Anda di halaman 1dari 16

MANFAAT SINKRONISASI ESTRUS PADA PETERNAKAN SAPI

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah

Teknologi Reproduksi Ternak

Disusun oleh :

Kelas : B

Kelompok : 4

Muhammad Farhan Kautsar 200110180090


Thania Winandita Apsari 200110180098

Aldi 200110180096

Wulandari Masturoh 200110180122

Ima Safana 200110180129

Faisal Rizky Rustandi 200110180127

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Teknologi Reproduksi
Ternak yaitu Makalah mengenai “Manfaat Sinkronisasi Estrus Pada Peternakan
Sapi“. Ucapan terima kasih kepada Ir. Kundrat Hidajat, M.Sc. dan Rangga
Setiawan, S.Pt., M.Sc., Ph.D selaku dosen mata kuliah Teknologi Reproduksi
Ternak Fakultas Perternakan Universitas Padjadjaran.

Kami menyadari walaupun bagaimana kami berusaha menyajikan laporan


ini dengan maksimal akan tetapi pasti ada kekurangan. Jadi kami harapkan kritik
dan saran, sehingga dengan saran dan kritiknya kami dapat menjadi lebih baik
dalam pembuatan laporan selanjutnya dan dalam kehidupan agar tetap terus
barusaha untuk lebih baik.

Sumedang, 28 Februari 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Bab Halaman

KATA PENGANTAR ..............................................................i

DAFTAR ISI ……………………………………...ii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………...2
1.3 Maksud dan Tujuan ............................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………..3
III. PEMBAHASAN
3.1 Sinkronisasi Estrus ……………………………………….5
Proses Sinkrounisasi
3.2 Estrus Pada Sapi ……………………………………….6
Manfaat Sinkronisasi
3.3 Estrus Pada Sapi ……………………………………….8
IV. KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan ………………………………..……..11
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………....12
LAMPIRAN …………………………………........13

ii
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bertambahnya jumlah penduduk mendorong peningkatan jumlah kebutuhan
pangan pada suatu negara. Daging sebagai sumber protein hewani tentunya juga
mengalami peningkatan permintaan sebagai bahan protein yang sangat penting
bagi kecerdasan dan kekuatan bangsa.

Beberapa cara dapat ditempuh untuk dapat meningkatkan produktivitas


ternak sapi baik melalui perbaikan kualitas dan penyediaan pakan yang
cukup,pengendalian penyakit ternak, maupun perbaikan manajemen reproduksi

ternak. Seekor sapi betina induk secara normal dapat melahirkan anak satu ekor di
dalam satu tahun (Hafez, 2000). Hal ini dapat dicapai jika proses reproduksi
ternak sapi tersebut dikendalikan secara baik terutama penentuan waktu kawin

ternak setelah melahirkan. Proses perkawinan ternak sapi hampir dapat dipastikan
bahwa harus selalu diawali dengan munculnya estrus pada ternak sapi betina.
Sudah menjadi kodrat sapi betina untuk mau dikawini oleh sapi pejantan jika

berada pada fase estrus. Oleh karena itu persoalan estrus pada ternak sapi dalam
kaitannya dengan proses perkawinan ternak sapi menjadi hal yang urgen dalam
manajemen produksi ternak sapi dan wajib diketahui oleh semua pihak yang

berkecimpung di dalam usaha produksi ternak sapi, terutama para peternak

Sinkronisasi estrus dapat menjadi salah satu terobosan penting dalam


mendukung peningkatan produksi hewan ternak dalam hal ini adalah Sapi.
Pelaksanaan sinkronisasi estrus merupakan usaha penyeragaman estrus pada Sapi

1
dengan bantuan hormon. Sinkronisasi estrus dapat dimodifikasi dengan
beberapa tambahan perlakuan, misalnya dengan penambahan suplementasi mikro
mineral berupa Zinc (Zn). Secara alamiah dalam suatu kelompok hewan ternak,
waktu estrus pada masing-masing individu tidak tejadi secara seragam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Sinkronisasi Estrus?

2. Bagaimana proses Sinkronisasi Estrus pada Sapi?

3. Apa saja manfaat dari Sinkronisasi Estrus pada Sapi?

1.3 Maksud dan Tujuan


1. Mengetahui apa yang di maksud dengan Sinkronisasi estrus.

2. Mengetahui bagaimana proses Sinkronisasi Estrus pada Sapi.

3. Mengetahui apa saja manfaat dari Sinkronisasi Estrus pada sapi.

2
II

TINJAUAN PUSTAKA

Penyerentakan berahi atau sinkronisasi estrus adalah suatu teknik agar


sekelompok ternak mengalami berahi sesuai dengan waktu yang diinginkan.

Dengan cara ini sekelompok ternak dapat dimunculkan berahinya secara serentak
atau hampir bersamaan. Penyerentakan berahi dilakukan dengan tujuan efisiensi
dan penyesuaian produksi dengan kebutuhan pasar. Bila berahi muncul serentak,

musim perkawinan dapat dipersingkat sehingga dapat menghemat biaya terutama


bila perkawinan dilakukan dengan menggunakan teknologi IB. Sinkronisasi estrus
umumnya menggunakan hormon prostaglandin (PGF2ɑ) atau kombinasi hormon

progesteron dengan PGF2ɑ (Huznurizal,2008).

Prinsip sinkronisasi berahi meliputi dua pendekatan. Prinsip pertama


dengan melisis dan menjadikan corpus luteum tidak berfungsi. Ternak dalam
kelompok yang disinkronisasi memasuki fase folikuler yang sama dan berahi pada
waktu yang bersamaan. Pendekatan kedua dilakukan dengan cara menekan fase
folikel dengan memperpanjang fase luteal secara buatan, sehingga peniadaan
perlakuan dengan lama waktu tertentu menyebabkan sekelompok ternak
memasuki fase folikuler yang serentak (Hunter, 1985).

Sinkronisasi estrus pada sapi dapat dilakukan dengan menggunakan


preparat hormon. Hormon-hormon reproduksi memegang peranan penting dalam
inisiasi dan regulasi siklus estrus (berahi), ovulasi, fertilisasi, mempersiapkan
uterus untuk menerima ovum yang telah dibuahi, melindungi, mengamankan dan
mempertahankan kebuntingan, menginisiasi kelahiran, perkembangan kelenjar

3
susu dan laktasi (Hunter 1995). Preparat hormon yang biasa digunakan
diantaranya hormon prostaglandin dan progesteron.

Menurut sutiyono dkk (1997) menyatakan sinkronisasi berahi


menggunakan progesteron lebih aman dan efektif dengan cara menanam atau

implan spons dalam vagina selama 12-16 hari, yang dapat dilakukan untuk semua
ternak. Satiti dkk (2014) menyatakan bahwa penggunaan hormon Medroxy
Progesterone Acetate (MPA) secara implan menggunakan spons di vagina dengan

waktu 10 hingga 14 hari pada sapi dan sapi akan menghasilkan angka konsepsi
yang tinggi. Hormon progesteron yang digunakan untuk sinkronisasi berahi akan
memperpanjang fase luteal secara buatan, sehingga ketika hormon dihentikan,

berahi akan terjadi serentak dalam waktu dua hari (Satiti dkk, 2014). Kadar
progesteron yang menurun setelah pelepasan spons menyebabkan naiknya Follicle
Stimulating Hormone (FSH) sehingga merangsang perkembangan folikel hingga

matang dan menimbulkan gejala berahi (Hafizuddin dkk, 2011).

4
III

PEMBAHASAN

3.1 Sinkronisasi Estrus

Sinkronisasi estrus merupakan pengendalian siklus estrus dengan

menggunakan hormon reproduksi. Sinkronisasi bertujuan agar ternak-ternak


betina estrus secara serentak, sehingga pengamatan estrus akan lebih mudah dan
pelaksanaan perkawinan dapat dilakukan dengan tepat waktu. Sinkronisasi estrus

sendiri merupakan rangkaian pelaksanaan inseminasi buatan (IB). Pada umumnya


sinkronisasi estrus pada sapi dilakukan dengan cara mengontrol fase luteal pada
siklus ovarium dengan pemberian hormon. Pada prinsipnya terdapat dua cara

dalam program sikronisasi estrus yaitu dengan menjaga keberadaan corpus luteum
dengan memberikan hormon progesteron atau dengan mempercepat lisisnya
corpus luteum dengan memberikan hormon prostaglandin.

Pemberian hormon prostaglandin F2α (PGF2α) berfungsi agar terjadi


proses luteolysis, pembentukan corpus albicans dan menghentikan produksi
progesteron. PGF2α dapat bekerja tergantung pada jumlah reseptor yang ada pada

membran corpus luteum (Sharma dkk, 2010). Terjadinya estrus setelah pemberian
hormone PGF2α disebabkan karena lisisnya corpus luteum pada ovarium
(Toelihere, 1981), sehingga kadar progesteron dalam dalah menurun. Menurunnya
kadar progesteron tersebut akan memberikan umpan balik positif ke hipofisa

untuk melepaskan hormon FSH dan LH. Sejalan dengan dikeluarkannya hormon
FSH makan terjadi perkembangan folikel yang kemudian menghasilkan hormon
estrogen yang mengakibatkan ternak betina mengalami estrus (Senger, 2003).

Program sinkronisasi estrus dengan injeksi tunggal PGF2α secara intramuscular

5
akan mengakibatkan 80% sapi betina memasuki fase estrus, sedangkan pada
injeksi pertama akan menghasilkan 100% sapi betina estrus. Hal ini dapat
dijelaskan karena injeksi pertama, belum tentu semua sapi betina memiliki corpus
luteum yang dapat dilisis oleh PGF2α disbanding injeksi kedua. Secara normal,
estrus pada sapi akan terjadi 24-48 jam setelah injeksi PGF2α, dan selanjutnya IB
dapat dilakukan 10-12 jam setelah tanda-tanda birahi terlihat.

3.2 Proses Sinkronisasi Estrus Pada Sapi


3.2.1 Tahapan Melakukan Sinkronisasi Estrus

Sinkronisasi Estrus pada sapi dapat dilakukan dengan berbagai macam


cara yaitu diantaranya :

1. Menghilangkan corpus luteum atau enukleasi luteal yaitu melakukan


perusakan fisik pada CL dengan menggunakan jari melalui rektum. Proses ini
harus dilakukan dengan tenaga kerja profesional dan resiko dari cara ini yaitu
hemorhagia dan perlekatan fimbria

2. Penyuntikan Progesteron yaitu penyuntikan progesteron pada ternak.


Penyuntikan ini dilakukan selama 18-20 hari dengan dosis 15mg/hari. cara
kerja teknik ini adalah menghambat fase luteal melalui Negative feedback.
Kelemahan dari teknik ini adalah injeksi memerlukan waktu dan tenaga lebih,
timbulnya birahi bervariasi dan fertilitas menurun.

3. Implan silastik yaitu dilakukan dengan implan silastik yang mengandung


MGA ditanam dibawah kulit leher atau dibawah luar telinga selama 22-64
hari. biasanya 36-72 jam setelah penghentian perlakuan terjadi birahi 64%.

4. Pemberian Progestagen aktif per oral cara ini biasanya digunakan untuk
kelompok ternak yang besar dikandangkan dan terprogram dalam pemberian

6
pakan ternak. Ada beberapa porgestagen sintetik yaitu melegenstrol asetat
(MGA) dan Medroxiprogesteron (MPA), caranya yaitu dengan
menggabungkannya dengan pakan ternak selama 15-18 hari dan birahi dapat
teradi setelah 3-5 penghentian perlakuan..

5. Spons Intravagina cara ini dilakukan yaitu dengan cara progesteron yang
dimasukan ke dalam vagina dengan memakai spons, pemasangan spons
dilakukan selama 15-21 hari dan birahi akan timbul 24-72 jam setelah
pengambilan spons dalam vagina. Cara ini mempunyai kelemahan yaitu
spons sering berubah tempat dan kadang menyebabkan kerusakan mukosa
vagina dan serviks.

6. Progestagen dalam waktu yang lebih singkat agar fertilitas dapat meningkat,
prostagen yang diberikan 9-12 hari, sebelumnya disuntikan 5-7,5mg EB dan
50-250mg progesteron dan setelah penghentian perlakuan, maka 55 jam
kemudia birahi dan dapat dilakukan IB

7. Injeksi Prostaglandin PGF 2ɑ Penggunaan PGF 2ɑ dapat dilakukan dengan


berbagai cara diantaranya :

a. Semua ternak yang birahin disuntik PGF2ɑ pada hari ke-0 dan ulangi pada
hari ke-11, dengan cara ini peternak harus mengamati tanda-tanda ternak
sapi pada birahi hari ke 2-5 pasca penyuntikan.

b. Cara kedua yaitu dengan dilakukan penyuntikan pada sapi yang birahi
pada hari ke-0 dan hari ke-11, lalu dapat mengawinkan seluruh ternak sapi
tersebut 80 jam setelah penyuntikan terakhir.

8. Sinkronisasi memakai Controlled Interval Drug Release (CIDR) Implant


ditempatkan kedalam vagina dengan menggunakan alat bantu. Bentuk CIDR
ini ada 2 macam yaitu berbertuk Spiral dan Hurut “T”. cara penggunaannya

7
yaitu kombinasi CIDR dengan Oestradiol dilakukan dengan cara implantasi
ke dalam vagina selama 10-12 hari, ternak sapi betina dapat di IB setelah 56
jam CIDR dicabut, atau IB dapat dilakukan 2 kali pada 48 jam dan 72 jam
setelah CIDR dicabut. Selanjutnya ada kombinasi CIDR dengan PGF2ɑ,
dilakukan pada sapi dara implantasi CIDR ke dalam vagina pada hari ke-0
pada hari ke-6 suntik PGF2ɑ dan cabut CIDR pada hari ke-10 dan di IB pada
hari ke-12.

3.3 Manfaat Sinkronisasi Estrus pada Sapi

Sinkronisasi estrus dapat menjadi salah satu terobosan penting dalam

mendukung peningkatan produksi hewan ternak dalam hal ini adalah sapi atau
sapi. Pelaksanaan sinkronisasi estrus merupakan usaha penyeragaman estrus pada
sapi dengan bantuan hormon. Sinkronisasi estrus dapat dimodifikasi dengan

beberapa tambahan perlakuan, misalnya dengan penambahan suplementasi mikro


mineral berupa Zinc (Zn). Secara alamiah dalam suatu kelompok hewan ternak,
waktu estrus pada masing-masing individu tidak tejadi secara seragam. Oleh

karena itu, apabila peternak hanya mengandalkan waktu estrus alami maka
peternak membutuhkan banyak hari untuk menunggu seluruh hewan ternaknya
estrus sehingga peternak akan kehilangan banyak waktu dan tenaga untuk

mengawinkan ternaknya. Penyeragaman waktu estrus dapat dilakukan dengan


bantuan hormon progesteron. Spon intra vaginal yang mengandung medroxi
progesterone acetate 60 mg diinsersikan ke dalam saluran vagina sapi selama 14

hari ditambah suplementasi mineral Zn akan menyeragamkan waktu estrus pada


sapi yang diinginkan. Jumlah dan waktu pelaksanaan menyesuaikan kebutuhan
peternak.

8
Sinkronisasi yang berkualitas tentunya akan sangat membantu peternak

dalam pelaksanaan program reproduksi sapi di peternakannya. Penggunaan sistem


sinkronisasi estrus akan memudahkan peternak dalam mengatur jumlah hewan
yang akan diprogramkan untuk bunting. Peternak juga akan mudah mengatur

kapan waktu panen dan kapan waktu laktasi pada sapi perah. Keunggulan sistem
sinkronisasi estrus ini diharapkan dapat membantu meningkatkan
produktifitasnya, baik secara kualitas dan kuantitas, sehingga kecukupan akan
daging dan susu sapi dapat terpenuhi. Untuk mengatasi masalah kesulitan

mendeteksi estrus, telah dikembangkan suatu teknologi reproduksi untuk


mengendalikan estrus pada ternak, dan dinamakan sinkronisasi estrus. Prinsip dari
teknologi ini adalah mengendalikan seekor atau sekelompok ternak agar dapat

estrus secara serentak dalam waktu bersamaan, dengan harapan dapat


dikawinkan/diinseminasi secara bersama-sama dan dapat diprediksi waktu
kelahirannya.

Menurut MacMillan dan Burke (1996) bahwa dengan sinkronisasi estrus


pada seekor atau sekelompok ternak dapat diperkirakan waktu estrus dan
ketepatan pelaksanaan IB sehingga dapat meningkatkan efisiensi reproduksi.

Tujuan utama dari sinkronisasi estrus pada ternak adalah efisiensi dan
penyesuaian produksi untuk tujuan pasar. Melalui teknik ini manajemen
pemeliharaan ternak akan lebih mudah sehingga efisiensi produksi dan reproduksi

serta tenaga kerja dapat dioptimalkan.Ada beberapa keuntungan yang diperoleh


dengan menggunakan teknik sinkronisasi estrus, antara lain praktis terutama untuk
peternakan yang dipelihara secara ekstensif, memungkinkan untuk melaksanakan

inseminasi pada banyak ternak dalam waktu yang hampir bersamaan, waktu
kelahiran dan pemasaran dapat dikonsentrasikan pada waktu tertentu sesuai

9
permintaan pasar ataupun pertimbangan-pertimbangan ekonomis. Sutama (1996)

melihat beberapa keuntungan dari sinkronisasi estrus, yaitu manajemen pembrian


pakan lebih mudah, pengaturan tenaga kerja lebih efisien dan dapat diatur agar
ternak beranak pada saat yang diinginkan. Selain itu, dengan teknik sinkronisasi

estrus dapat menunjang keberhasilan di dalam program transfer embrio, karena


dapat dipakai untuk menyerentakkan stadium siklus estrus antara donor dan
resipien. Menurut Beck dkk, (1996) bahwa dengan sinkronisasi estrus, waktu
menunggu untuk pengamatan estrus dapat dikurangi dan juga sangat penting

untuk pengembangan teknik embrio transfer.

10
IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Sinkronisasi Estrus merupakan suatu pengendalian siklus estrus dengan


menggunakan hormon reproduksi yang bertujuan agar ternak-ternak betina
estrus secara serentak.

2. Beberapa cara melakukan sinkronisasi estrus yaitu menghilangkan corpus


luteum, penyuntikan progesteron, implan silastik, pemberian progestagen aktif
per oral, spons intravagina, injeksi Prostaglandi PGF2ɑ, dan sinkronisasi
memakai CIDR.

3. Manfaat Sinkronisasi estrus adalah untuk membantu peternak dalam mengatur


jumlah hewan yang akan di programkan untuk bunting, dan mempermudah
mengatur waktu panen dan waktu laktasi. Selain itu manajemen pemeliharaan
ternak akan lebih mudah sehingga efisiensi produksi dan reproduksi serta
tenaga kerja dapat dioptimalkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Beck, N.F.G., M. Jones, B. Davies, A.R. Peter and S.P. Williams. 1996. Oestrus
synchronization in ewes : The effect of combining a prostaglandin analogue
with GnRH agonist (buserelin). J.Anim.Sci. 62:85-87.

Husnurrizal. 2008. Sinkroniasasi Birahi Dengan Preparat Hormon Prostaglandi


(PGF2ɑ). Laboratorium Reproduksi. Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Syiah Kuala.

MacMillan, K.L. and C.R. Burke. 1996. Effect of oestrus cycle control on
reproductive efficiency. J.Anim.Sci. 42: 307-336.

Ratnawati, dkk. 2008. Implementasi Sinkronisasi Ovulasi Menggunakan


Gonadotrophon Releasing Hormone dan Protaglandin (PGF2ɑ) Pada Induk
Sapi Bali. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner : 72-76.

Senger, P.L. 2003. Pathways to Pregnancy and Parturition. 2nd revision edition.
Washington State University Research & Technology Park. Current
Conceptions Inc., Washington. Halaman : 210–230.

Sharma,S., G.S. Dhaliwal, and D. Dadarwal. 2010. Reproductive efficiency of


Thoroughbred mares under Indian subtropical conditions: Aretrospective
survey over 7 years. Anim. Reprod. Sci. 117:241-248.

Sutama, I-K. 1996. Potensi produktivitas ternak sapi di Indonesia. Pros.Seminar


Nasional Peternakan dan Veteriner, Bogor 7-8 Nopember 1995. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Hal. 35-50.

Toelihere, M. R. 1981. Inseminasi Buatan pada Ternak. Penerbit Angkasa.


Bandung.

12
LAMPIRAN

No Nama NPM Tugas


1. Muhammad Farhan 200110180090 Pendahuluan
Kautsar
2. Thania Winandita Apsari 200110180098 Tinjauan Pustaka
3. Aldi 200110180096 Pembahasan 3.1 dan Kesimpulan
4. Wulandari Masturoh 200110180122 Pembahasan 3.3
5. Ima Safana 200110180129 Pembahasan 3.2
6. Faisal Rizky Rustandi 200110180127 Editor

13

Anda mungkin juga menyukai