Nim : P00341016035
Kelompok :
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Praktek pengeluaran darah (bloodletting) sudah sejak lama dikenal
manusia dan menjadi bagian dari pengobatan pasien. Teknik pengeluaran
darah yang pertama(tahun 100 SM) dilakukan oleh dokter-dokter dari
Syria dengan menggunakan lintah. Sebelum dikenal Hippocrates dengan
sebutanBapak Ilmu Kedokteran(abad 5 SM), seni pengambilan darah
banyak mengalami perubahan demikian pula berbagai alat untuk keperluan
pengambilan dan penampunngan bahan darah. Lanset untuk pengambilan
darah digunakan pertama kali sebelum abad ke 5 SM dengan tetap
mengacu kepada lintah sebagai bentuk dasar. Dengan lanset ini seorang
dokter (practitioner) melubangi vena, kadang-kadang sampai beberapa
lubang. Menjelang akhir abad 19 barulah teknologi mengambil alih
memproduksi lintah artificial. Kini telah dikenal beragam alat
pengambilan darah dan mudah diperoleh di pasaran.
Kebanyakan pengambilan specimen darah pasien saat ini masih
dilaksanakan oleh teknisi/analis laboratorium baik diruang laboratorium
maupun diruang perawatan; padahal jabatan dan kandungan tugas seorang
teknisi atau analis laboratorium tidak sejalan dengan tannggung jawab dan
kegiatan/aktivitas seorang pengambil specimen darah(dalam hal ini
seorang flebotomis). Obyek yang dihadapi oleh teknisi/analis laboratorium
adalah peralatan pemeriksaan sedang obyek yang dihadapi oleh flebotomis
adal pasien(atau orang sehat) yang dilekati oleh banyak hal:
sifat,perilaku,masalah intern/pribadi dan lain-lain. Hal-hal ini sedikit
banyaknya bias menjadi penghalang dalam kelancaran proses pengambilan
specimen darah dan hal-hal ini pula yang harus bias dihadapi dan diatasi
seorang flebotomis.
System pelayanan kesehatan yang berkembang akhir-akhir ini
untuk tujuan kesejahteraan pasien mengacu kepada pelayanan kesehatan
oleh tim(team oriented). Dengan sendirinya, pelayanan laboratorium akan
selalu menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan menyeluruh dan
seorang flebotomis menjadi orang yang sangat penting(crucial) karena
menempati posisi awal dalam rangkaian. proses pemeriksaan tes
laboratorium. Posisi awal ini berada dalam penngawasan program
pemantapan mutu(fase pra-analitik) hasil laboratorium sehingga salah
benarnya flebotomis melaksanakan tugasnya akan mempengaruhi mutu
hasil tes. Hasil pemeriksaan laboratorium yang benar dan akurat
merupakan andil/modal dari tim laboratorium (mencakupi juga
flebotomis) dalam menunjanng diagnosis dan pemantauan penyakit. Oleh
sebab itu, peran dan tanggung jawab seorang flebotomis dalam
melaksanakan tugasnya harus senantiasa disadari.
Praktek pengeluaran darah (bloodletting) sudah sejak lama dikenal
manusia dan menjadi bagian dari pengobatan pasien. Teknik pengeluaran
darah yang pertama(tahun 100 SM) dilakukan oleh dokter-dokter dari
Syria dengan menggunakan lintah. Sebelum dikenal Hippocrates dengan
sebutanBapak Ilmu Kedokteran(abad 5 SM), seni pengambilan darah
banyak mengalami perubahan demikian pula berbagai alat untuk keperluan
pengambilan dan penampunngan bahan darah. Lanset untuk pengambilan
darah digunakan pertama kali sebelum abad ke 5 SM dengan tetap
mengacu kepada lintah sebagai bentuk dasar. Dengan lanset ini seorang
dokter (practitioner) melubangi vena, kadang-kadang sampai beberapa
lubang. Menjelang akhir abad 19 barulah teknologi mengambil alih
memproduksi lintah artificial. Kini telah dikenal beragam alat
pengambilan darah dan mudah diperoleh di pasaran.
Kebanyakan pengambilan specimen darah pasien saat ini masih
dilaksanakan oleh teknisi/analis laboratorium baik diruang laboratorium
maupun diruang perawatan; padahal jabatan dan kandungan tugas seorang
teknisi atau analis laboratorium tidak sejalan dengan tannggung jawab dan
kegiatan/aktivitas seorang pengambil specimen darah(dalam hal ini
seorang flebotomis). Obyek yang dihadapi oleh teknisi/analis laboratorium
adalah peralatan pemeriksaan sedang obyek yang dihadapi oleh flebotomis
adal pasien(atau orang sehat) yang dilekati oleh banyak hal:
sifat,perilaku,masalah intern/pribadi dan lain-lain. Hal-hal ini sedikit
banyaknya bias menjadi penghalang dalam kelancaran proses pengambilan
specimen darah dan hal-hal ini pula yang harus bias dihadapi dan diatasi
seorang flebotomis.
System pelayanan kesehatan yang berkembang akhir-akhir ini
untuk tujuan kesejahteraan pasien mengacu kepada pelayanan kesehatan
oleh tim(team oriented). Dengan sendirinya, pelayanan laboratorium akan
selalu menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan menyeluruh dan
seorang flebotomis menjadi orang yang sangat penting(crucial) karena
menempati posisi awal dalam rangkaian. proses pemeriksaan tes
laboratorium. Posisi awal ini berada dalam penngawasan program
pemantapan mutu(fase pra-analitik) hasil laboratorium sehingga salah
benarnya flebotomis melaksanakan tugasnya akan mempengaruhi mutu
hasil tes. Hasil pemeriksaan laboratorium yang benar dan akurat
merupakan andil/modal dari tim laboratorium (mencakupi juga
flebotomis) dalam menunjanng diagnosis dan pemantauan penyakit. Oleh
sebab itu, peran dan tanggung jawab seorang flebotomis dalam
melaksanakan tugasnya harus senantiasa disadari.
B. TUJUAN
1. Untuk mengenal semua jenis peralatan sampling.
2. Untuk memahami SOP serta inform concern yang harus dilakukan
dalam pengambilan sampling.
3. Untuk melatih ketrampilan sampling dengan situasi yang disesuaikan
dengan kondisi di lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFENISI
Phlebotomi adalah proses pengambilan darah dengan teknik yang benar
sehingga komponen analitnya bisa dipertahankan. Tujuan phlebotomi ini
untuk mendapatkan sampel darah dengan meminimalisir kesalahan sehingga
tidak mengganggu hasil pemeriksaan laboratorium. Phlebotomis adalah istilah
tenaga kesehatan yang terlatih serta tersertifikasi untuk melakukan
pengambilan sampel darah baik itu dari vena, arteri, maupun kapiler.
Tugas utama seorang phlebotomis adalah untuk mendapatkan spesimen
darah untuk tes diagnostik, baik dengan penusukan vena, penusukan kulit,
atau penusukan arteri. Tiap langkah dalam proses phlebotomi berpengaruh
pada kualitas spesimen dan sangat berperan dalam mencegah terjadinya
kesalahan hasil laboratorium, kecelakaan pada pasien dan bahkan kematian.
Contohnya, sentuhan jari saat memastikan letak vena sebelum menusukkan
jarum akan meningkatkan kemungkinan spesimen untuk terkontaminasi. Ini
dapat menyebabkan kesalahan pada hasil kultur darah, yang kemudian akan
memperpanjang perawatan di rumah sakit, memperlambat diagnosa dan
menyebabkan penggunaan antibiotik yang tidak diperlukan. Perlakuan dan
guncangan pada pengiriman tabung sampel darah dapat menyebabkan lisis
atau bahkan tabung terbuka dan merusak sel darah merah, menyebabkan hasil
pemeriksaan laboratorium yang tidak valid. Kesalahan administrasi dalam
melengkapi formulir dan mengidentifikasi pasien sangat merugikan dan
seharusnya dapat dicegah. Efek lain yang merugikan bagi pasien antara lain ;
memar pada lokasi penusukan, pingsan, kerusakan jaringan atau urat syaraf,
dan hematoma. Uraian petunjuk ini sederhana tetapi memuat beberapa
langkah penting dalam pengambilan darah yang aman untuk pasien.
Pengambilan darah yang baik, harus disertai dengan adanya informed
consent. Informed concent adalah persetujuan pasien atau keluarganya secara
sadar untuk mengijinkan, diperiksa, dilakukan tindakan medis atau diobati
oleh tenaga kesehatan. Dalam hal ini pasien dapat mengetahui tindakan apa
saja yang akan dilakukan terhadap dirinya. Melakukan suatu tindakan medis
tanpa disertai inform consent dapat dikategorikan sebagai ancaman kesehatan.
Phlebotomi merupakan suatu prosedur yang rutin dilakukan tetapi tetap
mengandung unsur yang dapat membawa kita ke dalam gugatan hukum. Tidak
ada satupun tenaga medis pada umumnya dan phlebotomis pada khususnya
yang ingin bermasalah terhadap hukum.
a. Darah Kapiler
Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah
skinpuncture yang berarti proses pengambilan sampel darah dengan
tusukan kulit. Tempat yang digunakan untuk pengambilan darah kapiler
adalah :
1. Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga.
2. Untukanakkecildanbayidiambil di tumit (heelstick) pada 1/3
bagiantepitelapak kaki atau pada ibu jari kaki.
3. Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan
peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang,
trauma, dsb), kongesti atau sianosis setempat.
Perangkat fingerstick digunakan untuk menusuk kulit pada ujung
jari yang bertujuan mendapatkan spesimen darah dalam jumlah yang
sedikit, kurang dari 0,5ml. Darah yang didapat biasanya digunakan untuk
pengujian glukosa darah,hemoglobin, dan komponen darah lainnya.
Instrument ini dilengkapi dengan lancetkecil bermata pisau atau jarum.
Beberapa perangkat fingerstick dirancang untuk disposable atau sekali
pakai, namun kini ada beberapa yang merancang fingerstick dapat dipakai
ulang atau lebih dari sekali.
Kriteria umum pemilihan bagian kulit untuk pengambilan darah
kapiler :
1. Hangat
2. Berwarna merah jambu
3. Bebas dari guratan kasar, luka, memar atau ruam kulit.
Lokasi pengambilan darah kapiler dengan menggunakan finger
stick dilakukan padaujunga jari ( distal phalanx ) :
Kapas alcohol merupakan bahan dari wool atau kapas yang mudah
menyerap dan dibasahi dengan antiseptic berupa etil alkohol. Tujuan
penggunaan kapas alkohol adalah untuk menghilangkan kotoran yang
dapat mengganggu pengamatan letak vena sekaligus mensterilkan area
penusukan agar resiko infeksi bisa ditekan.
4. Needle
METODOLOGI
A. JUDUL PRAKTIKUM
Pengambilan darah kapiler dan vena.
B. WAKTU PRAKTIKUM
Senin,03 April 2016 pukul 8.00-11.00 di Labolatorium Molekuler STIKes
Mega Rezky Makassar.
C. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
1) Turniquet
b. Bahan
1) Kapas kering
2) Kapas alcohol
3) Spuit
4) Lanset
D. PRINSIP KERJA
Prinsip praktikum pengambilan sampling darah pada mata kuliah
phlebotomy adalah melakukan pengambilan sampling sesuai dengan SOP
standar yang disertai dengan inform concern yang tepat kepada pasien,
berdasarkan etika profesi analis kesehatan.
E. PROSEDUR KERJA
a. Pengambilan Darah Kapiler
1. Iapkan alat dan bahan.
2. Didesinfektan kulit yang akan ditusuk dengan alkohol 70% atau
povidine iodine kemudian dikeringkan dengan kapas yang
steril.(Povidone Iodone tidak boleh digunakan pada tes : bilirubin, K,
fosfor, dan asam urat).
3. Ditegankan kulit dengan memijatnya antara dua jari.
4. Dilakukan penusukan dengan gerakan yang cepat dengan memakai
lancet steril. Tusukan dilakukan dengan arah tegak lurus pada garis
sidik jari.
5. Ditetesan darah yang pertama kali keluar dihapus dengan menggunakan
kapas streril dan tetasan beerikutnya baru boleh digunakan untuk
pemeriksaan.
b. Pengambilan Darah Vena
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dipoosisikan lengan pasien harus lurus,jangan membengkok, pilih
lengan yang banyak melakukan aktifitas, letakan tangan diatas meja.
3. Dilakukan perabaan (palpasi) pada lokasi vena yang akan
ditusuk,pasien diminta untuk mengepalkan tangan.
4. Dilokasi vena yang akan ditusuk didesinfeksi dengan kapas alcohol 70
% dengan sekali usap.
5. Dipaasang tourniquet lebih kurang 3 jari diatas liat siku .
6. Ditusuk bagian vena tadi dengan lubang jarum menghadap keatas
dengan kemiringan antara jarum dan kulit 15 derajat.
7. Dilepaskan tourniquet telah setelah darah telah dianggap cukup dan
pasien diminta membuka kepalan tangannya.
8. Dilepaskan atau tarik jarum dan segera letakan kapas kering diatas
bekas suntikan untuk menekan bagian tersebut dan ditutup dengan
plester atau hepavyx.
BAB IV
A. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kita akan melakukan teknik pengambilan darah
kapiler dan vena menggunakan metode semprit.Pengambilan darah kapiler
pada pasien berhasil dilakukan,darah kapiler di ambil di ujung jari manis
tangan kiri.Sebelum melakukan pengambilan darah terlebih dahulu di
tegangkan jari yang akan ditusuk dan didesinfektan kemudian ditunggu hingga
alcohol 705 kering lalu ditusuk.
Pengambilan darah vena pada pasien berhasil dilakukan. Pengambilan
darah vena secara manual dengan alat suntik (syiring) merupakan cara yang
lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat pelayanan
kesehatan, maka prosedur pengambilan darah vena harus dilakukan dengan
baik dan benar, serta dapat memberikan rasa yang aman atau tidak
menimbulkan kerugian (dampak negatif) bagi pasien dan diri sendiri.
Pengambilan darah vena (venipuncture), umumnya diambil dari vena
median cubital yang terletak pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku).
Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada
pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan (seperti terdapat luka pada
daerah tersebut) maka, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan
berikutnya. Pada bayi biasanya sampling darah vena menggunakan vena
jugularis superficialis atau sinus sagittalisuperior. Pengambilan darah pada
vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan
dengan arteri brachialis dan syaraf median.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah
vena adalah :
1. Pemasangan torniquet (pembendung vena)
a. Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan
hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel),
peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid
total).
b. Melepas torniquet sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan
hematoma.
2. Penusukan
a. Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan
jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu,
penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.
b. Tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena
menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma.
c. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis
sampel akibat kontaminasi oleh alkohol, rasa terbakar dan rasa nyeri
yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.
3. Jumlah Sample
Jumlah sampel yang dibutuhkan tergantung pada banyak faktor.
Lab masing-masing berbeda dalam jumlah darah atau cairan tubuh lainnya
atau jaringan yang diperlukan untuk melakukan analisis. Secara umum,
jika darah dijalankan dengan menggunakan alat analisis otomatis modern,
jumlah darah mungkin 10 ml atau kurang untuk setiap tes. Jika tes
dijalankan secara individual, atau jika tes rumit, jumlah yang lebih besar
darah mungkin diperlukan.
4. Jenis
B. HASIL
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Alat dan bahan yang digunakan untuk pengambilan darah kapiler yaitu;
lanset,kapas kering,dan kapas alcohol 70%.
2. Alat dan bahan yang digunakan untuk pengambilan darah vena yaitu;
spuit, tourniquet,kapas kering,dan kapas alcohol 70%.
3. Pembendungan yang terlalu lama akan mempengaruhi hasil pemeriksaan
karena akan terjadi hemokonsentrasi.
4. Kapiler pada bayi yaitu cuping dan tumit sedangkan pada orang dewasa
pada jari tangan.
5. Vena yang dapat ditusuk yaitu: pada orang dewasa adalah vena fossa
cubiti, pada bayi vene juguralis superfialis atau sinus sagitalis superior.
6. Penusukkan harus tepat pada vena agar tidak menimbul hematum.
7. Pengisapan darah yang terlalu dalam akan menyebabkan darah membeku
dalam spuit, segera pisahkan darah ke dalam tabung sesuai dengan jenis
pemeriksaan.
B. SARAN
1. Menggunakan APD.
2. Membersihkan darah apabila yang terpercik.
3. Membuang spuit dan lanset di tempat sampah
DAFTAR PUSTAKA
http://weareanalyst.blogspot.co.id/2013/06/pengambilan-darah-kapiler.html
https://princessaira0320.wordpress.com/2015/03/04/laporan-praktikum-
phlebotomy-by-herlambang-fitria-w/
http://viviecomell.blogspot.co.id/2013/06/makalah-venipuncture_6877.html
http://sectoranalyst.blogspot.co.id/2013/02/laporan-pengambilan-darah-vena.html