Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM HEMATOLOGI I

RETIKULOSIT

Oleh
Kelompok 4
A. Nur Annisa Utami (16 3145 453 084)
Fitria Maulina Rezki (16 3145 453 093)
Nurkhairawati (16 3145 453 109)
Maria Getrudis Gheme (16 3145 453 101)
Teresya Fitriani Panaba (16 3145 453 117)

LABORATORIUM HEMATOLOGI
PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MEGA REZKY
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Retikulosit merupakan eritrosit muda yang tidak berinti dan berasal
dari proses pematangan normoblas di sumsum tulang. Sel ini mempunyai
jaringan organela basofilik yang terdiri dari RNA (ribonucleic acid) dan
protoforpirin yang dapat terwarnai biru dengan brilliant cresyl blue (BCB)
atau new methylene blue. Sisa RNA akan bertahan 1-2 hari setelah berada
diluar sumsum tulang (Nadesul, 2010).
Hitung retikulosit digunakan untuk menilai ketepatan reaksi sumsum
tulang terhadap anemia. Hitung retikulosit relatif akurat untuk menunjukkan
jumlah produksi eritrosit dalam sisitem eritropoetik. Hitung retikulosit sering
digunakan sebagai ukuran produksi oleh sumsum tulang. Hitung retikulosit
saat ini masih didasarkan pada penilaiaan visual terhadap sel yang diwarnai
atau dengan pewarna supravital yang memperlihatkan serat-serat reticulum.
Hitung ini adalah penilaian semikualitatif, jumlah retikulosit dan pewarnaan
dapat diubah sesuai dengan perbandingan jumlah darah dengan warna
retikulosit yang dikehendaki, namun Batasan maximal dan minimal cat BCB
dengan darah tidak dikehendaki karena kita dapat mengencerkanya sesuai
dengan perbandingan. (Rosita, 2006).

I.2 Maksud Percobaan


Berdasarkan latar belakang diatas maksud dari praktikum ini yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung metode apusan kering.
2. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk-bentuk retikulosit dalam metode
apusan kering.
3. Mahasiswa dapat mengetahui jumlah retikulosit dalam metode apusan
kering.
I.3 Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat megetahui cara menghitung retikulosit dengan metode
apusan kering.
2. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk retikulosit dengan metode apusan
kering.
3. Mahasiswa dapat mengetahui jumlah retikulosit dengan metode apusan
kering.

I.4 Prinsip Percobaan


Darah dicampur dengan larutan, Brilliant Crezyl Blue atau New
Methylene Blue, lalu dibuat sediaan. Dan jumlah retikulositnya dihitung
dibawah mikroskop. Jumlah retikulosit dihitung per 1000 eritrosit dan
dinyatakan dalam %.
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA

Retikulosit adalah sel eritrosit yang belum matang yang masih


mengandung sejumlah besar sisa-sisa ribosom dan RNA (Ribonucleic acid) yang
berasal dari sisa inti dari bentuk penuh pendahulunya Ribosome mempunyai
kemampuan untuk bereaksi dengan pewarna tertentu seperti brilliant cresyl blue
atau new methylene blue untuk membentuk endapan granula atau filamen yang
berwarna biru. Reaksi ini hanya terjadi pada pewarnaan terhadap sel yang masih
hidup dan tidak difiksasi. Oleh karena itu disebut pewarnaan supravital (Nadesul,
2007).
Kadar dalam eritrosit manusia sekitar 1%. Retikulosit berkembang dan
matang di sumsum tulang merah dan disirkulasikan dalam pembuluh darah
sebelum matang menjadi eritrosit. Seperti eritrosit, retikulosit tidak memiliki inti
sel (nukelus) (Riswanto, 2013).
Sel ini disebut retikulosit karena memiliki jaringan seperti retikuler pada
ribosom RNA. Retikuler ini hanya dapat diamati dibawah mikroskop dengan
pewarnaan tertentu seperti perwarnaa supravital dengan metilen biru baru.
Retikulosit tampak lebih kebiruan daripada eritrosit ketika diamati dengan
pewarnaan Romanowsky biasa. Ukurannya menyerupai eritrosit yakni sekitar 6
hingga 9 mikron (Wirawan, 1996).
Hitung retikulosit merupakan indikator aktivitas sumsum tulang dan
digunakan untuk mendiagnosis anemia. Banyaknya retikulosit dalam darah tepi
menggambarkan eritropoesis yang hampir akurat. Peningkatan jumlah retikulosit
didarah tepi menggambarkan akselerasi produksi eritrosit dalam sumsum tulang.
Sebaliknya, hitung retikulosit yang rendah terus-menerus dapat mengindikasikan
keadan hipofungsi sumsum tulang atau anemia aplastik (Rosita, 2006).
Jumlah retikulosit dihitung pada mikroskop cahaya dengan perbesaran 100
x 10, dihitung minimal per 1000 eritrosit dalam lapang pandang lebih dari 10.
Jumlah retikulosit yang ditemukan dalam lapang pandang tersebut dicatat (Riadi,
2011).
Jumlah retikulosit dapat dilaporkan dalam persen atau permil terhadap
jumlah eritrosit total atau dilaporkan dalam jumlah mutlak.Metode yang
digunakan untuk pemeriksaan retikulosit ada dua yaitu, metode kering. kelebihan
metode kering yaitu, sediaan dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama jika
harus dilakukan penundaan pemeriksaan. Kelemahan metode kering ada pada
proses pembuatan sediaan karena dikerjakan cukup lama (Kusnadi, 2009).
Prinsip pada pemeriksaan retikulosit adalah eritrosit muda yang tidak
berinti dan didalam sitoplasmanya masih terdapat sisa ribosom dan RNA. Sisa
ribosom dan RNA dapat dilihat dengan pewarnaan New Methylene Blue (NMB)
atau Brilliant Cresyl Blue (BCB) dimana larutan New Methylene Blue (NMB) atau
Brilliant Cresyl Blue (BCB) dimana larutan ini berfungsi member warna pada inti
retikulosit. Sisa RNA tampak sebagai filamen atau granula berwarna ungu atau
biru tergantung zat warna yang dipakai dan hanya terlihat pada sediaan yang tidak
difiksasi dan diwarnai dalam keadaan vital (Gandasoebrata, 1984).
Metode pada hitung retikulosit ada 2 yaitu sediaan kering dan sediaan
basah. Metode sediaan kering yaitu metode yang menggunakan sediaan kering
atau preparat dengan apusan kering. Pada metode ini sediaan dapat disimpan
dalam waktu lama apabila waktu tidak cukup saat praktikum. Sedangkan metode
sediaan basah yaitu apusan yang digunakan adalah sediaan basah dan tidak dapat
disimpan dalam waktu lama (Nadesul, 2007)
Adapun kelebihan dan kekurangan metode pada hitung retikulosit yaitu
pada metode basah kelebihannya lebih mudah, ringkas dan waktu yang diperlukan
lebih singkat/efisien. Kelemahannya ialah tidak dapat disimpan dengan waktu
yang cukup lama dan sel retikulosit bergerak, menyebabkan sel dapat terhitung
ulang. Sedangkan metode kering kelebihannya yaitu sediaan dapat disimpan
dalam waktu yang cukup lama jika harus dilakukan penundaan pemeriksaan.
Kelemahan metode ini ialah pada proses pembuatan sediaan karena dikerjakan
cukup lama (Wirawan, 1996).
Peningkatan jumlah retikulosit menandakan adanya penghancuran dan
penghilangan eritrosit berlebih yang diimbangi dengan peningkatan produksi
eritosit pada sumsum tulang. Penyakit yang disebabkan oleh meningkatnya
jumlah retikulosit ialah anemia hemolitik, anemia sel sabit, talasemia mayor,
leukemia, eritroblastik feoralik, Hb C dan D positif, kehamilan dan kondisi pasca
pendarahan berat. Sedangkan penyakit akibat menurunnya jumlah retikulosit ialah
krisis aplastic yaitu kejadian dimana destruksi eritrosit tetap berlangsung
semantara produksi eritrosit berhenti, minyalnya pada anemia penisiosa, anemia
defisiensi asam folat, anemia aplastic, terapi radiasi, hipofungsi andenocortikal,
hipofungsi hipofeseanterior dan sirosis hati (Gandasoebrata. 1984).
Retikulosit adalah sel eritrosit yang belum matang, dan kadarnya dalam
eritrosit manusia sekitar 1%. Nilai normal retikulosit = 0,5 – 1,5 % atau 5 – 15
0/00, sedangkan nilai normal jumlah mutlak retikulosit = 25.000 – 75.000 /ul.
Adapun nilai rujukan dari retikulosit adalah:
1. Dewasa : 0.5 - 1.5 %
2. Bayi baru lahir : 2.5 - 6.5 %
3. Bayi : 0.5 - 3.5 %
4. Anak – anak : 0.5 - 2.0 %
BAB III
METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan


III.1.1 Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini
a. Tabung reaksi kecil
b. Kaca objek
c. Turniquiet
d. Spoit 3 cc
e. Mikroskop
f. Tabung EDTA
g. Mikropipet.

III.1.2 Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini


a. darah EDTA
b. Larutan BCB (Brilliant Cresyl Blue)
c. Oil emersi

III.3 Cara Kerja


1. Dipipet larutan BCB menggunakan pipet micron 100 µm darah dengan
perbandingan 1 : 1 (1 bagian larutan BCB dan 1 bagian darah)
2. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil dan dihomogenkan
3. Disimpan dalam suhu ruang selama 15 menit
4. Dibuat apusan pada kaca objek
5. Diberi 1 tetes minyak emersi
6. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 x
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

Nama Umur Jenis Lapangan Pandang Jumlah Keterangan


Pasien Kelamin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Abner
Karya 19 thn Laki-laki 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 12 Normal
Salassa

Eyrene 19 thn Perempuan 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 15 Normal

Nilai Normal
Dewasa = 0,5 – 1,5 %

IV.2 Perhitungan
1. Laki-laki 2. Perempuan
Jumlah retikulosit Jumlah retikulosit
×100 % ×100 %
1000 1000
12 12
×100 % ×100 %
1000 1000
= 1.2 % = 1.5 %

IV.3 Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan hitung retikulosit.


Retikulosit adalah eritrosit muda (belum matang) yang sitoplasmanya masih
mengandung sejumlah besar sisa-sisa ribosom dan RNA (Ribonucloid acid).
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui bentuk dan jumlah
retikulosit dalam tubuh manusia.
Adapun prinsip dari percobaan ini yaitu darah dicampur dengan
larutan BCB (Brilliant Cresyl Blue) atau NMB (New Methylen Blue), lalu
dibuat sediaan. Dan jumlah retikulosit dihitung di bawah mikroskop. Jumlah
retikulosit dihitung per 1000 eritrosit yang dinyatakan dalam %. Manfaat
dari hitung retikulosit adalah membantu dokter untuk mengetahui aktifitas
dan eritropoiesis. Aktifitas eritropoiesis yang meningkat disertai dengan
peningkatan jumlah retikulosit absolut dan nilai IRF. Hali ini terjadi pada
eritropoiesis yang efektif, peningkatan RF tidak disertai dengan peningkatan
jumlah retikulosit absolut.
Pada praktikum ini, metode yang digunakan adalah metode sediaan
kering. Dan yang pertama-tama dilakukan ialah dipipet larutan BCB
menggunakan pipet micron 100 CC dan darah dengan perbandingan 1 : 1 (1
bagian larutan BCB dan 1 bagian darah). Kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi kecil dan dihomogenkan, lalu dalam suhu ruang selama 15
menit, yang bertujuan agar warna dari larutan BCB dapat diserap oleh sel
darah retikulosit. Kemudian dibuat apusan pada kaca preparat dan dibiarkan
mengering di udara. Setelah kering diberi 1 tetes minyak imersi yang
berfungsi untuk memperjelas obyek yang diamati dan agar tidak merusak
lensa yang digunakan. Selanjutnya diamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran 100x. Dalam menghitung jumlah retikulosit digunakan 10
lapangan pandang dan digunakan 2 sampel dari gender yang berbeda.
Hasil yang didapat dari praktikum ini yaitu pada pasien pria atas
nama Abner Karya Salassa nilai retikulositnya ialah 1,2% dan pada pasien
wanita atas nama Eyrene nilai retikulositnya ialah 1,5%. Kedua pasien nilai
retikulositnya termasuk normal karena nilai normal untuk orang dewasa
ialah 0,5 – 1,5 %. Jika dibandingkan dengan teori hasil yang didapat telah
sesuai dengan teori yang ada.
Pada praktiku ini hasil yang didapat tidak benar-benar akurat karena
metode yang digunakan secara manual. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil dari hitung retikulosit ialah nilai hematokrit yang
rendah, cat (zat pewarna) yang digunakan kurang baik (dalam keadaan
rusak), cat yang tidak disaring menyebabkan pengendapan cat pada sel-sel
eritrosit sehingga terlihat seperti retikulosit, dan menghitung didaerah yang
terlalu padat.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pratikum yang diperoleh dari hitung retikulosit
dengan metode kering dapat disimpulkan bahwa nilai retikulosit Tn. Abner
Karya Salassa ialah dan Nn. Eyrena adalah normal.

V.2 Saran
Adapun saran sehubungan dengan pelaksaanaan praktikum,
khususnya ditujukan bagi mahasiswa bahwa diharapkan kepada seluruh
mahasiswa, selama praktikum berlangsung agar bersungguh-sungguh dalam
melakukan praktikum dan diharapkan kepada seluruh makasiswa, selama
dalam ruang praktikum menggunakan APD (Alat Pelindung Diri).
DAFTAR PUSTAKA

Gandasoebrata. 1984. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. Jakarta.

Kusnadi. 2009. Pemeriksaan Retikulosit. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Nadesul, Belinda. 2007. Catatan Kuliah : Seri Eritrosit, Maturasi, dan

Nomenklatur. Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta. Jakarta.

Riswanto. 2013. Pemeriksaan Lab Hematologi. Alfamedia dan Kanal Medika.

Yogyakarta.

Rosita, Linda. 2006. Pemeriksaan Retikulosit Manual pada Pengamatan per

1000. Buku kedokteran EGC. Jakarta.

Wirawan, dkk. 1996. Pemeriksaan Laboratorium Hematology. EGC. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai