Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM SITOHISTOTEKNOLOGI

“Pengenalan Alat dan Jaringan” KOREKTOR

I. TUJUAN
untuk mengetahui dan memahami alat alat yang digunakan untuk
melakukan pemotongan jaringan serta mengetahui jaringan
jaringan yang digunakan untuk pemriksaan
II. DASAR TEORI
Anatomi ialah spesialisasi medis yang berurusan dengan diagnosis
penyakit
berdasarkan pada pemeriksaan kasar, mikroskopik, dan molekuler
atas organ,
jaringan, dan sel dengan pengecatan khusus dan imunohistokimia
yang
dimanfaatkan untuk memvisualisasikan protein khusus dan zat lain
pada dan
di sekeliling sel.

Sitohistoteknologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang


preparasi sel-sel dan jaringan tubuh sampai menjadi sediaan
mikroskopis yang digunakan untuk mendiagnosa adanya kelainan-
kelainan dalam tubuh. Diagnosa histopatologi, sampai saat ini
masih merupakan kunci dalam diagnosa sebagian besar penyakit.
Diagnosa penyakit secara histologi dan sitologi dilakukan secara
makroskopis dan mikroskopis. Untuk mendapatkan sediaan
mikroskopis diperlukan metode pewarnaan tertentu. Ada beberapa
teknik pewarnaan yang dilakukan di laboratorium
Sitohistoteknologi, antara lain: pewarnaan Hematoksilin Eosin,
pewarnaan Papanicolaou, pewarnaan khusus imunohistokimia, dll.
Laboratorium ini memiliki kekhasan dibandingkan laboratorium
kesehatan lainnya. Hal ini terlihat dari instrumen dan reagen yang
berbeda dan spesifik.
III. Hasil Pembahasan
A. Alat alat sitohistoteknologi
a. Pemotongan Makros
1. Pisau

Fungsi: Untuk memotong sampel dengan ukuran macros (ukuran


standart:
panjang x lebar x tebal =1,5 x 1,5 x 0,3-0,5 cm)
2. Telenan

Fungsi: Sebagai alas pada saat pemotongan macros


3. Mistar
Fungsi: Untuk mengukur sampel yang akan dipotong secara
macros
(panjang, lebar, tebal)
4. Timbangan

Fungsi: a. Untuk menimbang Jaringan


b. Untuk menimbang paraffin (Makro & Mikro)
5. Pengasah Pisau (Ungkal)
Fungsi: Untuk mengasah pisau yang yang digunakan dalam
pemotongan
Makros.
6. Kaset Tissue

Fungsi: Sebagai tempat serta pemisah antara sampel hasil


pemotongan
macros yang satu dengan yang lainnya tanpa harus menggangu
jalannya proses Fiksasi, Dehidrasi, & Clearing
b. Fiksasi-Dehidrasi (Aceton) - Clearing (Pertamax)
1. Toples
Fungsi: a. Sebagai tempat jaringan
b. Sebagai tempat berjalannya proses Fiksasi, Dehidrasi &
Clearing
2. Pinset

Fungsi: a. Membantu pengambilan jaringan dalam wadahnya serta


dalam
pemotongan macros
b. Untuk mengambil Kaset yang berisi jaringan disaat proses
Fiksasi, Dehidrasi, & Clearing
c. Embedding/Impregnasi
1. Tutup Botol/Mangkok Kecil
Fungsi: Sebagai wadah untuk merendam jaringan dalam paraffin
cair
2. Inkubator
Fungsi: : a. Untuk dalam proses Embedding
b. Untuk mengeringkan preparat Histopatologi & Sitopatologi
sebelum dilakukan pengecatan
c. Untuk mencairkan paraffin*
3. Paraffin* (4 bagian Paraffin Makro + 1 bagian Paraffin Mikro)

Fungsi: a. Mengisi sela sel jaringan sehingga jaringan


dimungkinkan untuk
bisa dipotong secara
tipis (Embedding)
b. Untuk proses Impregnasi (Blocking)
d. Blocking
1. Pencetak Block

a. Logam Letter L, fungsi: Memberi bentuk block


b. Logam Pipih/Plate Logam, fungsi: Sebagai alas pencetak block
2. Kompor Listrik

Fungsi: Untuk mencairkan serta mencampur paraffin


E. Pemotongan Mikros
1. Mikrotom, terdiri dari:

a. Tuas Pemutar
Fungsi: Untuk menggerakkan roda pemutar & tempat block
jaringan
sehingga dapat dinaik turunkan
b. Roda Pemutar
Fungsi: Untuk memepercepat perataan block
c. Meja Pisau Mikrotom
Fungsi: Sebagai tempat untuk memasang pisau mikrotom
d. Kunci Roda Pemutar
Fungsi: Untuk mengunci roda pemutar sehingga ketebalan
pemotongan
yang diinginkan tetap konsisten
e. Pengatur Ketebalan
Fungsi: Untuk mengatur ketebalan pemotongan (Ketebalan ideal:
3-5
mikro meter)
f. Tempat Block
Fungsi: Sebagai pengait block, sehingga block dapat diapit dengan
kuat
& mempermudah pada saat pemotongan makros
g. Pengunci Tuas Pemutar
Fungsi: Untuk mengunci Tuas Pemutar sehingga tidak dapat
diputar
(pengaman)
h. Pisau Mikrotom
Fungsi: Untuk memotong block parafin jaringan dengan ketebalan
mikron
2. Floating Bath
Fungsi: Sebagai tempat penangkapan &
memekarkan/merenggangkan hasil
pemotongan mikros (pita parafin jaringan)
3. Spatel

Fungsi: Alat bantu dalam penangkapan &


memekarkan/merenggangkan
hasil pemotongan mikros (pita parafin jaringan)
4. Objek Glass
Fungsi: Untuk pembuatan preparat Histopatologi & Sitopatologi
5. Deck Glass

Fungsi: Sebagai penutup preparat pada saat proses Mounting


6. Lem Gliserin-Putih Telur

Fungsi: Merekatkan pita paraffin jaringan dengan objek glass


f. Pengecatan
1. Chamber/ Satining Jar
Fungsi: Sebagai tempat proses jalannya pengecatan Histopatologi
&
Sitopatologi
2. Tabung Reaksi Pendek

Fungsi: Sebagai tempat sampel Sitopatologi di saat pemusingan


3. Centrifuge
Fungsi: Untuk memusing sampel Sitopatologi
4. Abrasive Boor
Fungsi: Memberi kode/tanda pengenal pada preparat
5. Lem Mounting/ Entelan
Fungsi: Untuk merekatkan Deck Glass dengan Preparat di saat
proses
mounting

B. Jaringan

Jaringan adalah struktur yang dibentuk oleh kumpulan sel-sel yang


memiliki

sifat-sifat morfologik dan fungsi yang sama. Tubuh hewan tersusun atas 4

jenis jaringan yaitu:

(1) Epitel
(2) Penyambung (konektif)
(3) Otot, dan
(4) Saraf.
Jaringan ini saling berhubungan satu sama lain membentuk organ, sistem

organ, dan tubuh.

Jaringan Epitel Jaringan epitel mempunyai fungsi utama sebagai berikut:

(1) Menutupi dan melapisi permukaan (misalnya kulit),


(2) Penyerapan (absorpsi) misalnya usus halus,
(3) Sekresi misalnya sel epitel kelenjar,
(4) Sensoris misalnya neuroepitel (reseptor),
(5) Kontraktil misalnya sel mioepitel.
Adanya lamina basalis, sebagai penghubung dengan jaringan
penyambung (konektif) di bawahnya, suatu struktur ekstrasel. Klasifikasi
Sel Epitel Menurut bentuk selnya, sel epitel dapat dibedakan menjadi:
1. Epitelium pipih selapis; sebagai contoh sel-sel epitel penyusun lapisan
parietal capsula Bowmani ginjal, sel endotel pembuluh darah, dan sel
mesotel yang melapisi ronggarongga tubuh tertentu.
2. Epitel kubus selapis; sebagai contoh sel-sel epitel (epitel kubus selapis
dengan striated brush border) penyusun lapisan tubulus contortus uriniferu
s(TCU) pars proksimalis
ginjal. Sel-sel epitel (epitel kubus selapis tanpa brush border) penyusun
lapisan TCU pars distalis ginjal.
3. Epitel kolumner selapis; sel-sel epitel penyusun lapisan duodenum
mamalia.
4. Epitel transisional; sebagai contoh sel-sel epitel penyusun lapisan
esophagus kelinci. Sel epitel berlapis-lapis pada bagian superfisial
berbentuk pipih,
sedangkan lapisan dalam bentuknya bervariasi dari kuboid sampai
kolumner. Sel-sel lapisan luar mengalami penandukan (kornifikasi). Ureter,
pada bagian superfisial terlihat sel-sel yang bentuknya seperti payung (sisi
atas lebih lebar dari sisi bawah) dan sel-sel lapisan di bawahnya
berbentuk polygonal. Trakhea domba, sel epitel kolumner bersilia, sel-sel
kolumner bertumpu pada membrana basalis tetapi tidak semuanya
mencapai permukaan bebas.
5. Epitel berlapis digolongkan menurut bentuk sel lapisan superfisialnya:
skuamosa, kuboid, kolumner, dan transisional.

Contoh Organ dalam histologi :

a. Uterus
b. Payudara
c. Ovarium
d. Penis
e. Paru paru
f. Colon (usus besar)
g. Kerokan prostat

Daftar Pustaka
Masito, Siti. 2019. Laporan Praktikum Sitohistoteknologi Pembuatan
Preparat Histologi Kelenjar Getah Bening. Jurusan DIII Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palembang

Anda mungkin juga menyukai