Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TEKNOLOGI PAKAN

“Pengolahan dan Pembuatan Bone Meal (Tepung Tulang) Secara Kimiawi”

Disusun oleh:

Kelas A

Kelompok 7

Muhammad Fakhri Fadhilah 200110190175

Muhammad Faris Al Mujadid A. 200110190184

Muhammad Hawari Bana Salam 200110190185

Azkiya Yudia Amariliana 200110190188

Alifdha Asri 200110190189

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas segala karunia serta rahmat-

Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Teknologi Pakan yang berjudul

“Pengolahan Dan Pembuatan Bone Meal (Tepung Tulang) Secara Kimiawi”

hingga selesai. Makalah Teknologi Pakan ini disusun dalam rangka untuk

memenuhi salah satu tugas praktikum dari mata kuliah Teknologi Pakan.

Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik dalam

proses pembelajaran maupun sebagai referensi untuk menambah pengetahuan bagi

pembaca. Penulis sadar bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan

masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis memohon kritik dan saran

dari semua pihak terhadap Makalah ini agar menjadi perbaikan dalam penyusunan

makalah di masa yang akan datang.

Jatinangor, 14 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3. Maksud dan Tujuan ............................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
BAB III ................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6
3.1 Pengertian Tulang Sebagai Bahan Pakan Ternak .............................. 6
3.2 Pengertian Tepung Tulang .................................................................... 6
3.3 Kandungan Zat Tulang.......................................................................... 7
3.4 Pengolahan Pakan Secara Kimiawi Pada Tepung Tulang ................. 7
3.5 Proses Pengolahan dan Pembuatan Tepung Tulang ........................... 8
3.6 Contoh Tepung Tulang ........................................................................ 10
3.7 Kandungan Zat Tepung Tulang ......................................................... 10
BAB IV ................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................. 12
4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 12
4.2 Saran ............................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pakan merupakan salah satu komponen utama yang penting dalam suatu

usaha peternakan dan memegang peranan penting bagi produktifitas ternak. Pakan

adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya

dan bermanfaat bagi ternak, dan tidak menimbulkan keracunan bagi ternak yang

memakannya. Adanya peningkatan populasi ternak perlu diimbangi dengan


ketersediaan pakan yang mencukupi karena sangat bergantung pada produktivitas

ternak. Namun jumlah atau ketersediaan lahan yang kurang sering menjadi

permasalahan bagi peternak untuk memumpuni bahan pakan untuk ternak mereka,

sehingga diperlukan bahan pakan alternatif dengan berbagai macam olahan

dengan kualitas baik yang dapat diberikan kepada ternak.

Pengolahan pakan merupakan suatu kegiatan untuk mengubah pakan

tunggal atau campuran menjadi bahan pakan baru atau pakan olahan. Bahan pakan
baru yang dihasilkan dari proses pengolahan tersebut diharapkan mengalami

peningkatan kualitas. Proses pengolahan pakan ini mempunyai beberapa tujuan

diantaranya meningkatkan kualitas bahan, pengawetan, meningkatkan

palatabilitas, efesiensi pakan. Oleh sebab itu, pengolahan bahan pakan diperlukan

oleh para peternak agar bisa meningkatkan pakannya.

Tepung tulang merupakan salah satu bahan pakan alternatif dan juga

bentuk dari pengolahan pakan yang dapat diberikan kepada ternak. Tepung tulang

merupakan hasil sampingan dari ternak yang sudah tidak dimanfaatkan lagi,

biasanya tepung tulang ini menggunakan sisa-sisa tulang dari ikan, ayam dan

bahkan tulang dari beberapa peternakan yang tidak dimanfaatkan lagi. Maka dari

1
itu pembuatan makalah kali ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan dan

pengolahan tepung tulang (Bone meal) sebagai bahan pakan ternak yang diolah

secara kimiawi.

1.2. Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan tepung tulang?

2) Bagaimana kandungan nutrisi tulang dan tepung tulang?

3) Bagaimana pengolahan tepung tulang secara kimiawi?

4) Apa saja jenis-jenis tepung tulang?

5) Bagaimana proses pembuatan tepung tulang?

1.3. Maksud dan Tujuan

1) Untuk mengetahui pengertian dengan tepung tulang

2) Untuk mengetahui kandungan nutrisi tulang dan tepung tulang

3) Untuk mengetahui pengolahan tepung tulang secara kimiawi

4) Untuk mengetahui jenis-jenis tepung tulang

5) Untuk mengetahui proses pembuatan tepung tulang

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tulang merupakan suatu jaringan kompleks dengan banyak fungsi. Tulang

memiliki fungsi sebagai sistem penggerak dan pelindung tubuh. Sifat tulang yaitu

keras, kuat dan kaku (Pudjiastuti, 2012). Tulang ayam memiliki komposisi

bervariasi tergantung pada umur hewan dan kondisi makanannya. Tulang yang

normal mengandung kadar air sebesar 45%, lemak 10%, protein 20% dan abu

25%. Tulang ayam memiliki kandungan kalsium sekitar 24 – 30% dan kandungan

fosfor sekitar 12 – 15% (Rasyaf, 1990).

Tulang berasal dari limbah rumah potong hewan yang jika tidak

termanfaatkan secara maksimal akan membawa dampak negatif bagi lingkungan.

Sampai saat ini tulang limbah ternak masih belum termanfaatkan secara

maksimal, sehingga tulang masih dikategorikan sebagai hasil ikutan ternak

(byproduct) yang memiliki nilai ekonomis rendah. Tulang limbah rumah potong

hewan dapat diolah menjadi tepung tulang sebagai bahan pakan sumber mineral.

Proses pengolahan dapat mengubah suatu bahan menjadi produk yang lebih

berguna dan memiliki nilai tambah yang lebih baik (Winarno, 1980).

Tulang ayam adalah salah satu hasil samping yang memiliki nilai

ekonomis kecil yang jarang diperhatikan dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

Tepung tulang adalah suatu produk padat kering yang dihasilkan dengan cara

mengeluarkan sebagian besar cairan atau seluruh lemak yang terkandung pada

tulang. Tulang ayam secara umum terdiri dari 12% protein, 3% lemak dan 2%

serat kasar (Saparinto,2008).

3
Upaya untuk meningkatkan nilai manfaat limbah tulang dan mendapatkan

tepung tulang yang berkualitas adalah melakukan proses pengolahan secara

kimiawi melalui tahap dekolagenasi dengan menggunakan alkali (larutan yang

bersifat basa kuat), yang bertujuan untuk melepaskan komponen mineral yang

terikat pada kolagen tulang ayam sehingga menghasilkan kandungan mineral yang

tinggi.

Dekolagenasi dilakukan dengan cara pemberian basa yang diikuti

pemasanasan. Sebagai basa, banyak dipilih NaOH sebab selain lebih efektif bahan

ini juga relatif murah dan mudah didapatkan. Pemberian basa bertujuan untuk

mendenaturasi protein menjadi bentuk primernya yang akan mengendap

(Ermawati dkk, 2009). Pemanasan serat kolagen dalam air samai 60o – 70OC akan

memperpendek sampai 1/3-1/4 dari panjang asalnya, apabila suhu dinaikkan

sampai 80oC, kolagen akan berubah menjadi gelatin (Deman, 1997).

Perlakuan pakan secara kimiawi umumnya dilakukan terhadap pakan

berserat (roughage) yang bertujuan untuk meningkatkan kecernaan dan konsumsi

pakan dengan cara memecah komponen-komponen dinding sel atau memecah

ikatan lignin dengan senyawa karbohidrat yang terdapat pada sel tanaman.

Berbagai perlakuan kimiawi telah banyak dilakukan untuk meningkatkan

ketersediaan substansi selulosa yang dapat dicerna oleh mikroba rumen. Perlakuan

secara kimiawi dapat menyebabkan pemecahan ikatan lignin-karbohidrat, oksidasi

senyawa fenol termasuk lignin dan hidrólisis polisakarida menjadi gula yang siap

diserap oleh organ pencernaan.

Secara garis besar perlakuan pakan secara kimiawi dapat dikelompokkan

menjadi tiga yaitu secara alkali, asam dan oksidasi. Bahan kimia dapat digunakan

pada perlakuan secara kimiawi yaitu kaustik soda (NaOH), potas (KOH), kalsium

hidroksioda (Ca (OH)2), ammonia anhydrase (NH3), larutan amonia (NH4OH),

4
sulfur dioksida (SO2), asam sulfat (H2SO4), asam klorida (HCL) dan natrium

klorida (NaCl). Perlakuan dengan alkali dipandang paling efektif menambah

kualitas nutrisi bahan pakan berbasis limbah pertanian. Sistem kerja perlakuan

alkali pada bahan pakan adalah sebagai berikut:

1. Pemutusan sebagian ikatan selulosa dan hemiselulosa dengan lignin dan

silika,

2. Pembentukan asam uronat dengan cara esterifikasi gugus asetil

3. Perombakan struktur dinding sel melalui pengembangan jaringan serat

sehingga dapat meningkatkan akses bagi enzim untuk melakukan penetrasi

molekul

Mekanisme kerja alkali dalam memecah ikatan lignoselulosa dan

lignohemiselulosa hingga saat ini belum secara jelas diketahui. Kemampuan alkali

dalam melakukan pengurangan ikatan hidrogen di dalam molekul kristal

menyebabkan pembengkakan pada selulosa yang dapat menghasilkan

pengurangan selulosa kristal.

Alkali juga dapat merubah struktur dinding sel yang dengan

menghilangkan grup asetil dan asam fenolik, terjadinya pelarutan silika dan

hemiselulosa serta terjadinya hidrólisis ikatan hemiselulosa lignin. Selulosa yang

mengalami pembengkakan dikelompokkan menjadi dua macam yakni

pembengkakan di dalam kristal (intercrystalline swelling) dan pembengkakan

antar kristal (intracrystalline swelling). Pada proses tersebut, air tidak dapat

menembus struktur selulosa, akan tetapi berpengaruh terhadap pembengkakan

antar kristal di dalam selulosa. Pembengkakan selulosa menyebabkan

renggangnya ikatan lignoselulosa dan lignohemiselulosa dan pecah sehingga

dinding sel menjadi lemah.

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Tulang Sebagai Bahan Pakan Ternak

Tulang berasal dari limbah rumah potong hewan yang jika tidak

termanfaatkan secara maksimal akan membawa dampak negatif bagi lingkungan.

Sampai saat ini tulang limbah ternak masih belum termanfaatkan secara

maksimal, sehingga tulang masih dikategorikan sebagai hasil ikutan ternak (by-

product) yang memiliki nilai ekonomis rendah. Tulang limbah rumah potong

hewan dapat diolah menjadi tepung tulang sebagai bahan pakan sumber mineral.

Winarno (1980) dan Said (1989) menyatakan bahwa proses pengolahan dapat

mengubah suatu bahan menjadi produk yang lebih berguna dan memiliki nilai

tambah yang lebih baik.

Untuk meningkatkan nilai manfaatnya dapat dilakukan melalui

pengolahan. Tulang dapat diolah menjadi pakan sumber mineral melalui proses

pembakaran dan perebusan. Perbedaan proses pengolahan akan mempengaruhi

kandungan gizi dan bentuk fisik bahan yang berbeda termasuk ukuran partikel.

3.2 Pengertian Tepung Tulang

Tepung tulang adalah suatu produk padat kering yang dihasilkan dengan

cara mengeluarkan sebagian besar cairan atau seluruh lemak yang terkandung

pada tulang. Kandungan yang terdapat dalam tepung tulang secara umum terdiri

dari 12% protein, 3% lemak dan 2% serat kasar (Saparinto,2008). Tepung tulang

merupakan hasil penggilingan tulang yang telah dipisahkan dari kandungan

colagennya. Produk ini digunakan untuk bahan baku pakan yang merupakan

sumber mineral (terutama kalsium) dan sedikit asam amino. Tepung tulang

6
berbentuk serpihan (tepung) berwarna coklat dengan tekstur yang kasar jika

dirasakan, dengan aroma khas seperti daging sapi tapi ada juga yang tidak berbau.

3.3 Kandungan Zat Tulang

3.4 Pengolahan Pakan Secara Kimiawi Pada Tepung Tulang

Perlakuan pakan secara kimiawi umumnya dilakukan terhadap pakan

berserat (roughage) yang bertujuan untuk meningkatkan kecernaan dan konsumsi

pakan dengan cara memecah komponen-komponen dinding sel atau memecah

ikatan lignin dengan senyawa karbohidrat yang terdapat pada sel tanaman.

Berbagai perlakuan kimiawi telah banyak dilakukan untuk meningkatkan

ketersediaan substansi selulosa yang dapat dicerna oleh mikroba rumen. Perlakuan

secara kimiawi dapat menyebabkan pemecahan ikatan lignin-karbohidrat, oksidasi

senyawa fenol termasuk lignin dan hidrólisis polisakarida menjadi gula yang siap

diserap oleh organ pencernaan.

Secara garis besar perlakuan pakan secara kimiawi dapat dikelompokkan

menjadi tiga yaitu secara alkali, asam dan oksidasi. Bahan kimia dapat digunakan

pada perlakuan secara kimiawi yaitu kaustik soda (NaOH), potas (KOH), kalsium

hidroksioda (Ca (OH)2), ammonia anhydrase (NH3), larutan amonia (NH4OH),

7
sulfur dioksida (SO2), asam sulfat (H2SO4), asam klorida (HCL) dan natrium

klorida (NaCl).

Dekolagenasi merupakan proses pelepasan kolagen dari ikatannya.

Kolagen dapat didegradasi dengan perlakuan kimia dengan menggunakan larutan

basa kuat atau perlakuan biologis. Dekolagenasi dilakukan dengan cara

memanaskan kondisi basa selama rentang waktu tertentu. Sebagai basa, NaOH

banyak dipilih karena harganya murah dan mudah didapatkan. Pemberian basa

tersebut dimaksudkan untuk mendenaturasi protein menjadi bentuk primernya

yang akan mengendap (Ermawati dkk, 2009).

Dekolagenasi dilakukan pada tahap proses pembuatan. Dekolagenasi

dilakukan selama 2 jam pada suhu 60oC. Dekolagenisasi dilakukan karena

keberadaan kolagen kurang efektif dalam pembuatan tepung tulang,

menjadikannya sulit dicerna dalam usus sehingga kandungan kolagen harus

dihilangkan.

3.5 Proses Pengolahan dan Pembuatan Tepung Tulang

Tepung tulang diolah melalui dua cara, yaitu melalui perebusan dan

pembakaran. Proses pengolahan yang berbeda mempengaruhi karakteristik

produk. Perbedaan proses pengolahan mempengaruhi kandungan kalsium dan

fosfor pada tepung tulang. Berdasarkan hasil uji kandungan kalsium dan fosfor

pada tepung tulang yang diproses dengan perebusan menunjukkan perbandingan

yang bagus yaitu : Ca 19,14% dan P 8,13 %, lebih baik dari tulang yang diproses

dengan pembakaran yang memiliki kandungan Ca 21,78% dan P 7,88%

(Laboratorium Nutrisi Non Ruminansia Fakultas Peternakan Universitas 2

Andalas, 2015).

8
Pembakaran berfungsi sebagai sterilisasi dan dapat memudahkan

penggilingan (Khalil, 2006). Struktur tulang yang keras dan kompak pada tulang

hasil perebusan menyebabkan penggilingan menjadi lebih susah sehingga bentuk

gilingan yang dihasilkan tidak seragam. Proses penggilingan dan pembakaran

akan berpengaruh terhadap karakteristik produk, seperti ukuran dan bentuk

partikel, berat jenis dan lainnya (Khalil, 2006).

Hasil penelitian Pratama (2015) menyatakan bahwa tepung tulang yang

diolah melalui proses pembakaran memiliki kandungan kalsium 20,40 % dan

fosfor 10,50 %. Sedangkan tepung tulang yang diolah dengan proses perebusan

memiliki kandungan kalsium 18,60 % dan fosfor 8,80 %.

 Proses Pembuatan Tepung Tulang

1. Tulang ayam direbus dan dibersihkan.

2. Proses degreasing (pengurangan lemak) dengan dimasak selama 30 menit

pada suhu 80oC.

3. Dijemur di bawah matahari selama 1 jam.

4. Tulang dipotong dengan ukuran 2 cm.

5. Tulang ditimbang 100 g dan direndam di larutan NaOH 4% dengan

perbandingan 1:4 selama 48 jam lalu disaring.

6. Tulang dicuci dengan aquabides hingga mencapai pH netral.

7. Tulamg dimasukkan ke dalam autoklaf (121oC, 1 atm) selama 3 jam.

8. Tulang dikeringkan dalam oven dengan suhu 80oC selama 24 jam.

9. Tulang ditepungkan dengan menggunakan blender.

10. Tepung yang dihasilkan diayak dengan menggunakan ayakan dengan ukuran

100 mesh agar diperoleh tepung tulang yang halus. (Thalib, 2009)

9
3.6 Contoh Tepung Tulang

a. Tepung tulang paha ayam

Limbah tulang ayam berpeluang untuk dimanfaatkan sebagai tepung

tulang yang kaya akan kalsium dan fosfor, dalam tulang ayam terdapat sekitar

28,0 – 56,3% zat organik, termasuk didalamnya kalsium dan fospor (Retno,

2012). Kalsium (Ca) merupakan elemen ke 5 terbanyak sekaligus kation

terbanyak dalam tubuh manusia dan hewan (Hidayat, 2012). Limbah tulang ayam

juga memiliki kandungan air 1.8 – 44,3 %, lemak 1,2 – 26,9 %, Kolagen 15,8 –

32,8 % dan zat anorganik 28,0 – 56,3% (Retno, 2012).

b. Tepung Tulang Ikan

Tulang ikan merupakan salah satu limbah hasil industri perikanan yang belum

dimanfaatkan dengan baik. Salah satu hasil perairan yang kaya akan kalsium

adalah ikan terutama bagian tulangnya. Kalsium dari tulang ikan memiliki

kualitas cukup bagus serta mudah diperoleh. Salah satu pemanfaatan tulang ikan

yaitu pengolahan menjadi tepung tulang. Pemanfaatan tepung tulang dapat

dijadikan suplemen dan obat pencegah osteoporosis (Jiancong et al. 2010).

Menurut Jung et al. (2005), tulang ikan hoki (Johnius belengerii) mengandung

bahan organik sekitar 30,54% (bk) yang terdiri dari protein 28,04%, lipid 1,94%

dan karbohidrat 0,56%, sedangkan bahan mineral anorganiknya sekitar 69,46%

(bk) terutama terdiri dari 59,69% kalsium (Ca) dan 35,81% fosfor (P).

3.7 Kandungan Zat Tepung Tulang

Pada tepung tulang ayam setelah dilakukan perlakuan perendaman selama

48 jam, dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dan

Spektrofotometer UV-Vis, didapatkan kadar kalsium (Ca) pada tepung tulang

10
sebesar 168.165,92 mg/kgkadar fosfat (PO4) sebesar 1306,95 mg/kg (Musdalifah,

dkk. 2016). Tulang ayam kaya akan kalsium dan fosfat (PO4). Tulang ayam terdiri

dari senyawa organic maupun senyawa anorganik yang memiliki banyak manfaat.

Komponen organic yang utama yaitu protein sedangkan komponen anorganik

yaitu kalsium, karbonat, potassium, sodium, magnesium, fosfor dan lain-lain.

11
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

(1) Tulang berasal dari limbah rumah potong hewan yang jika tidak

termanfaatkan yang dapat dimanfaatkan menjadi tepung tulang. Tepung

tuang merupakan suatu produk padat kering yang dihasilkan dengan cara

mengeluarkan sebagian besar cairan atau seluruh lemak yang terkandung

pada tulang. Kandungan yang terdapat dalam tepung tulang secara umum

terdiri dari 12% protein, 3% lemak dan 2% serat kasar (Saparinto,2008).

(2) Tulang ayam mengandung air, lemak, kolagen dan zat anorganik.

(3) Dekolagenasi merupakan proses pelepasan kolagen dari ikatannya dan

dimaksudkan untuk mendenaturasi protein menjadi bentuk primernya yang

akan mengendap.

(4) Contoh Tepung tulang adalah tepung tulang ayam dan tepung tulang ikan.

(5) Proses pembuatan tepung tulang diawali dengan proses degreasing lalu

dipanaskan dan dilakukan proses dekalogenisasi dan tahap akhir dari

pembuatan tepung tulang ayam adalah proses pengayakan.

(6) Komponen organic tulang ayam adalah protein sedangkan komponen

anorganik pada tulang ayam adalah kalsium, karbonat, potassium,

magnesium dan fosfor.

4.2 Saran

Saran yang bisa penulis berikan Perlu adanya metode penilitian lebih lanjut

akan Pengolahan dan pembuatan bone meal atau feather flour agar tidak salah

dalam melakukan proses pembuatan tepung ikan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K, A.A. Edwards, G.H. Fleet and M. Wooton. 1985. Ilmu Pangan.

Penerjemah Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia. Jakarta

Darmayanto, 2009, Penggunaan Serbuk Tulang Ayam Sebagai Penurun Intensitas

Warna Air Gambut , Tesis, Medan: Universitas Sumatera Utara.

Deman, John, M., 1997, Kimia Makanan. Terj. Kokasih Padmawinata, Bandung;

Penerbit ITB

Indrasari S. Dewi, R. Rustiasari, AD., Sutrisno dan S.J. Munarso, 2000. Pengaruh

Perbedaan Varietas Dan Proses Pengolahan Terhadap Kandungan Zat

Gizi Beras Kristal. Himpunan Makalah Seminar Nasional Industri Pangan.

Murniyati, A. S. dan Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan

Ikan. Kanisius. Yogyakarta.

Saparinto, Cahyo. 2008. Panduan Lengkap Gurami. Jakarta : Penebar Swadaya

13
1

Anda mungkin juga menyukai