Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

Pengambilan Darah Kapiler dan Vena

Nama : RISKI UGRAINI

Nim : P00341016035

Kelompok :

Dosen Pembimbing : BINTANG. A. MK


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Praktek pengeluaran darah (bloodletting) sudah sejak lama dikenal
manusia dan menjadi bagian dari pengobatan pasien. Teknik pengeluaran
darah yang pertama(tahun 100 SM) dilakukan oleh dokter-dokter dari
Syria dengan menggunakan lintah. Sebelum dikenal Hippocrates dengan
sebutanBapak Ilmu Kedokteran(abad 5 SM), seni pengambilan darah
banyak mengalami perubahan demikian pula berbagai alat untuk keperluan
pengambilan dan penampunngan bahan darah. Lanset untuk pengambilan
darah digunakan pertama kali sebelum abad ke 5 SM dengan tetap
mengacu kepada lintah sebagai bentuk dasar. Dengan lanset ini seorang
dokter (practitioner) melubangi vena, kadang-kadang sampai beberapa
lubang. Menjelang akhir abad 19 barulah teknologi mengambil alih
memproduksi lintah artificial. Kini telah dikenal beragam alat
pengambilan darah dan mudah diperoleh di pasaran.
Kebanyakan pengambilan specimen darah pasien saat ini masih
dilaksanakan oleh teknisi/analis laboratorium baik diruang laboratorium
maupun diruang perawatan; padahal jabatan dan kandungan tugas seorang
teknisi atau analis laboratorium tidak sejalan dengan tannggung jawab dan
kegiatan/aktivitas seorang pengambil specimen darah(dalam hal ini
seorang flebotomis). Obyek yang dihadapi oleh teknisi/analis laboratorium
adalah peralatan pemeriksaan sedang obyek yang dihadapi oleh flebotomis
adal pasien(atau orang sehat) yang dilekati oleh banyak hal:
sifat,perilaku,masalah intern/pribadi dan lain-lain. Hal-hal ini sedikit
banyaknya bias menjadi penghalang dalam kelancaran proses pengambilan
specimen darah dan hal-hal ini pula yang harus bias dihadapi dan diatasi
seorang flebotomis.
System pelayanan kesehatan yang berkembang akhir-akhir ini
untuk tujuan kesejahteraan pasien mengacu kepada pelayanan kesehatan
oleh tim(team oriented). Dengan sendirinya, pelayanan laboratorium akan
selalu menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan menyeluruh dan
seorang flebotomis menjadi orang yang sangat penting(crucial) karena
menempati posisi awal dalam rangkaian. proses pemeriksaan tes
laboratorium. Posisi awal ini berada dalam penngawasan program
pemantapan mutu(fase pra-analitik) hasil laboratorium sehingga salah
benarnya flebotomis melaksanakan tugasnya akan mempengaruhi mutu
hasil tes. Hasil pemeriksaan laboratorium yang benar dan akurat
merupakan andil/modal dari tim laboratorium (mencakupi juga
flebotomis) dalam menunjanng diagnosis dan pemantauan penyakit. Oleh
sebab itu, peran dan tanggung jawab seorang flebotomis dalam
melaksanakan tugasnya harus senantiasa disadari.
Praktek pengeluaran darah (bloodletting) sudah sejak lama dikenal
manusia dan menjadi bagian dari pengobatan pasien. Teknik pengeluaran
darah yang pertama(tahun 100 SM) dilakukan oleh dokter-dokter dari
Syria dengan menggunakan lintah. Sebelum dikenal Hippocrates dengan
sebutanBapak Ilmu Kedokteran(abad 5 SM), seni pengambilan darah
banyak mengalami perubahan demikian pula berbagai alat untuk keperluan
pengambilan dan penampunngan bahan darah. Lanset untuk pengambilan
darah digunakan pertama kali sebelum abad ke 5 SM dengan tetap
mengacu kepada lintah sebagai bentuk dasar. Dengan lanset ini seorang
dokter (practitioner) melubangi vena, kadang-kadang sampai beberapa
lubang. Menjelang akhir abad 19 barulah teknologi mengambil alih
memproduksi lintah artificial. Kini telah dikenal beragam alat
pengambilan darah dan mudah diperoleh di pasaran.
Kebanyakan pengambilan specimen darah pasien saat ini masih
dilaksanakan oleh teknisi/analis laboratorium baik diruang laboratorium
maupun diruang perawatan; padahal jabatan dan kandungan tugas seorang
teknisi atau analis laboratorium tidak sejalan dengan tannggung jawab dan
kegiatan/aktivitas seorang pengambil specimen darah(dalam hal ini
seorang flebotomis). Obyek yang dihadapi oleh teknisi/analis laboratorium
adalah peralatan pemeriksaan sedang obyek yang dihadapi oleh flebotomis
adal pasien(atau orang sehat) yang dilekati oleh banyak hal:
sifat,perilaku,masalah intern/pribadi dan lain-lain. Hal-hal ini sedikit
banyaknya bias menjadi penghalang dalam kelancaran proses pengambilan
specimen darah dan hal-hal ini pula yang harus bias dihadapi dan diatasi
seorang flebotomis.
System pelayanan kesehatan yang berkembang akhir-akhir ini
untuk tujuan kesejahteraan pasien mengacu kepada pelayanan kesehatan
oleh tim(team oriented). Dengan sendirinya, pelayanan laboratorium akan
selalu menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan menyeluruh dan
seorang flebotomis menjadi orang yang sangat penting(crucial) karena
menempati posisi awal dalam rangkaian. proses pemeriksaan tes
laboratorium. Posisi awal ini berada dalam penngawasan program
pemantapan mutu(fase pra-analitik) hasil laboratorium sehingga salah
benarnya flebotomis melaksanakan tugasnya akan mempengaruhi mutu
hasil tes. Hasil pemeriksaan laboratorium yang benar dan akurat
merupakan andil/modal dari tim laboratorium (mencakupi juga
flebotomis) dalam menunjanng diagnosis dan pemantauan penyakit. Oleh
sebab itu, peran dan tanggung jawab seorang flebotomis dalam
melaksanakan tugasnya harus senantiasa disadari.
B. TUJUAN
1. Untuk mengenal semua jenis peralatan sampling.
2. Untuk memahami SOP serta inform concern yang harus dilakukan
dalam pengambilan sampling.
3. Untuk melatih ketrampilan sampling dengan situasi yang disesuaikan
dengan kondisi di lapangan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFENISI
Phlebotomi adalah proses pengambilan darah dengan teknik yang benar
sehingga komponen analitnya bisa dipertahankan. Tujuan phlebotomi ini
untuk mendapatkan sampel darah dengan meminimalisir kesalahan sehingga
tidak mengganggu hasil pemeriksaan laboratorium. Phlebotomis adalah istilah
tenaga kesehatan yang terlatih serta tersertifikasi untuk melakukan
pengambilan sampel darah baik itu dari vena, arteri, maupun kapiler.
Tugas utama seorang phlebotomis adalah untuk mendapatkan spesimen
darah untuk tes diagnostik, baik dengan penusukan vena, penusukan kulit,
atau penusukan arteri. Tiap langkah dalam proses phlebotomi berpengaruh
pada kualitas spesimen dan sangat berperan dalam mencegah terjadinya
kesalahan hasil laboratorium, kecelakaan pada pasien dan bahkan kematian.
Contohnya, sentuhan jari saat memastikan letak vena sebelum menusukkan
jarum akan meningkatkan kemungkinan spesimen untuk terkontaminasi. Ini
dapat menyebabkan kesalahan pada hasil kultur darah, yang kemudian akan
memperpanjang perawatan di rumah sakit, memperlambat diagnosa dan
menyebabkan penggunaan antibiotik yang tidak diperlukan. Perlakuan dan
guncangan pada pengiriman tabung sampel darah dapat menyebabkan lisis
atau bahkan tabung terbuka dan merusak sel darah merah, menyebabkan hasil
pemeriksaan laboratorium yang tidak valid. Kesalahan administrasi dalam
melengkapi formulir dan mengidentifikasi pasien sangat merugikan dan
seharusnya dapat dicegah. Efek lain yang merugikan bagi pasien antara lain ;
memar pada lokasi penusukan, pingsan, kerusakan jaringan atau urat syaraf,
dan hematoma. Uraian petunjuk ini sederhana tetapi memuat beberapa
langkah penting dalam pengambilan darah yang aman untuk pasien.
Pengambilan darah yang baik, harus disertai dengan adanya informed
consent. Informed concent adalah persetujuan pasien atau keluarganya secara
sadar untuk mengijinkan, diperiksa, dilakukan tindakan medis atau diobati
oleh tenaga kesehatan. Dalam hal ini pasien dapat mengetahui tindakan apa
saja yang akan dilakukan terhadap dirinya. Melakukan suatu tindakan medis
tanpa disertai inform consent dapat dikategorikan sebagai ancaman kesehatan.
Phlebotomi merupakan suatu prosedur yang rutin dilakukan tetapi tetap
mengandung unsur yang dapat membawa kita ke dalam gugatan hukum. Tidak
ada satupun tenaga medis pada umumnya dan phlebotomis pada khususnya
yang ingin bermasalah terhadap hukum.
a. Darah Kapiler
Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah
skinpuncture yang berarti proses pengambilan sampel darah dengan
tusukan kulit. Tempat yang digunakan untuk pengambilan darah kapiler
adalah :
1. Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga.
2. Untukanakkecildanbayidiambil di tumit (heelstick) pada 1/3
bagiantepitelapak kaki atau pada ibu jari kaki.
3. Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan
peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang,
trauma, dsb), kongesti atau sianosis setempat.
Perangkat fingerstick digunakan untuk menusuk kulit pada ujung
jari yang bertujuan mendapatkan spesimen darah dalam jumlah yang
sedikit, kurang dari 0,5ml. Darah yang didapat biasanya digunakan untuk
pengujian glukosa darah,hemoglobin, dan komponen darah lainnya.
Instrument ini dilengkapi dengan lancetkecil bermata pisau atau jarum.
Beberapa perangkat fingerstick dirancang untuk disposable atau sekali
pakai, namun kini ada beberapa yang merancang fingerstick dapat dipakai
ulang atau lebih dari sekali.
Kriteria umum pemilihan bagian kulit untuk pengambilan darah
kapiler :
1. Hangat
2. Berwarna merah jambu
3. Bebas dari guratan kasar, luka, memar atau ruam kulit.
Lokasi pengambilan darah kapiler dengan menggunakan finger
stick dilakukan padaujunga jari ( distal phalanx ) :

1. Jari tengah atau jari manis dari tangan yang tidakdominan


2. Pengambilan dilakukan di bagian tengah yang berdaging
3. Jangan menusuk pada bagian tepi atau terlalu ujung karena rasa nyeri
sedikit berkurang.
4. Jangan menusuk paralel dengan guratan sidik jari karena dapat
menyebabkan darah mengalir ke bawah jari dan sulit ditampung.
5. Jangan menusuk jari telunjuk karena lebih keras
6. Jangan menusuk jari kelingking karena lebih tipis.
Pengambilan darah kapiler tidak boleh dilakukan pada:
1. Daerah bekas luka
2. Oedema
3. Keradangan
4. Dermatitis
5. Cyanosis atau pucat.
Sumber Kesalahan Pada Pengambilan Darah Kapiler
1. Mengambil darah dari tempat dimana terdapat gangguan peredaran
seperti vasokontiksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang,trauma, dsb),
kongesti atau cyanosis setempat.
2. Tusukan yang kurang dalam,sehingga darah harus diperas-peras
keluar.
3. Kulit yang ditusuk masih basah dengan alkohol hal ini menyebabkan
darah terencerkan, juga dapat mengakibatkan tetesan darah melebar
diatas kulit sehingga sukar dihisap dalam pipet.
4. Tetesan darah pertama dipakai untuk pameriksaan hal ini dapat
memberikan hasil yang berbeda pada pemeriksaan (rendah palsu)
5. Terjadi bekuan darah karena terlalu lambat bekerja.
6. Terjadi hemolisis akibat penekanan bagian tusukan yang terlalu keras.
Tes-tes yang tidak dapat menggunakan darah skinpuncture:
1. Laju Endap Darah (LED)
2. Beberapa tes koagulasi
3. Kultur-kultur darah
4. Tes-tes lain yang memerlukan serum/plasma dalam volume besar.
b. Darah Vena
Pengambilan darah vena adalah cara pengambilan darah dengan
menusuk area pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit.
Pengambilan darah vena yaitu suatu pengambilan darah vena yang diambil
dari vena dalam fossa cubiti, vena saphena magna / vena supervisiallain
yang cukup besar untuk mendapatkan sampel darah yang baik dan
representatif dengan menggunakan spuit atau vacutainer.
1. Metode Spuit
Metode ini sering digunakan pada pasien usia lanjut, pasien
terbakar, pasien obesitas atau pasien dengan pembuluh darah tidak
dapat diandalkan atau rapuh. Karena jarum suntik yang dioperasikan
secara manual, jumlah pengambilannya dapat diterapkan dengan
mudah dan terkontrol. Hal ini sangat membantu pengambilan sampel
darah pasien yang memiliki pembuluh darah kecil.
2. Metode wing needle
a) Wing needle memiliki ukuran jarum yg relative kecil dan pendek
maka metode ini digunakan untuk hal-hal khusus, jadi tidak setiap
vena bisa diambil dengan wing needle.
b) Vena yg kecil pada anak2/bayi dan orang tua. Penderita luka bakar
yg cukup berat
c) Untuk pengobatan IV (Intra vena)
d) Pada seseorang yg memiliki vena tipis,rapuh,atau diakses.
e) Untuk meminimalkan rasa nyeri ktika insersi ideal pada Neonatus
anak atau lansia dng vena yg rapuh dan tidak kuat .
f) jika pasien gemuk maka vena sulit ditemukan.
3. Metode tabung vakum
a) Tidak kontak dengan darah pasien.
b) Tertutup rapat sehingga mengurangi bahaya aerosol.
c) Tidak mudah pecah (pada saat pemutaran / jatuh)
d) Perbandingan darah dengan anticoagulant tepat.
e) Lapisan mempunya dinding 2 lapis (double sandwich) sehingga
mengurangi penguapan.
f) Volume darah lebih banyak.
g) Darah cepat beku karena adanya zat clot activator.
h) Adanya gel sehingga stabilitas serum tahan 48 jam.
Kontraindikasi Venipuncture
1. Darah banyak mengalir kebawah kulit sehingga sulit diambil.
2. Tidak sejajar dengan jantung sehingga tekanan darah lebih besar.
3. Bekas luka yg belum sembuh
4. Dermatitis
5. Tromboplebitis
6. Cyanosis:kekurangan Oksigen.
7. Tensi lebih dari normal => relatis
8. Pada daerah vena yg hematoma.
9. Luka bakar
10. Oedema
11. Vena rusak
Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah
phlebotomy yang berarti proses mengeluarkan darah. Dalam praktek
laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah, yaitu : melalui
tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri
atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena
itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture.
B. PERALATAN FLEBOTOMI
1. Spuit

Spuit adalah alat yang digunakan untuk pengambilan darah atau


pemberian injeksi intravena dengan volume tertentu. Spuit mempunyai
skala yang dapat digunakan untuk mengukur jumlah darah yang akan
diambil, volume spuit bervariasi dari 1ml, 3ml, 5ml bahkan ada yang
sampai 50ml yang biasanya digunakan untuk pemberian cairan sonde atau
syring pump.
2. Tourniquet

Tourniquet merupakan bahan mekanis yang fleksibel, biasanya


terbuat dari karet sintetis yang bisa merenggang. Digunakan sebagai
pembendung pembuluh darah pada organ yang akan dilakukan penusukan
plebotomy. Adapun tujuan pembendungan ini adalah untuk fiksasi,
pengukuhan vena yang akan diambil. Dan juga untuk menambah tekanan
vena yang akan diambil, sehingga akan mempermudah proses penyedotan
darah kedalam spuit.
3. Kapas Alkohol

Kapas alcohol merupakan bahan dari wool atau kapas yang mudah
menyerap dan dibasahi dengan antiseptic berupa etil alkohol. Tujuan
penggunaan kapas alkohol adalah untuk menghilangkan kotoran yang
dapat mengganggu pengamatan letak vena sekaligus mensterilkan area
penusukan agar resiko infeksi bisa ditekan.
4. Needle

Needle ialah ujung spuit atau jarum yang digunakan untuk


pengambilan secara vakum. Needle ini bersifat non fixed atau mobile
sehingga mudah dilepas dari spuit serta container vacuum. Penggantian
needle dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan besarnya vena yang
akan diambil atau untuk kenyamanan pasien yang menghendaki
pengambilan dengan jarum kecil.
5. Wing Needle
Wing needle (jarum kupu-kupu) adalah needle yang biasanya
digunakan dalam phlebotomy yang dilakukan pada anak kecil, bayi dan
balita.
6. Holder

Holder adalah tempat memasang needle, pada phlebotomy metode


vacutainer. Metode ini merupakan metode pengambilan sampel darah vena
tanpa spuit.
7. Vacuum tube

Tabung vakum pertama kali dipasarkan dengan nama dagang


Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara,
terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah
akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika
sejumlah volume tertentu telah tercapai.
a. Tabung tutup merah. Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah
akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengan pemusingan.
Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi,
serologi dan bank darah (crossmatching test)
b. Tabung tutup kuning. Tabung ini berisi gel separator (serum separator
tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Setelah
pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada
di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah,
imunologi dan serologi
c. Tabung tutup hijau terang. Tabung ini berisi gel separator (plasma
separator tube/PST) dengan antikoagulan lithium heparin. Setelah
pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan sel darah
berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia
darah.
d. Tabung tutup ungu atau lavender. Tabung ini berisi EDTA. Umumnya
digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank darah
(crossmatch)
e. Tabung tutup biru. Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya
digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)
f. Tabung tutup hijau. Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin,
umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit,
kimia darah.
g. Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam,
umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink, copper,
mercury) dan toksikologi.
h. Tabung tutup abu-abu terang. Tabung ini berisi natrium fluoride dan
kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
i. Tabung tutup hitam ; berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk
pemeriksaan LED (ESR).
j. Tabung tutup pink ; berisi potassium EDTA, digunakan untuk
pemeriksaan imunohematologi.
k. Tabung tutup putih ; potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan
molekuler/PCR dan bDNA.
l. Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas ; berisi media
biakan, digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi aerob, anaerob
dan jamur.
8. Blood container
Blood Container adalah tabung tempat penampungan darah yang
tidak bersifat vakum udara. Tabung ini biasa digunakan untuk
pemeriksaan manual, dan dengan keperluan tertentu misalnya pembuatan
tampungan sendiri untuk efisiensi biaya.
9. Plester

Plester digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas


plebotomi, sehingga membantu proses penyembuhan luka dan mencegah
adanya infeksi akibat perlukaan atau trauma akibat penusukan.
C. KOMUNIKASI (INFORMED CONSENT)
Langkah-langkah Informed Consent yang dilakukan saat phlebotomy adalah:
1. Memanggil nama pasien dengan jelas dan benar sesuai dengan yang
tercantum dalam formulir permintaan pemeriksaan laboratorium.
2. Harus memasang wajah ramah saat menyambut pasien, dan
mempersilahkan pasien duduk di kursi yang telah disediakan.
3. Meminta kerjasama pasien untuk mencocokkan data yang tercantum
dalam formulir permintaan pemeriksaan dengan mengajukan pertanyaan,
namun tidak diperbolehkan untuk mengajukan pertanyaan dengan
kemungkinan jawaban ya atau tidak.
4. Menanyakan persiapan pasien berdasarkan pemeriksaan yang diminta.
5. Menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan phlebotomy yang akan
dilakukan, dengan bahasa yang sopan dan mudah dimengerti.
6. Menunjukkan peralatan phlebotomy yang akan digunakan, kepada pasien
dan menjelaskan kegunaannya.
7. Memohon ijin untuk melihat vena pasien dengan sopan.
8. Memohon ijin untuk melakukan tindakan phlebotomy.
9. Setelah sampel berhasil diambil, tutup lokasi pengambilan dengan plester
sambal menanyakan keadaan pasien, serta meminta maaf apabila tindakan
phlebotomy yang telah dilakukan menimbulkan rasa sakit.
10. Menunjukkan kepada pasien sampel yang berhasil diambil, serta
kecocokan identitas yang tertera pada tabung sampel (etiket).
11. Mengucapkan terima kasih kepada pasien karena telah bekerja sama, lalu
memberikan informasi yang tepat tentang pengambilan hasil laboratorium,
mengenai bagaimana cara pengambilan, berapa lama harus menunggu dan
di mana pasien dapat menunggu hasil.
BAB III

METODOLOGI

A. JUDUL PRAKTIKUM
Pengambilan darah kapiler dan vena.
B. WAKTU PRAKTIKUM
Senin,03 April 2016 pukul 8.00-11.00 di Labolatorium Molekuler STIKes
Mega Rezky Makassar.
C. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
1) Turniquet
b. Bahan
1) Kapas kering
2) Kapas alcohol
3) Spuit
4) Lanset
D. PRINSIP KERJA
Prinsip praktikum pengambilan sampling darah pada mata kuliah
phlebotomy adalah melakukan pengambilan sampling sesuai dengan SOP
standar yang disertai dengan inform concern yang tepat kepada pasien,
berdasarkan etika profesi analis kesehatan.
E. PROSEDUR KERJA
a. Pengambilan Darah Kapiler
1. Iapkan alat dan bahan.
2. Didesinfektan kulit yang akan ditusuk dengan alkohol 70% atau
povidine iodine kemudian dikeringkan dengan kapas yang
steril.(Povidone Iodone tidak boleh digunakan pada tes : bilirubin, K,
fosfor, dan asam urat).
3. Ditegankan kulit dengan memijatnya antara dua jari.
4. Dilakukan penusukan dengan gerakan yang cepat dengan memakai
lancet steril. Tusukan dilakukan dengan arah tegak lurus pada garis
sidik jari.
5. Ditetesan darah yang pertama kali keluar dihapus dengan menggunakan
kapas streril dan tetasan beerikutnya baru boleh digunakan untuk
pemeriksaan.
b. Pengambilan Darah Vena
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dipoosisikan lengan pasien harus lurus,jangan membengkok, pilih
lengan yang banyak melakukan aktifitas, letakan tangan diatas meja.
3. Dilakukan perabaan (palpasi) pada lokasi vena yang akan
ditusuk,pasien diminta untuk mengepalkan tangan.
4. Dilokasi vena yang akan ditusuk didesinfeksi dengan kapas alcohol 70
% dengan sekali usap.
5. Dipaasang tourniquet lebih kurang 3 jari diatas liat siku .
6. Ditusuk bagian vena tadi dengan lubang jarum menghadap keatas
dengan kemiringan antara jarum dan kulit 15 derajat.
7. Dilepaskan tourniquet telah setelah darah telah dianggap cukup dan
pasien diminta membuka kepalan tangannya.
8. Dilepaskan atau tarik jarum dan segera letakan kapas kering diatas
bekas suntikan untuk menekan bagian tersebut dan ditutup dengan
plester atau hepavyx.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kita akan melakukan teknik pengambilan darah
kapiler dan vena menggunakan metode semprit.Pengambilan darah kapiler
pada pasien berhasil dilakukan,darah kapiler di ambil di ujung jari manis
tangan kiri.Sebelum melakukan pengambilan darah terlebih dahulu di
tegangkan jari yang akan ditusuk dan didesinfektan kemudian ditunggu hingga
alcohol 705 kering lalu ditusuk.
Pengambilan darah vena pada pasien berhasil dilakukan. Pengambilan
darah vena secara manual dengan alat suntik (syiring) merupakan cara yang
lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat pelayanan
kesehatan, maka prosedur pengambilan darah vena harus dilakukan dengan
baik dan benar, serta dapat memberikan rasa yang aman atau tidak
menimbulkan kerugian (dampak negatif) bagi pasien dan diri sendiri.
Pengambilan darah vena (venipuncture), umumnya diambil dari vena
median cubital yang terletak pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku).
Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada
pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan (seperti terdapat luka pada
daerah tersebut) maka, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan
berikutnya. Pada bayi biasanya sampling darah vena menggunakan vena
jugularis superficialis atau sinus sagittalisuperior. Pengambilan darah pada
vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan
dengan arteri brachialis dan syaraf median.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah
vena adalah :
1. Pemasangan torniquet (pembendung vena)
a. Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan
hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel),
peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid
total).
b. Melepas torniquet sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan
hematoma.
2. Penusukan
a. Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan
jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu,
penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.
b. Tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena
menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma.
c. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis
sampel akibat kontaminasi oleh alkohol, rasa terbakar dan rasa nyeri
yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.
3. Jumlah Sample
Jumlah sampel yang dibutuhkan tergantung pada banyak faktor.
Lab masing-masing berbeda dalam jumlah darah atau cairan tubuh lainnya
atau jaringan yang diperlukan untuk melakukan analisis. Secara umum,
jika darah dijalankan dengan menggunakan alat analisis otomatis modern,
jumlah darah mungkin 10 ml atau kurang untuk setiap tes. Jika tes
dijalankan secara individual, atau jika tes rumit, jumlah yang lebih besar
darah mungkin diperlukan.
4. Jenis
B. HASIL
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Alat dan bahan yang digunakan untuk pengambilan darah kapiler yaitu;
lanset,kapas kering,dan kapas alcohol 70%.
2. Alat dan bahan yang digunakan untuk pengambilan darah vena yaitu;
spuit, tourniquet,kapas kering,dan kapas alcohol 70%.
3. Pembendungan yang terlalu lama akan mempengaruhi hasil pemeriksaan
karena akan terjadi hemokonsentrasi.
4. Kapiler pada bayi yaitu cuping dan tumit sedangkan pada orang dewasa
pada jari tangan.
5. Vena yang dapat ditusuk yaitu: pada orang dewasa adalah vena fossa
cubiti, pada bayi vene juguralis superfialis atau sinus sagitalis superior.
6. Penusukkan harus tepat pada vena agar tidak menimbul hematum.
7. Pengisapan darah yang terlalu dalam akan menyebabkan darah membeku
dalam spuit, segera pisahkan darah ke dalam tabung sesuai dengan jenis
pemeriksaan.
B. SARAN
1. Menggunakan APD.
2. Membersihkan darah apabila yang terpercik.
3. Membuang spuit dan lanset di tempat sampah
DAFTAR PUSTAKA

http://weareanalyst.blogspot.co.id/2013/06/pengambilan-darah-kapiler.html

https://princessaira0320.wordpress.com/2015/03/04/laporan-praktikum-
phlebotomy-by-herlambang-fitria-w/

http://viviecomell.blogspot.co.id/2013/06/makalah-venipuncture_6877.html

http://sectoranalyst.blogspot.co.id/2013/02/laporan-pengambilan-darah-vena.html

Anda mungkin juga menyukai