Disusun oleh :
Kelas : B
Kelompok : 4
Aldi 200110180096
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Teknologi Reproduksi
Ternak yaitu Makalah mengenai “Manfaat Sinkronisasi Estrus Pada Peternakan
Sapi“. Ucapan terima kasih kepada Ir. Kundrat Hidajat, M.Sc. dan Rangga
Setiawan, S.Pt., M.Sc., Ph.D selaku dosen mata kuliah Teknologi Reproduksi
Ternak Fakultas Perternakan Universitas Padjadjaran.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
Bab Halaman
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………...2
1.3 Maksud dan Tujuan ............................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………..3
III. PEMBAHASAN
3.1 Sinkronisasi Estrus ……………………………………….5
Proses Sinkrounisasi
3.2 Estrus Pada Sapi ……………………………………….6
Manfaat Sinkronisasi
3.3 Estrus Pada Sapi ……………………………………….8
IV. KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan ………………………………..……..11
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………....12
LAMPIRAN …………………………………........13
ii
I
PENDAHULUAN
ternak. Seekor sapi betina induk secara normal dapat melahirkan anak satu ekor di
dalam satu tahun (Hafez, 2000). Hal ini dapat dicapai jika proses reproduksi
ternak sapi tersebut dikendalikan secara baik terutama penentuan waktu kawin
ternak setelah melahirkan. Proses perkawinan ternak sapi hampir dapat dipastikan
bahwa harus selalu diawali dengan munculnya estrus pada ternak sapi betina.
Sudah menjadi kodrat sapi betina untuk mau dikawini oleh sapi pejantan jika
berada pada fase estrus. Oleh karena itu persoalan estrus pada ternak sapi dalam
kaitannya dengan proses perkawinan ternak sapi menjadi hal yang urgen dalam
manajemen produksi ternak sapi dan wajib diketahui oleh semua pihak yang
1
dengan bantuan hormon. Sinkronisasi estrus dapat dimodifikasi dengan
beberapa tambahan perlakuan, misalnya dengan penambahan suplementasi mikro
mineral berupa Zinc (Zn). Secara alamiah dalam suatu kelompok hewan ternak,
waktu estrus pada masing-masing individu tidak tejadi secara seragam.
2
II
TINJAUAN PUSTAKA
Dengan cara ini sekelompok ternak dapat dimunculkan berahinya secara serentak
atau hampir bersamaan. Penyerentakan berahi dilakukan dengan tujuan efisiensi
dan penyesuaian produksi dengan kebutuhan pasar. Bila berahi muncul serentak,
3
susu dan laktasi (Hunter 1995). Preparat hormon yang biasa digunakan
diantaranya hormon prostaglandin dan progesteron.
implan spons dalam vagina selama 12-16 hari, yang dapat dilakukan untuk semua
ternak. Satiti dkk (2014) menyatakan bahwa penggunaan hormon Medroxy
Progesterone Acetate (MPA) secara implan menggunakan spons di vagina dengan
waktu 10 hingga 14 hari pada sapi dan sapi akan menghasilkan angka konsepsi
yang tinggi. Hormon progesteron yang digunakan untuk sinkronisasi berahi akan
memperpanjang fase luteal secara buatan, sehingga ketika hormon dihentikan,
berahi akan terjadi serentak dalam waktu dua hari (Satiti dkk, 2014). Kadar
progesteron yang menurun setelah pelepasan spons menyebabkan naiknya Follicle
Stimulating Hormone (FSH) sehingga merangsang perkembangan folikel hingga
4
III
PEMBAHASAN
dalam program sikronisasi estrus yaitu dengan menjaga keberadaan corpus luteum
dengan memberikan hormon progesteron atau dengan mempercepat lisisnya
corpus luteum dengan memberikan hormon prostaglandin.
membran corpus luteum (Sharma dkk, 2010). Terjadinya estrus setelah pemberian
hormone PGF2α disebabkan karena lisisnya corpus luteum pada ovarium
(Toelihere, 1981), sehingga kadar progesteron dalam dalah menurun. Menurunnya
kadar progesteron tersebut akan memberikan umpan balik positif ke hipofisa
untuk melepaskan hormon FSH dan LH. Sejalan dengan dikeluarkannya hormon
FSH makan terjadi perkembangan folikel yang kemudian menghasilkan hormon
estrogen yang mengakibatkan ternak betina mengalami estrus (Senger, 2003).
5
akan mengakibatkan 80% sapi betina memasuki fase estrus, sedangkan pada
injeksi pertama akan menghasilkan 100% sapi betina estrus. Hal ini dapat
dijelaskan karena injeksi pertama, belum tentu semua sapi betina memiliki corpus
luteum yang dapat dilisis oleh PGF2α disbanding injeksi kedua. Secara normal,
estrus pada sapi akan terjadi 24-48 jam setelah injeksi PGF2α, dan selanjutnya IB
dapat dilakukan 10-12 jam setelah tanda-tanda birahi terlihat.
4. Pemberian Progestagen aktif per oral cara ini biasanya digunakan untuk
kelompok ternak yang besar dikandangkan dan terprogram dalam pemberian
6
pakan ternak. Ada beberapa porgestagen sintetik yaitu melegenstrol asetat
(MGA) dan Medroxiprogesteron (MPA), caranya yaitu dengan
menggabungkannya dengan pakan ternak selama 15-18 hari dan birahi dapat
teradi setelah 3-5 penghentian perlakuan..
5. Spons Intravagina cara ini dilakukan yaitu dengan cara progesteron yang
dimasukan ke dalam vagina dengan memakai spons, pemasangan spons
dilakukan selama 15-21 hari dan birahi akan timbul 24-72 jam setelah
pengambilan spons dalam vagina. Cara ini mempunyai kelemahan yaitu
spons sering berubah tempat dan kadang menyebabkan kerusakan mukosa
vagina dan serviks.
6. Progestagen dalam waktu yang lebih singkat agar fertilitas dapat meningkat,
prostagen yang diberikan 9-12 hari, sebelumnya disuntikan 5-7,5mg EB dan
50-250mg progesteron dan setelah penghentian perlakuan, maka 55 jam
kemudia birahi dan dapat dilakukan IB
a. Semua ternak yang birahin disuntik PGF2ɑ pada hari ke-0 dan ulangi pada
hari ke-11, dengan cara ini peternak harus mengamati tanda-tanda ternak
sapi pada birahi hari ke 2-5 pasca penyuntikan.
b. Cara kedua yaitu dengan dilakukan penyuntikan pada sapi yang birahi
pada hari ke-0 dan hari ke-11, lalu dapat mengawinkan seluruh ternak sapi
tersebut 80 jam setelah penyuntikan terakhir.
7
yaitu kombinasi CIDR dengan Oestradiol dilakukan dengan cara implantasi
ke dalam vagina selama 10-12 hari, ternak sapi betina dapat di IB setelah 56
jam CIDR dicabut, atau IB dapat dilakukan 2 kali pada 48 jam dan 72 jam
setelah CIDR dicabut. Selanjutnya ada kombinasi CIDR dengan PGF2ɑ,
dilakukan pada sapi dara implantasi CIDR ke dalam vagina pada hari ke-0
pada hari ke-6 suntik PGF2ɑ dan cabut CIDR pada hari ke-10 dan di IB pada
hari ke-12.
mendukung peningkatan produksi hewan ternak dalam hal ini adalah sapi atau
sapi. Pelaksanaan sinkronisasi estrus merupakan usaha penyeragaman estrus pada
sapi dengan bantuan hormon. Sinkronisasi estrus dapat dimodifikasi dengan
karena itu, apabila peternak hanya mengandalkan waktu estrus alami maka
peternak membutuhkan banyak hari untuk menunggu seluruh hewan ternaknya
estrus sehingga peternak akan kehilangan banyak waktu dan tenaga untuk
8
Sinkronisasi yang berkualitas tentunya akan sangat membantu peternak
kapan waktu panen dan kapan waktu laktasi pada sapi perah. Keunggulan sistem
sinkronisasi estrus ini diharapkan dapat membantu meningkatkan
produktifitasnya, baik secara kualitas dan kuantitas, sehingga kecukupan akan
daging dan susu sapi dapat terpenuhi. Untuk mengatasi masalah kesulitan
Tujuan utama dari sinkronisasi estrus pada ternak adalah efisiensi dan
penyesuaian produksi untuk tujuan pasar. Melalui teknik ini manajemen
pemeliharaan ternak akan lebih mudah sehingga efisiensi produksi dan reproduksi
inseminasi pada banyak ternak dalam waktu yang hampir bersamaan, waktu
kelahiran dan pemasaran dapat dikonsentrasikan pada waktu tertentu sesuai
9
permintaan pasar ataupun pertimbangan-pertimbangan ekonomis. Sutama (1996)
10
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
Beck, N.F.G., M. Jones, B. Davies, A.R. Peter and S.P. Williams. 1996. Oestrus
synchronization in ewes : The effect of combining a prostaglandin analogue
with GnRH agonist (buserelin). J.Anim.Sci. 62:85-87.
MacMillan, K.L. and C.R. Burke. 1996. Effect of oestrus cycle control on
reproductive efficiency. J.Anim.Sci. 42: 307-336.
Senger, P.L. 2003. Pathways to Pregnancy and Parturition. 2nd revision edition.
Washington State University Research & Technology Park. Current
Conceptions Inc., Washington. Halaman : 210–230.
12
LAMPIRAN
13