pada tabel 7 berikut :
27
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang manajemen pakan sapi potong di Balai Besar
Pelatihan Peternakan Batu, maka diambil kesimpulan :
1. Jenis sapi potong di BBPP Batu diantaramnya adalah sapi Madura, sapi Brangus,
sapi Brahman, sapi Simmental, sapi Ongoloe dan sapi Limousine.
2. Populasi sapi di BBPP Batu sebanyak 22 ekor dengan rincian sebagai berikut :
sapi Madura 3 ekor, sapi Brahman 1 ekor, sapi Brangus 1 ekor, sapi Ongole 2 ekor,
sapi Simmental 5 ekor, sapi Limousin 10 ekor.
3.Untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak sapi potong BBPP Batu menggunakan
dua jenis pakan yaitu pakan konsentrat dan hijauan, pakan konsentrat diperoleh
dengan mencampur beberapa jenis limbah industry pertanian, sedangkan pakan
hijauan berupa rumput gajah dan tebon jagung.
4. Frekuensi pemberian pakan konsentrat dilakukan sebanyak dua kali sehari yaitu
pada pukul 07.30 WIB dan pukul 14.00 WIB, sedangkan untuk pakan hijauan
dilakukan pada pukul 10.00 WIB dan pukul 15.00 WIB. Air minum diberikan
secara ad libitum atau tidak dibatasi.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
30
Gambar 7 Polar Gambar 8 Sawit
31
32