Anda di halaman 1dari 5

1.

Sistem Perkandangan Ayam Sentul Fase Layer

Sistem perkandangan ayam sentul fase layer pada kandang A.1 dan

kandang A.2 terdiri dari kandang koloni, dan kandang postal. Model lantai

yang digunakan dalam kandang postal yaitu lantai litter. Ukuran kandang

yang digunakan pada kandang A.1 yaitu 10×5 meter dan ukuran kandang A.2

yaitu 4×5 meter.

Bentuk atap mempengaruhi sirkulasi udara dari luar kandang ke dalam

kandang dan sebaliknya. Oleh karena itu atap harus seuai dengan penggunaan

kandang dan fase pemeliharaan ayam. Tipe atap yang digunakan di kandang

A yakni tipe atap A. Populasi kandang A.1 sebesar 108 ekor, sedangkan

populasi kandang A.2 sebesar 279 ekor.

Suhu pada kandang koloni dan kandang postal yakni 26°C dan

kelembaban pada kedua kandang tersebut 80%. Bell and Weaver (2002)

menyatakan suhu lingkungan yang nyaman untuk ayam berkisar antara 20-

24°C. Semakin tinggi suhu udara maka panas yang dikeluarkan tubuh ayam

relative rendah daripada yang diterima sehingga mengakibatkan peningkatan

suhu tubuh ternak yang akan mengalami stress panas disertai dengan

penurunan konsumsi (Ariyanti dkk, 2017).

Peralatan kandang yang digunakan yaitu tempat pakan dan minum.

Tempat pakan yang digunakan pada kandang koloni berupa paralon dan

tempat minum berupa nipple drinker. Tempat pakan yang digunakan pada

kandang postal berupa hanging feeder dan tempat minum berupa drinker

otomatis.
2. Pemberian Pakan dan Minum Fase Layer

Jenis pemberian ransum dibedakan atas ransum tunggal (single-phase

ration) dan ransum ganda yang terdiri atas dua atau lebih jenis ransum (multi-

phase ration) (Noy dan Skanlan 1997, Iskandar dkk 1998, Dozier et al. 2006).

Pada pemeliharaan ayam sentul fase layer di UPTD BPPT Unggas Jatiwangi,

tingkat konsumsi pakannya sekitar 80 sampai 100 gram/ekor/hari dan jenis

pemberian ransum yakni ransum ganda dalam bentuk crumble. Jumlah

pemberian pakan yang diberikan kepada ayam sentul periode layer harus

sesuai dengan kebutuhan konsumsinya. Tilman dkk (1996) menyatakan

bahwa tubuh ternak dibangun dari zat-zat makanan yang diperoleh dari

ransum yang dikonsumsi.

Pemberian pakan pada ayam sentul periode layer dilakukan dua kali

sehari yaitu pagi dan siang hari. Tatalaksana pemberian pakan yaitu dengan

pakan ditaburkan dalam beberapa hanging feeder untuk kandang postal dan

paralon untuk kandang koloni sesuai takaran yang telah ditentukan.

Pemberian minum dilakukan secara adlibitum. Pemberian air minum biasanya

disertai dengan pemberian obat-obatan atau vitamin-vitamin tertentu sesuai

jadwal yang telah ditentukan. Menurut Sudaryani dan Santoso (2003)

kebutuhan air pada ayam dengan suhu lingkungan 25°C adalah dua kali

jumlah pakan, namun pada suhu lingkungan 30-32°C konsumsi air dapat

meningkat menjadi 4 kali jumlah konsumsi pakan.

Tabel 3. Kandungan Nutrisi Pakan Ayam Sentul Fase Layer

Nutrisi Jumlah kandungan


Kadar Air 13,0%

Protein 17,0%

Lemak 4,0%

Serat 6,0%

Abu 13,5%

Calsium 3,5%

Phosphor 0,7%

Aflatoxin 20 ppb

M.E 2700 kcal/kg

3. Program Vaksinasi dan Pengendalian Penyakit

Umur Ayam Jenis Vaksin Aplikasi

19w 5d ND-IB-EDS-SHS IM 0,5 ml

Killed

Vaksinasi di UPTD BPT Unggas Jatiwangi merupakan salah satu cara

yang digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit dan sebagai antibodi

tubuh pada ternak, sehingga sistem kekebalan mampu meminimalisir dan

memberikan perlindungan terhadap penyakit yang menyerang ternak,

pemberian vaksin harus diberikan pada ternak yang sehat. Pemberian vaksin

pada ayam fase layer setiap tiga bulan sekali dengan cara injeksi

intramuscular sebanyak 0,5 ml.


Pemberian obat cacing pada ayam yakni dengan mencampurkan obat

cacing ke pakan. Cara pencampurannya dengan menambahkan obat cacing ke

dalam pakan sedikit demi sedikit kemudian pakan yang sudah ditambahkan

obat dimasukkan ke dalam mixer agar obat cacing tercampur rata. Waktu

pemberian obat cacing setiap tiga bulan sekali.


Daftar Pustaka

Ariyanti R, N. Ulupi, T. Suryati, dan R.I. Arifiantini. 2017. Performa Produksi dan

Reproduksi Ayam Sentul Dengan Konsentrasi IgY Berbeda dalam Serum

Darah. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 5(3).

Bell, D. dan W. D. Weaver, Jr. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg Production.

5thedition. Springer Science and Busines Media Inc. New York.

Iskandar, S., H. Resnawati. D. Zainuddin, Y.C. Raharjo, and B. Gunawan. 1998.

Performance of pelung x kampong (pelung-cross) chickens as influenced by

dietary protein. Bull. Anim. Sci. (Suppl. Ed.):539-546.

Noy, Y. and D. Skanlan. 1997. Posthatch development in poultry. J. Appl. Poult. Res.

6(3): 344-354.

Sudaryani, T., H. Santoso. 2003. Pembibitan Ayam Buras. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tillman., A.P., H. Hartadi S. Reksohardiprodji, S. Prawirokusuma dan S.

Lebdosoekojo. 1996. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai