Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

FLEBOTOMI DAN TEKNIK SAMPLING

Pengambilan Darah Vena Spuit 5 ml

Nama : NOVITASARI

Nim : 16 3145 353 107

Dosen Pembimbing : Nirmawati Angria,S.Si.,M.Kes

Kelas C

D IV Analis Kesehatan

STIKes Mega Rezky Makassar

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Praktek pengeluaran darah (bloodletting) sudah sejak lama dikenal
manusia dan menjadi bagian dari pengobatan pasien. Teknik pengeluaran
darah yang pertama(tahun 100 SM) dilakukan oleh dokter-dokter dari
Syria dengan menggunakan lintah. Sebelum dikenal Hippocrates dengan
sebutanBapak Ilmu Kedokteran(abad 5 SM), seni pengambilan darah
banyak mengalami perubahan demikian pula berbagai alat untuk
keperluan pengambilan dan penampunngan bahan darah. Lanset untuk
pengambilan darah digunakan pertama kali sebelum abad ke 5 SM dengan
tetap mengacu kepada lintah sebagai bentuk dasar. Dengan lanset ini
seorang dokter (practitioner) melubangi vena, kadang-kadang sampai
beberapa lubang. Menjelang akhir abad 19 barulah teknologi mengambil
alih memproduksi lintah artificial. Kini telah dikenal beragam alat
pengambilan darah dan mudah diperoleh di pasaran.
Kebanyakan pengambilan specimen darah pasien saat ini masih
dilaksanakan oleh teknisi/analis laboratorium baik diruang laboratorium
maupun diruang perawatan; padahal jabatan dan kandungan tugas seorang
teknisi atau analis laboratorium tidak sejalan dengan tannggung jawab dan
kegiatan/aktivitas seorang pengambil specimen darah(dalam hal ini
seorang flebotomis). Obyek yang dihadapi oleh teknisi/analis laboratorium
adalah peralatan pemeriksaan sedang obyek yang dihadapi oleh flebotomis
adal pasien(atau orang sehat) yang dilekati oleh banyak hal:
sifat,perilaku,masalah intern/pribadi dan lain-lain. Hal-hal ini sedikit
banyaknya bias menjadi penghalang dalam kelancaran proses pengambilan
specimen darah dan hal-hal ini pula yang harus bias dihadapi dan diatasi
seorang flebotomis.
System pelayanan kesehatan yang berkembang akhir-akhir ini
untuk tujuan kesejahteraan pasien mengacu kepada pelayanan kesehatan
oleh tim(team oriented). Dengan sendirinya, pelayanan laboratorium akan
selalu menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan menyeluruh dan
seorang flebotomis menjadi orang yang sangat penting(crucial) karena
menempati posisi awal dalam rangkaian. proses pemeriksaan tes
laboratorium. Posisi awal ini berada dalam penngawasan program
pemantapan mutu(fase pra-analitik) hasil laboratorium sehingga salah
benarnya flebotomis melaksanakan tugasnya akan mempengaruhi mutu
hasil tes. Hasil pemeriksaan laboratorium yang benar dan akurat
merupakan andil/modal dari tim laboratorium (mencakupi juga
flebotomis) dalam menunjanng diagnosis dan pemantauan penyakit. Oleh
sebab itu, peran dan tanggung jawab seorang flebotomis dalam
melaksanakan tugasnya harus senantiasa disadari.
Praktek pengeluaran darah (bloodletting) sudah sejak lama dikenal
manusia dan menjadi bagian dari pengobatan pasien. Teknik pengeluaran
darah yang pertama(tahun 100 SM) dilakukan oleh dokter-dokter dari
Syria dengan menggunakan lintah. Sebelum dikenal Hippocrates dengan
sebutanBapak Ilmu Kedokteran(abad 5 SM), seni pengambilan darah
banyak mengalami perubahan demikian pula berbagai alat untuk
keperluan pengambilan dan penampunngan bahan darah. Lanset untuk
pengambilan darah digunakan pertama kali sebelum abad ke 5 SM dengan
tetap mengacu kepada lintah sebagai bentuk dasar. Dengan lanset ini
seorang dokter (practitioner) melubangi vena, kadang-kadang sampai
beberapa lubang. Menjelang akhir abad 19 barulah teknologi mengambil
alih memproduksi lintah artificial. Kini telah dikenal beragam alat
pengambilan darah dan mudah diperoleh di pasaran.
Kebanyakan pengambilan specimen darah pasien saat ini masih
dilaksanakan oleh teknisi/analis laboratorium baik diruang laboratorium
maupun diruang perawatan; padahal jabatan dan kandungan tugas seorang
teknisi atau analis laboratorium tidak sejalan dengan tannggung jawab dan
kegiatan/aktivitas seorang pengambil specimen darah(dalam hal ini
seorang flebotomis). Obyek yang dihadapi oleh teknisi/analis laboratorium
adalah peralatan pemeriksaan sedang obyek yang dihadapi oleh flebotomis
adal pasien(atau orang sehat) yang dilekati oleh banyak hal:
sifat,perilaku,masalah intern/pribadi dan lain-lain. Hal-hal ini sedikit
banyaknya bias menjadi penghalang dalam kelancaran proses pengambilan
specimen darah dan hal-hal ini pula yang harus bias dihadapi dan diatasi
seorang flebotomis.
System pelayanan kesehatan yang berkembang akhir-akhir ini
untuk tujuan kesejahteraan pasien mengacu kepada pelayanan kesehatan
oleh tim(team oriented). Dengan sendirinya, pelayanan laboratorium akan
selalu menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan menyeluruh dan
seorang flebotomis menjadi orang yang sangat penting(crucial) karena
menempati posisi awal dalam rangkaian. proses pemeriksaan tes
laboratorium. Posisi awal ini berada dalam penngawasan program
pemantapan mutu(fase pra-analitik) hasil laboratorium sehingga salah
benarnya flebotomis melaksanakan tugasnya akan mempengaruhi mutu
hasil tes. Hasil pemeriksaan laboratorium yang benar dan akurat
merupakan andil/modal dari tim laboratorium (mencakupi juga
flebotomis) dalam menunjanng diagnosis dan pemantauan penyakit. Oleh
sebab itu, peran dan tanggung jawab seorang flebotomis dalam
melaksanakan tugasnya harus senantiasa disadari.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui perbedaan spuit 3 ml dan 5 ml.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Phlebotomi adalah proses pengambilan darah dengan teknik yang benar
sehingga komponen analitnya bisa dipertahankan. Tujuan phlebotomi ini
untuk mendapatkan sampel darah dengan meminimalisir kesalahan sehingga
tidak mengganggu hasil pemeriksaan laboratorium. Phlebotomis adalah istilah
tenaga kesehatan yang terlatih serta tersertifikasi untuk melakukan
pengambilan sampel darah baik itu dari vena, arteri, maupun kapiler.
Tugas utama seorang phlebotomis adalah untuk mendapatkan spesimen
darah untuk tes diagnostik, baik dengan penusukan vena, penusukan kulit,
atau penusukan arteri. Tiap langkah dalam proses phlebotomi berpengaruh
pada kualitas spesimen dan sangat berperan dalam mencegah terjadinya
kesalahan hasil laboratorium, kecelakaan pada pasien dan bahkan kematian.
Contohnya, sentuhan jari saat memastikan letak vena sebelum menusukkan
jarum akan meningkatkan kemungkinan spesimen untuk terkontaminasi. Ini
dapat menyebabkan kesalahan pada hasil kultur darah, yang kemudian akan
memperpanjang perawatan di rumah sakit, memperlambat diagnosa dan
menyebabkan penggunaan antibiotik yang tidak diperlukan. Perlakuan dan
guncangan pada pengiriman tabung sampel darah dapat menyebabkan lisis
atau bahkan tabung terbuka dan merusak sel darah merah, menyebabkan hasil
pemeriksaan laboratorium yang tidak valid. Kesalahan administrasi dalam
melengkapi formulir dan mengidentifikasi pasien sangat merugikan dan
seharusnya dapat dicegah. Efek lain yang merugikan bagi pasien antara lain ;
memar pada lokasi penusukan, pingsan, kerusakan jaringan atau urat syaraf,
dan hematoma. Uraian petunjuk ini sederhana tetapi memuat beberapa
langkah penting dalam pengambilan darah yang aman untuk pasien.
Pengambilan darah yang baik, harus disertai dengan adanya informed
consent. Informed concent adalah persetujuan pasien atau keluarganya secara
sadar untuk mengijinkan, diperiksa, dilakukan tindakan medis atau diobati
oleh tenaga kesehatan. Dalam hal ini pasien dapat mengetahui tindakan apa
saja yang akan dilakukan terhadap dirinya. Melakukan suatu tindakan medis
tanpa disertai inform consent dapat dikategorikan sebagai ancaman kesehatan.
Phlebotomi merupakan suatu prosedur yang rutin dilakukan tetapi tetap
mengandung unsur yang dapat membawa kita ke dalam gugatan hukum. Tidak
ada satupun tenaga medis pada umumnya dan phlebotomis pada khususnya
yang ingin bermasalah terhadap hukum.
a. Darah Vena
Pengambilan darah vena adalah cara pengambilan darah dengan
menusuk area pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit.
Pengambilan darah vena yaitu suatu pengambilan darah vena yang diambil
dari vena dalam fossa cubiti, vena saphena magna / vena supervisiallain
yang cukup besar untuk mendapatkan sampel darah yang baik dan
representatif dengan menggunakan spuit atau vacutainer.
1. Metode Spuit
Metode ini sering digunakan pada pasien usia lanjut, pasien
terbakar, pasien obesitas atau pasien dengan pembuluh darah tidak
dapat diandalkan atau rapuh. Karena jarum suntik yang dioperasikan
secara manual, jumlah pengambilannya dapat diterapkan dengan
mudah dan terkontrol. Hal ini sangat membantu pengambilan sampel
darah pasien yang memiliki pembuluh darah kecil.
Kontraindikasi Venipuncture
1. Darah banyak mengalir kebawah kulit sehingga sulit diambil.
2. Tidak sejajar dengan jantung sehingga tekanan darah lebih besar.
3. Bekas luka yg belum sembuh
4. Dermatitis
5. Tromboplebitis
6. Cyanosis:kekurangan Oksigen.
7. Tensi lebih dari normal => relatis
8. Pada daerah vena yg hematoma.
9. Luka bakar
10. Oedema
11. Vena rusak
Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah
phlebotomy yang berarti proses mengeluarkan darah. Dalam praktek
laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah, yaitu : melalui
tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri
atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena
itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture.
B. PERALATAN FLEBOTOMI
1. Spuit
Spuit adalah alat yang digunakan untuk pengambilan darah atau
pemberian injeksi intravena dengan volume tertentu. Spuit mempunyai
skala yang dapat digunakan untuk mengukur jumlah darah yang akan
diambil, volume spuit bervariasi dari 1ml, 3ml, 5ml bahkan ada yang
sampai 50ml yang biasanya digunakan untuk pemberian cairan sonde atau
syring pump.
2. Tourniquet

Tourniquet merupakan bahan mekanis yang fleksibel, biasanya


terbuat dari karet sintetis yang bisa merenggang. Digunakan sebagai
pembendung pembuluh darah pada organ yang akan dilakukan penusukan
plebotomy. Adapun tujuan pembendungan ini adalah untuk fiksasi,
pengukuhan vena yang akan diambil. Dan juga untuk menambah tekanan
vena yang akan diambil, sehingga akan mempermudah proses penyedotan
darah kedalam spuit.
3. Kapas Alkohol
Kapas alcohol merupakan bahan dari wool atau kapas yang mudah
menyerap dan dibasahi dengan antiseptic berupa etil alkohol. Tujuan
penggunaan kapas alkohol adalah untuk menghilangkan kotoran yang
dapat mengganggu pengamatan letak vena sekaligus mensterilkan area
penusukan agar resiko infeksi bisa ditekan.
4. Plester

Plester digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas


plebotomi, sehingga membantu proses penyembuhan luka dan mencegah
adanya infeksi akibat perlukaan atau trauma akibat penusukan.
C. KOMUNIKASI (INFORMED CONSENT)
Langkah-langkah Informed Consent yang dilakukan saat phlebotomy adalah:
1. Memanggil nama pasien dengan jelas dan benar sesuai dengan yang
tercantum dalam formulir permintaan pemeriksaan laboratorium.

2. Harus memasang wajah ramah saat menyambut pasien, dan


mempersilahkan pasien duduk di kursi yang telah disediakan.

3. Meminta kerjasama pasien untuk mencocokkan data yang tercantum


dalam formulir permintaan pemeriksaan dengan mengajukan pertanyaan,
namun tidak diperbolehkan untuk mengajukan pertanyaan dengan
kemungkinan jawaban ya atau tidak.

4. Menanyakan persiapan pasien berdasarkan pemeriksaan yang diminta.

5. Menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan phlebotomy yang akan


dilakukan, dengan bahasa yang sopan dan mudah dimengerti.

6. Menunjukkan peralatan phlebotomy yang akan digunakan, kepada pasien


dan menjelaskan kegunaannya.
7. Memohon ijin untuk melihat vena pasien dengan sopan.

8. Memohon ijin untuk melakukan tindakan phlebotomy.

9. Setelah sampel berhasil diambil, tutup lokasi pengambilan dengan plester


sambal menanyakan keadaan pasien, serta meminta maaf apabila tindakan
phlebotomy yang telah dilakukan menimbulkan rasa sakit.

10. Menunjukkan kepada pasien sampel yang berhasil diambil, serta


kecocokan identitas yang tertera pada tabung sampel (etiket).

11. Mengucapkan terima kasih kepada pasien karena telah bekerja sama, lalu
memberikan informasi yang tepat tentang pengambilan hasil laboratorium,
mengenai bagaimana cara pengambilan, berapa lama harus menunggu dan
di mana pasien dapat menunggu hasil.

BAB III

METODOLOGI

A. WAKTU PRAKTIKUM
Senin,03 April 2016 pukul 8.00-11.00 di Labolatorium Mikrobiologi
STIKes Mega Rezky Makassar.
B. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
1) Turniquet
b. Bahan
1) Kapas kering
2) Kapas alcohol
3) Spuit 5 ml
C. PRINSIP KERJA
Prinsip praktikum pengambilan sampling darah pada mata kuliah
phlebotomy adalah melakukan pengambilan sampling sesuai dengan SOP
standar yang disertai dengan inform concern yang tepat kepada pasien,
berdasarkan etika profesi analis kesehatan.
D. PROSEDUR KERJA
1) Disiapkan alat dan bahan.
2) Dipoosisikan lengan pasien harus lurus,jangan membengkok, pilih lengan
yang banyak melakukan aktifitas, letakan tangan diatas meja.
3) Dilakukan perabaan (palpasi) pada lokasi vena yang akan ditusuk,pasien
diminta untuk mengepalkan tangan.
4) Dilokasi vena yang akan ditusuk didesinfeksi dengan kapas alcohol 70 %
dengan sekali usap.
5) Dipaasang tourniquet lebih kurang 3 jari diatas liat siku .
6) Ditusuk bagian vena tadi dengan lubang jarum menghadap keatas dengan
kemiringan antara jarum dan kulit 15 derajat.
7) Dilepaskan tourniquet telah setelah darah telah dianggap cukup dan pasien
diminta membuka kepalan tangannya.
8) Dilepaskan atau tarik jarum dan segera letakan kapas kering diatas bekas
suntikan untuk menekan bagian tersebut dan ditutup dengan plester atau
hepavyx.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Alat dan bahan Pencarian Vena Pemasangan Turniquet


Proses pengambilan darah vena dengan spuit 5 ml

Hasil Pengambilan darah vena spuit 5 ml

B. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kita akan melakukan teknik pengambilan darah
vena menggunakan sput 5 ml. Pengambilan darah vena spuit 5 ml pada pasien
berhasil dilakukan. Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik
(syiring) merupakan cara yang lazim dilakukan di berbagai laboratorium
klinik dan tempat pelayanan kesehatan, maka prosedur pengambilan darah
vena harus dilakukan dengan baik dan benar, serta dapat memberikan rasa
yang aman atau tidak menimbulkan kerugian (dampak negatif) bagi pasien
dan diri sendiri.
Pengambilan darah vena (venipuncture), umumnya diambil dari vena
median cubital yang terletak pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku).
Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada
pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan (seperti terdapat luka pada
daerah tersebut) maka, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan
berikutnya. Pada bayi biasanya sampling darah vena menggunakan vena
jugularis superficialis atau sinus sagittalisuperior. Pengambilan darah pada
vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan
dengan arteri brachialis dan syaraf median.
Pada praktikum ini hal pertama yang harus dilakukan adalah
menyiapkan alat dan bahan.Selanjutnya mengeratkan spuit dan menarinya-
narik agar saat digunakan tidak keras.Lalu Menentukan vena
pasien,setelah mendapat vena didesinfektan dengan kapas alcohol 70%
ditunggu sampai kering,kemudian memasang tourniquet.Kemudian
ditusuk dengan jarum mengarah keatas dan arahnya 45 derajat.Tanda
bahwa jarum menusuk pas di vena adalah terdapat darah di ujung
spuit.Setelah vena di dapatkan tourniquet dilepas dan spuit ditarik dan
tangan yang satunya memegang badan spuit agar tidak goyang.Setelah
darah sudah cukup spuit dilepas,dan bekas pengambilan darah vena pada
pasien ditutup dengan kapas kering.Spuit yang sudah digunakan ditutup
kembali dan dibuang ketempat sampah yang sudah disediakan.
Berbeda dengan spuit 3 ml,spuit 5 ml lebih keras dan jarumya
berukuran 23 joule serta rasanya lebih perih.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah
vena adalah :
1. Pemasangan torniquet (pembendung vena)
a. Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan
hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel),
peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid
total).
b. Melepas torniquet sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan
hematoma.
2. Penusukan
a. Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan
jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu,
penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.
b. Tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena
menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma.
c. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis
sampel akibat kontaminasi oleh alkohol, rasa terbakar dan rasa nyeri
yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perbedaaan spuit 3 ml dan 5 ml yaitu:
1. Jumlah darah yang diambil
2. Spuit 5 ml lebih keras saat ditarik.
3. Ukuran jarum
B. SARAN
1. Menggunakan APD.
2. Membersihkan darah apabila yang terpercik.
3. Membuang spuit dan lanset di tempat sampah
DAFTAR PUSTAKA

http://weareanalyst.blogspot.co.id/2013/06/pengambilan-darah-kapiler.html

https://princessaira0320.wordpress.com/2015/03/04/laporan-praktikum-
phlebotomy-by-herlambang-fitria-w/

http://viviecomell.blogspot.co.id/2013/06/makalah-venipuncture_6877.html

http://sectoranalyst.blogspot.co.id/2013/02/laporan-pengambilan-darah-vena.html

Anda mungkin juga menyukai