Anda di halaman 1dari 31

Pemeriksaan Golongan Darah dengan Tube Test

1. Prinsip pemeriksaan
Prinsip pemeriksaan adalah apabila sel darah merah mengandung
antigen yang sesuai dengan jenis antibodi yang ditambahkan pada reagen
maka akan terjadi aglutinasi.

2. Jenis sampel
Umumnya, menggunakan sampel darah beku atau dengan
antikoagulan. Sel darah merah dapat disuspensi secara autologous
dengan serum, plasma, salin atau membutuhkan pencucian terlebih
dahulu kemudian diresuspensi dalam salin. Jenis sampel disesuaikan
dengan rekomendasi insert kit reagen yang digunakan (Cooling, 2014).

3. Reagen
Reagen yang digunakan mengandung anti-A, anti-B dan anti-AB
yang bersifat opsional. Karena pemeriksaan juga dilakukan pada sampel
serum, maka reagen tambahan pada tube test adalah suspensi sel A1, A2,
B dan O 2-5% . Suspensi sel dapat dibuat sendiri di laboratorium atau
menggunakan suspensi sel yang dijual secara komersial. Penggunaan
sel A2 bersifat opsional (Cooling, 2014).
4. Prosedur pemeriksaan
Langkah-langkah pemeriksaan sel darah merah (cell grouping)
adalah sebagai berikut:
a. teteskan 1 tetes anti-A pada tabung yang bersih dan kering, label
tabung,
b. teteskan 1 tetes anti-B pada tabung yang bersih dan kering,
terpisah dari tabung pertama kemudian beri label,
c. teteskan 1 tetes anti-AB pada tabung ketiga, lakukan pelabelan
(penggunaan anti-AB bersifat opsional tergantung rekomendasi
reagen yang digunakan),
d. tambahkan pada masing-masing tabung 1 tetes suspensi sel darah
merah 2-5%,
e. campur dengan baik kemudian lakukan sentrifugasi dengan
kecepatan 1000 rpm selama 1 menit,
f. resuspensi dengan baik sel yang mengendap pada dasar tabung,
lihat ada tidaknya aglutinasi,
g. baca dan interpretasi hasil serta lakukan pencatatan hasil reaksi
pada semua tabung (Cooling, 2014).
Prosedur pemeriksaan cell grouping atau forword grouping
dengan metode tube test diilustrasikan seperti gambar berikut.

Gambar 3.4 Prosedur pemeriksaan cell grouping atau forword grouping dengan
metode tube test (Powell, 2016).
Prosedur pemeriksaan serum atau plasma (serum grouping)
dengan metode tube test adalah sebagai berikut:
1. Tambahkan masing-masing 2 tetes serum atau plasma pada 3
tabung yang bersih dan kering kemudian berikan label A1, B, dan
O,
2. tambahkan 1 tetes suspensi sel A1 2-5% ke dalam tabung yang
berlabel A1,
3. tambahkan 1 tetes suspensi sel B 2-5% ke dalam tabung yang
berlabel B,
4. tambahkan 1 tetes suspensi sel O 2-5% ke dalam tabung yang
berlabel O,
5. jika dibutuhkan pemeriksaan dengan suspensi sel A2 2-5% maka
tambahkan 1 tabung yang mengandung 2 tetes serum atau plasma
dengan suspensi sel A2 2-5%,
6. campur dengan baik kemudian lakukan sentrifugasi dengan
kecepatan 1000 rpm selama 1 menit,
7. resuspensi dengan baik sel yang mengendap pada dasar tabung,
lihat ada tidaknya aglutinasi,
8. baca dan interpretasi hasil serta lakukan pencatatan (Cooling,
2014).
Prosedur pemeriksaan serum grouping atau reverse grouping
dengan metode tube test diilustrasikan seperti gambar berikut.

Gambar 3.5 Prosedur pemeriksaan serum grouping atau reverse grouping dengan
metode tube test (Powell, 2016).
5. Interpretasi hasil
Hasil positif : bila terjadi aglutinasi kuat.
Hasil negatif : bila tidak terjadi aglunitasi setelah diresuspensi.
Apabila hasil pemeriksaan golongan darah dengan metode tube
test meragukan secara makroskopis, maka ambil satu tetes campuran
pada tabung dan letakkan di atas objek gelas kemudian baca dibawah
mikroskop. Reaksi aglutiasi yang sangat lemah dapat dideteksi secara
mikroskopis (McCullough, 2012).
Ada pun cara membaca derajat aglutinasi pada pemeriksaan
golongan darah dengan metode tube test tercantum pada gambar
berikut.

Gambar 3.6 Derajat aglutinasi pada pemeriksaan golongan darah dengan metode
tube test (NIB, 2013).

Derajat aglutinasi:
4+ : terdapat satu gumpalan besar
3+ : terdapat 2 atau 3 gumpalan
2+ : sejumlah gumpalan kecil dengan supernatan yang jernih
1+ : sejumlah gumpalan kecil dengan supernatan yang keruh
w : suspensi sel granular, sebaiknya diamati secara mikroskopis
Negatif : suspensi sel halus
Hemolisis: hemolisis parsial atau komplit, menunjukkan reaksi positif (NIB, 2013).
Berikut adalah tabel interpretasi hasil pemeriksaan cell grouping
dan serum grouping.

Tabel 3.3. Interpretasi hasil pemeriksaan golongan darah ABO


pada sampel eritrosit dan serum (Cooling, 2014).
Cell grouping Serum grouping Interpretasi
Anti-A Anti-B Sel A1 Sel B Sel O ABO Group
0 0 + + 0 O
+ 0 0 + 0 A
0 + + 0 0 B
+ + 0 0 0 AB
0 0 + + + O Bombay

Adanya ketidaksesuaian (discrepancy) antara hasil pada cell


grouping dan serum grouping harus diselesaikan sebelum melakukan
pencatatan golongan darah pasien dan donor dengan tepat. Adanya
mixed-field agglutination (sebagian sel beraglutinasi, sebagian tidak
beraglutinasi) harus ditelusuri lebih lanjut kemungkinan penyebabnya.
Penyebab yang paling sering adalah adanya riwayat transfusi dengan
golongan darah yang berbeda.
Beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan pada tube test
antara lain:
a. Semua reagen harus digunakan berdasarkan intruksi perusahaan
yang memproduksi reagen,
b. reaksi positif kuat ditandai oleh aglutinasi derajat 3+ sampai 4+
dengan penambahan reagen yang mengandung ABO antibodi.
Reaksi pada serum grouping sering lebih lemah sehingga perlu
dilakukan inkubasi 5-15 menit sebelum sentrifugasi sehingga
reaksi lemah menjadi lebih kuat (Cooling, 2014).
Pemeriksaan Golongan Darah ABO Dengan Microplate Test
Microplate memiliki 96 sumuran yang masing-masing dapat
menampung 200-300 µL sampel atau reagen. Teknik microplate ini
digunakan secara luas pada tempat-tempat dengan beban pemeriksaan
yang banyak dan saat ini sudah tersedia prosedur pemeriksaan dengan
autoanalyzer. Ada tiga jenis microplate yang tersedia yaitu:
1. V-type well
2. Flat-bottom
3. U-type well

Gambar 3.7 V-type well, flat bottom dan U-type well (WHO, 2009).
Jenis microplate yang banyak digunakan untuk pemeriksaan
serologi golongan darah adalah U-type well karena hasil lebih mudah
dibaca pada bagian bawah U-plate (NAB, 2013).

1. Prinsip pemeriksaan
Prinsip pemeriksaan pada pemeriksaan golongan darah ABO
pada microplate test sama dengan pemeriksaan menggunakan tabung
(tube test).

2. Jenis sampel
Umumnya, menggunakan sampel darah beku atau dengan
antikoagulan. Sel darah merah dapat disuspensi secara autologous
dengan serum, plasma, salin atau membutuhkan pencucian terlebih
dahulu kemudian diresuspensi dalam salin. Jenis sampel disesuaikan
dengan rekomendasi insert kit reagen yang digunakan (Cooling, 2014).

3. Alat dan reagen


Pada pemeriksaan dengan microplate dibutuhkan beberapa
tambahan peralatan seperti:
a. microplate : umumnya dipakai microplate dengan 96 sumuran.
b. dispenser (bersifat opsional): berguna untuk mendapatkan volume
sampel atau reagen yang sama dalam satu baris sumuran. Bila
tidak tersedia dapat menggunakan multicanel micropipette atau
dikerjakan secara manual dengan single micropipette.
c. microplate reader (opsional): fotometer automatis dapat digunakan
untuk membaca hasil pada microplate berdasarkan derajat
absorbance dalam U-shape bottom wells untuk membedakan hasil
positif dan negatif. Microplate reader juga dilengkapi dengan
komponen mikroprosesor untuk membaca dan menginterpreasi
reaksi dan mencetak hasil pemeriksaan. Apabila microplate
reader tidak tersedia, pembacaan dan interpretasi dapat dilakukan
secara manual.
d. sentrifus : sentrifus yang digunakan khusus untuk melakukan
sentrifugasi microplate. Informasi spesifik yang perlu ditanyakan
pada perusahaan sentrifus adalah untuk flexible U-shaped bottom
microplate: 700 × g selama 5 detik, untuk rigid U-shaped bottom
microplate: 400 × g selama 30 detik baik untuk pemeriksaan sel
darah merah maupun serum atau plasma.

Gambar 3.8 U-shaped bottom microplate

4. Prosedur pemeriksaan
Ada pun prosedur pemeriksaan sel darah merah (cell grouping)
pada microplate test adalah sebagai berikut:
a. Teteskan 1 tetes anti-A dan 1 tetes anti-B secara terpisah pada
sumuran U-bottom microplate yang bersih dan kering. Jika
pemeriksaan dengan anti-D juga dilakukan, teteskan pada sumuran
ketiga,
b. tambahkan 1 tetes suspensi sel 2-5% pada masing-masing
microplate yang sudah mengandung anti-A, B, D,
c. lakukan pemeriksaan autokontrol pada sumuran keempat dengan
menambahkan suspensi sel sampel 2-5% dengan serum atau
plasma sampelnya sendiri,
d. campur secara perlahan dengan cara memiringkan bagian plate,
e. sentrifugasi microplate dengan kecepatan 700 × g selama 5 detik
bila menggunakan flexible U-shaped bottom microplate dan 400
× g selama 30 detik bila menggunakan rigid U-shaped bottom
microplate,
f. resuspensi dengan baik sel yang mengendap pada dasar tabung
secara manual atau menggunkan mechanical shaker, lihat ada
tidaknya aglutinasi,
g. baca dan interpretasi hasil serta lakukan pencatatan (Cooling,
2014).

Prosedur pemeriksaan serum atau plasma (serum grouping) pada


microplate test adalah sebagai berikut:
a. Tambahkan 1 tetes serum atau plasma pada bagian bawah masing-
masing sumuran,
b. tambahkan 1 tetes reagen suspensi sel A, sel B 2-5% pada sumuran
kelima dan keenam,
c. sentrifugasi microplate dengan kecepatan 700 × g selama 5 detik
bila menggunakan flexible U-shaped bottom microplate dan 400
× g selama 30 detik bila menggunakan rigid U-shaped bottom
microplate,
d. resuspensi dengan baik sel yang mengendap pada dasar tabung
secara manual atau menggunkan mechanical shaker, lihat ada
tidaknya aglutinasi,
e. baca dan interpretasi hasil kemudian lakukan pencatatan (Cooling,
2014).

5. Interpretasi hasil
Hasil positif : bila terjadi aglutinasi kuat
Hasil negatif : bila tidak terjadi aglunitasi
Interpretasi golongan darah ABO sama seperti tabel 3.3
Berikut adalah salah satu contoh gambar cara membaca pola
reaksi pada pemeriksaan golongan darah dengan microplate test.
Gambar 3.9 Pola reaksi pada pemeriksaan golongan darah dengan microplate test
(Diagast, 2016).

Dari gambar 3.9 terlihat pola reaksi pemeriksaan golongan


darah dengan microplate test. Dari 96 sumuran pada microplate, dapat
dilakukan pemeriksaan golongan darah baik cell grouping maupun
serum grouping untuk 16 sampel secara bersamaan. Kolom 1 reaksi
antara suspensi sel darah merah sampel dengan reagen anti-A, kolom
2 reaksi antara suspensi sel darah merah sampel dengan reagen anti-B,
kolom 3 reaksi antara suspensi sel darah merah sampel dengan reagen
anti-D, kolom 4 reaksi antara suspensi sel darah merah sampel dengan
negative Rhesus control, kolom 5 reaksi antara serum/plasma sampel
dengan reagen suspensi sel darah merah golongan A, dan kolom 6 reaksi
antara serum/plasma sampel dengan reagen suspensi sel darah merah
golongan B. Demikian juga untuk kolom 7 sampai 12 sama seperti kolom
1 sampai 6. Reaksi dikatakan positif apabila suspensi memusat pada
bagian sentral sumuran dan reaksi dikatakan negatif apabila suspensi sel
menyebar secara homogen pada seluruh sumuran (Diagast, 2016).

Pemeriksaan Golongan Darah dengan Column


Technique
(Sephadex Gel)
1. Prinsip pemeriksaan
Prinsip dasar dari metode gel hampir sama dengan metode
tabung, serum dan suspensi sel direaksikan pada tabung kecil dengan
ukuran panjang 15 mm dan lebar 4 mm. Masing-masing microtube
mengandung 35 µL dextran acrylamide gel yang disiapkan dalam
larutan buffer seperti Low Ionic Strength Solution (LISS) atau salin. Gel
juga mengandung elemen yang lain seperti sodium azide, bovin serum
albumin dan reagen spesifik seperti anti-IgG atau Red Blood Cell-
specific antisera (ABO dan D). Jika gel mengandung reagen spesifik,
reagen ditambahkan selama penyiapan oleh pabrik sebelum pengisian
microtube. Reagen akan tersebar di sepanjang gel column. Gel column
terdiri dari 75% gel pekat dan 25 % cairan. Enam buah microtube di
tanam dalam plastic card untuk memudahkan penanganan, pemeriksaan,
pembacaan dan pembuangan. Sejumlah volume serum atau plasma atau
suspensi sel darah merah yang akan diperiksa dimasukkan ke dalam
microtube diikuti oleh proses inkubasi dan sentrifugasi (Rumsey and
Ciesielski, 2000; Walker and Harmening, 2012 ).
Selama proses inkubasi, antigen pada permukaan sel darah merah
akan berikatan dengan antibodi yang sesuai sehingga membentuk
aglutinasi. Selama proses sentrifugasi, sel yang beraglutinasi kuat akan
tertangkap pada bagian atas matrik gel sedangkan sel yang beraglutinasi
lemah akan pindah ke bagian bawah matrik gel. Bila aglutinasi tidak
terjadi maka semua sel akan mengendap ke bagian bawah matrik gel
(McCullough, 2012; Sanguin Blood Supply, 2016).
Berikut akan dijelaskan salah satu teknik pemeriksaan golongan
darah dengan column technique atau metode gel yang diambil dari salah
satu reagen komersial yang beredar di pasaran. Untuk masing-masing
reagen, prosedur pemeriksaan harus disesuaikan dengan panduan yang
sudah ditetapkan oleh pabriknya.

2. Jenis sampel
Sampel untuk pemeriksaan sebaiknya menggunakan sampel
darah segar yang ditampung pada tabung dengan antikoagulan Ethylene
diamine tetraacetic acid (EDTA) atau citrate. Untuk reverse grouping
dapat menggunakan plasma atau serum (Mehdi,2013; Diamed, 2016).

3. Alat dan reagen


Jenis peralatan yang dibutuhkan untuk menunjang pemeriksaan
antara lain:
a. ID. Centrifuge
b. ID. Working table ( ID card holder & tube holder )
c. ID. Pipetor
d. Tips
e. ID. Dispenser ( ukuran 0.5 mL)
Beberapa reagen dan sampel darah yang dibutuhkan untuk pemeriksaan
antara lain:
a. ID card : ID-DiaClon ABOD + reverse grouping card
b. larutan ID Diluent 2 (modified LISS )
c. standar sel A 1% dan standar sel B 1% dalam Diluent 2.
d. sel pasien suspensi 5% dalam Diluent 2
e. serum atau plasma pasien atau donor (Mehdi, 2013; Diamed,
2016)

4. Prosedur pemeriksaan
Ada pun prosedur pemeriksaan golongan darah dengan metode
gel adalah sebagai berikut:
a. Pisahkan sel darah merah dengan plasma atau serum yang akan
diperiksa
b. Biarkan larutan ID Diluent 2 ( modified LISS ) pada suhu kamar
c. Buat suspensi sel daerah merah 5% dalam larutan LISS, yaitu :
1. 500 ul diluent 2 (modified LISS) + 50 ul whole blood (WB)
2. 500 ul diluent 2 (modified LISS) + 25 ul packed red cells
Buat suspensi sel darah merah 1% dalam larutan LISS, yaitu :
1. 500 ul diluent 2 (modified LISS) + 10 ul whole blood
2. 500 ul diluent 2 (modified LISS) + 5 ul packed red cells
d. Siapkan ID-DiaClon ABOD + reverse grouping card
e. Beri label nama pasien pada ID card
f. Buka penutup card ( alumunium foil )
g. Teteskan 50 ul standar sel-A 1% ke dalam microtube nomor 5
(A1)
h. Teteskan 50 ul sel-B 1% ke dalam microtube nomor 6 ( B )
i. Teteskan 10 ul sel pasien 5% ke dalam microtube nomor 4
j. Teteskan 25 ul serum atau plasma ke dalam microtube nomor 4,
5, dan 6
k. Diamkan pada suhu kamar selama 10 menit
l. Teteskan 10 ul sel pasien suspensi 5% ke dalam microtube nomor
1, 2, dan 3 (A, B, D)
m. Ketuk-ketuk microtube secara perlahan-lahan jika belum
tercampur
n. sentrifugasi ID- card selama 10 menit dengan ID- centrifuge,
o. baca dan catat hasilnya (Mehdi,2013; Diamed, 2016).
5. Interpretasi hasil
Hasil pemeriksaan pada ID-cards juga dapat diinterpretasikan
seperti hasil pemeriksaan pada metode tabung. Microtube 1 dan 2
sebagai forword grouping, microtube 3 untuk pemeriksaan Rhesus,
microtube 4 sebagai negative Rhesus control dan microtube 5,6 sebagai
reverse grouping. Kontrol negatif harus menunjukkan hasil negatif, jika
menunjukkan aglutinasi maka pemeriksaan disimpulkan invalid dan
seluruh prosedur harus diulang (Mehdi, 2013).
Derajat aglutinasi dapat ditentukan dengan mengamati reaksi yang
terjadi pada microtube. Hasil dinyatakan negatif bila seluruh suspensi
sel darah merah mengendap pada dasar tabung. Hasil 1+ bila sebagian
besar suspensi sel darah merah mengendap pada dasar microtube
namun ada sebagian kecil yang naik dari dasar tabung. Hasil 2+ bila
suspensi sel darah merah naik dari dasar microtube dan mengisi hampir
seluruh panjang microtube. Hasil 3+ bila sebagian besar suspensi sel
darah merah ada pada permukaan microtube dan hanya sebagian kecil
disepanjang microtube. Hasil 4+ bila seluruh suspensi sel darah merah
ada di permukaan microtube (Saluju and Singal, 2014). Derajat reaksi
dapat diilustrasikan pada gambar berikut.

Gambar 3.10 Derajat aglutinasi hasil pemeriksaan golongan darah dengan column
technique (Saluju and Singal, 2014)
Gambar 3.11 Contoh hasil pemeriksaan golongan darah ABO/D dan reverse grouping
dengan column technique (Saluju and Singal, 2014)

Pada gambar di atas hasil pemeriksaan forword grouping dengan


anti-A 4+, anti-B 4+, anti-D 4+, negative Rhesus control negatif dan
hasil pemeriksaan reverse grouping baik pada sel A1 dan sel B keduanya
negatif. Dari hasil pemeriksaan golongan darah tersebut disimpulkan
golongan darah AB Rhesus positif.

Pemeriksaan Golongan Darah ABO dengan Solid Phase


Tests
Solid phase immunoassay diperkenalkan pertama kali oleh
Rosenfield dan Coworkers pada 1978 untuk melakukan pemeriksaan
Red Blood Cell (RBC) typing dan skrining antibodi. Salah satu bagian
test yang akan direaksikan (antigen atau antibodi) diikatkan pada fase
padat (umumnya menggunakan microtiter well) sebelum test dimulai.
Dalam waktu singkat diikuti oleh para ilmuwan lainnya dan berhasil
mengembangkan teknologi Solid-Phase Test. Pada 1984 Plapp dan
Coworkers melaporkan penggunaan Solid-Phase Red Cell Adherence
(SPRCA) untuk mendeteksi antigen antibodi sel darah merah. Teknologi
Solid-Phase Test yang lain adalah Solid-Phase Protein A, dan Solid-
Phase Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) (Walker and
Harmening, 2012; Blaney and Howard, 2013).
Beberapa tahun terakhir pemeriksaan solid phase immunoassay
telah digunakan secara luas di laboratorium kimia dan imunologi.
Khusus di Bank Darah, saat ini generasi pertama dan kedua SPRCA
telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk
pemeriksaan skrining dan identifikasi antibodi, direct antiglobulin test,
weak D test dan IgG crossmatch (Walker and Harmening, 2012; Blaney
and Howard, 2013).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Antigen Antibodi


pada Pemeriksaan Golongan Darah
Aglutinasi sel darah merah dapat berlangsung melalui dua tahapan.
Tahap pertama antibodi berikatan dengan permukaan sel darah merah,
tahap kedua antibodi berinteraksi dengan sel darah merah sehingga sel-
sel saling berdekatan dan terjadilah aglutinasi. Tahap pertama aglutinasi
dipengaruhi oleh suhu, pH medium, konstanta afinitas antibodi, waktu
atau lama inkubasi, kekuatan ion pada medium, dan rasio antigen
antibodi. Tahap kedua aglutinasi dipengaruhi oleh jarak antar sel, muatan
molekul dalam suspensi, deformitas membran, molekul permukaan
membran dan struktur molekul (McCullough, 2012).
Berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi reaksi
antigen dan antibodi pada pemeriksaan golongan darah.

1. Muatan ion sel darah merah


Dalam kondisi fisiologis, sel darah merah tidak pernah berikatan
satu sama lain atau menggumpal secara spontan, baik selama berada
di dalam tubuh (in vivo) maupun selama di dalam tabung (in vitro)
karena masing-masing membran memiliki muatan negatif. Muatan
negatif dihasilkan oleh kelompok neuraminic acid yang terdapat pada
permukaan membran sel darah merah (WHO, 2009).
Bila sel darah merah disuspensikan dalam larutan elektrolit,
maka ion positif akan ditarik oleh muatan negatif pada sel darah merah,
sehingga sel darah merah tersebut akan dikelilingi oleh 2 lapisan yang
diffuse (Zeta Potensial). Bila ada antibodi yang menempel pada sel darah
merah, maka sel darah merah akan mengurangi muatan negatif pada
permukaannya, sehingga memungkinkan sel tersebut saling mendekat
satu sama lainnya. Karena antibodi tersebut bivalent, maka mereka
akan membentuk jembatan antara sel yang satu dengan sel yang lainnya
(Depkes RI, 2008).

2. Temperatur
Antibodi yang berbeda mempunyai kemampuan bereaksi secara
optimal pada suhu yang berbeda juga. Sebagai contoh antibodi golongan
darah ABO bereaksi optimal pada suhu 4 oC sedangkan antibodi Rhesus
bereaksi optimal pada suhu 37 oC (WHO, 2009).

3. pH
Sebagian besar antibodi golongan darah dapat bereaksi secara
optimal pada pH 6,5 sampai 7,5. Reaksi akan dihambat apabila pH
terlalu asam atau terlalu alkalis (WHO, 2009).

4. Usia serum dan eritrosit sampel


Reaksi yang paling baik umumnya didapatkan jika menggunakan
sampel serum dan eritrosit segar. Untuk alasan tersebut disarankan selalu
menggunakan sel darah merah segar atau menyimpan serum pada suhu
-20 oC atau suhu lebih rendah apabila tidak segera digunakan (WHO,
2009).

5. Rasio antigen dan antibodi


Rasio antigen dan antibodi sangat penting dalam menentukan
kuat lemahnya reaksi. Semakin banyak antibodi yang berikatan dengan
antigen yang ada pada permukaan eritrosit maka reaksi yang terjadi
akan semakin kuat. Penting untuk memastikan keakuratan suspensi sel
darah merah yang disiapkan karena suspensi sel yang terlalu pekat akan
sedikit mengikat antibodi sehingga reaksi yang muncul lebih lemah.
Suspensi sel yang dianggap mampu memberikan reaksi optimal pada
tes aglutinasi adalah suspensi sel 2-5% (WHO, 2009).

6. Kekuatan ionik
Kecepatan terjadinya reaksi antigen-antibodi dapat ditingkatkan
jika kekuatan ionik pada medium untuk mensuspensikan sel darah
merah menurun. Penggunaan Low Ionic Strength Solution (LISS) dapat
mengurangi periode inkubasi pada anti-human globulin test selama 15
menit (WHO, 2009).
Harmening, D. M., Forneris, G., Tubby, B. J. 2012. The ABO Blood
Group System. Blood Groups and Serologic Testing. Modern
Blood Banking & Transfusion Practices 6th Edition. Philadelphia:
F.A Davis company. p.119-148.
McClelland, D.B.L. 2012. Blood products and transfusion procedures.
Handbook of Transfusion Medicine. London: TSO (The Stationery
Office). pp. 5-22.
McCullough, J. 2012. Laboratory Detection of Blood Groups and
Provision of Red Cells. Transfusion Medicine Third Edition. UK:
Wiley-Blackwell. p. 207-233.
Makroo, R.N. 2009. ABO Blood group System. Practice of Safe Blood
Transfusion Compendium of Transfusion Medicine. New Delhi:
Kongposh. p. 39-64.
Mehdi, S.R. 2013. ABO blood group system. Essentials of Blood
Banking A Handbook for Students of Blood Banking and Clinical
Residents. Second Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers. p. 6-18.
Nester, T., Aubuchon, J.P. 2011. Hemotherapy Decisions and Their
Outcomes. Technical Manual 17th AABB. Bank United State:
American Association of Blood. p. 571-604.
NIB. 2013. Guidance Manual on “ABO and Rh Blood Grouping”.
National Institute of Biologicals. Ministry of Health & Family
Welfare Government of India. p. 9-31.
Ortho Clinical Diagnostic, 2016. User instruction The ID-Micro Typing
SystemTM reagent.
Powell, V. I. 2016. Blood Group Antigen and Antibodies. NYU Langone
Medical Center.
Rumsey, D. H., Ciesielski, D. J. 2000. New Protocols in Serology
Testing: A Review of Techniques To Mee Today,s Challenges.
Immunohematology. Journal of Blood Group Serology and
Education, 16(4): 1-9.
Shaz, B.H, Hillyer, C.D. 2009. Autoimmune Hemolytic Anemias.
Transfusion Medicine and Hemostasis Clinical and Laboratory
Aspect. USA: Elsevier. p.251-258.
Sanguin Blood Supply. 2016. User Instruction Blood group serology
products.
Saluju, G. P., Singal, G. L. 2014. Alternative Technologiesin Blood
Banking. Standard Operating Procedures and Regulatory
Guidelines Blood Banking.New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers. p. 104-110.
Voak, D., Napier, J.A.P., Boulton, F.E., Cann, R., Finney, R.D., Fraser,
I.D., Wagstaff, W., Water, A.H., Wood, J.K., Doughty, R.W.,
Brazier, D., Cant, B., Hedley, G., Knight, R., Milkins, C., Poole,
G.D., Ross, D.W., Sangster, J., Scott, M. 1990. Guidelines
for microplate technique in liquid-phase blood grouping and
antibody screening. A Joint Publication of The British Society
For Haematology and The British Blood Transfusion Society.
Journal of Clinical Laboratory Haematology, 12: 437-460.
Walker, P. S., Harmening, D. M. 2012. Other Technologies and
Automation. Blood Groups and Serologic Testing. Modern Blood
Banking & Transfusion Practices 6th Edition. Philadelphia: F.A
Davis company. p. 273-285.
WHO. 2002. Blood Transfusion Safety. The Clinical Use of Blood.
Genewa: WHO. p 1-121.
WHO, 2009. Basic Blood Group Immunology. Safe Blood and Blood
Product. Genewa: WHO. p. 16-24.
WHO, 2009. The ABO Blood Group System. Safe Blood and Blood
Product. Genewa: WHO. p. 25-34.
BAB IV PEMERIKSAAN
GOLONGAN DARAH
RHESUS
Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus dengan Metode Tube
Test
1. Alat
Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan
golongan darah Rhesus dengan metode tube test adalah tabung reaksi
dan sentrifus (Denomme et al, 2014; Levitt, 2014).

2. Bahan
Sampel untuk pemeriksaan dapat berupa darah beku atau
darah dengan antikoagulan. Sel darah merah dapat disuspensi secara
autologous pada serum, plasma atau salin. Cuci sel darah merah dengan
salin kemudian diresuspensi kembali dalam medium salin (Denomme
et al, 2014; Levitt, 2014).
Reagen yang digunakan dapat berupa reagen monoklonal maupun
poliklonal. Reagen digunakan sesuai dengan instruksi penggunaan dari
perusahaan reagen (Denomme et al, 2014; Levitt, 2014).

3. Prosedur Pemeriksaan
Ada pun prosedur pemeriksaan golongan darah Rhesus dengan
metode tube test adalah sebagai berikut:
a. Teteskan 1 tetes anti-D ke dalam tabung yang bersih dan sudah
diberi label. Penambahan reagen ke dalam tabung dilakukan
sebelum penambahan suspensi sel darah merah dengan tujuan
untuk menghindari adanya hasil yang negatif palsu akibat lupa
menambahkan reagen,
b. tambahkan 1 tetes reagen kontrol pada tabung kedua yang sudah
dilabel,
c. tambahkan masing-masing 1 tetes suspensi sel darah merah 2-
5%,
d. campur dengan lembut dan sentrifugasi dengan kecepatan
3000 rpm selama 1 menit atau sesuai dengan rekomendasi dari
perusahaan yang memproduksi reagen,
e. resuspensi dengan lembut endapan sel yang ada pada bagian
bawah tabung untuk melihat ada tidaknya aglutinasi,
f. tentukan derajat reaksi dan lakukan pencatatan hasil (Denomme
et al, 2014; Levitt, 2014).
`
4. Interpretasi hasil
a. Aglutinasi positif pada tabung yang ditambahkan anti-D dan
aglutinasi negatif pada kontrol mengindikasikan hasil pemeriksaan
positif atau sampel dengan D positif,
b. Tidak adanya aglutinasi pada tabung dengan anti-D maupun
kontrol menunjukkan hasil pemeriksaan negatif. Bila sampel
berasal dari pasien, dianggap sebagai Rhesus negatif. Bila sampel
berasal dari donor perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk
menentukan ada tidaknya weak D antigen.
c. Aglutinasi positif pada kontrol menunjukkan hasil pemeriksaan
invalid. Pemeriksaan perlu diulang atau dibutuhkan pemeriksaan
lanjutan untuk membuang IgM atau IgG antibody pada sel darah
merah (Denomme et al, 2014; Levitt, 2014).
4.7 Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus dengan Metode
Microwell Plate atau Microplate
1. Alat
Alat yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan golongan
darah Rhesus dengan metode microplate antara lain: microplate,
micropipette, microplate centrifuge dan microplate shaker (Denomme
et al, 2014; Levitt, 2014).

2. Bahan
Sampel yang digunakan disesuaikan dengan jenis sampel yang
direkomendasikan oleh perusahaan yang memproduksi reagen. Untuk
pemeriksaan dengan metode microplate otomatis dapat membutuhkan
sampel dengan antikoagulan spesifik (Denomme et al, 2014; Levitt,
2014).

3. Prosedur Pemeriksaan
Adapun prosedur pemeriksaan golongan darah Rhesus dengan
metode microplate adalah sebagai berikut:
a. Teteskan 1 tetes reagen anti-D pada sumuran microplate. Jika
dibutuhkan, gunakan bahan kontrol dan teteskan kontrol pada
sumuran kedua dari microplate,
b. tambahkan 1 tetes suspensi sel darah merah 2-5% yang disuspensi
dalam medium salin,
c. campur dengan baik dengan cara mengyoyangkan microplate
dengan lembut,
d. lakukan sentrifugasi pada microplate centrifuge dengan kecepatan
tertentu sesuai dengan rekomendasi perusahaan pembuat reagen,
e. resuspensi endapan sel darah merah pada bagian bawah tabung
dengan menggoyang microplate secara lembut atau gunakan
microplate shaker.
f. periksa ada tidaknya aglutinasi, lakukan interpretasi dan
pencatatan,
g. untuk meningkatkan reaksi yang lemah, lakukan inkubasi pada
hasil yang negatif pada suhu 37 oC selama 15-30 menit dan ulangi
langkah keempat sampai keenam (Denomme et al, 2014; Levitt,
2014).
2. Interpretasi hasil
a. Aglutinasi positif pada sumuran yang ditambahkan anti-D
dan aglutinasi negatif pada kontrol mengindikasikan hasil
pemeriksaan positif atau sampel dengan D positif,
b. Tidak adanya aglutinasi pada sumuran dengan anti-D
maupun kontrol menunjukkan hasil pemeriksaan negatif. Bila
sampel berasal dari pasien, dianggap sebagai Rhesus negatif.
Bila sampel berasal dari donor perlu dilakukan pemeriksaan
lanjutan untuk menentukan ada tidaknya weak D antigen
(Denomme et al, 2014; Levitt, 2014).
.
DAFTAR PUSTAKA

Blaney, K.D., Howard, P.R. 2013. Rhesus Blood Group System. Basic &
Applied Conceppts of Blood Banking and Transfusion Practices
Third Edition. United States: Elsevier Mosby p. 107-121.
Blaney, K.D., Howard, P.R. 2013. Blood Componet Preparation and
Therapy. Basic & Applied Conceppts of Blood Banking and
Transfusion Practices Third Edition. United States: Elsevier
Mosby p. 304-328.
Denomme, G., Westhoff, C. M. 2014. The Rh system. In: Fung M,
Grossman BJ, Hillyer CD, Westhoff CM, eds. Technical manual,
18th edition. Bethesda, MD: AABB. p. 317-36.
Callum, J., Barret, J., 2007. Obstetric and Intrauterin Transfusion. Blood
Banking and Transfusion Medicine Basic Principle & Practice
Second Edition. USA: Churchill Livingstone Elsevier. p.496-
509.
Johnson, S. T., Wiler, M. 2012. The Rh Blood Group System. Blood
Groups and Serologic Testing. Modern Blood Banking &
Transfusion Practices 6th Edition. Philadelphia: F.A Davis
company. p. 148-169.
Kulkarni, S. 2015. Molecular Genotyping and its Applications
toTransfusion Medicine. Transfusion Update. Indian Society
of Blood Transfusion and Immunohaematology (ISBTI). New
Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. p.290-295.
National Institute for Health and Clinical Excellence, 2011. Caesarean
section. NICE clinical guideline 132. Manchester. p.1-57.
Levitt, J. 2014. Standards for blood banks and transfusion services. 29th
ed. AABB. Bethesda. p.31-46.
Makroo, R.N. 2009. The Rh Blood Group System. Practice of Safe
Blood Transfusion Compendium of Transfusion Medicine. New
Delhi: Kongposh. p. 66-79.
Mehdi, S.R. 2013. Rhesus Blood Group System. Essentials of Blood
Banking A Handbook for Students of Blood Banking and Clinical
Residents. Second Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers. p.18-24.
Provan, D., Singer, C.R.J., Baglin, T., Lilleyman, J. 2004. Haemolytic
disease of the newborn. Oxford Handbook of Clinical Haematology
Second edition. Oxford New York: Oxford University Press. p.
440-44.
Roback, J.D., Grossman, B.J., Harris, T. 2011. Technical Manual 17th
Edition. USA: American Association of Blood Bank. p. 885-
888.
Roback, J.D., Grossman, B.J., Harris, T., Hillyer, C.D., 2011. Antibody
Detection, Identification,and Compatibility Testing. Technical
Manual 17th Editions. USA: American Association of Blood
Bank. p. 907-909.
Saluju, G. P., Singal, G. L. 2014. Rh Blood Grouping. Standard
Operating Procedures and Regulatory Guidelines Blood Banking.
New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. p. 77-86.
WHO, 2002. Obstetric. The Clinical Use of Blood Handbook. World
Health Organization Blood Transfusion Safety. Genewa:WHO.
p. 120-135.
etes suspensi sel donor 2-5%,
• tabung II(crossmatch minor): 2 tetes plasma donor + 1 tetes
suspensi sel pasien 2-5%,
• tabung III (autokontrol): 2 tetes serum pasien + 1 tetes
suspensi sel pasien 2-5%
b. Campur masing-masing tabung dan inkubasi selama 45-60
menit.
c. Lakukan sentrifugasi selama satu menit pada kecepatan 1000
rpm

Anda mungkin juga menyukai