Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN


TEKNOLOGI PENGOLAHAN DENGAN AMONIASI

Disusun Oleh:

KELOMPOK I

MUTTAHIDA (60700117052)

JUMASARI (60700117055)

ROSPINA (60700117059)

ANDI PARUNRUNGI HS (60700117064)

A.ANISA NISDA (60700117067)

AFDILAWATI NUR (60700117071)

JURUSAN ILMU PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur, kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT. Tuhan

semesta alam yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga

dengan berkat dan karuniaNya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada

waktunya. Shalawat serta salam tak lupa pula saya kirimkan kepada junjungan

kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan

menujun zaman yang terang benderang yang dihiasi oleh imam, islam dan ihsan.

Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada

teman-teman yang telah membantu kami. Saya berharap makalah ini dapat

bermanfaat bagi saya dan kita semua. Makalah ini berjudul “Teknologi

Pengolahan Denga Amoiasi” kami menyadari sepenuhnya banyak kekurangan

dan keterbatasan, meskipun telah di sertai dengan usaha yang maksimal sesuai

dengan kemampuan yang telah kami miliki. Oleh karna itu, segala saran dan kritik

yang membangun sangat di harapkan untuk perbaikan makalah yang akan datang.

Dengan ini kami berharap semoga makalah ini semoga makalah ini bermanfaat

bagi semua pihak. Amin ya Rabbil’alamin.

Samata, 17 November 2019

Kelompok 1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat dicerna sebagian

atau seluruhnya dan bermanfaat bagi ternak, oleh karena itu apa yang disebut

pakan adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi persyaratan tersebut di atas dan

tidak menimbulkan keracunan bagi ternak yang memakannya. Kebutuhan pakan

terkait erat dengan jenis ternak, umur ternak, dan tingkat produksi. Konsumsi

bahan kering (DW) pakan ditentukan oleh tubuh ternak. Macam ransum, umur,

penyakit, lingkungan, kondisi ternak dan defisiensi nutrient tertentu. Hijauan

merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing

dan domba). Penyediaan hijauan yang cukup sangat diperlukan untuk

meningkatkan produksi ternak. Maksud dari cukup adalah cukup secara kuantitas,

kualitas maupun kotinuitasnya.

Pemanfaatan hijauan yang mampu bertahan hanya pada musim

penghujandan dimusim kemarau susah untuk didapatkan. Ketersediaan jerami

yangmelimpah dan belum termanfaatkan secara optimal sangat perlu untuk

diupayakanagar dapat termanfaatkan dengan baik. Metode fermentasi dan

amoniasi jeramimerupakan usaha untuk mendapatkan pakan ternak dengan cara

mengawetkan jerami tersebut agar tidak kekurangan pakan saat musim kemarau

danmemudahkan ternak untuk mencerna jerami. Pakan utama ternak

ruminansiaadalah hijauan yaitu sekitar 60-70%, akan tetapi karena ketersediaan


pakanhijauan sangat terbatas maka pengembangan peternakan dapat

diintegrasikandengan usaha pertanian sebagai strategi dalam penyediaan pakan

ternak melaluioptimalisasi pemanfaatan limbah pertanian dan limbah agroindustri

pertanian.Pembuatan pakan komplit merupakan usaha untuk memberikan nutrisi

yangdibutuhkan oleh ternak. Uji fisik dilakukan untuk mengetahui seberapa baik

dankuat serta kualitas yang dihasilkan dari pakan.

Teknologi pengolahan pakan merupakan dasar teknologi untuk

mengolah limbah pertanian, perkebunan maupun agroindustri dalam

pemanfaatannya sebagai pakan. Pengolahan pakan disini bertujuan untuk

meningkatkan kualitas, utamanya efektifitas cerna, utamanya untuk ternak

ruminansia serta peningkatan kandungan protein bahan. Beberapa alternatif

pengolahan dapat dilakukan secara fisik (pencacahan, penggilingan dan atau

pemanasan), kimia (larutan basa dan atau asam kuat), biologis (mikroorganisme

atau enzim) maupun gabungannya. Pengolahan cara fisik dan biologis

memerlukan tenaga dan investasi yang cukup tinggi dan dalam skala besar, sering

kali menjadi tidak berjalan. Cara kimia dengan “amoniasi” dirasa merupakan cara

yang paling tepat dalam pengolahan ini, karena mudah dilakukan, murah, tidak

mencemari lingkungan dan sangat efisien. Oleh sebab itu dilakukannya praktikum

ini untuk mengetahui manfaat jerami padi secara lebih jauh jika sudah mengalami

amoniasi.
B. Rumusan Masalah

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat:

1. Bagaimana mengetahui prinsip amoniasi jerami?

2. Bagaimana hasil yang baik dari amoniasi jerami?

3. Bagaaimana i manfaat dari pembuatan amoniasi jerami padi?

C. Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat:

1. Mengetahui prinsip amoniasi jerami;

2. Mengetahui hasil yang baik dari amoniasi jerami;

3. Mengetahui manfaat dari pembuatan amoniasi jerami padi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Amoniasi

Amoniasi merupakan suatu poses perombakan dari struktur keras menjadi

struktur yang lebih lunak (hanya struktur fisiknya) dan penambahan unsur N saja,

prinsip dalam teknik amoniasi ini adalah penggunaan urea sebagai sumber

amoniak yang dicampurkan ke dalam bahan. Urea dalam proses amoniasi

berfungsi untuk menghancurkan ikatan-ikatan lignin, selulosa dan silika yang

terdapat pada bahan pakann. Lignin, selulosa dan silika merupakan factor

penyebab rendahnya daya cerna bahan pakan. Amoniasi merupakan proses

perlakuan terhadap bahan pakan limbah pertanian yang pada umumnya jerami

padi dengan cara menambahkan bahan kimia berupa NaOH, sodium hidroksida

(KOH atau CO(NH2)2)

Manfaat dari pengolahan amoniasi adalah memotong ikatan rantai tadi dan

membebaskan selulosa dan hemiselulosa agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh

ternak. Amoniak (NH3) yang berasal dari urea akan bereaksi dengan jerami padi,

dalam hal ini ikatan tadi lepas diganti mengikat NH3, dan selulosa serta

hemiselulosa lepas, untuk menghasilkan jerami amoniasi yang berkualitas, maka

dibutuhkan bahan yang berkualitas pula. Bahan dasar dari pembuatan jerami

amoniasi ini adalah jerami padi yang tersisa setelah pemanenan. Jerami padi yang

akan diamoniasi harus memenuhi beberapa kriteria yaitu jerami harus dalam
kondisi kering, tidak boleh terendam air sawah atau pun air hujan dan harus dalam

keadaan baik.

Teknik amoniasi dapat meningkatkan daya cerna jerami. Ternak akan

lebih mudah mengonsumsi jerami hasil amoniasi dibandingkan dengan jerami

yang tidak diolah. Urea dalam proses amoniasi berfungsi untuk menghancurkan

ikatan-ikatan lignin, selulosa dan silika yang merupakan faktor penyebab

rendahnya daya cerna jerami bagi ternak. Lignin merupakan zat kompleks yang

tidak dapat dicerna oleh ternak. Lignin ini terkandung dalam bagian fibrosa dari

akar, batang, dan daun pada tumbuhan. Jerami dan rumput-rumput kering

mengandung lignin yang sangat banyak.

Kualitas amoniasi dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti asal atau bahan

pakan, temperatur penyimpanan, kepadatan dan kondisi an-aerob pada proses

amoniasi berlangsung. Manfaat amoniasi adalah merubah tekstur jerami yang

semula keras berubah menjadi lunak, warna berubah dari kuning kecoklatan

menjadi coklat tua. Kualitas dari amoniasi yang baik tidak terjadinya

penggumpalan pada seluruh atau sebagian jerami.

Keberhasilan proses urea amoniasi setelah proses tersebut selesai (paling

cepat 2 minggu) dapat diamati secara fisik, kimia maupun biologis. Secara fisik,

urea amoniasi mempunyai bau amonia yang kuat pada saat tempat pemeraman

(silo) dibuka. Bau amonia yang kuat menunjukkan bahwa urea telah terhidrolisis

secara maksimal menjadi amonia. Amonia hasil hidrolisis urea terikat/terserap

oleh jerami padi dan bertindak sebagai penyebab meningkatnya kualitas jerami

padi. Warna jerami padi yang diamoniasi dengan baik akan berubah dari coklat
muda kekuningan menjadi coklat tua dan merata. Tekstur jerami amoniasi

menjadi lebih lembut dan lunak meskipun jerami tersebut sudah dikeringkan.

Amonia dalam proses urea amoniasi dapat mencegah tumbuhnya jamur, sehingga

tidak terdapat jamur pada jerami padi amoniasi walaupun diperam dalam jangka

waktu yang lama. pH jerami amoniasi 8 (basa) karena sifat penambahan ammonia

membuat keadaan menjadi basa

B. Jerami Amoniasi

Jerami merupakan bagian dari batang tanaman padi tanpa akar yang

dibuang setelah diambil butir buahnya. Jika jerami padi langsung diberikan

kepada ternak sapi, daya cernanya rendah dan proses pencernaannya

lambat,sehingga total yang dimakan per satuan waktunya menjadi sedikit. Di

samping itu jerami mempunyai nilai gizi jerami yang rendah karena kandungan

proteinnya rendah. Melalui teknik amoniasi dapat mengubah jerami menjadi

pakan ternak yang potensial dan berkualitas karena melalui amoniasi dapat

meningkatkan daya cerna dan meningkatkan kandungan proteinnya.

Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak sapi potong, kambing, dan

domba, agar dapat berdaya guna dan berhasil guna diperlukan suatu teknologi

yang sederhana dan mudah dalam mengerjakannya, tetapi tetap berkualitas.

Teknologi tersebut antara lain melalui amoniasi. Amoniasi merupakan teknik

perlakuan kimiawi dengan penambahan unsur N dari urea yang ditambahkan pada

jerami, sehingga terjadi poses perombakan struktur jerami yang keras menjadi

struktur jerami yang lunak, untuk meningkatkan daya cerna (digestibility) dan

meningkatkan jumlah jerami yang dimakan (feed intake) oleh sapi.


Meningkatkan nilai gizi jerami padi ini diperlukan input teknologi yang

sampai saat ini terus dikembangkan dan dikenalkan pada peternak. Ada beberapa

cara yang lazim digunakan dalam pengolahan limbah pertanian diantaranya

melaui perlakuan fisik, kimia dan biologi. Peningkatan manfaat limbah pertanian

dilakukan dengan peningkatan nilai kecernaanya dan salah satu metoda yang

dapat dilakukan untuk tujuan tersebut adalah pengolahan secara biologis dengan

memanfaatkan mikroorganisme. Teknik fermentasi dan amoniasi yang dipilih

berdasarkan kesederhanaan alat yang dibutuhkan, kemudian kerja dan telah diuji

dengan menggunakan ternak. Fermentasi yaitu proses perombakan dari struktur

keras secara fisik, kimia dan biologi sehingga bahan dari struktur yang komplek

menjadi sederhana, sehingga daya cerna ternak menjadi lebih efisien.

Prinsip amoniasi adalah penggunaan urea sebagai sumber amonia yang

dicampurkan dalam jerami. Amoniasi bisa dilakukan dengan cara basah dan

kering. Cara basah dengan melarutkan urea ke dalam air, kemudian dicampurkan

dengan jerami. Pada cara kering, urea langsung ditabur ke jerami secara berlapis.

Pencampurannya harus dilakukan dalam kondisi hampa udara (anaerob) dan

dibiarkan / disimpan selama satu bulan.

Urea dalam proses amoniasi berfungsi untuk menghancurkan ikatan-ikatan

lignin, selulosa, dan silika yang terdapat pada jerami. Sebab, ketiga komponen itu

merupakan faktor penyebab rendahnya daya cerna jerami. Amoniasi dapat

meningkatkan kualitas gizi jerami agar dapat bermanfaat bagi ternak. Proses ini

dapat menambah kadar protein kasar dalam jerami. Kadar protein kasar diperoleh

dari amonia yang terdapat dalam urea. Amonia berperan memuaikan serat
selulosa. Pemuaian selulosa akan memudahkan penetrasi enzim selulase dan

peresapan nitrogen, sehingga meningkatkan kandungan protein kasar jerami.

Jerami yang telah diamoniasi memiliki nilai energi yang lebih besar

dibandingkan jerami yang tidak diamoniasi. Sebab kandungan senyawa

karbohidrat yang sederhana menjadi lebih besar. Amoniasi juga sangat efektif

untuk membebaskan jerami dari kontaminasi mikroorganisme dan menghilangkan

aflatoksin yang ada di dalamnya.

Kualitas amoniasi dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti asal atau bahan

pakan, temperatur penyimpanan, kepadatan dan kondisi an-aerob pada proses

amoniasi berlangsung (Regan, 1997). Manfaat amoniasi adalah merubah tekstur

jerami yang semula keras berubah menjadi lunak, warna berubah dari kuning

kecoklatan menjadi coklat tua. Kualitas dari amoniasi yang baik tidak terjadinya

penggumpalan pada seluruh atau sebagian jerami.

Ciri-ciri amoniasi yang baik yaitu memiliki bau yang khas amonia,

berwarna kecoklat-coklatan seperti bahan asal, tekstur berubah menjadi lebih

lunak dan kering. Hasil amoniasi lebih lembut dibandingkan jerami asalnya, tidak

berjamur atau menggumpal, tidak berlendir dan pH yang dihasilkan sekitar 8

(Sumarsih, 2003). Penggunaan NH3 gas yang dicairkan biasanya relative mahal,

selain harganya relatif mahal juga memerlukan tangki khusus yang tahan tekanan

tinggi minimum (minimum 10 bar). Amoniasi mempunyai beberapa keuntungan

antara lain sederhana cara pengerjaannya dan tidak berbahaya, lebih murah dan

mudah dikerjakan dibanding dengan NaOH, cukup efektif untuk menghilangkan


aflatoksin khususnya pada jerami, meningkatkan kandungan protein kasar dan

tidak menimbulkan polusi dalam tanah.

Penggunaan urea dibatasi 4-6% karena pada penggunaan <3% amonia

tidak mampu memecah ikatan lignin. Pada penggunaan > 6% amonia akan

terbuang karena jerami tidak sanggup menyerapnya jadi secara ekonomi tidak

menguntungkan. Proses amoniasi bisa dilakukan dengan cara basah dan cara

kering. Proses dengan cara basah menggunakan larutan urea sedangkan cara

kering urea langsung ditaburkan pada jerami. Dengan cara kering 3-4 kg urea

digunakan untuk 100 kg jerami. Pada pembuatan skala besar, jerami dimampatkan

kotak kotak cetakan. Selanjutnya jerami dimasukkan dalam wadahnya (sejenis

dengan silo) sambil ditaburi urea atau larutannya.

Penggunaan urea didasari pertimbangan ekonomis dan juga lebih ramah

lingkungan. Sebenarnya sumber amonia lain seperti gas amonia bisa digunakan.

Jerami yang telah dimasukkan ke dalam wadah tertutup disemprot dengan gas

amonia. Untuk menghasilkan jerami amoniasi yang berkualitas, maka dibutuhkan

bahan yang berkualitas pula. Bahan dasar dari pembuatan jerami amoniasi ini

adalah jerami padi yang tersisa setelah pemanenan. Jerami padi yang akan

diamoniasi harus memenuhi beberapa kriteria yaitu jerami harus dalam kondisi

kering, tidak boleh terendam air sawah atau pun air hujan, dan harus dalam

keadaan baik (tidak busuk atau rusak). Jerami yang telah diamoniasi memiliki

tekstur lunak dan rapuh, berwarna coklat tua, berbau amonia dan tidak berjamur.

Jika dilakukan analisa proksimat maka kandungan protein kasarnya lebih dari 6%

(Kartasudjana, 2001).
Cara pembuatan jerami padi fermentasi yaitu dengan menumpuk jerami

padi setinggi 30 cm. tumpukan ini kemudian ditaburi urea dan serbuk prebiotik,

serta disemprotkan molasses dan air. Biarkan selama 21 hari pada tempat yang

teduh (terhindar dari sinar matahari dan hujan). Setelah 21 hari, bongkar dan

jemur dibawah sinar matahari, setelah kering ditumpuk kembali dan simpan

ditempat teduh dan jerami siap diberikan pada ternak. Jerami padi fermentasi yang

baik mempunyai ciri-ciri berbau agak harum, warna dasar jerami masih nampak

yaitu kuning kecoklatan, teksturnya lemas (tidak kaku) dan tidak busuk atau

berjamur.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Amoniasi merupakan suatu poses perombakan dari struktur keras menjadi struktur

yang lebih lunak (hanya struktur fisiknya) dan penambahan unsur N saja, prinsip

dalam teknik amoniasi ini adalah penggunaan urea sebagai sumber amoniak yang

dicampurkan ke dalam bahan. Ciri-ciri amoniasi yang baik yaitu memiliki bau

yang khas amonia, berwarna kecoklat-coklatan seperti bahan asal, tekstur berubah

menjadi lebih lunak dan kering. Hasil amoniasi lebih lembut dibandingkan jerami

asalnya, tidak berjamur atau menggumpal, tidak berlendir dan pH yang dihasilkan

sekitar 8. Cara pembuatan jerami padi fermentasi yaitu dengan menumpuk jerami

padi setinggi 30 cm. tumpukan ini kemudian ditaburi urea dan serbuk prebiotik,

serta disemprotkan molasses dan air. Biarkan selama 21 hari pada tempat yang

teduh (terhindar dari sinar matahari dan hujan). Setelah 21 hari, bongkar dan

jemur dibawah sinar matahari, setelah kering ditumpuk kembali dan simpan

ditempat teduh dan jerami siap diberikan pada ternak. Jerami padi fermentasi yang

baik mempunyai ciri-ciri berbau agak harum, warna dasar jerami masih nampak

yaitu kuning kecoklatan, teksturnya lemas (tidak kaku) dan tidak busuk atau

berjamur.

B. Penutup

Kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk penyusunan makalah

selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Siregar, S.B. 1995. Pengawetan Pakan Ternak. Panebar Swadaya, Jakarta


Sofyan A. Dkk. 2007. Pakan Ternak Dengan Silase. Majalah Inovasi. Edisi 5
Desember 2007.
Sumarsih, S Dan B. I. M. Tampoebolon. 2003. Pengaruh Aras Urea dan Lama
Pemeraman yang Berbeda Tehadap Sifat Fisik Eceng Gondok
Teramoniasi. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. 4: 298-301.
Yunilas. 2009. Bioteknologi Jerami Padi Melalui Fermentasi Sebagai Bahan
Pakan Ternak Ruminansia. Karya Ilmiah. Fakultas Pertaian. Universitas
Sumatera Utara. Medan.

Anda mungkin juga menyukai