• Panel perseorangan
• Panel terbatas
• Panel terlatih
• Panel agak terlatih
• Panel tidak terlatih
• Panel konsumen
• Panel anak-anak
Macam panelis
PANELIS PERORANGAN (INDIVIDUAL EXPERT)
• Jumlah 15 – 25 orang
• Terdiri dari personal lab atau pegawai lain
• Hanya menilai perbedaan produk (different test)
• Seleksi panelis dan latihan
• Pengujian
PANELIS produk :(UNTRAINED
TAK TERLATIH uji segitiga,PANEL)
uji perbandingan
• Untuk menguji kesukaan (preference test)
• Anggota panel berasal dari luar berdasarkan latar belakang pendidikan, asal daerah,
kelas ekonomi
• Anggota tidak tetap dan dapat dari tamu yang sedang berkunjung
• Pengujian sederhana
Macam panelis
PANELIS AGAK TERLATIH (SEMI TRAINED PANEL)
• Panel mengetahui sifat sifat sensorik dari contoh yang dinilai karena penjelasan atau
latihan tetapi belum mencapai tingkat sebagai panel terlatih
• Termasuk mahasiswa atau staf peneliti yang jadi panelis musiman
• Jumlah 15 – 25 orang
PANELIS KONSUMEN (CONSUMEN PANEL)
Pengujian mutu indrawi merupakan ilmu pengetahuan yang menggunakan indera manusia
untuk mengukur mutu produk pangan. Penilaian indrawi sangat banyak digunakan untuk
menilai mutu dalam industri pangan karena penerimaan konsumen terhadap suatu produk
diawali dengan penilaiannya terhadap penilaian indrawi. Pengujian mutu indrawi atau uji
organoleptik juga berperan penting dalam pengembangan produk dengan meminimalkan
resiko dalam pengambilan keputusan.
Bagian organ tubuh yang berperan dalam penginderaan yaitu penglihatan (warna dan
penampakan), bau (aroma), rasa, flavor (kombinasi rasa dan bau), sentuhan dan kesensitifan
syaraf (rasa dimulut dan tekstur) serta pendengaran (suara). Kemampuan alat indera
memberikan kesan atau tanggapan dapat dianalisis atau dibedakan berdasarkan jenis kesan.
Kemampuan memberi kesan dapat dibedakan berdasarkan alat indera memberikan reaksi atas
rangsangan yang diterima. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan mendeteksi (detection),
mengenali (recognition), membedakan (discrimination), membandingkan (scalling) dan
kemampuan menyatakan suka atau tidak suka (hedonik).
Pada proses pelaksanaan uji organoleptik diperlukan panel. Dalam penilaian mutu atau analisis
organoleptik, panel bertindak sebagai instrumen atau alat. Panel terdiri dari orang atau
sekelompok orang yang bertugas menilai sifat atau mutu komoditas berdasarkan kesan
subjektif. Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis. Panelis dapat mengidentifikasi
sifat-sifat sensori yang akan membantu untuk mendeskripsikan produk. Objek yang diukur atau
dinilai sebenarnya adalah reaksi psikologis (reaksi mental) berupa kesadaran seseorang setelah
diberi rangsangan.
Kategori Panel
Dalam penilaian organoleptik dikenal tujuh macam panel, yaitu panel perseorangan, panel
terbatas, panel terlatih, panel agak terlatih, panel tak terlatih, panel konsumen, dan panel anak-
anak. Perbedaan ketujuh panel tersebut didasarkan pada keahlian dalam melakukan penilaian
organoleptik.
a. Panel perseorangan
Panel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan spesifik yang sangat tinggi
yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang sangat intensif. Panel perseorangan
sangat mengenal sifat, peranan dan cara pengolahan bahan yang akan dinilai dan menguasai
metode-metode analisis organoleptik dengan sangat baik.
Keuntungan menggunakan panelis ini adalah kepekaannya tinggi, bias dapat dihindari,
penilaian cepat dan efisien,. Panel perseorangan biasanya digunakan untuk mendeteksi
penyimpangan yang tidak terlalu banyak dan mengenali penyebabnya. Keputusan sepenuhnya
ada pada seseorang.
b. Panel terbatas
Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi sehingga bias lebih dapat
dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-faktor dalam penilaian organoleptik dan
dapat mengetahui cara pengolahan dan pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir. Keputusan
diambil setelah berdiskusi di antara anggota-anggotanya.
c. Panel terlatih
Panel terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup baik. Untuk menjadi
panelis terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-latihan. Panelis ini dapat menilai
beberapa sifat rangsangan sehingga tidak terlampau spesifik. Keputusan diambil setelah data
dianalisis secara statistik.
d. Panel agak terlatih
Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumnya dilatih untuk mengetahui sifat
sensorik tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan terbatas dengan menguji
kepekaannya terlebih dahulu, sedangkan data yang sangat menyimpang boleh tidak digunakan
data analisis.
e. Panel tidak terlatih
Panel tidak terlatih terdiri lebih dari 25 orang awam yang dapat dipilih berdasarkan jenis
kelamin, suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel tidak terlatih hanya diperbolehkan
menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana, seperti sifat kesukaan, tetapi tidak boleh
digunakan data uji pembedaan. Untuk itu, panel tidak terlatih hanya terdiri dari orang dewasa
dengan komposisi panelis pria sama dengan panelis wanita.
f. Panel konsumen
Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada target pemasaran suatu
komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan dapat ditentukan berdasarkan
daerah atau kelompok tertentu.
g. Panel anak-anak
Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 3-10 tahun. Biasanya
anak-anak digunakan sebagai panelis dalam penilaian produk-produk pangan yang disukai
anak-anak, seperti cokelat, permen, es krim.
Metode pengujian organoleptik ada tiga macam yaitu uji hedonik (metode skoring atau metode
ranking),uji pembeda (duo-trio, triangle test, perbandingan berpasangan, ranking, dan skoring),
dan uji deskriptif.
Uji hedonik juga disebut uji kesukaan. Panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang
kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan
menurut rentangan skala yang dikehendakinya. Skala hedonik dapat juga diubah menjadi skala
numerik dengan angka mutu menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik ini dapat
dilakukan analisis secara statistik. Penggunaan skala hedonik pada prakteknya dapat digunakan
untuk mengetahui perbedaan. Sehingga uji hedoniksering digunakan untuk menilai secara
organoleptik terhadap komoditas sejenis atau produk pengembangan. Uji hedonik banyak
digunakan untuk menilai produk akhir.
Banyaknya skala hedonik tergantung dari tingkat perbedaan yang ada dan juga tingkat kelas
yang dikehendaki. Dalam pemberian skor besarnya skor tergantung pada kepraktisan dan
kemudahan pengolahan atau interpretasi data. Pada uji kesukaan, biasanya menggunakan
panelis tak terlatih yang dipilih berdasarkan demografi dan kriteria penggunaan produk, bukan
karena keakuratan sensori mereka.
Uji organoleptik juga disebut pengukuran subyektif karena mendasarkan pada respon subyektif
manusia sebagai alat ukur. Lawannya adalah pengukuran obyektif yaitu pengukuran
menggunakan instrument fisik, dan respon obyektif seperti pH meter, tenderometer,
refractometer dan thermometer.
Beberapa sifat organoleptik mempunyai kesepadanan dengan sifat fisik, misalnya rasa manis
dengan kadar gula, sifat keruh dengan % transmisi, warna merah dengan panjang gelombang
elektromagnetik daerah 700 nm.
Berdasarkan kaitannya dengan sifat organoleptik, sifat mutu komoditas dapat dikelompokkan
menjadi 3 golongan yaitu :
(1) sifat mutu organoleptik semata : yaitu sifat fisik yang pengaruhnya terhadap mutu tidak
dapat dikaikan secara langsung dengan sifat mutu organoleptik. Contohnya berat jenis
susu, titik beku susu, bilangan penyabunan pada lemak. Sifat-sifat ini terutama banyak
digunakan pada pengendalian proses. Sifat-sifat mutu fisik semata dari suatu komoditas
jika dijadikan kriteria mutu pengukurannya harus dilakukan secara obyektif.
Sifat-sifat fisik yang penting dalam pengawasan mutu dapat dikelompokkan menjadi :
Sifat morfologi yang penting dalam pengawasan mutu adalah: bentuk, ukuran, sifat
permukaan, susunan dan warna.
Sifat spektral, merupakan fenomena fisik atau sifat komoditas yang menyangkut sinar.
Sifat spektral mempunyai kesetaraan dengan sifat visual. Jika sifat spektral adalah
fenomena fisik yang dapat diukur dengan dengan instrument fisik maka sifat visual
adalah fenomena psikologi yang dikenali dengan observasi menggunakan indera mata.
Jadi sifat visual yang organoleptik mempunyai kesepadanan dengan sifat spektral yang
obyektif, misalnya kilap, bening, keruh, transparan, dan bias.
Sifat thermal adalah sifat fisik pada produk yang berkaitan dengan perambatan panas
atau perubahan suhu. Sifat thermal meliputi panas jenis, konduktivitas panas, koefisien
perambatan panas, konveksi, emisi panas dan difusi panas. Sifat-sifat ini tidak langsung
menjadi unsur mutu namun berpengaruh tidak langsung pada produk yaitu terutama
dalam hal cepat lambatnya penurunan mutu atau kerusakan produk jika terkena panas
atau dingin dari sekitarnya. Misalnya produk yang dibungkus dengan metal yang nilai
konduktivitasnya tinggi akan cepat menjadi panas diruang penyimpanan bersuhu tinggi
dan akan cepat pula menjadi turun mutunya.
Sifat reologi yaitu sifat fisik produk pangan berkaitan dengan deformasi bentuk akibat
terkena gaya mekanis. Sifat-sifat produk pangan seperti keras-lunak, empuk-liat,
kasar-halus, lengket-kalis, kental-encer, pilen-pera, renyah-lembek dan lain-lain
adalah sifat-sifat mutu yang berkaitandengan sifat reologi.
Panel : Panelis Agak terlatih (20 orang yang berasal dari mahasiswa Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran)
Pertanyaan :
3. Jelaskan apa yang disebut dengan uji hedonik dan kaitannya dengan panelis!
MUTU KIMIA
DAN GIZI
Zat Kimia Penyusun
Pangan :
1. Makronutrien : Komponen
makanan yang menyediakan energi
untuk tubuh terdiri dari Karbohidrat,
protein, lemak dan air
2. Mikronutrien : Komponen
makanan yang penting dan
dibutuhkan dalam jumlah yang kecil
terdiri dari vitamin dan mineral
Penting dilakukan pengawasan
mutu dan menjadi standar
mutu, contoh SNI 3818-2014
tentang Syarat Mutu Bakso
A.Komposisi
kimia dan gizi
Tiap-tiap komoditas dibangun dari senyawa kimia. Zat -zat kimia yang menyusun
komoditas pangan dapat digolongkan pada komponen makronutrien dan komponen
mikronutrien. Komponen makronutrien merupakan zat-zat kimia struktural yang terdiri
dari zat-zat bermolekul besar yang menyusun bentuk sel atau zat penyusun utama dari
produk pangan yaitu karbohidrat, protein, lemak dan air. Makronutrien merupakan zat
gizi yang memberikan energi bagi tubuh yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang cukup
besar untuk dapat bertahan hidup. Mikronutrien (zat gizi mikro) adalah zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sedikit, namun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pembentukan hormon, aktivitas enzim serta mengatur fungsi sistem imun
dan sistem reproduksi. Yang termasuk mikronutrien adalah vitamin dan mineral.
Zat-zat kimia dalam komoditas pangan dalam pengawasan dan pengendalian proses
sangat penting peranannya, baik yang menguntungkan ataupun merugikan. Pada
beberapa komoditas tertentu untuk mendeteksi adanya pencemaran atau untuk menguji
adanya pemalsuan dapat dilakukan dengan analisis zat kimia misalnya kadar bahan kering
atau kadar protein dalam susu dapat dijadikan indikasi pemalsuan susu segar atau adanya
penambahan air pada susu segar. Karena pentingnya zat kimia dalam mempengaruhi
produk pangan maka dalam pengawasan mutu pangan kadang dipersyaratkan adanya
analisa kimia terhadap zat tertentu. Demikian pula dalam standarisasi mutu kadang-
kadang zat kimia tertentu dijadikan kriteria mutu.
Komposisi kimia dari suatu produk pangan baik produk segar maupun olahan, yaitu
komponen kimia alami serta jumlahnya yang terkandung didalamnya. Jika produk itu
olahan maka komponen kimianya meliputi jumlah zat-zat kimia alami yang terkandung
dari semua bahan pembentuknya. Zat kimia alamai meliputi zat kimia yang terbentuk
kemudian setelah dipanen akibat reaksi fisiologik maupun reaksi biokimia alami.
Komposisi kimia dapat dilihat dari beberapa aspek yang berkaitan dengan mutu, yaitu :
Beberapa produk tanaman menjadi bermanfaat atau bahkan terkenal karena diketahui
megandung sejenis zat aktif. Dalam dunia perdagangan mutu komoditas dari produk yang
memiliki senyawa aktif ditentukan berdasarkan tingkat kadar zat aktifnya. Contohnya
adalah daun dari pohon stevia rabaudiana yang mengandung zat stevisida yang manis
rasanya atau disebut gula stevia.
Secara alami susu memiliki komponen bioaktif. Salah satu sumber yang paling dominan
berasal dari protein. Salah satu sifat bahan aktif yaitu sebagai antibakteri.Kandungan
protein yang bersifat anti bakteri, diantaranya laktoperoksidase, imunoglobulin, aglutinin,
laktenin, kasein, dan laktoferin. Laktoperoksidase dan laktoferin banyak dikembangkan
karena sifat anti bakterinya, sehingga memiliki kemampuan untuk mempertahankan masa
simpan susu.
Komponen bioaktif juga terdapat dalam daging yaitu ubiquinon, glutathion, asam lipoat,
spermin, karnosin dan anserin. karnosin dan anserin yang paling berlimpah sebagai
antioksidatif dalam daging memiliki fungsi sebagai penyembuhan luka, pemulihan
kelelahan dan aktivitas antistres.
Beberapa produk pangan mengandung zat kimia beracun yang dapat membahayakan
kesehatan orang jika dimakan. Keracunan yang ditimbulkan dapat bersifat menimbulkan
sakit, mematikan dan segera dapat diketahui, dapat pula bersifat kronis yang hanya
terlihat akibatnya setelah beberapa tahun kemudian. Produk pangan yang dicurigai
mengandung racun dan dapat menurunkan mutu atau bahkan dapat berakibat produk
tersebut dilarang untuk diperdagangkan.
Zat kimia beracun atau membahayakan dapat terkandung dalam produk pangan melalui
beberapa sebab yaitu :
1. Zat racun alami; terjadi secara alami biologis selama produksi. Zat racun alami
pada beberapa bahan nabati (toxican nabati) misalnya pada kacang-kacangan. Zat
racun dapat dihilangkan dengan pengolahan walaupun ada beberapa yang tidak
dapat dihilangkan sehingga perlu dihindari.
2. Zat racun kontaminan
Kontaminan beracun dapat digolongkan dalam beberapa kelompok yaitu logam
berat, pestisida, herbisida, fumigan dan racun tikus.
Kontaminan ditemukan pada telur ayam kampung karena ayam kampung tersebut
mencari makan disekitar pabrik tahu yang menggunakan plastik sebagai bahan
bakar. Telur ayam kampung tersebut tercemar dioksin, polychlorinated biphenyls
(PCBs), polybrominated diphenyl ethers (PBDEs), short-chain chlorinated
paraffins (SCCPs), perfluorooctane sulfonate (PFOS), dan beberapa senyawa
kimia lain yang merupakan residu pembakaran plastik.
Kontaminasi logam berat yaitu timbal pada sapi yang dipelihara disekitar tempat
pembuangan akhir sampah yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
lokasi pemeliharaan ternak.
Komposisi kimia dalam bahan pangan selalu mengalami perubahan baik secara
fisiologik biokimia selama pertumbuhan atau setelah dipanen. Dalam perubahan-
perubahan kimia dapat pula terjadi pembentukan zat-zat beracun atau toxin.
4. Intoleransi
Individu yang intoleran pada suatu zat kimia tertentu akan menderita sakit jika
memakannya. Orang yang intoleran terhadap laktosa akan mengalami diare jika
mengkonsumsi susu yang disebut dengan lactose intolerance.
C. ZAT TAMBAHAN
Bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Bahan tambahan pangan ditambahkan dengan
tujuan untuk membentuk pangan, memberi warna, meningkatkan kualitas pangan,
memperbaiki tekstur, meningkatkan cita rasa, meningkatkan stabilitas dan mengawetkan
pangan.
Di Indonesia penggunaan zat tambahan diatur dalam Peraturan BPOM No.11 Tahun 2019
tentang Bahan Tambahan Pangan dan Peraturan BPOM No.13 tahun 2020 tentang Bahan
Tambahan Pangan Perisa. Terdapat 27 klasifikasi bahan tambahan pangan diantaranya
antioksidan, pengawet, pengemulsi, penguat rasa, pembentuk gel, pewarna dan pengatur
keasaman.
Beberapa bahan pangan mengandung zat kimia alami yang aktif yang bersifat
pengolahan dan dapat berperan penting dalam menentukan mutu produk akhir jika
bahan tersebut diolah.
1. Ovalbumin : protein putih telur yang berperan dalam pembentukan buih. Buih
yang dihasilkan permanen dan stabil sehingga sifat ini sangat menguntungkan
pada proses pembuatan kue dan roti. Telur ayam yang masih baru kemampuan
buihnya masih tinggi, sedangkan telur yang sudah lama disimpan kemampuan
membuihnya menurun.
2. Aktin dan miosin : protein ini adalah yang membentuk serabut daging (myofibril)
yang berfungsi untuk menggerakkan tubuh. Aktin dan myosin berperan dalam
menentukan emulsi daging dalam adonan sosis atau bakso .
3. Kasein : protein pada susu yang mempunyai kemampuan untuk menggumpal dan
membentuk massa yang kompak. Sifat ini dimanfaatkan dalam proses pembuatan
keju.
SOAL
Pencemaran dan pemalsuan secara negatif mempengaruhi mutu komoditas pangan hasil ternak. dari
segi penyebabnya antara pencemaran dan pemalsuan mempunyai banyak kesamaan, namun dalam
rincian implementasi terdapat banyak perbedaan, lebih-lebih dalam kaitannya dengan aspek
hukumnya.
1. Pengertian Pencemaran
Adanya benda asing baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat dalam suatu komoditi pangan
disebut pencemaran atau kontaminasi. benda asing yang terlihat ialah yang dapat dilihat dengan mata
telanjang, tanpa bantuan kaca pembesar. Benda asing yang hanya dapat dikenali dengan analisis
kimia atau analisis khusus disebut benda asing tak terlihat, misalnya adanya urin tikus pada kerupuk
kulit, ada Salmonela di dalam daging, E. colli di dalam susu, Cd dan Pb di dalam Daging dan telur.
Benda asing ialah benda yang bukan merupakan bagian dari komoditas itu dan adanya dalam
komoditas itu tidak dihendaki. misalnya Adanya rambut sapi pada susu segar, ada kerikil pada
daging, kotoran ayam pada telur, adanya rambut pada kornet, adanya kayu pada abon sapi. Semua
benda asing ini disebut kontaminan atau pencemaran.
Kontaminasi dapat terjadi tanpa sengaja atau disengaja. Baik di disengaja maupun tidak
disengaja, ada benda asing selalu berakibat penurunan mutu atau bahkan dapat menyebabkan
komoditas menjadi lewat mutu (off grade) yang tidak boleh diperdagangkan. Pengaruhnya
pencemaran terhadap penurunan mutu komoditas kadang-kadang sangat besar, lebih lebih terhadap
produk makanan. Misalnya adanya logam pada susu bubuk, ada plastik pada susu pasteurisasi,
adanya stepless pada bakso, ada pasir pada susu bubuk, semuanya merupakan cacat mutu pada
produk makanan hasil ternak.
2. pengertian pemalsuan
Jika benda asing sengaja ditambahkan pada produk pangan dengan maksud untuk menambah
volume atau untuk menutupi mutu yang kurang disebut pemalsuan. Jika benda asing itu
sengaja ditambahkan pada suatu komoditas maka disebut pemalsuan. adanya pemalsuan pada
suatu komoditas dapat menyebabkan komoditas itu turun mutunya atau bahkan dapat menyebabkan
komoditas itu tidak boleh dijual belikan. penambahan benda asing yang disengaja biasanya dengan
maksud menambah berat, dengan harapan mendapatkan keuntungan sebesar-
besarnya, misalnya penambahan air pada susu pada susu segar, penambahan daging babi hutan
pada daging sapi, penjualan telur ayam ras sebagai telur ayam kampung. Pemalsuan selalu dianggap
kejahatan dan terhadap pelakunya dapat dikenakan sanksi.
3. Klasifikasi Pencemaran
Pencemaran dapat digolongkan berdasarkan pada bentuk bahan pencemarnya yaitu pencemaran
: fisik, kimia, mikrobiologi, dan biologi. Pencemaran fisik yaitu adanya benda-benda asing yang
terlihat yang terdapat di dalam atau melekat pada komoditas. Termasuk dalam pencemaran fisik
ialah kotoran, kerikil, tanah, batu, Dalam pengertian pencemaran fisik termasuk pemalsuan .Dalam
pemalsuan benda asing yang sengaja ditambahkan jumlahnya cukup banyak sehingga dapat
menambah beratnya, sedangkan pada pencemaran biasa benda asing itu tidak sampai menambah
berat yang berarti dan biasanya terjadi tidak sengaja.
Pencemaran kimia yaitu adanya zat-zat kimia yang secara alami tidak terdapat dalam komoditas itu,
adanya zat kimia dalam komoditas itu biasanya berupa logam berat karena selama penanganan terjadi
pencemaran dan polusi. contoh pencemaran kimia adalah kandungan Pb dan Cd pada produk hasil
ternak seperti susu dan daging.
Pencemaran biologi yaitu adanya hama hidup atau mati atau bekasnya pada suatu komoditi pangan
hasil ternak. hama di gudang dapat meninggalkan berbagai bekas hama baik yang terlihat maupun
yang tidak terlihat seperti bangkai serangga, potongan serangga, bulu, urin, dan tinja tikus. Pengaruh
kontaminasi mikrobiologi agak berbeda dengan kontaminasi lainnya. Setiap komoditas selalu
mengandung mikroba seperti bakteri, kamir atau kapang. Jadi adanya mikroba saja tidak dapat
dikatakan pencemaran mikroba. Suatu komoditas dikatakan terjadi kontaminasi
mikrobiologis jika mikroba yang terkandung (1) bersifat beracun (fatogen), (2) menjadi indeks
sanitasi dan (3) jumlahnya melewati batas yang ditentukan oleh standar. Misalnya dalam
SNI ditetapkan jumlah bakteri pada susu segar diatas 1 juta per mililiter dilarang untuk
diperdagangkan.
Sumber Kontaminasi
Kontaminasi dapat terjadi sebelum panen, watu panen, dan pasca panen. Pada produk olahan,
kontaminasi dapat berlangsung selama pengolahan dalam industri dan sesudah pengolahan. Masing
masing fase ini berbeda penyebab, bentuk, dan maniestasi cemarannya.
Pengolahan yang sangat umum menjadi sumber kontaminasi ialah penjemuran seperti pada proses
pengolahan kerupuk kulit, kerupuk susu, pembuatan dendeng dll. Selama penjemuran komoditas itu
dihamparkan di pinggir jalan umum atau diatas permukaan terbuka sehingga kotoran dari sekitarnya
mudah mencemari produk melalui angin atau bahkan manusia yang menanganinya. Binatang-
binatang seperti ayam, burung, kucing, anjing yang berkeliaran juga pembawa kontaminan terhadap
komoditas yang sedang dijemur. Cuaca buruk selama penjemuran akan memperburuk tingkat
kontaminasi karena lama penjemuran akan semakin bertambah.
Kontaminasi dalam industri pengolahan terjadi selama pengolahan fabrikasi. Pengolahan fabrikasi
biasanya melalui beberap tahap atau urutan. Pada masing-masing tahap bahan pangan mengalami
perlakuan dan kontak langsung dengan peralatan. Selama perlakuan proses kontaminasi dapat terjadi
dari pekerja, peralatan, atau mesin yang digunakan. Penuangan bahan baku dapat menjadi penyebab
awal kontaminasi, demikian pula proses-proses selanjutnya seperti pencampuran, penambahan
bahan lain, pengisapan dan penutupan.
Peralatan adalah sumber kontaminasi yang utama seperti alat-alat pembawa seperti milk can, pipa-
pipa penghantar, pompa, dan wadah. Alat-alat yang banyak bergerak memberikan lebih banyak
peluang untuk kontaminasi seperti pisau, pengaduk, dan wadah. Oleh karena itu penting melakukan
pencucian/pembersihan alat sesudah selesai proses.
Kontaminasi selama pengolahan yang sangat penting berasal dari air yang digunakan untuk
pengolahan pangan hasil ternak. Air merupakan bahan pelrut dan pembentuk dispersi yang sangat
bagus, jadi air juga menjadi penangkap kontaminan yang sangat baik pula.
Kontaminasi komoditas pangan hasil ternak sering terjadi selama pemasaran. Selama ini produk
pangan mengalami banyak tahap penagan dari mulai bongkar muat, pergudangan, transportasi, dan
penjajaan (display). Selama penaganan tersebut produk produk pangan hasil ternak selalu kontak
langsung maupun tidak langsung dengan pekerja, wadah, peralatan, udara lingkungan luar, suhu, dan
kelembaban yang berbeda-beda. Pada saat bongkar muat daging apabila tidak dilakukan secara baik
maka sering terjadi kontaminasi dari lingkungan luar.
Selama penjajaan, lebih-lebih di pasar tradisional komoditas pangan hasil ternak juga kontak dengan
pembeli seperti pada penjualan daging, dll. Para pembeli biasanya memilih, dan memegang produk
yang dijajakan. Semua kontak merupakan penyebab berlangsungnya proses pencemaran produk
pangan, terutama produk pangan hasil ternak.
Pekerja merupakan sumber kantaminasi produk-produk pangan hasil ternak yang paling potensial.
Mereka menjalankan mesin, memegang produk selama persiappan, pengolahan, pengemasan dan
penanganan selanjutnya. Tangan, kaki, pakaian, rambut, keringat adalah penyebab penting dari
kontamnasi pekerja. Itulah sebabnya pekerja pada industri pangan harus selalu bersih, tidak boleh ada
penyakit kulit dan penyakit lainnya, serta diwajibkan memakai pakaian yang bersih dan rapi, biasanya
dalam bentuk pakaian seragam yang putih atau berwarna cerah disertai dengan penutup kepala,
sarung tangan dan masker. Waktu bernapas dan lebih-lebih waktu berbicara, napas pekerja dapat
langsung mencemari produk pangan hasil ternak didepannya melalui mulut dan hidungnya apabila
tidak menggunakan masker.
KONTAMINASI FISIK
Diantara macam-macam kontaminasi, kontaminasi fisik paling sering terjadi, dan menimbulkan
masalah besar. Hal ni karena benda-benda pencemarnya mudah terlihat sehingga konsummen segera
dapat mengenali adanya kontaminasi tersebut. Dengan demikian pengaruh kontaminasi fisik terhadap
daya tarik pada mutu komoditas bagi kosumen sangat besar. Selanjutnya kontaminasi tersebut
langsung berpengaruh terhadap mutu pangan hasil ternak. Kontaminasi fisik selalu terdiri dari benda
asing yang terlihat seperti kerikil, tanah, potongan rumput, sisa pakan dan serat kain pada susu segar
yang diterima dari peternak. Benda-benda asing itu dapat dengan mudah terlihat oleh para pengawas
mutu, pemeriksa, dan oleh konsumen.
Kontaminasi fisik berupa benada asing yang dapat dilihat baik dengan mata telanjang atau dengan
alat pembantu seperti lup. Jenis kontaminasi fisik sangat luas namun dapat dikelompokkan dalam 3
kategori: (1). Benda asing yang bersumber dari bahan asal. (2). Benda asing berasal dari luar, dan (3).
Benda asing akibat pengolahan.
Benda ini sudah ada sejak dipanen dan disebut benda asing karena tidak dikehendaki. Misalnya adanya
cemaran potongan cangkang telur pada cairan telur pasteurisasi. Pada saat pemecahan telur mungkin
saja ada potongan kecil cangkang telur yang masuk kedalam cairan telur tersebut sehingga dapat
mencemarinya.
Benda ini bukan bagian bahan asal dan berada pada suatu produk karena kontaminasi dari luar.
Benda-benda pencemar ini berasal dari lingkngan produksi, lingkungan pengolahan, dan dapat pula
terjadi selama penanganan. Benda asing yang biasa ada pada produk peternakan seperti potongan
rumput, benang, tanah pada susu segar, kerikil dan potongan kayu pada dendeng.
Benda asing dari pengolahan ini bukan berasal dari kontaminasi benda-benda dari luar, melainkan
kontaminasi akibat pengolahan. Misalnya adanya potongan kaleng pada produk kornet dalam
kemasan kaleng, potongan plastik pada produk olahan seperti pada bakso, sosis, dan naget.
Kontaminasi dapat juga terjadi dari potongan benda-benda asing yang kebetulan jatuh dalam ruang
pengolahan. Proses pengemasan sangat penting diperhatikan agar kontaminasi dari pegolahan dapat
dihindari. Produk yang dihasilkan dengan menggunakan robot/mesin otomatis dapat juga menjadi
pencemar berupa baut atau mur yang lepas, potongan besi karena benturan besi dengan besi dan
masuk kedalam produk yang sedang diproses.
KONTAMINASI KIMIA
Pengaruh lingkungan juga menjadi sumber kontaminasi kimiawi. Kontaminasi ini berbeda dengan
kontaminasi fisik. Jika pada kontaminasi fisik benda dapat mudah dilihat, maka pada kontaminasi
kimiawi benda kontaminan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Bahan kimia dari luar dianggap
sebagai kontaminan jika tidak dikehendaki atau dapat merugikan konsumen, terutama dapat
mengganggu kesehatan. Bahan kimia dari luar yang tidak mempunyai pengaruh negatif terhadap
mutu produk tidak dianggap sebagai kontaminan.
Zat-zat kimia yang mencemari produk pangan tidak dapat dilihat langsung. Adanya kontaminasi kimia
dapat diketahui dengan dengan berbagai cara : (1) dari akibat atau reaksi yang ditimbulkan, (2) dari
analisa kimiawi dan (3) dari observasi langsung di lokasi kontaminasi. Beberapa kontaminan kimia
sangat bersifat beracun sehingga segera diketahui setelah terjadi keracunan. Kadang-kadang adanya
kontaminasi kimiawi dapat dicurigai dan dapat dipastikan setelah mengamati langsung di tempat
terjadinya pencemaran. Yang lebih sering terjadi ialah bahwa pencemaran kimiawi tidak segera
diketahui. Dengan demikian pengaruhnya terhadap mutu pun baru disadari setelah diketahui hasil
positif dari analisa atau dari pengujian kimia. Sebelum itu meskipun misalnya memang terjadi, namun
tidak segera disadari. Hal ini mempunyai implikasi rawan, jika kontaminan kimia itu beracun maka
dapat terjadi peracunan pangan sebelum analisa selesai.
4. Analisa
Adanya kontaminasi kimiawi perlu dianalisa, baik dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif.
Analisa kualitatif dilakukan untuk mengenal jenis zat kimia pencemar, sedangkan analisa kuantitatif
untuk mengetahui tingkat pencemarannya. Karena zat kimia pencemar biasanya melibatkan jumlah
yang sangat kecil maka diperlukan analisa kimia yag sangat peka, dengan peralatan analisa yang
canggih.
E. KONTAMINASI BIOLOGIK
Seperti halnya kontaminasi fisik, kontaminasi biologis juga melibatkan benda pencemar yang terlihat,
namun benda itu terdiri dari materi biologis yang biasanya menjadi hama produksi pangan. Materi
biologis itu umumnya berasal dari hama hewan bersel jamak, bukan dari materi flora. Hama hewan
yang biasanya menjadi sumber pencemaran biologik ialah tikus dan serangga. Namun tidak jarang
hewan lain termasuk manusia juga menjadi sumber kontaminasi biologik.
Untuk mengenali kontaminasi biologik dapat digunakan cara-cara seperti halnya pada analisa
kontaminasi fisik. Namun adanya adanya fraksi kecil dari badan serangga yang sulit dikenali maka
diperlukan cara-cara khusus. Demikian pula cara analisa adanya urine tikus dari hama juga
memerlukan cara-cara khusus.
1. Kontaminasi Bologik terhadap Mutu Pangan
Mutu pangan sangat peka terhadap kontaminasi biologik. Pencemaran biologik dapat merusak atau
menurunkan mutu pangan baik bahan pangan mentah maupun lebih-lebih produk pangan olahan.
Pengaruhnya terhadap penurunan mutu jauh lebih besar daripada kontaminasi fisik atau cacat.
Pengaruhnya terhadap mutu pangan cukup luas yang dapat dikelompokkan dalam tiga hal. Pertama,
karena memakan atau merusak produk pangan hasil ternak, terutama produk hasil olahan, seperti
dendeng dimakan sama tikus sehingga produk itu menjadi rusak, selain produknya tikus juga sering
merusak kemasan. Kedua, karena dapat mencemari secara mikrobiologik dan kimiawi yang
membahayakan kesehatan. Lalat rumah tangga dan lipas termasuk pencemar golongan ini. Lalat
rumah senang hidup di di daerah-daerah sampah, tempat yang kotor-kotor dan pada kotoran
manusia. Lalat ini akan membawa mikroba patogen pada tubuhnya yang dapat ditularkan atau
dicemarkan ke produk pangan hasil ternak. Kecoa senang hidup di aerah-daerah tersembunyai
termasuk masuk tempat kotor, lemabab, lubang-lubang kakus dan lain-lain, kemudian senang pada
makanan manusia, dengan demikian kecoa mudah membawa bibit-bibit penyakit ke produk pangan
manusia. Hewan lain yang dapat mencemari makanan melalui kontak langsung adalah tikus, dan
semut. Selain itu manusia juga dapat mencemari secara mikrobiologik maupun kimia pada produk
pangan dengan cara yang sama. Ketiga, secara estetika menyebabkan produk pangan menjadi tidak
diterima manusia konsumen. Konsumen menjadi jijik melihat makanan yang telah dicemari hewan
atau melihat ada bagian tubuh serangga terdapat di produk makanan. Penolakan oleh konsumen akan
dialami oleh semua produk pangan, namun penolakan karena masalah astetika akan lebih kuat pada
produk pangan yang siap dikonsumsi daripada produk pangan bentuk bahan mentah. Kontaminasi
bologik pada bahan mentah, terutama pada pencemaran tingkat ringan, masih dapat diatasi dengan
perlakuan pembersihan atau sortasi yang ketat sebelum bahan mentah itu diolah.
Sering terjadi kasus seorang konsumen komplain ke perusahaan karena dalam makanan yang dia beli
terdapat bangkai serangga. Namun perlu juga diingat bahwa hal seperti ini dapat disalahgunakan oleh
konsumen yang nakal. Caranya yaitu konsumen yang nakal itu sengaja memasukkan binatang kecil di
dalam makanan kaleng setelah dibuka, kemudian secara tidak jujur mengadukan perusahaan pembuat
makanan kaleng tersebut untuk mendapatkan ganti rugi secara tidak sah dengan jumlah uang yang
banyak.
F. PEMALSUAN
Pemalsuan sering terjadi pada komoditas pangan terutama pada komoditas yang tinggi mutunya, yang
mahal atau yang banyak diminati konsumen seperti halnya produk hasil ternak (susu, daging, telur).
Pada produk-produk tertentu pemalsuan memang sangat mudah dilakukan dan tidak mudah
diketahuinya. Pemalsuan dengan air pada produk-produk seperti susu, dan pemalsuan telur ayam
kampung dengan ayam ras mudah dikerjakan. Produk ini jika dipalsukan, secara visual tidak banyak
berbeda dengan produk aslinya. Memang dengan peralatan-peralatan tertentu pemalsuan itu mudah
diketahui. Namun tidak pada perdagangan eceran atau perdagangan partai kecil dimana pemalsuan
produk mudah terjadi karena perdagangan itu tanpa disertai pengawasaan mutu yang cermat dan
ketat. Pemalsuan merupakan godaan kuat yang biasanya bermotivasi ekonomi.
1. Bahan Pemalsu
Bahan yang digunakan untuk pemalsuan komoditas disebut bahan pemalsu. Bahan pemalsu yang
sengaja ditambahkan pada komoditas biasanya dipilih bahan yang memang secara alami terdapat
pada produk yang dipalsukan. Misalnya air selalu terdapat pada produk susu, gula terdapat pada
madu. Dalam hal ini air, dan gula dapat digunakan sebagai bahan pemalsu. Di samping itu bahan
pemalsu dapat pula diambil dari bahan yang mudah atau sangat biasa mencemari suatu produk.
Seperti pada produk pertanian, tanah atau kerikil sering dengan sengaja ditambahkan pada komoditas
kedelai sebagai bahan pemalsuan untuk memperoleh tambahan berat pada kedelai tersebut.
Pemalsuan dilakukan pula dengan cara mencampurkan komoditas yang sama tetapi berasal dari jenis
lain misalnya telur ayam kampung dicampur dengan telur ayam ras, mentega dengan margarine,
margarine dengan lemak hewan, dedak dengan hancuran sekam. Petugas pengawasan mutu perlu
mengetahui macam-macam bahan dan cara pemalsuan yang digunakan di masyarakat.
2. Pemalsuan Mutu
Di samping pemalsuan dengan menambahkan bahan pemalsu, pemalsuan dapat pula terjadi dengan
apa yang disebut pemalsuan mutu. Pemalsuan mutu bukan mencantumkan benda asing atau produk
yang mirip tetapi dengan menyalahgunakan nama mutu (misbranding) dan pemalsuan kelas mutu
(misgrading). Yang terakhir ini dengan cara mencampurkan produk kelas mutu tinggi dengan kelas
mutu lebih rendah, tetapi kemudan diperdagangkan dengan nama atau sebagai produk kelas mutu
tinggi. Hal ini sering terjadi dalam perdagangan daging sapi lokal dicampur dengan daging sapi impor,
dan dijual dengan harga daging sapi lokal yang lebih mahal. Dalam pembuatan produk olahan seperti
pada bakso sapi tetapi dalam proses pembuatannya selain daging sapi ditambahkan juga daging ayam.
Pemalsuan kelas mutu dapat pula terjadi dengan cara menamakan suatu kelas mutu standar tinggi,
padahal sebenarnya berasal dari kelas mutu standar yang lebih rendah. Penyalahgunaan nama
(misgrading) dilakukan dengan memberi nama yang tidak sesuai dengan komoditas yang sebenarnya
dengan maksud untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi. Misalnya pada pemberian nama susu
sapi segar pada susu yang dibuat dari rekonstitusi tepung susu skim.
3. Aspek Hukum
Berbeda dengan pencemaran, pemalsuan dapat dikatagorikan penipuan, dan masuk delik hukum.
Karena itu jika terjadi pemalsuan produk pangan, pemalsunya dapat dituntut ke depan pengadilan. Di
dalam proses pengadilan biasanya diperlukan pembuktian diantaranya dengan dilakukan analisa
terhadap produk yang bersangkutan.
Soal.
1. Apakah yang dimaksud dengan pencemaran dan pemalsuan pada produk pangan?
2. Kapan pencemaran terjadi?
3. Jelaskan 4 golongan pencemaran biologik, mikrobiologik, fisik, dan kimiawi serta berikan contohnya
pada produk hasil ternak beserta dengan produk olahannya!
4. Bagaimana cara mengenal kontainasi kimiawi?
PENCEMARAN DAN
PEMALSUAN
.
PENCEMARAN DAN PEMALSUAN
Pengertian Pencemaran:
Adanya benda asing yang terlihat maupun yang
tidak terlihat dalam suatu komoditas pangan
penurunan mutu, lewat mutu (off grade)
Pengertian Pemalsuan:
Benda asing sengaja ditambahkan pada produk
pangan dengan maksud untuk menambah
volume/ menutupi mutu yang kurang.
PENCEMARAN DAN PEMALSUAN
Klasifikasi Pencemaran (kontaminan):
Pencemaran fisik tidak menyebabkan busuk
Penolakan oleh konsumen menyangkut
estetika (kerikil, kayu, rumput dll)
Pencemaran kimia berbahaya bagi kesehatan
(pestisida, insektisida, logam berat, seperti Pb,
Hg, As dan zat karsinogenik)
Pencemaran biologik hama hidup, mati,
terlihat, tidak terlihat (serangga, urin)
Pencemaran mikrobiologik mikroba
patogen, index sanitasi, jumlahnya melewati
batas
PENCEMARAN DAN PEMALSUAN
Sumber Kontaminasi
Pra panen kontaminasi karena penyakit (cacing
pita pada hati sapi)
Waktu panen peralatan, lingkungan,
Pasca panen penjemuran, binatang
Selama pengolahan peralatan, air
Selama pemasaran display, transportasi, gudang
Dari pekerja
PENCEMARAN DAN PEMALSUAN
Jenis kontaminasi fisik
Dari bahan asal rambut ternak pada daging
Benda asing dari luar lalat pada susu
Benda asing dari pengolahan potongan plastik
pada sosis
Kontaminasi Kimia tidak terlihat
Cara mengetahui kontaminasi kimia
Dari reaksi yang ditimbulkan
Analisis kimiawi
Observasi langsung dari sbr kontaminan
Kontaminasi kimia mutu berbahaya bagi
kesehatan
PENCEMARAN DAN PEMALSUAN
Jenis kimia pencemar
Pestisida
Insektisida
Logam berat
Zat karsinogenik
Cara terjadi kontaminasi
Semprotan pemberantas hama
Selama menjalankan dan penanganan produk
Dari air pencuci
Pencemaran selama ternak masih hidup
PENCEMARAN DAN PEMALSUAN
Kontaminasi biologik berasal dari benda
biologis
Kontaminasi biologik pada mutu
Cacat dimakan/dilukai hama (tikus)
Mencemari membahayakan kesehatan
(lalat,kecoa)
Merusak estetika susu terkontaminasi lalat
Jenis kontaminasi biologik
Hewan hidup
Hewan mati
Potongan/bagian hewan
PENCEMARAN DAN PEMALSUAN
Pemalsuan Mutu komoditas mahal, diminati
konsumen
Bahan pemalsu secara alami ada pada komoditas
(air pd susu)
Mencampurkan komoditas sama jenis lain
Pemalsuan mutu
Menambah bahan pemalsu
Menyalahgunakan nama mutu (Misbranding) :
› Memberi nama yang tidak sesuai komoditas yang
sebenarnya untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi.
Pemalsuan Kelas Mutu (Misgrading) :
› Mencampur produk kelas tinggi mutunya dengan kelas
mutu rendah - diperdagangkan sebagai produk kelas
mutu tinggi.
PENCEMARAN DAN PEMALSUAN
Pemalsuan penipuan delik hukum
pengadilan. pidana
ASPEK SANITASI DALAM MUTU PANGAN
SANITASI PANGAN
1
Tindakan aseptic dalam industry pangan meliputi, pengendalian pencemaran
(menjauhi pencemaran), pembersihan (pencucian) dan Tindakan aseptic (menghindari
cemaran mikroba). Bilamana suatu pencemaran terjadi pada suatu industry pengolahan
maka akan terjadi penurunan mutu produk, bila mutu turun maka produk tersebut akan
mudah rusak akibat pencemaran. Hal yang dapat dilakukan untuk menghindari hal tersebut
adalah dengan menerapkan sanitasi yang baik dan benar
2
Keberadaan mikorba pathogen seperti salmonella pada produk pangan, meskipun
tidak menimbulkan gejala keracuan, namun dapat menjadi tolak ukur atau indicator mutu
produk pangan untuk dapat ditolak. Indicator defenitif yang dapat untuk menolak produk
adalah adanya mikroba, potongan serangga, rambut dan lain lain.
Sanitasi yang kurang baik akan mengakibatkan peracunan dan kerusakan makanan yang
banyak ditemui pada industry pangan. Masalah ini dapat diatasi dengan kebiasaan bersih
dan sanitasi yang baik sehingga dapat mempertanggung jawabkan bahwa makanan yang
diproduksi aman.
3
system sanitasi. Jenis air perlu disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu untuk mencuci,
pengolahan, generator uap, sebagai bahan pencampur makanan, atau untuk
laboratorium. Masing masing jenis kebutuhan tersebut kadang kadang parlu
dipisahkan
5. System pembuangan
Akan selalu dihadapi pada setiap industry pangan, yaitu masalah pembuangan
cairan limbah, sampah padat dan cair, dimana sampah ini merupakan sumber
kontaminasi dan polusi sehingga perlu penanganan udara sanitasi. Penanganan yang
penting adalah penempatan sampah jauh dari ruang produksi dan dilakukan system
pengolahan sampah.
PROSEDUR SANITASI
Prosedur santiasi berkaitan dengan tahapan proses sanitasi dilaksanakan. Setiap proses
memberikan peranan yang penting terhadap tingkat kebersihan yang didapat agar focus
pada target sanitasi. Program sanitasi harus dirancang agar dapat dilaksakana secara efektf
4
dan efisien pada penggunaan bahan pengguna seperti air dan bahan kimia sehingga akan
mendapatkan hasil dan proses yang optimal, aman serta mudah dalam pengkerjaannya.
Dengan begitu sanitasi yang efektif akan dapat tercapai secara ekonomis dengan turut
memperhatikan limbah dari proses pembersihan berupa bahan kimia pembersih. Adapun
tahapan yang dapat dilakukan pada proses pembersihan adalah.
Produksi
Pada wilayah produksi penggunana pembersihan kering atau penggunaan seminimal air
merupakan hal yang paling baik untuk dilakukan untuk mencegah dari pertumbuhan dan
penyebaran mikroorganisme pathogen selama kegiatan produksi berlangsung. Karyawan
produksi harus dapat menerapkan good housekeeping practices (kualitas produk dan
keselamatan kerja), dibiasakan sebelum meninggalkan area produksi agar selalu
membersihkannya terlebih dahulu (kecuali ada petugas kebersihan yang secara khusus
bertugas membersihkan) dan memastikan area kerja dalam kondisi bersih sebelum
meinggalkan are kerja. Sisa sisa makanan yang terdapat pada perlatan adalah
sampah/limbah sehingga hal tersebut harus dibersihkan agar tidak menjadi sumber
pencemaran
Persiapan
Segera mungkin setelah proses produksi selesai peralatan dan perlengkapan kerja harus
dirapihkan dan dibersihkan aga rtidak ada kotoran yang menempel pada permukaan.
Khusus peralatan yang memerlukan bongkar pasang hindari penyimpanan di atas
permukaan lantai dan harus disimpan dalam rak penyimpanan. Pastikan mesin produksi
harus dalam kondisi off dan lindungi area perlistrikan agar terlindungi dari masuknya air
atau bahan kimia pembersih. Sebaiknya pada saat proses pembersihan tidak terdapat
kegiatan lain pada ruang produksi agar bahan kimia pembersih tidak menjadi cemaran
kimia bagi produk pangan.
Penghilangan kotoran padat
Bilaman terdapat kotoran/sisa produksi dalam bentuk padat menempel pada peralatan dan
perlengkapan kerja lakukan pensikatan, pengkikisan terhadap kotoran tersebut. Atau dapat
pula lakukan penyedotan bilamana kotoran dalam partikel yang lebih kecil (debu). Kotoran
sisa pembersihan harus dikumpulkan dan dimasukan kedalam kantong terpisah sehingga
5
tidak ikut terbawa oleh air bila mana setelahnya pembersihan akan menggunakan cairan
pembersih untuk menghindari kotoran padat menumpuk pada limba cair
Pra pembilasan
Permukaan harus dibilas menggunakan air dingin bertekanan rendah untuk menghilangkan
kotoran kecil yang mungkin masih menempel pada peralatan. Penggunaan air panas dapat
dilakukan pada kotoran yang mengandung lemak (sekitar 60 C). namun perlu diingat,
penggunaan suhu diatas 45 C dapat mengkoagulasikan protein.
Pembersihan
Permbersihan dapat menggunakan berbagai macam bahan kimia pembersih, berbagai
macam suhu air pembersih serta proses pembersihan yang menggunakan peralatan
tambahan yang tujuan utamanya adalah menghilangkan kotoran yang menempel pada
permukaan peralatan kerja
Penggunaan desinfentan
Penggunaan bahan kimia desinfentan dapat diterapkan untuk menghilangkan atau
mengurangi dari cemaran mikroorganisme yang mungkin tersisa atau menempel pada
permukaan peralatan ataupun wilayah kerja. Dalam kondisi khusus dapat pula diterapkan
kombinasi penggunaan bahan kimia sanitazier dan deterjen sekaligus agar mendapatkan
hasil yang lebih optimal
Pembersihan peralatan pembersih
Setelah peralatan pembersih selesai digunakan, peralatan pembersih tersebut haruslah
dilakukan pembersihan pula serta diberikan desinfektan.
PERTANYAAN
1. Apakah yang disebut sanitasi pangan
2. Mengapa sanitasi sangat penting bagi industry pangan
3. Apakah hubungan pencemaran dengan sanitasi