Anda di halaman 1dari 40

1

STUDI AKTIVITAS HARIAN LUTUNG JAWA


(Trachypithecus auratus) DI KEBUN BINATANG SURABAYA

AHMAD NAJIHAL AMAL

PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
3

PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN PRAKTIK KERJA


LAPANGAN DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) 1 yang
berjudul “Studi Aktivitas Harian Lutung Jawa (Trachyithecus auratus) di Kebun
Binatang Surabaya” adalah karya saya dengan arahan pembimbing dan belum
diajukan kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang dikutip atau
berasal dari karya yang diterbitkan dari penulis lain yang telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir laporan ini.
Deangan ini saya melimpahan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2017

Ahmad Najihal Amal


NIM J3P115006
5

ABSTRAK

AHMAD NAJIHAL AMAL. Studi Aktivitas Harian Lutung Jawa


(Trachypithecus auratus) di Kebun Binatang Surabaya Dibimbing oleh ERNI
SULISTIAWATI.
Lutung jawa (Trachypithecus auratus) merupakan salah satu satwa endemik
Indonesia yang penyebaranya di pulau Jawa dan Bali dan juga salah satu jenis
satwa yang dilindungi berdasarkan SK Menhutbun No.733/kpts-II/1999. Menurut
International Union for Conservation of Nature (IUCN) dikategorikan sebagai
satwa primata yang rentan (vulnerable) terhadap gangguan habitat karena terdesak
oleh kepentingan manusia. Tujuan praktik kerja lapangan (PKL) 1 ini adalah
komparasi aktivitas harian lutung jawa yang berada di lembaga konservasi ex-situ
dengan habitat aslinya di alam liar untuk mendeteksi penyimpangan perilaku
sebagai indikator terhadap suatu penyakit. Data primer dikumpulkan dengan cara
pengamatan aktivitas harian dua ekor lutung jawa berjenis kelamin jantan dan
betina dengan usia 15 tahun dan 13 tahun dengan menggunakan metode scan
sampling selama 3 hari. Perilaku yang diamati yaitu aktivitas istirahat, makan, dan
aktivitas sosial. Presentase aktivitas tertinggi sampai terendah yaitu aktivitas
istirahat lutung jawa jantan sebesar 62,81% dan betina 63,51%, aktivitas makan
lutung jantan 20,41% dan betina 23,61%, dan aktivitas sosial lutung jantan 7,63%
dan betina 9,35%. Tingginya aktivitas istirahat lutung jawa di Kebun Binatang
Surabaya mengindikasikan ketidaksesuaian dengan aktivitas harian lutung jawa di
alam liar yang menunjukkan aktivitas pergerakan dan sosial yang lebih, namun
tingginya aktivitas istirahat tidak disertai dengan adanya tanda klinis penyakit.
Namun demikian untuk memenuhi asas kesehatan hewan maka disarankan
penambahan pengayaan lingkungan berupa hammock dan penambahan jumlah
individu lutung jawa.

Kata kunci : aktivitas harian, lutung jawa, perilaku menyimpang


7

RINGKASAN

AHMAD NAJIHAL AMAL. Studi Aktivitas Harian Lutung Jawa


(Trachypithecus auratus) di Kebun Binatang Surabaya Dibimbing oleh ERNI
SULISTIAWATI.

Primata merupakan salah satu ordo dalam kelas mamalia yang menempati
hutan hujan tropis Indonesia. Primata berperan penting dalam proses dinamika
flora, yaitu sebagai penyebar biji dan membantu proses penyerbukan. Lutung jawa
(Trachypithecus auratus) merupakan salah satu satwa endemik Indonesia yang
penyebaranya di pulau Jawa dan Bali dan juga salah satu jenis satwa yang
dilindungi berdasarkan SK Menhutbun No.733/kpts-II/1999. Menurut
International Union for Conservation of Nature (IUCN) dikategorikan sebagai
satwa primata yang rentan (vulnerable) terhadap gangguan habitat karena terdesak
oleh kepentingan manusia.
Tujuan praktik kerja lapangan (PKL) 1 ini adalah komparasi aktivitas
harian lutung jawa yang berada di lembaga konservasi ex-situ dengan habitat
aslinya di alam liar untuk mendeteksi penyimpangan perilaku sebagai indikator
terhadap suatu penyakit. Data primer dikumpulkan dengan cara pengamatan
aktivitas harian dua ekor lutung jawa berjenis kelamin jantan dan betina dengan
usia 15 tahun dan 13 tahun dengan menggunakan metode scan sampling selama
3 hari. Perilaku yang diamati yaitu aktivitas istirahat, makan, dan aktivitas sosial.
Data sekunder dikumpulkan dari data yang di ambil dari studi literatur bersumber
pada buku dan internet. Presentase aktivitas tertinggi sampai terendah yaitu
aktivitas istirahat lutung jantan 62,81% dan betina 63,51% tingginya aktivitas
istirahat bertujuan untuk mengurangi energi guna kelancaran pencernaan yang
sedang dilakukan, aktivitas makan lutung jantan 20,41% dan betina 23,61%
presentase tersebut lebih rendah dibandingkan presentase aktivitas makan di alam
karena dihabitat aslinya lutung jawa dapat mencari dan memilih pakan yang
disukai dan juga dipengaruhi oleh ketersediaan pakan yang melimpah, aktivitas
sosial lutung jantan 7,63% dan betina 9,35% aktivitas sosial yang teramati pada
pengamatan aktivitas harian ini hanya berupa grooming yaitu mencari kutu
terhadap individu lain. Tingginya aktivitas istirahat lutung jawa di Kebun
Binatang Surabaya mengindikasikan ketidaksesuaian dengan aktivitas harian
lutung jawa di alam liar yang menunjukkan aktivitas pergerakan dan sosial yang
lebih, namun tingginya aktivitas istirahat tidak disertai dengan adanya tanda klinis
penyakit. Namun demikian untuk memenuhi asas kesejahteraan hewan maka
disarankan penambahan pengayaan lingkungan berupa hammock dan penambahan
jumlah individu lutung jawa.

Kata kunci : aktivitas harian, lutung jawa, perilaku menyimpang


9

STUDI AKTIVITAS HARIAN LUTUNG JAWA


(Trachypithecus auratus) DI KEBUN BINATANG SURABAYA

AHMAD NAJIHAL AMAL

Laporan Praktik Kerja Lapangan I


Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti seminar tugas akhir

PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
11

Judul Laporan : Studi Aktivitas Harian Lutung Jawa (Trachypithecus


auratus) di Kebun Binatang Surabaya
Nama : Ahmad Najihal Amal
NIM : J3P115006

Diketahui oleh Disetujui oleh

Dr. Drh. Gunanti, MS Dr. Drh. Erni Sulistiawati, SP1


Koordinator Program Keahlian Pembimbing
13

PRAKATA

Puji dan rasa syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) 1. Kegiatan PKL 1 dilaksanakan selama 4 minggu dari
tanggal 18 Juli sampai 14 Agustus 2017. Laporan PKL 1 berjudul Studi Aktivitas
Harian Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) di Kebun Binatang Surabaya.
Selama proses PKL dan penyelesaian laporan ini, penulis telah banyak
mendapatkan bimbingan, petunjuk, nasehat, semangat, dan bantuan dari banyak
pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan keluarga yang
senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan. Dr Drh Erni Sulistiawati SP1
selaku dosen pembimbing dan Drh Glen Kartiko selaku pembimbing lapangan
yang telah membimbing serta memberikan arahan dan bantuan selama PKL dan
penyelesaian Laporan PKL. Bapak Toha Putra, Mas Agus, Mas Jafar, Mba Septya
dan Mba Sita yang telah membantu selama pengumpulan data. Teman-teman PVT
52 yang telah memberikan semangat, motivasi, dan dukungan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Semoga laporan dapat memberikan hal yang
bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis
juga.

Bogor, September 2017

Ahmad Najihal Amal


i

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR Vii


DAFTAR LAMPIRAN Viii
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
2 METODE KAJIAN 2
2.1 Tempat dan Waktu 2
2.2 Teknik Pengambilan Data 2
2.3 Analisis Data 3
2.4 Tinjauan Pustaka 3
3 KEADAAN UMUM 5
3.1 Sejarah 5
3.2 Letak Geografis 6
3.3 Tugas dan Fungsi Kebun Binatang Surabaya 6
3.4 Visi dan Misi Kebun Binatang Surabaya 6
3.5 Stuktur Organisasi 7
4 STUDI AKTIVITAS HARIAN LUTUNG JAWA 7
(Trachypithecus auratus) di KEBUN BINATANG SURABAYA
4.1 Keadaan Umum Lutung Jawa di KBS 7
4.2 Aktivitas Harian Lutung Jawa 8
5 SIMPULAN DAN SARAN 13
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN 16

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi Kebun Binatang Surabaya 6


2 Struktur organisasi 7
3 Histogram aktivitas lutung jawa 8
4 Aktivitas makan lutung jawa 9
5 Histogram rerata aktivitas makan 10
6 Aktivitas istirahat lutung jawa 10
7 Histogram rerata aktivitas istirahat 11
8 Aktivitas sosial lutung jawa 12
9 Histogram rerata aktivitas sosial 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal Harian Praktik Kerja Lapangan 17


2 Laporan Periodik Praktek Kerja Lapangan 21
1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Primata merupakan salah satu ordo dalam kelas mamalia yang menempati
hutan hujan tropis Indonesia. Primata berperan penting dalam proses dinamika
flora, yaitu sebagai penyebar biji dan membantu proses penyerbukan (Cowlishaw
dan Dunbar 2000). Menurut Supriatna dan Wahyono (2000) terdapat 40 jenis
spesies primata yang hidup di Indonesia, 24 jenis diantaranya merupakan lutung
jawa (Trachypithecus auratus). Penyebaran lutung jawa adalah di pulau Jawa dan
Bali, lutung jawa merupakan salah satu jenis satwa yang dilindungi berdasarkan
SK Menhutbun No.733/kpts-II/1999. Menurut Convention on International Trade
in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), lutung jawa termasuk
dalam kategori satwa appendix II dan pada tahun 1996 oleh International Union
for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) dikategorikan sebagai
satwa primata yang rentan (vulnerable) terhadap gangguan habitat karena terdesak
oleh kepentingan manusia.
Habitat lutung jawa pada umumnya adalah hutan hujan, namun lutung jawa
terkadang juga dapat ditemui didaerah perkebunan karet, hutan primer
pegunungan atau hutan sekunder daerah perbukitan hingga 600 meter diatas
permukaan laut (Nurwulan 2002). Lutung adalah hewan diurnal yaitu hewan yang
melakukan seluruh aktivitas pada siang hari dan tergolong hewan arboreal yang
artinya hewan yang hidup diatas pepohonan, sehingga lutung jarang
meninggalkan pohon-pohon besar yang merupakan tempat tinggal alaminya.
Informasi mengenai perilaku lutung jawa di lembaga konservasi ex-situ
masih sangat terbatas, padahal perilaku dapat menjadi representasi kesejahteraan
suatu satwa diluar habitat aslinya..
Metode konservasi dengan sistem ex-situ adalah upaya untuk
mempertahankan populasi satwa liar yang mulai terancam kepunahannya. Prinsip
yang harus diperhatikan dalam usaha penangkaran adalah memenuhi kebutuhan
satwa untuk hidup layak dengan menjadikan kondisi lingkungannya menyerupai
habitat aslinya, sehingga satwa tersebut dapat berkembangbiak dengan baik.
Selain itu keberhasilan usaha budidaya dari suatu spesies sangat didukung oleh
pengetahuan dari perilaku satwa tersebut (Alikodra 1990). Dengan demikian,
diharapkan pengamatan ini dapat menunjang sistem pemeliharaan yang baik
sehingga dapat mendukung upaya konservasi lutung jawa.

1.2 Tujuan

Komparasi perilaku harian lutung jawa (Trachypithecus auratus) yang


berada di lembaga konservasi ex-situ dengan perilaku lutung jawa di alam liar
untuk mendeteksi penyimpangan perilaku sebagai indikator terhadap suatu
penyakit.
2

2 METODE KAJIAN

2.1 Tempat dan Waktu

Praktik Kerja Lapangan (PKL) 1 ini dilaksanakan di Kebun Binatang


Surabaya yang beralamat jl. Setail No.1, Darmo, Wonokromo, kota Surabaya,
Jawa Timur. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan 1 ini dilaksanakan selama 4
minggu, mulai dari tanggal 18 Juli sampai dengan 14 Agustus 2017. Kegiatan
PKL ini mulai dari hari Senin sampai dengan hari Minggu kegiatan dimulai dari
pukul 08.00-16.00, pada hari Jumat kegiatan dimulai dari pukul 08.00-14.00.

2.2 Teknik Pengambilan Data

Data primer berupa pengamatan tingkah laku atau aktivitas harian lutung
jawa di Kebun Binatang Surabaya dilakukan dengan metode scan sampling yaitu
mencatat perilaku lebih dari satu individu per waktu yang sudah ditentukan.
Pengamatan dilakukan selama 3 hari dengan mengikuti pola hidup lutung yang
diurnal, yaitu pada saat lutung bangun tidur pada pukul 06.00 hingga lutung
kembali tidur yaitu pukul 18.00 dengan interval waktu 60 menit. Data primer yang
diamati dalam PKL 1 ini mencakup,
a) durasi aktivitas masing-masing dua ekor lutung jawa (jantan dan betina),
b) perilaku yang dilakukan lutung jawa mencakup,
Aktivitas makan (ingestive), adalah aktivitas yang dimulai ketika satwa
mulai melihat makanan/minuman, memasukan makanan kedalam mulut,
menggigit, mengunyah dan menelannya sampai ketika satwa berhenti
makan/minum, kejadian ini dihitung sebagai satu unit aktivitas. Aktivitas istirahat,
yaitu aktivitas diam yang meliputi duduk dan tidur. Posisi duduk dilakukan
dengan cara menempelkan bagian belakang bawah tubuhnya ( pantat) pada dahan
atau lantai, dengan posisi ditekuk, diluruskan, atau kombinasinya. Aktivitas tidur
dapat dilakukan dengan berbagai variasi posisi tubuh, yaitu dengan duduk atau
berbaring. Posisi berbaring dilakukan dengan menempelkan seluruh tubuh pada
dahan/lantai pada posisi horizontal.
Aktivitas sosial yang diamati mencakup aktivitas a) Bermain, yaitu aktivitas
yang dilakukan oleh anak-anak sampai individu remaja yang meliputi: aktivitas
kejar-kejaran, tarik-menarik ekor/badan, dan berguling sambil bergulat. b)
Grooming, yaitu aktivitas mencari kotoran atau ektoparasit dari tubuh sendiri atau
individu lain. Aktivitas ini dilakukan mula-mula mencari di sela-sela rambut
tubuh, menjilat dan kemudian mengunyahnya. Kejadian ini dihitung sebagai satu
unit aktivitas. Grooming dapat dilakukan sendiri atau bersama individu lain
dengan berbagai sikap tubuh (duduk, berdiri, terlentang/telungkup). c) Kawin
(copulation/sexsual), yaitu aktivitas hubungan seksual antara satwa jantan dan
betina. Dimulai dengan aktivitas untuk menarik perhatian lawan jenis dan
kemudian dilanjutkan dengan kopulasi. Serta data sekunder dengan cara Studi
pustaka perilaku lutung jawa yang masih liar di alam (habitat aslinya).
Data sekunder dikumpulkan melalui studi literatur bersumber pada buku dan
internet, sdangkan data sekunder merupakan data pendukung yang sangat penting
3

dikumpulkan dari berbagai sumber antara lain buku, karya tulis ilmiah, dan jurnal
penelitian.

2.3 Analisis Data

Analisis aktivitas harian digunakan untuk menjelaskan aktivitas harian


lutung jawa yang berada di Kebun Binatang Surabaya seperti aktivitas makan,
istirahat dan sosial. Analisis menggunakan deskriptif dan kuantitatif. Secara
deskriptif untuk menggambarkan seluruh jenis aktivitas lutung jawa yang diamati.
Secara kuantitatif untuk menjelaskan hubungan intensitas atau lamanya aktivitas
yang teramati. Dihitung presntasenya dan digambarkan dalam bentuk histogram
dengan menggunakan tabel dan grafik. Perhitungan presentase aktivitas harian
lutung jawa dilakukan dengan menggunakan rumus:

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑖
𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑎𝑠𝑒 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑖 (%) 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓𝑖𝑡𝑎𝑠 × 100%

Keterangan; i= jenis aktivitas

2.4 Tinjauan Pustaka

Taksonomi
Groves (2001) menyatakan bahwa lutung jawa yang berada di Indonesia
memiliki dua subspecies berdasarkan perbedaan warna yaitu: Trachypithecus
auratus auratus dengan karakteristik morfologi diantaranya memiliki warna hitam
dengan sedikit kecoklat-coklatan pada bagian atas ventrum, cambang dan kaki.
Rambutnya terdapat pada atas lengan, kaki, kepala, panggul, dan terkadang
punggung. Warna sedikit jingga, menjadikan hewan ini terlihat lebih kuning pada
bagian badan dan rambut sekitar telinga. Rambut bagian bawah memiliki warna
lebih hitam dan jarang. Warna pada wajah, telapak tangan, dan telapak kaki
berwarna hitam dan mengalami perubahan warna kulit.
Klasifikasi lutung Jawa menurut Groves (2001) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
Sub ordo : Arthropoidea
Famili : Cercopithecidae
Sub famili : Colobinae
Genus : Trachypithecus
Spesies : T. Auratus

Ankle dan Simon (2000) menyatakan bahwa lutung jawa memiliki bentuk
rahang 2:1:2:3 pada kedua rahang atas dan bawah. Jenis ini memiliki perut
sacculated untuk membantu mencerna selulosa. Lutung jawa memiliki kelenjar
ludah yang besar untuk membantu mencerna makanan. Lutung betina berbeda dari
luntung jantan yang memiliki warna pucat, biasanya putih kekuning-kuningan
4

pada bagian pinggang (Brandons-Jones 1995). Bayi berwarna oranye dan rata-rata
berat tubuh lutung jawa adalah 7.1 kg (Rowe 1996).

Habitat Lutung jawa


Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu dimana satu spesies
atau komunitas hidup. Habitat yang baik akan mendukung perkembangbiakan
organisme yang hidup didalamnya secara normal. Habitat memiliki kapasitas
tertentu untuk mendukung pertmubuhan populasi suatu organisme. Kapasitas
untuk mendukung suatu organisme disebut daya dukung habitat (Irwanto 2006).
Habitat satwa liar terdiri dari 3 komponen utama yang satu sama lain saling
berkaitan. Dilihat dari komposisinya, Yakni:
1. Komponen biotik meliputi: vegetasi, satwa liar, dan organisme mikro
2. Komponen fisik meliputi: air, tanah, topografi, dan iklim
3. Komponen kimia meliputi: seluruh unsur kimia yang terkandung dalam
komponen biotik dan komponen fisik
Pada dasarnya, fungsi ketiga komponen diatas menyediakan pakan, air dan
tempat berlindung bagi satwa liar di alam. Jumlah dan kualitas ketiga sumber daya
fungsional tersebut akan membatasi komponen habitat untuk mendukung populasi
satwa liar. komponen fisik (iklim, topografi, air dan tanah) akan menentukan
kondisi fisik habitat yang merupakan faktor pembatas bagi ketersediaan
komponen biotik di habitat tersebut.
Pada habiat yang memiliki kondisi lingkungan ekstrim, aktivitas biologi
relatif kurang berkembang, sedangkan pada lingkungan yang memiliki kondisi
fisik yang sesuai, interaksi dalam ekosistem dan habitat secara efektif akan
membatasi pertumbuhan populasi satwa liar. Suatu habiat yang disukai satu jenis
satwa belum tentu sesuai untuk kehidupan jenis satwa yang lain, karena pada
dasarnya setiap jenis satwa memiliki preferensi habitat yang berbeda-beda.
Berkurangnya habitat disebabkan oleh beberapa faktor, yakni: aktvitas manusia,
satwa liar dan bencana alam seperti gunung meletus (Irwanto 2006)

Bio Ekologi
Lutung jawa memulai pergerakan sebelum matahari terbit dan berhenti saat
sebelum gelap. Pada saat tidur, anggota kelompok memilih tempat sendiri dengan
cara berdekatan baik didalam satu pohon ataupun dengan pohon yang berbeda.
Aktivitas lutung beristirahat berbeda pada saat lutung melakukan aktivitas tidur
yang dilakukan secara individual (Bernstein 1968), ketika beristirahat lutung jawa
muda dan bayi berdekatan dengan betina dewasa (Furuya 1961).
Makanan lutung jawa terdiri dari dedaunan tua dan dedaunan muda, buah
masak maupun tidak masak, bunga, tunas, dan larva serangga (Kool 1993). Kool
menemukan sebagian dari makanan spesies T auratus sondaicus terdiri dari daun
kaya protein. Daun yang dipilih untuk dikonsumsi memiliki serat yang rendah,
kemudian memiliki derajat kemampuan mencerna yang tinggi. Daun muda dari
pohon jati (Tectona grandis) adalah sumber makanan yang paling penting bagi
jenis ini ketika makanan utama jarang ditemukan (Kool 1993).
Lutung jawa merupakan jenis arboreal yaitu sebagian besar aktivitasnya
dihabiskan dia atas pepohonan dan semak belukar. Rerata jumlah dalam satu
kelompok sekitar tujuh individu (Nijman 2000). Kool (1993) menemukan bahwa
bentuk kelompok terdiri dari 6-21 individu dengan satu atau dua jantan dewasa.
5

Di pulau Lombok Indoneia ukuran kelompok lebih banyak di hutan sekunder dan
hutan musim daripada hutan tropis (Supriatna et all 1986). Predator utama lutung
jawa adalah manusia yang memburu jenis ini untuk komersial dan kebutuhan
makanan (Djuwantoko 1994).

Perilaku
Lutung jawa adalah satwa primata yang hidup pada siang hari atau diurnal
(Suwelo 1982), aktivitas memuncak pada pagi hari yaitu digunakan untuk
pergerakan dan makan. Aktivitas pada siang hari akan lebih banyak digunakan
untuk tidur, setelah terbangun lutung akan melanjutkan makan hingga menjelang
sore hari.
Lutung jantan akan memisahkan diri dari kelompok dan akan melakukan
pergerakan sendiri ataupun dengan kelomok jantan lain (Kool 1993). Megantara
dan Dirgayusa (1994) juga menemukan bahwa jantan datang untuk melakukan
pendekatan dengan kelompok jantan lain dan betina akan melakukan pendekatan
dengan betina lain. Betina dewasa akan menunjukkan sikap terbuka dengan betina
dewasa lain dari kelompok lainnya. Betina akan peduli dengan bayi dari betina
lain atau disebut Allo-Mothering (Kool 1993; Rowe 1996)

Metode Scan Sampling


Pengamatan aktivitas harian lutung jawa menggunakan metode scan
sampling, yaitu mencatat perilaku lebih dari satu individu per waktu yang sudah
ditentukan sebelumnya misalnya tiap satu menit atau 30 menit (Altman 1974
dalam Fuadi 2008).

3 KEADAAN UMUM

3.1 Sejarah

Kebun Binatang Surabaya pertama kali didirikan berdasarkan SK Gubernur


Jenderal Belanda No. 40 pada tanggal 31 Agustus 1916, dengan nama
Soerabaiasche Planten-en Dierentuin (Kebun Botani dan Binatang Surabaya) atas
jasa seorang jurnalis bernama H.F.K. Kommer yang memiliki hobi
mengumpulkan binatang. Lokasi KBS yang pertama di Kaliondo, pada tahun
1916. Kemudian pada tanggal 28 September 1917 pindah di Jalan Groedo. Pada
tahun 1920 pindah ke daerah Darmo untuk areal kebun binatang yang baru.
Perkembangannya KBS telah berubah fungsi dari tahun ke tahun. Kebun
Binatang Surabaya dahulu hanya sekedar tempat untuk penampungan satwa
eksotis koleksi pribadi telah dikembangkan fungsinya menjadi sarana
perlindungan dan pelestarian, pendidikan, penelitian, dan rekreasi. Binatang-
binatang yang menjadi koleksi KBS dari tahun ke tahun jumlah dan jenisnya terus
bertambah, baik berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri.
6

3.2 Letak Geografis

Jarak dari pusat kota : +5


Jarak dari laut : +12
Curah hujan rat-rata : 127 mm3/ml
Ketinggian : 3-6 mdpl
Suhu udara rata-rata/tahun : 27,6oC
Kelembaban rata-rata/tahun : 74%
Struktur tanah : LapisanAluvial

Gambar 1 Peta lokasi Kebun Binatang Surabaya

Luas Wilayah KBS dipergunakan untuk:


 Hijauan dalam sangkar : 3,1 ha (20,7%)
 Hijauan luar sangkar : 1,8 ha (12%)
 Hijauan ruang terbuka : 4,9 ha (37,7%)
 Jalan : 0,8 ha (5,3%)
 Saluran air : 0,2 ha (1,3%)
 Kolam dan bangunan : 2,5 ha (16,7%)
 Sangkar satwa : 1,7 ha (11,3%)
 Parkir : 1 ha

3.3 Tugas dan Fungsi Kebun Binatang Surabaya

Kebun bianatang Surabaya pertama kali didirikan berdasarkan SK gubernur


jendral Belanda pada tanggal 31 Agustus 1916 No. 40, dengan nama
soerabaiasche planten-en dierentuin (kebun botani dan binatang Surabaya) atas
jasa serang jurnalis yang bernama H.F.K Kommer yang memiliki hobi
mengumpulkan binatang. KBS merupakan anggota PKBSI ( Perhimpunan Kebun
Binatang Seluruh Indonesia). Lembaga ini berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada pemerintah daerah taman satwa (PDTS) yang memiliki tugas
sebagai lembaga konservasi, pendididkan, penelitian, dan rekreasi.

3.4 Visi dan Misi Kebun Binatang Surabaya

Visi dan Misi Kebun Binatang Surabaya adalah memperluas pemahaman


dan apresiasi masyarakat tentang fungsi kebun binatang, meningkatkan upaya
7

kesejahteraan satwa, menciptakan kaitan antara konservasi ex-situ dengan in-situ,


membentuk jaringan global antar kebun binatang. Program pendidikan dan
penelitian di KBS dengan melaksanakan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi merupakan wahana keilmuan bagi masyarakat dan merupakan
laboratorium hidup untuk lebih mencintai dan menghargai fauna sebagai kekayaan
alam milik kita bersama.

3.5 Stuktur Organisasi

Perusahaan Daerah Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya dibawah


pengelolaan Walikota Surabaya dan dipimpin oleh Direktur utama serta diawasi
oleh badan pengawas yang dapat dilihat pada gambar. Direktur utama membawahi
dua bagian yaitu direktorat operasional, dan direktorat keuangan dan administrasi.
Direktorat operasional dan umum dibagi menjadi 3 bagian yaitu departemen
animal health, departemen animal welfare dan departemen kurator & LitBang.
Setiap bagian memiliki tugasnya masing-masing untuk mendukung lembaga
konservasi ini tetap berjalan dengan baik.

Walikota Surabaya

Badan Pengawas
Direktur Utama

Bussiness Development & Corporate Secretary


Marketing

Satuan Petugas
Internal

Direktur Keuangan & Direktur Oprasional


Adminitrasi

Animal Health Animal Kurator & Litbang


Welfare

Gambar 2 Struktur organisasi Kebun Binatang Surabaya


4 STUDI AKTIVITAS HARIAN LUTUNG JAWA
(Trachypithecus auratus) di KEBUN BINATANG SURABAYA

4.1 Keadaan Umum Lutung Jawa di KBS

Jumlah lutung jawa yang terdapat di Kebun Binatang Surabaya berjumlah


2 ekor. Lutung jawa jantan bernama Firjak berusia 15 tahun dan lutung betina
8

yang bernama Septya berusia 13 tahun. Kedua lutung ditempatkan pada kandang
pameran (display) dengan 2 (dua) kandang tertutup sebagai tempat tidur dan
makan. Kandang tertutup memiliki Lantai kandang yang terbuat dari keramik agar
mempermudah keeper untuk membersihkan. Terdapat tempat minum yang terbuat
dari cetakan semen yang berbentuk tabung dengan tinggi 10 cm dan diameter 50
cm. serta tempat makan yang terbuat dari kayu persegi dengan panjang 1 meter
yang diletakkan menempel pada tembok dengan ketinggian dari tanah 50 cm.
Kandang display lutung jawa di Kebun Binatang Surabaya dikelilingi
kolam berlumpur yang memiliki kedalaman 1 meter. Jarak kandang peraga
dengan tembok sepanjang 2 meter dan dengan tembok pembatas setinggi 2 meter.
Kandang display dilengkapi pengayaan berupa gazebo dan beberapa pohon tinggi
yang befungsi sebagai tempat untuk lutung bertengger dan beristirahat karena
lutung merupakan hewan arboreal.

4.2 Aktivitas Harian Lutung Jawa

70.00% 62.82% 63.51%


60.00%
50.00%
40.00%
30.00% 23.61%
20.41%
20.00%
7.63% 9.36%
10.00%
0.00%
makan istirahat sosial

jantan betina

Gambar 3 Histogram aktivitas lutung jawa


Berdasarkan Gambar 3 terlihat hasil pengamatan dengan metode scan
sampling yang disajikan dalam bentuk prsentase harian menunjukkan penggunaan
waktu untuk beraktivitas baik makan, istirahat dan interaksi sosial antara lutung
jantan dan betina tidak begitu jauh berbeda. Lutung jawa mulai beraktivitas
dengan bangun dari tidurnya sekitar pukul 05.30 WIB kemudian melakukan
aktivitas berpindah dan mencari makan di pohon tempat tidur atau pohon sumber
makan disekitar pohon tempat tidurnya. Waktu mulai beraktivitas ini tidak tetap,
mengikuti pergeseran waktu terbit matahari. Akhir aktivitas ditandai dengan
aktivitas berpindah memasuki pohon tempat tidur. Setelah memasuki pohon
tempat tidur lutung tidak melakukan aktivitas lagi, namun pada beberapa lutung
ada yang melakukan aktivitas makan dan mencari posisi tidur.
9

Gambar 4 Aktivitas makan lutung jawa


Aktivitas makan pada primata pada umumnya dibagi menjadi tiga kategori
berdasarkan kuantitas jenis pakan yang dikonsumsinya yaitu frugivorous (banyak
memakan buah), folivorus (banyak memakan dedaunan), dan insectivorus (banyak
memakan serangga) (Rowe 1996). Aktivitas makan merupakan serangkaian
aktivitas yang dilakukan oleh setiap individu untuk mendapatkan energi yang
dapat digunakan dalam aktivitas lain. Aktivitas makan memperoleh presentase
20,41% untuk lutung jantan dan 23,61% untuk lutung betina.
Selisih penggunaan waktu makan antara jantan dan betina tidak jauh
berbeda, dikarenakan jantan lebih banyak menghabiskan waktu bergerak dan
beristirahat dikandang display sementara lutung betina lebih banyak
menghabiskan waktu istirahat dan menghabiskan pakan dikandang nahook yang
tersedia banyak pakan. Aktivitas makan dilakukan dengan cara duduk diatas
tempat makan sampai semua pakan tersebut hampir semuanya habis. Presentase
aktivitas makan satwa primata di alam lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas
makan di lembaga konservasi ex-situ. Menurut Duma (2007) di Taman Nasional
Sebangau melaporkan bahwa aktivitas kalawet (Hylobates agilis albibarbis)
sebesar 41%. Tingginya aktivitas makan primata di alam karena satwa tersebut
harus mencari dan memilih pakan yang disukai dan juga dipengaruhi oleh
ketersdiaan pakan yang melimpah dihabitatnya.
10

40
36.6
35

30 27.3
25.6
23.6 24.3
25 22
20
16.3
15 13.6
13 12.6
11.3 11
10 10 9 10
10 7 6.3
4.6 5 4 5 4.3 4.3
5

0
06.00 - 07.00 - 08.00 - 09.00 - 10.00 - 11.00 - 12.00 - 13.00 - 14.00 - 15.00 - 16.00 - 17.00 -
07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00

jantan betina

Gambar 5 Histogram rerata aktivitas makan


Penggunaan waktu untuk aktivitas makan harian disajikan pada gambar 5,
aktivitas makan terbesar dilakukan pada pagi hari yaitu pukul 06.00-07.00. Hal ini
dikarenakan di alam bebas setelah bangun tidur lutung akan melakukan
pergerakan dan mencari makan sehingga pihak Kebun Binatang Surabaya
melebihkan porsi pakan pada sore hari. Dengan demikian untuk keesokan pagi
setelah lutung bangun tidur ia dapat melakukan aktivitas makan. Kemudian pada
sore hari pukul 15.00-17.00 merupakan aktivitas makan tertinggi, hal ini
dikarenakan pada sore hari pukul 15.00 adalah jadwal pemberian pakan di Kebun
Binatang Surabaya.

Gambar 6 Aktivitas istirahat lutung jawa


Aktivitas istirahat merupakan aktivitas diam dalam selang waktu tertentu
dan tidak melakukan aktivitas apapun (Iskandar 2007 dalam Zuansyah 2009).
Istirahat biasanya dilakukan karena beberapa alasan, yaitu untuk memberi
11

kesempatan terjadinya proses fisiologis mencerna pakan yang dikonsumsi. Pada


umumnya 2-3 kali dalam sehari dengan masa istirahat 1-2 jam. Pada pengamatan
aktivitas istirahat lutung jawa di Kebun Binatang Surabaya aktivitas istirahat
menempati urutan tertinggi dengan presentase 62,86% untuk lutung jantan dan
63,51% untuk lutung betina. Tingginya presentase aktivitas istirahat lutung jawa
di Kebun Binatang Surabaya dapat diakibatkan oleh pengaruh dari luasan kandang
yang terbatas. Hal ini sama dengan penelitian Prayogo (2006) di Taman Marga
Satwa Ragunan (ex-situ) yang juga menunjukkan bahwa aktivitas istirahat
merupakan presentase tertinggi yaitu sebesar 25,94%. Banyaknya waktu istiahat
yang dibutuhkan colobinae bertujuan untuk mengurangi energi guna kelancaran
pencernaan yang sedang dilakukan (Salter 1985).
Tingginya aktivitas istirahat lutung jawa di Kebun Binatang Surabaya dan
sedikitnya aktivitas lokomosi yang dilakukan mengindikasikan bahwa
ketidaksesuaian dengan aktivitas lutung di alam liar yang didominasi oleh
aktivitas lokomosi atau pergerakan. Supriyatna dan Wahyono (2000) menjelaskan
bahwa daerah jelajah lutung jawa berkisar antara 15-23 Ha, dan pergerakan harian
lutung jawa dapat mencapai 500-1.300 meter.
60

50 47.3 47.3 48.3


46.6 46.6
45.6
43 44
42 41.6 41.6
39 40
40 35 35 36.6
30 31.6 31 30 30
30 28.3
25 23.6

20

10

0
06.00 - 07.00 - 08.00 - 09.00 - 10.00 - 11.00 - 12.00 - 13.00 - 14.00 - 15.00 - 16.00 - 17.00 -
07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00

jantan betina

Gambar 7 Histogram rerata aktivitas istirahat


Penggunaan waktu untuk aktivitas istiahat dapat dilihat pada gambar yang
memperlihatkan bahwa lutung jantan maupun betina melakukan aktivitas istirahat
hampir disemua periode jam pengamatan. Pada pukul 08.00-10.00 menjadi salah
satu periode tertinggi aktivitas istirahat. hal ini dikarenakan pada periode tersebut
lutung telah melakukan aktivitas makan dan istirahat sangat dibutuhkan colobinae
yaitu primata pemakan daun yang memiliki alat pencernaan sepeti hewan
pemamah biak, yang terdiri dari empat bagian usus untuk mencerna dedaunan dan
zat kimia yang dikandungnya untuk mengurangi energi guna kelancaran
pencernaan yang sedang dilakukan Salter (1985)
12

Pada periode 14.00 lutung jawa melakuan aktivitas istirahat yaitu diam
tidak melakukan kegiatan apapun dan tidur. Besarnya penggunaan untuk aktivitas
tidur pada periode ini berhubungan erat dengan kondisi cuaca. Kondisi suhu di
Kebun Binatang Surabaya pada periode ini dalam keadaan tinnggi berkisar 32oC
sehingga aktivias istirahat adalah respon yang paling tepat untuk menjaga
keseimbangan panas dan air dalam tubuh lutung. Menurut Sukandar (2004) suhu
maksimum dihabitat alami lutung jawa berkisar 30oC.

Gambar 8 Aktivitas sosial lutung jawa


Hubungan sosial secara umum dapat dikategorikan menjadi dua yaitu
hubungan dengan spesies yang sama dan hubungan dengan spesies lain. Aktivitas
sosial yang diamati meliputi aktivitas bermain , grooming, dan kawin (Soertamo
1979 dalam Zuansyah 2013). Selama pengamatan aktivitas sosial yang diperoleh
adalah 7,63% untuk lutung jantan dan 9,36% untuk lutung betina. Pada
pengamatan aktivitas sosial hanya berupa grooming. Grooming dilakukan
terhadap diri sendiri ataupun dengan individu lain dan tidak ditemukan aktivitas
bermain serta kawin.

20
17.6 17.6
18
16
14
12
9.69.6
10
8 6.36.3 6.66.6
6 5 5
3.3 2.62.6 3.33.3
4 2 2
1.6
2 0 0 0 0 0 0
0
06.00 - 07.00 - 08.00 - 09.00 - 10.00 - 11.00 - 12.00 - 13.00 - 14.00 - 15.00 - 16.00 - 17.00 -
07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00

jantan betina

Gambar 9 Histogram rerata aktivitas sosial


13

Penggunaan waktu aktivitas sosial paling besar dilakukan pada periode


10.00-12.00 dan sebagian pada periode pagi hari 07.00-09.00. Pada periode
tersebut kedua lutung telah melakukan aktivitas makan. Sehingga lutung
melakukan aktivitas istirahat untuk mencerna makanannya. disela-sela aktivitas
istirahat lutung melakukan aktivitas grooming baik autogrooming ataupun
membersihkan individu lain. Pada periode pagi pukul 07.00-09.00 aktivitas
grooming dilakukan sambil berjemur dibawah sinar matahari karena pada pagi
hari suhu di Kebun Binatang Surabaya cukup dingin. Grooming banyak dilakukan
pada bagian kaki, tangan dan ekor. Aktivitas grooming mulai menurun bahkan
tidak melakukan aktivitas grooming pada periode sore hari, karena pada periode
tersebut lutung banyak melakukan aktivitas makan dan melakuan istirahat untuk
mempersiapkan dan mencari posisi tempat tidur.

5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Tingginya aktivitas istirahat lutung jawa di Kebun Binatang Surabaya


mengindikasikan ketidaksesuaian dengan aktivitas harian lutung jawa di alam liar
yang menunjukkan aktivitas pergerakan dan sosial yang lebih, namun tingginya
aktivitas istirahat tidak disertai dengan adanya tanda klinis penyakit.

5.2 Saran

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan disarankan agar Kebun Binatang


Surabaya memberikan pengayaan lingkungan berupa hammock dan disarankan
agar menambah jumlah individu lutung, karena lutung merupaan primata yang
hidup berkelompok sehingga lutung dapat melakukan aktivitas sosial.
14

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra HS. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas
Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor
Altman J. 1974. Observational Study of Behavior: Sampling Methods.
Behaviour 49: 227-267
Andriansyah, Muhammad. 2007. Kegiatan Wisata Alam dan Keberadaan Lutung
Jawa (Trachypithecus auratus Robinson dan Kloss 1919) sebagai Objek
Ekowisata di Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran, Ciamis, Jawa
Barat. [Skripsi]. Bandung (ID): Jurusan Biologi Fakultas Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Padjajaran
Ankle F, Simon. 2000. Primate Anatomy an Introduction 2nd Edition. New York
(US): Academic Press
Bernstein IS. 1968. The Lutong of Kuala Selangor. Behaviour. 32, 1-16
Brandon-Jones D. 1995. A revision of the Asian pied leaf-monkeys (Mammalia:
Ceropitheccidae: superspecies Semnopithecus auratus), with a description
of a new subspecies. Raffles Bulletin of Zoology. Vol. 43, 3-43
Cowlishaw G, Dunbar R. 2000. Primate Conservation Biology. Chicago (US):
The University of Chicago Press
Duma Y. 2007. Kajian habitat, tingkah laku, dan populasi kalawet (Hylobates
agilis albibarbis) di Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah. Tesis.
Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Djuwantoko. 1994. Habitat and conservation of ebony leaf monkey in deciduous
forests (teak), in central Java. (abstract) 15th Congress of the International
Primatological Society
Furuya Y. 1961-2. The social life of silvered leaf monkeys, Primates. Vol 3(2),
41-60
Groves CP. 2001. Primate Taxonomy. Washington (US): Smithsonian Institute
Press
Irwanto. 2006. Perencanaan Perbaikan Habitat Satwa Liar Burung Pasca Bencana
Alam Gunung Meletus. [Internet]. [diunduh 2017 Sept 29]. Tersedia pada:
www.google.com
Iskandar, Entang. 2007. Habitat dan Populasi Owa Jawa (Hylobates moloch) di
Taman Nasional Gunung Halimun-Salak Jawa Barat. [Disertasi]. Bogor
(ID): Program Primatologi Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor
Kool KM. 1993. The diet and feeding behavior of the silver leaf monkey
(Trachypithecus auratus sondaicus) in Indonesia. International Journal of
Primatology. 14(5):667-700
Latifah, Anita. 2002. Studi Populasi dan Distribusi Lutung Jawa Resort Cibodas,
Pangrango, Jawa Barat. [Skripsi]. Bandung (ID): Jurusan Biologi Fakultas
Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Padjajaran
Megantara E, Dirgayusa. 1994. Social Behaviour of Lutung (Trachypithecus
auratus sondaicus) in Pangandaran Nature Reseerve. XVth Congress of
the International Primatological Society. Bali (ID). Abstrak
Nijman V. 2000. Geographic distribution of ebony leaf monkey
Trachypithecus auratus (E. Geoffroy Saint-Hilaire, 1812) (Mamalia :
Primates : Cercopithecidae). Contributions to Zoology 69 (3):157-177
15

Nugraha, Ramdan. 2011. Aktivitas Harian Lutung Jawa (Trachypithecus auratus)


di Kebun Binatang Taman sari Bandung. [Skripsi]. Bandung (ID): Jurusan
Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Bandung
Nurwulan N. 2002. Pola Pemberian Pakan Lutung Perak Kalimantan
(Trachypithecus villosus) di Taman Margasatwa Ragunan. [Laporan
Magang]. Bogor (ID): Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak.Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor Bogor
Prayogo H. 2006. Kajian tigkah laku dan analisis pakan lutung perak
(Trachypithecus cristatus) di Pusat Primata Schmutzer Taman Marga
Satwa Ragunan. [Tesis]. Bogor (ID): Program Studi Primatologi. Institut
Pertanian Bogor
Rowe N. 1996. The Pictorial Guide to the Living Primates. East Hampton, New
York (US): Pogonias Press
Salter. 1985. Habitat use, Ranging Behaviour and Food Habits of Proboscis
Monkey Nasalis lavartus (van wurmb) in Serawak: Primates 26(4);436-
451
Supriatna J, Hendras E. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Jakarta
(ID): Yayasan Obor Indonesia
Suwelo IS. 1982. Pola Pengelolaan Lutung (P. cristata) di Habitat Alamiahnya di
Pulau Lombok NTB. Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam.
Bogor
Zuansyah A. 2013. Studi Lokomotor dan Postur Owa Jawa (Hylbates moloch
Audebert, 1978 ) di Taman Nasional Halimun Salak. [Skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kehutanan
16

LAMPIRAN
17

Lampiran 1 Jurnal Harian Praktik Kerja Lapangan


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PROGRAM DIPLOMA
Kampus IPB Cilibende Jl.Kumbang No 14 Bogor 16151
Telp. (0251) 8329101, 8329051, Fax (0251) 8329101

JURNAL HARIAN PKL


PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER
Nama Mahasiswa : Ahmad Najihal Amal
NIM :J3P115006
Nama Perusahaan/Instansi :Kebun Binatang Surabaya
Alamat :Jalan Setail No.1 Surabaya, Jawa Timur

Hari Tanggal Waktu Kegiatan

Selasa 18 juli 2017 08.00-09.30 Membersihkan kandang


primata
10.00-11.30 Memberi makan (pisang) pada
primata
12.00-13.00 Istirahat
13.30-15.00 Memberi makan (sayur&buah)
pada primata
Rabu 19 juli 2017 08.00-09.30 Sanitasi kandang primata
10.00-11.30 Memberi makan bekantan &
siamang dan rusa bawean
12.00-13.00 Istirahat
13.00-15.00 Memberi pakan (sayur&buah)
pada primate
Kamis 20 Juli 2017 08.00-10.00 Santasi kandang dan
pemberian akan ada kasuari,
merak, dan pelikan
10.00-11.30 Sanitasi dan pemberian pakan
pada burung elang dan
rangkong
12.00-13.00 Istirahat
13.00-16.00 Observasi
Jumat 21 Juli 2017 08.00-10.30 Sanitasi kandang burung dan
pemberian pakan
11.30-13.00 Istirahat
13.00-14.00 Observasi
Sabtu 22 Juli 2017 08.00-10.00 Peracikan pakan
10.00-12.00 Pengiriman pakan
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.00 Peracikan pakan
14.00-16.00 Pengiriman pakan
18

Hari Tanggal Waktu Kegiatan


Minggu 23 Juli 2017 08.00-10.00 Peracikan pakan
10.00-12.00 Pengiriman pakan
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.00 Peracikan pakan
14.00-16.00 Pengiriman pakan
Senin 24 Juli 2017 07.00-08.00 Apel karyawan
08.00-11.00 Sanitasi andang dan pemberian
pakan ada rusa
12.00-13.00 Istirahat
13.00-15.30 Kerja bhakti
15.30-16.00 Memperbaiki kandang rusa
Selasa 25 Juli 2017 08.00-10.00 Sanitasi kandang primate
10.00-11.00 Memberi pakan pisang pada
primate
12.00-13.00 Istirahat
14.00-16.00 Memberi pakan (buah&sayur)
pada primata
Rabu 26 Juli 2017 08.00-10.30 Sanitasi kandang primate
10.00-11.30 Memberi pakan (pisang) pada
primate
12.00-13.00 Istirahat
14.00-16.00 Memberi pakan (buah&sayur)
pada primata
Kamis 27 Juli 2017 08.00-10.00 Meracik obat dan
mendistribusikan obat ke
keeper satwa yang sedang
sakit
10.00-11.00 Menghitung dan menimbang
telur komodo
12.00-1300 Istirahat
14.00-16.00 Mempelajari obat-obatan di
arantina hewan
Jumat 28 Juli 2017 08.00-10.00 Meracik dan mendistribusikan
obat
10.00-11.30 Pemeriksaan feses
11.30-13.00 Istirahat
Sabtu 29 Juli 2017 08.00-10.00 Sanitasi kandang primate
10.00-11.00 Memberi pakan (pisang) pada
primate
12.00-13.00 Istirahat
14.00-16.00 Memberi pakan (buah&sayur)
pada primata
Minggu 30 Juli 2017 08.00-10.00 Sanitasi kandang primate
10.00-11.00 Memberi pakan (pisang) pada
primate
12.00-13.00 Istirahat
14.00-16.00 Memberi pakan (buah&sayur)
19

Hari Tanggal Waktu Kegiatan


Senin 31 Juli 2017 07.15-08.00 Apel karyawan
08.00-10.00 Sanitasi kandang primate
10.00-11.00 Peberian pakan (pisang) pada
primate
12.00-13.00 Istirahat
14.00-16.00 Pemberian pakan (buah dan
sayur) pada primate
Selasa 1 Agustus 2017 08.00-10.00 Sanitasi kandang primate
10.00-11.00 Pemberian pakan (pisang)
pada primate
12.00-13.00 Istirahat
13.00-16.00 Supervise dosen
Rabu 2 Agustus 2017 08.00-10.00 Sanitasi kandang primate
10.00-11.00 Pemberian pakan (pisang)
pada primate
12.00-13.00 Istirahat
14.00-16.00 Pemberian pakan (buah dan
sayur) pada primate
Kamis 3 Agustus 2017 08.00-10.00 Sanitasi kandang primate
10.00-11.00 Pemberian pakan (pisang)
pada primate
12.00-13.00 Istirahat
14.00-16.00 Pemberian pakan (buah dan
sayur) pada primate
Jumat 4 Agustus 2017 08.00-10.00 Sanitasi kandang primate
10.00-11.00 Pemberian pakan (pisang)
pada primate
11.30-13.00 Istirahat
14.00-16.00 Pemberian pakan (buah dan
sayur) pada primate
Sabtu 5 Agustus 2017 08.00-10.00 Sanitasi kandang primate
10.00-11.00 Pemberian pakan (pisang)
pada primate
12.00-13.00 Istirahat
14.00-16.00 Pemberian pakan (buah dan
sayur) pada primate
Minggu 6 Agustus 2017 08.00-10.00 Sanitasi kandang primate
10.00-11.00 Pemberian pakan (pisang)
pada primate
12.00-13.00 Istirahat
14.00-16.00 Pemberian pakan (buah dan
sayur) pada primate
Senin 7 Agustus 2017 07.15-08.00 Apel karyawan
08.00-10.00 Sanitasi kandang primate
10.00-11.00 Pemberian pakan (pisang)
pada primate
12.00-13.00 Istirahat
20

Hari Tanggal Waktu Kegiatan


Senin 7 Agustus 2017 14.00-16.00 Pemberian pakan (buah dan
sayur) pada primate
Selasa 8 Agustus 2017 06.00-18.00 Pengamatan aktivitas harian
lutung jawa
Rabu 9 Agustus 2017 06.00-18.00 Pengamatan aktivitas harian
lutung jawa
Kamis 10 Agustus 2017 06.00-18.00 Pengamatan aktivitas harian
lutung jawa
Jumat 11 Agustus 2017 08.00-10.00 Sanitasi kandang primate
10.00-11.00 Pemberian pakang(pisang)
pada primate
11.30-13.00 Istirahat
14.00-16.00 Pemberian pakan (buah dan
sayur) pada primate
Sabtu 12 Agustus 2017 08.00-10.00 Sanitasi kandang primate
10.00-11.00 Pemberian pakan (pisang)
pada primate
12.00-13.00 Istirahat
14.00-16.00 Pemberian pakan (buah dan
sayur) pada primate
Minggu 13 Agustus 2017 08.00-10.00 Sanitasi kandang primate
10.00-11.00 Pemberian pakan (pisang)
pada primate
12.00-13.00 Istirahat
14.00-16.00 Pemberian pakan (buah dan
sayur) pada primate
Senin 14 Agustus 2017 07.15-08.00 Apel karyawan
08.00-10.00 Sanitasi kandang primate
10.00-11.00 Peberian pakan (pisang) pada
primate
12.00-13.00 Istirahat
14.00-16.00 Pemberian pakan (buah dan
sayur) pada primate
21

Lampiran 2 Laporan Periodik Praktek Kerja Lapangan


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PROGRAM DIPLOMA
Kampus IPB Cilibende Jl.Kumbang No 14 Bogor 16151
Telp. (0251) 8329101, 8329051, Fax (0251) 8329101

LAPORAN PERIODIK PKL


PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER
Periode Laporan : 18 Juli – 14 Agustus 2017
Nama : Ahmad Najihal Amal
NIM : J3P115006
Program Keahlian : Paramedik Veteriner
Nama Perusahaan/Instansi : Kebun Binatang Surabaya
Alamat : Jalan Setail No.1 Surabaya, Jawa Timur

Masalah /
Tanggal informasi yang diperoleh
Kendala
18 Juli – 24  Observasi lapangan
Juli 2017  Mengetahui tata cara sanitasi kandang
-
hewan mamalia, primate da naves
 Mengetahui cara peracikan pakan
26 Juli - 1  Mengetahui tata cara peracikan obat
Agustus 2017  Mengetahui tata cara pemeriksaan feses -

2 – 8 Agustus  Mengetahui tata cara saanitasi kandang


2017 primata
-
 Mengetahui tata cara pemberian pakan
pada primata
9 – 14 Agustus  Pengamatan aktivitas harian lutung
2017 jawa (Trachypitecus auratus) selama 3 hari &
-
sanitasi kandang dan peracikan pemberian
pakan pada primata
22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sragen, Jawa Tengah pada tanggal


16 Juli 1996. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara
pasangan Bapak Nur Salim dan Ibu Sri Amanah.
Penulis mengawali pendidikan sekolah dasar di SD
Negeri Masaran 5 Kabupaten Sragen, pada tahun 2003-2009.
Pendidikan lanjutan tingkat pertama dimulai pada tahun 2009-
2012 Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Imam
Syuhada di Sukoharjo. Kemudian pada tahun 2012 penulis
melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 3 Sragen dan lulus pada tahun 2015.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2015 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Program Keahlian
Paramedik Veteriner, Program Diploma.

Anda mungkin juga menyukai