Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TEKNOLOGI PAKAN

“Pembuatan Amoniasi Jerami Padi”

Disusun oleh:
Kelas A
Kelompok 7

Muhammad Fakhri Fadhilah 200110190175

Muhammad Faris Al Mujadid A. 200110190184

Muhammad Hawari Bana Salam 200110190185

Azkiya Yudia Amariliana 200110190188

Alifdha Asri 200110190189

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas segala karunia serta rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Teknologi Pakan yang berjudul
“Pembuatan Amoniasi Jerami Padi” hingga selesai. Makalah Teknologi Pakan ini
disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas praktikum dari mata kuliah
Teknologi Pakan.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik dalam
proses pembelajaran maupun sebagai referensi untuk menambah pengetahuan bagi
pembaca. Penulis sadar bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis memohon kritik dan saran
dari semua pihak terhadap Makalah ini agar menjadi perbaikan dalam penyusunan
makalah di masa yang akan datang.

Jatinangor, 6 Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 2

1.3. Maksud dan Tujuan ............................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 3

BAB III.................................................................................................................... 6

Alat, Bahan, dan Metode......................................................................................... 6

3.1 Alat ........................................................................................................... 6

3.2 Bahan ....................................................................................................... 6

3.3 Metode .................................................................................................... 7

BAB IV ................................................................................................................. 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 12

4.1 Hasil............................................................................................................. 12

4.2 Pembahasan ................................................................................................. 12

BAB V …………………………………………………………………………13

PENUTUP………………………………………………………………………13

5.1 Kesimpulan……………………………………………………………13

5.2 Saran…………………………………………………………………...13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pakan merupakan segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak, dapat
dicerna seluruhnya atau sebagian dan tidak mengganggu kesehatan ternak
Pemberian pakan pada ternak perlu mempertimbangkan jumlah, kandungan
dan kualitas nutrien didalam bahan pakan. Pakan memiiki peran yang sangat
penting bagi seluruh makhluk hidup, khususnya dalam bidang peternakan
karena menyangkut ke dalam keadaan kesehatan dan produktivitas ternak.

Hingga saat ini permasalahan mengenai pakan di Indonesia masih sering


ditemui yang salah satu penyebabnya akibat ketersediaan pakan yang belum
dapat memenuhi kebutuhan ternak dan kurangnya sarana lahan untuk tanaman
menjadi permasalahan yang sering muncul bagi peternak. Maka dari itu
diperlukan suatu cara alternatif untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut
yang salah satunya yaitu mengenai pemanfaatan limbah pertanian yang dapat
diolah menjadi pakan ternak.

Pemanfaatan jerami padi agar dapat berdayaguna diperlukan suatu


pengolahan yang disebut dengan amoniasi. Melalui teknik amoniasi dapat
mengubah jerami menjadi pakan ternak yang potensial dan berkualitas karena
melalui amoniasi dapat meningkatkan daya cerna dan meningkatkan
kandungan proteinnya. Fermentasi Amoniasi merupakan pengolahan jerami
dengan menggunakan urea dan ragi untuk dapat meningkatkan kadar N
(nitrogen). Dengan mencampurkan urea dan ragi maka akan terjadi hidrolisa,
selanjutnya dengan nezim urase, urea akan terurai menjadi ammonia.

Salah satu keuntungan dari pengolahan amoniasi jerami padi yaitu jerami
lebih awet dan lebih disukai ternak. Maka dari itu, laporan praktikum ini
dibuat untuk mengetahui cara pengolahan amoniasi jerami padi dan
mengetahui mengenai ciri dari amoniasi jerami yang memiliki kualitas baik,
sehingga dapat dipraktikan langsung di lapangan.
1.2. Rumusan Masalah

1) Bagaimana cara pembuatan amoniasi jerami padi?


2) Bagaimana ciri dari amoniasi jerami padi yang baik?
3) Apa saja kelebihan dari amoniasi jerami padi sebagai bahan pakan ternak?

1.3. Maksud dan Tujuan

1) Untuk mengetahui cara pembuatan amoniasi jerami padi

2) Untuk mengetahui ciri dari amoniasi jerami padi yang baik

3) Untuk mengetahui kelebihan dari amoniasi jerami padi sebagai bahan pakan
ternak
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jerami Padi

Jerami merupakan bagian dari batang tanaman padi tanpa akar yang dibuang setelah
diambil butir buahnya. Jika jerami padi langsung diberikan kepada ternak sapi, daya
cernanya rendah dan proses pencernaannya lambat,sehingga total yang dimakan per
satuan waktunya menjadi sedikit. Di samping itu jerami mempunyai nilai gizi jerami
yang rendah karena kandungan proteinnya rendah. Melalui teknik amoniasi dapat
mengubah jerami menjadi pakan ternak yang potensial dan berkualitas karena melalui
amoniasi dapat meningkatkan daya cerna dan meningkatkan kandungan proteinnya
(Sofyan, 2007).
Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak sapi potong, kambing, dan domba,
agar dapat berdaya guna dan berhasil guna diperlukan suatu teknologi yang sederhana
dan mudah dalam mengerjakannya, tetapi tetap berkualitas. Teknologi tersebut antara lain
melalui amoniasi. Amoniasi merupakan teknik perlakuan kimiawi dengan penambahan
unsur N dari urea yang ditambahkan pada jerami, sehingga terjadi poses perombakan
struktur jerami yang keras menjadi struktur jerami yang lunak, untuk meningkatkan daya
cerna (digestibility) dan meningkatkan jumlah jerami yang dimakan (feed intake) oleh
sapi (Nevy,2008).
Meningkatkan nilai gizi jerami padi ini diperlukan input teknologi yang sampai saat
ini terus dikembangkan dan dikenalkan pada peternak. Ada beberapa cara yang lazim
digunakan dalam pengolahan limbah pertanian diantaranyamelaui perlakuan fisik, kimia
dan biologi. Peningkatan manfaat limbah pertanian dilakukan dengan peningkatan nilai
kecernaanya dan salah satu metoda yang dapat dilakukan untuk tujuan tersebut adalah
pengolahan secara biologis dengan memanfaatkan mikroorganisme (Rukmana, 2001).

B. Amoniasi

Amoniasi adalah salah satu metode pengolahan pakan secara kimia dengan cara
penambahan alkali dan asam yang difermentasi secara aerob atau anaerob. Prinsip
amoniasi menurut yaitu suatu proses perombakan dari struktur keras menjadi struktur
lunak dengan bantuan bahan kimia sumber amonia atau NH3 agar dapat meningkatkan
daya cerna dan kandungan nitrogen (protein) bahan pakan (Nevy, 2008).

Tujuan dari proses amoniasi melarutkan mineral silikat, menghidrolisis ikatan


lignoselulosa dan lignohemiselulosa, meningkatkan kecernaan, meningkatkan kandungan
protein kasar, serta menekan pertumbuhan jamur. Manfaat amoniasi
yaitu merubah tekstur bahan menjadi lebih lunak dan rapuh, meningkatkan energi
bruto tetapi menurunkan kadar BETN dan dinding sel, meningkatkan bahan
organik, energi tercerna, dan konsumsi pakan (Setyono dkk, 2009).

Menurut Hanafi (2004), pengolahan dengan cara amoniasi mempunyai beberapa


keuntungan, antara lain :
a. Sederhana cara pengerjaannya dan tidak berbahaya;
b. Lebih murah dan mudah dikerjakan dibanding dengan NaOH;
c. Cukup efektif untuk menghilangkan aflatoksin (kontaminasi mikroorganisme);
d. Meningkatkan kandungan protein kasar;
e. Tidak menimbulkan polusi dalam tanah.

Kualitas amoniasi dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti asal atau bahan pakan,
temperatur penyimpanan, kepadatan dan kondisi an-aerob pada proses amoniasi
berlangsung. Manfaat amoniasi adalah merubah tekstur jerami yang semula keras
berubah menjadi lunak, warna berubah dari kuning kecoklatan menjadi coklat tua.
Kualitas dari amoniasi yang baik tidak terjadinya penggumpalan pada seluruh atau
sebagian jerami (Rahardi, 2009).

Ciri-ciri amoniasi yang baik yaitu memiliki bau yang khas amonia, berwarna
kecoklat-coklatan seperti bahan asal, tekstur berubah menjadi lebih lunak dan kering.
Hasil amoniasi lebih lembut dibandingkan jerami asalnya, tidak berjamur atau
menggumpal, tidak berlendir dan pH yang dihasilkan sekitar 8 (Sumarsih, 2003).

Penggunaan NH3 gas yang dicairkan biasanya relative mahal, selain harganya relatif
mahal juga memerlukan tangki khusus yang tahan tekanan tinggi minimum (minimum 10
bar). Amoniasi mempunyai beberapa keuntungan antara lain sederhana cara
pengerjaannya dan tidak berbahaya, lebih murah dan mudah dikerjakan dibanding dengan
NaOH, cukup efektif untuk menghilangkan aflatoksin khususnya pada jerami,
meningkatkan kandungan protein kasar dan tidak menimbulkan polusi dalam tanah

(Siregar, 1995).
C. Urea
Urea dalam proses amoniasi berfungsi untuk menghancurkan ikatan-ikatan lignin,
selulosa, dan silika yang terdapat pada jerami. Sebab, ketiga komponen itu
merupakan faktor penyebab rendahnya daya cerna jerami. Amoniasi dapat
meningkatkan kualitas gizi jerami agar dapat bermanfaat bagi ternak. Proses ini dapat
menambah kadar protein kasar dalam jerami. Kadar protein kasar diperoleh dari
amonia yang terdapat dalam urea. Amonia berperan memuaikan serat selulosa.
Pemuaian selulosa akan memudahkan penetrasi enzim selulase dan peresapan
nitrogen, sehingga meningkatkan kandungan protein kasar jerami (Regan, 1997).
Penggunaan urea dibatasi 4-6% karena pada penggunaan <3% amonia tidak
mampu memecah ikatan lignin. Pada penggunaan > 6% amonia akan terbuang karena
jerami tidak sanggup menyerapnya jadi secara ekonomi tidak menguntungkan. Proses
amoniasi bisa dilakukan dengan cara basah dan cara kering. Proses dengan cara basah
menggunakan larutan urea sedangkan cara kering urea langsung ditaburkan pada
jerami. Dengan cara kering 3-4 kg urea digunakan untuk 100 kg jerami. Pada
pembuatan skala besar, jerami dimampatkan kotak kotak cetakan. Selanjutnya jerami
dimasukkan dalam wadahnya (sejenis dengan silo) sambil ditaburi urea atau
larutannya (McDonald, P, et al. 1987).
Penggunaan urea didasari pertimbangan ekonomis dan juga lebih ramah
lingkungan. Sebenarnya sumber amonia lain seperti gas amonia bisa digunakan.
Jerami yang telah dimasukkan ke dalam wadah tertutup disemprot dengan gas
amonia. Untuk menghasilkan jerami amoniasi yang berkualitas, maka dibutuhkan
bahan yang berkualitas pula. Bahan dasar dari pembuatan jerami amoniasi ini adalah
jerami padi yang tersisa setelah pemanenan. Jerami padi yang akan diamoniasi harus
memenuhi beberapa kriteria yaitu jerami harus dalam kondisi kering, tidak boleh
terendam air sawah atau pun air hujan, dan harus dalam keadaan baik (tidak busuk
atau rusak). Jerami yang telah diamoniasi memiliki tekstur lunak dan rapuh, berwarna
coklat tua, berbau amonia dan tidak berjamur. Jika dilakukan analisa proksimat maka
kandungan protein kasarnya lebih dari 6% (Kartasudjana, 2001)
BAB III

ALAT, BAHAN DAN METODE

1.1 BAHAN

1) 15 kg jerami padi utuh kering udara (Kadar air rata-rata 30%)

2) 522 gram urea (Untuk mendapatkan kandungan amoniak sebanyak 4%


dari bahan kering jerami padi)

3) 1,39 liter air .

1.2 Alat
1) Dua lembar kantong plastik ukuran 100x150 cm dengan ketebalan 0.4 mm
2) Satu buah ember
3) Timbangan
4) Alat pengaduk

1.3 Metode

1) Kantong Plastik langsung dilapis dua dengan memasukkan lembar pertama ke


lembar kedua

2) Jerami hasil penimbangan dipadatkan, dan dimasukkan ke dalam plastik

3) 522 gram urea dalam 1,39 liter air dilarutkan hingga larut

4) Larutan urea disiramkan dengan embrat ke dalam kantong plastik berisi jerami

5) Kantong ditutup rapat hingga tidak ada kontak dengan udara luar

6) Setelah satu bulan kantong plastik sudah dapat dibuka, dianginkan selama 2-3
hari dan waspadai jangan sampai uap yang keluar terhisap manusia dan
ternak.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum kali ini yaitu pembuatan amoniasi jerami padi. Alat dan bahan yang perlu
disiapkan untuk pembuatan amoniasi jerami padi adalah alat pencacah , 15 kg jerami padi
utuh kering udara rata-rata 30%, 522 gram urea, dan 1,39 liter air. Prosedur dalam
praktikum kaliini yaitu, pertama melakukan pencacahan jerami padi kering udara, proses
pencacahan dilakukan menggunakan ukuran 2-3cm. Lalu hasil pencacahan dapat
disimpan di silo.

Pembuatan amoniasi 4% menggunakan 522gram urea dan 1,39liter air, kemudian urea
dimasukan ke dalam jerami hingga merata. Setelah itu, silo beserta isinya diperah selama
21 hari kemudian dilakukan pemanenan.

Amoniasi jerami padi yang baik dapat diliat dari ciri-ciri tersebut:
• Tekstur yang relatif lebih mudah putus
• Berwarna kuning tua atau coklat dan memiliki bau ammonia
• Tidak terdapat jamur dan memiliki pH sekitar 8 (basa)
• Kandungan protein kasarnya sekitar 10-15%
• Kandungan lemak kasar sekitar 6-7%
Cara supaya dapat mengurangi bau ammonia pada jerami yaitu dengan mendiamkan atau
jerami diangin-angin kan selama kurang lebih 1-2 jam sebelum diberikan pada ternak.
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Amoniasi jerami padi yang baik dapat diliat dari ciri-ciri tersebut:
• Tekstur yang relatif lebih mudah putus
• Berwarna kuning tua atau coklat dan memiliki bau ammonia
• Tidak terdapat jamur dan memiliki pH sekitar 8 (basa)
• Kandungan protein kasarnya sekitar 10-15%
• Kandungan lemak kasar sekitar 6-7%

4.2 Saran
Praktikum sebaiknya dilakukan secara offline, agar lebih dapat dipahami dengan
baik dan benar .
Daftar Pustaka
1

Anda mungkin juga menyukai