Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG

Pembiakan dan identifikasi bakteri bersumber dari spesimen yang merupakan hasil
proses infeksi, sedangkan infeksi itu sendiri dapat berasal dari berbagai sumber,beberapa
tahapan terjadinya proses infeksi :

Infeksi memerlukan tempat masuk yang sesuai (port of entry) misalnya saluran

pernafasan, saluran pencernaan, kontak langsung, gigitan serangga.


Tempat masuknya bakteri biasanya spesifik terutama untuk bakteri patogen,
bakteri harus tumbuh dan berkembang dalam tubuh hospes dan menyebar melalui
system limfa dan aliran darah menyebar ke seluruh jaringan

Seiring dengan kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya


dibidang kesehatan yang modern dan canggih dalam penanganan kesehatan baik secara
kuratif, promotif, rehabilitative, dan preventif sangat memberikan manfaat bagi manusia.
Bakteri gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna kristal violet
sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna merah bila diamati dengan
mikroskop. Disisi lain, bakteri gram-positif akan berwarna ungu. Perbedaan keduanya
didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel yang berbeda dan dapat dinyatakan oleh
prosedur pewarnaan Gram. Prosedur ini ditemukan pada tahun 1884 oleh ilmuwan
Denmark bernama Christian Gram dan merupakan prosedur penting dalam klasifikasi
bakteri. Bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus (bakteri patogen yang umum
pada manusia) hanya mempunyai membran plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel
tebal berupa peptidoglikan. Sekitar 90% dari dinding sel tersebut tersusun atas
peptidoglikan sedangkan sisanya berupa molekul lain bernama asam teikhoat. Di sisi lain,
bakteri gram negatif (seperti E. coli) memiliki sistem membran ganda di mana membran
pasmanya diselimuti oleh membran luar permeabel. Bakteri ini mempunyai dinding sel
tebal berupa peptidoglikan, yang terletak di antara membran dalam dan membran luarnya.

Identifikasi Proteus

Enterobacteriaceae adalah kelompok batang garam negatif yang besar dan heterogen;
dengan habitat alaminya di saluran cerna manusia dan hewan familinya memiliki banyak
genus (Escherichia, shigela, salmonella, enterobakter, klebsiela, serratia, proteus, dan
lain-lain).
Dalam makalah kali ini akan dibahas bakteri gram negatif yang bersifat tidak patogen
pada manusia yaitu bakteri Proteus, bakteri ini dikatakan tidak patogen karena dapat
memfermentasi laktosa pada saluran intestine Proteus merupakan bakteri berbentuk
batang gram negatif

Identifikasi Proteus

1.2.

MAKSUD PRAKTIKUM

Maksud dilakukan praktikum ini adalah :


1) Mengetahui cara mengidentifikasi dan isolasi bakteri Proteus
2) Mengetahui prosedur pembuatan media pertumbuhan pada bakteri khususnya
Proteus
3) Mengetahui cara penanaman koloni / biakan kuman Proteus
pada media pertumbuhan bakteri
4) Mengetahui berbagai macam spesies dan genus bakteri Proteus
1.3 TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dilakukan praktikum adalah :
1) Untuk mengidentifikasi atau mengisolasi bakteri Proteus
2) Untuk membuat media pertumbuhan pada bakteri khususnya media yang
digunakan untuk pertumbuhan Proteus
3) Untuk melihat morfologi serta sifat bakteri Proteus dengan jalan isolasi bakteri dan
pewarnaan gram
4) Untuk mengamati pertumbuhan bakteri / koloni Proteus pada media pertumbuhan
bakteri.

Identifikasi Proteus

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

MORFOLOGI

Proteus spp. termasuk dalam famili enterobakteriaceae, bakteri bentuk batang, gram
negatif, tidak berspora, tidak berkapsul, flagel peritrik (bergerak aktif), ada yang
cocobacilli, polymorph, berpasangan atau membentuk rantai, kuman ini berukuran 0,4-0,8
x 1.0-0,3 mm. Bakteri proteus sp. Termasuk dalam bakteri non fruktosa fermenter, bersifat
fakultatif aerobe/anaerob.
2.2.

SIFAT BIAKAN

Merupakan bakteri aerob/anaerob fakultatif, mengeluarkan bau khas dan swarming


pada media BAP. Proteus sp. Menunjukan pertumbuhan yang menyebar pada susu 37 o c.
Proteus sp. membentuk asam dan gas dari glukosa, sifatnya khas antara lain mengubah
fenil alanin menjadi asam fenil alanin pirufat atau PAD dan menghidrolisa urea dangan
cepat karena adanya enzim urase pada TSIA bersifat alkali asam dengan membentuk H 2s.
Proteus sp. disebut juga bakteri proteolitik karena bakteri ini ini dapat menguraikan dan
dapat memecah protein secara aerob / anaerob sehingga menghasilkan komponen
berbau busuk seperti hidrogen, sulfid, amin, indol, dan asam lemak. Proteus dapat
menghidrolisis urea menjado CO3 dan NH3 serta melepas amoniak.
2.3.

CULTURIL DAN BIOKIMIA

Bakteri Proteus tumbuh mudah pada media biasa tanpa bahan penghambat, dalam
situasi aerob atau anaerob pada suhu 10 -43oC.
1) SSA (salmonella shigella agar), koloni trasparan warna abu-abu kehitaman
ditengah.
2) BAP (Blood Agar Plate), koloni kecil-sedang, abu-abu, smooth, keping, ada yang
menjalar dan ada yang tidak menjalar, anhaemolisis.
3) Mac Conkey Agar Plate, koloni sedang besar, tidak berwarna atau merah muda,
non lactose fermented, smoot menjalar atu tidak, kalau menjalar permukaan koloni
rought(kasar).
Sifat sifat umum genus proteus dapat dilihat dari hasil uji biokimia yang dilakukan,
adalah sebagai berikut :
Identifikasi Proteus

Tes positif
: Motility, phenilanine atau trypthopan deaminase, methyl
red tes.
Tes negatif
: ONPG, fermentasi laktose, Voges-proskauer,

lysin,

dekarboxylase, arginine, dihidrolisa, malonate broth.


Tes kepekaan terhadap polymixin atau colistin: Resisten
2.4 TABEL PERBEDAAN SPESIES
N

MEDIA/TEST

Pr.mirabilis

Pr.Vulgaris

Pr.penneri

O
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Swarming
H2S
Indol
Urease
Gelatinase
Ornithine
Citrate
Fermentasi Maltosa
Fermentesasi

+
+
+
+
+
+/-

+
+
+
+
+/+
-

+
+/+
+
-

10

Mannitol
Fermentasi Adonitol

--

2.5 PATOGENITAS
Proteus sp. termasuk kuman patogen, menyebabkan infeksi saluran kemih atau
kelainan bernanah seperta abses, infeksi luka. Proteus sp. Ditemukan sebagai penyebab
diare pada anak anak dan menimbulkan infeksi pada manusia.
2.6.

PENULARAN PENYAKIT OLEH PROTEUS SP.

Penyebaran penyakit oleh Proteus sp. melalui air sumur yang digunakan penduduk
untuk mandi, mencuci, makan dan minum yang kemungkinan bakteri ini untuk masuk ke
tubuh dan masuk melalui luka yang menyebabkan infeksi pada saluran kemih serta dapat
menyebabkan diare.
2.7.

MACAM-MACAM PROTEUS
A. Proteus mirabilis
1) Aspek Biologi
a. Morfologi
Setelah tumbuh selama 24-48 jam pada media padat, kebanyakan sel
berbentuk seperti tongkat, panjang 1-3 m dan lebar 0,4-0,6 m, walaupun
pendek dan gemuk bentuknya kokus biasa. Dalam kultur muda yang
Identifikasi Proteus

mengerumun di media padat, kebanyakan sel panjang, bengkok, dan seperti


filamen, mencapai 10, 20, bahkan sampai panjang 80 m. dalam kultur
dewasa, organisme ini tidak memiliki pengaturan karakteristik : mereka
mungkin terdistribusi tunggal, berpasangan atau rantai pendek. Akan tetapi,
dalam kultur muda yang mengerumun, sel-sel filamen membentang dan diatur
konsentris seperti isobar dalam diagram angin puyuh. Kecuali untuk varian
tidak berflagella dan flagella yang melumpuhkan, semua jenis dalam kultur
muda aktif bergerak dengan flagella peritrik. Flagella tersebut terdapat dalam
banyak bentuk dibanding kebanyakan enterobakter lain, normal dan bentuk
bergelombang kadang-kadang ditemukan bersama dalam organisme sama
dan bahkan dalam flagellum yang sama. Bentuk flagellum juga dipengaruhi
pH media.
b. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Gamma Proteobacteria
Order
: Enterobacteriales
Family
: Enterobacteriaceae
Genus
: Proteus
Species
: Proteus mirabilis
c. Siklus hidup
Sebenarnya Proteus mirabilis merupakan flora normal dari saluran cerna
manusia. Bakteri ini dapat juga ditemukan bebas di air atau tanah. Jika bakteri
ini memasuki saluran kencing, luka terbuka, atau paru-paru akan menjadi
bersifat patogen. Perempuan muda lebih beresiko terkena daripada laki-laki
muda, akan tetapi pria dewasa lebih beresiko terkena daripada wanita dewasa
karena berhubungan pula dengan penyakit prostat. Proteus sering juga
terdapat dalam daging busuk dan sampah serta feses manusia dan hewan.
Juga bisa ditemukan di tanah kebun atau pada tanaman.
2) Penyakit yang ditimbulkan
Bakteri ini mampu memproduksi enzim urease dalam jumlah besar. Enzim
urease yang menghidrolisis urea menjadi ammonia (NH 3) menyebabkan urin
bertambah basa. Jika tidak ditanggulangi, pertambahan kebasaan dapat
memicu pembentukan kristal sitruvit (magnesium amonium fosfat), kalsium
karbonat, dan atau apatit. Bakteri ini dapat ditemukan pada batu/kristal
tersebut, bersembunyi dalam kristal dan dapat kembali menginfeksi setelah
Identifikasi Proteus

pengobatan dengan antibiotik. Semakin banyak batu/kristal terbentuk,


pertumbuhan makin cepat dan dapat menyebabkan gagal ginjal. Proteus
mirabilis memproduksi endotoksin yang memudahkan induksi ke sistem respon
inflamasi dan membentuk hemolisin. Bakteri ini dapat pula menyebabkan
pneumonia dan juga prostatitis pada pria. P. mirabilis menyebabkan 90% dari
'semua' Proteus infeksi pada manusia.
a. Gejala
Gejala uretritis tidak terlalu nampak, termasuk frekuensi kencing dan adanya
sel darah putih pada urin. Sistitis (infeksi berat) dapat dengan mudah diketahui
dan termasuk sakit punggung, nampak terkonsentrasi, urgensi, hematuria
(adanya darah merah pada urin), sakit akibat pembengkakan bagian paha
atas. Pneumonia akibat infeksi bakteri ini memiliki gejala demam, sakit pada
dada, flu, sesak napas. Prostatitis dapat diakibatkan oleh infeksi bakteri ini,
gejalanya demam, pembengkakan prostat.
b. Penularan
Infeksi saluran kencing yang disebabkan oleh P. mirabilis juga seringkali
terjadi pada pria dan wanita yang melakukan hubungan seksual tanpa
pengaman
c. Penyebaran
Kebanyakan kasus infeksi Proteus mirabilis terjadi pada pasien di rumah
sakit. Infeksi ini biasanya terjadi karena peralatan media yang tidak steril,
seperti catheters, nebulizers (untuk inhalasi), dan sarung tangan untuk
pemeriksaan luka.
3) Obat yang digunakan
Infeksi Proteus mirabilis dapat diobati dengan sebagian besar jenis penisilin
atau sefalosporin kecuali untuk kasus tertentu. Tidak cocok bila digunakan
nitrofurantoin atau tetrasiklin karena dapat meningkatkan resistensi terhadap
ampisilin, trimetoprim, dan siprofloksin. Jika terbentuk batu/kristal, dokter
bedah harus menghilangkan blokade ini dahulu.
B. Proteus vulgaris

1) Aspek Biologi
a. Morfologi

Identifikasi Proteus

Proteus vulgaris adalah berbentuk batang Gram-negatif, chemoheterotroph


bakteri. Ukuran sel individu bervariasi dari 0,4 ~ 1,2 ~ 0.6m oleh 2.5m.
proteus vulgaris memiliki flagela dan bergerak aktif.
b. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Gamma Proteobacteria
Order
: Enterobacteriales
Family
: Enterobacteriaceae
Genus
: Proteus
Species
: Proteus vulgaris
c. Siklus hidup
Sebenarnya Proteus merupakan flora normal dari saluran cerna manusia.
Bakteri ini dapat juga ditemukan bebas di air atau tanah. Jika bakteri ini
memasuki saluran kencing, luka terbuka, atau paru-paru akan menjadi bersifat
patogen. Perempuan muda lebih beresiko terkena daripada laki-laki muda,
akan tetapi pria dewasa lebih beresiko terkena daripada wanita dewasa
karena berhubungan pula dengan penyakit prostat. Proteus sering juga
terdapat dalam daging busuk dan sampah serta feses manusia dan hewan.
Juga bisa ditemukan di tanah kebun atau pada tanaman.
2)

Etiologi dan Epidemiologi


Proteus mirabilis menyebabkan 90% dari infeksi Proteus.
Proteus vulgaris dan Proteus penneri mudah diisolasi dari individu di
fasilitas perawatan jangka panjang dan rumah sakit dan dari pasien
dengan

penyakit

yang

mendasari

atau

sistem

kekebalan

tubuh

dikompromikan.
Pasien dengan infeksi berulang, orang-orang dengan kelainan struktural
saluran kemih, mereka yang telah instrumentasi uretra, dan mereka yang
infeksi diperoleh di rumah sakit memiliki peningkatan frekuensi infeksi yang
disebabkan oleh Proteus dan organisme lain (misalnya, Klebsiella,
3)

Enterobacter, Pseudomonas , enterococci, staphylococci)


Obat yang digunakan

Diketahui P. vulgaris antibiotik yang sensitif terhadap:

Ciprofloxacin
Seftazidim
Netilmicin
Sulbaktam atau Cefoperazo
Meropenem
Identifikasi Proteus

Piperasilin / tazobactam
Unasyn Unasyn
Antibiotik harus diperkenalkan dalam dosis yang jauh lebih tinggi daripada
"normal" ketika P. vulgaris telah terinfeksi jaringan sinus atau pernapasanIECiprofloxacin harus diperkenalkan pada tingkat minimal 2000 mg per hari
4)

secara lisan dalam situasi seperti ini, daripada mg "standar" 1000 per hari.
Pemeriksaan klinik
Bakteremia & sepsis - Enterobacteriaceae (yang Proteus adalah anggota)
dan Pseudomonas spesies adalah mikroorganisme yang paling sering
bertanggung jawab atas bakteremia gram-negatif.
Kehadiran dari sindrom sepsis berhubungan

dengan

ISK

harus

meningkatkan kemungkinan penyumbatan saluran kemih. Hal ini benar


terutama pasien yang tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang, yang
memiliki kateter jangka panjang saluran kencing, atau yang memiliki sejarah
yang telah diketahui kelainan anatomis uretra.
ISK obstruksi - urease produksi menyebabkan pengendapan senyawa
organik dan anorganik, yang mengarah ke struvite pembentukan batu. Struvite
batu terdiri dari kombinasi magnesium amonium fosfat (struvite) dan kalsium
karbonat-apatit.

Struvite pembentukan batu dapat dipertahankan hanya

bila produksi amoniak meningkat dan pH urin tinggi untuk mengurangi


kelarutan fosfat. Kedua persyaratan ini dapat terjadi hanya bila urin terinfeksi
dengan organisme yang memproduksi urease-seperti Proteus. Urease
memetabolisme urea menjadi amonia dan karbon dioksida: Urea 2NH3 + CO2.
Amonia/amonium pasangan buffer memiliki pK dari 9,0, sehingga kombinasi air
kencing yang sangat kaya alkali dalam amonia. Gejala yang timbul struvite
batu jarang terjadi. Lebih sering, perempuan hadir dengan ISK, nyeri panggul,
atau hematuria dan ditemukan untuk memiliki pH urin terus basa (> 7.0).

Identifikasi Proteus

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1.

WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum bakteriologi mengenai identifikasi dan cara-cara identifikasi bakteri


Identifikasi Proteus yang dilaksanakan hari Rabu, 25 November 2013 pukul 09.00-12.00
WITA. Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Poltekkes kemenkes Makassar jurusan
analis kesehatan.
3.2.

ALAT

Alat yang digunakan pada pemeriksaan ini adalah sebagai berikut :


A. Pengambilan sampel
Pot/wadah sampel
Label Kecil
B. Isolasi/Penanaman
Centrifuge
Rak + tabung reaksi
Inkubator
Tabung centrifuge
Ose
Bunsen
Pipet tetes
Kertas pembungkus media

Identifikasi Proteus

10

C. Identifikasi
Mikroskop
Ose
Nall
Rak Tabung
Objek glass
Lampu Spiritus dan korek api
Bak pewarnaan
3.3. BAHAN
Bahan yang digunakan pada percobaan ini:
A. Pengambilan sampel
Sampel yang digunakan adalah Urine
B. Isolasi
1) Media pemupuk
BHIB
2) Media Selektif
BAP (Blood Agar Darah)
MCA ( Mac Conkey Agar)
C. Identifikasi
Media differensial
TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
Untuk Uji biokimia pada deretan gula-gula :
Glukosa
Laktosa
Sukrosa
Maltosa
Mannitol
SIM (Sulfur Indol Motility)
SCA (Simmon Citrat Agar)
MR-VP
Urea
KIA (Krigler Iron Agar)
LIA (Lysine Iron Agar)
Untuk Pewarnaan
CGV (Carbol Gentian Violet)
Lugol
Alcohol 96%
Safranin
3.4. Cara Isolasi Dan Identifikasi
A. Hari I
1) Penanaman pada Media Pemupuk
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

Identifikasi Proteus

11

b. Sampel urine terlebih dahulu dicentrifuge selama 15 menit dengan 3000 rpm,
kemudian ambil endapannya menggunakan ose steril lalu ditanam pada
media pemupuk BHIB.
c. Inkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam di inkubator.
B. Hari II
1. Mengamati hasil penanaman pada media pemupuk dengan melakukan
pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan gram yaitu :
a) Ambil 1 ose biakan kuman dengan ose steril lalu buat preparat pada objek
glass yang bersih dan bebas lemak, keringkan.
b) Setelah kering, preparat tersebut difiksasi

diatas nyala api dengan

melewatkan maksimal 3kali.


c) Lalu tetesi dengan zat warna CGV pada bagian apusan, diamkan selama 2d)
e)
f)
g)
h)

3 menit.
Cuci air mengalir
Tetesi dengan lugol, diamkan 45-60 detik. Cuci air mengalir.
Dekolorisasi / lunturkan dengan alkohol 96%,diamkan selama 20-30 detik.
Cuci air mengalir
Tetesi kembali dengan zat warna safranin, diamkan sekitar 2-3 menit. Lalu

cuci air mengalir


i) Keringkan preparat, setelah kering tetesi sekitar 1 tetes oil imersi dan
lakukan pemeriksaan dibawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif
100x.
j) Amati dan catat hasil
2. Setelah dilakukan pewarnaan, dan didapatkan hasil maka dilanjutkan dengan
isolasi pada media selektif yaitu media MC Agar, dan BAP dengan metode gores
kuadran.
3. Diambil 1 ose biakan kuman, ditanam pada media MC Agar, dan BAP dengan
menggoreskan dengan metode kuadran.
4. Setelah digoreskan, media dibungkus kembali lalu di masukkan ke inkubator.
5. Dieramkan pada suhu 37oC selama 18-24 jam.
C. Hari III
1. Pengamatan pada media selektif, diamati pertumbuhan koloninya.
2. Media yang dapat menghasilkan pertumbuhan koloni maka dilakukan
pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan gram yaitu :
a) Ambil 1 ose biakan kuman dengan ose steril lalu buat preparat pada objek
glass yang bersih dan bebas lemak, keringkan.
b) Setelah kering, preparat tersebut difiksasi

diatas nyala api dengan

melewatkan maksimal 3kali.


c) Lalu tetesi dengan zat warna CGV pada bagian apusan, diamkan selama 23 menit.
Identifikasi Proteus

12

d)
e)
f)
g)
h)

Cuci air mengalir


Tetesi dengan lugol, diamkan 45-60 detik. Cuci air mengalir.
Dekolorisasi / lunturkan dengan alkohol 96%,diamkan selama 20-30 detik.
Cuci air mengalir
Tetesi kembali dengan zat warna safranin, diamkan sekitar 1-2 menit. Lalu

cuci air mengalir


i) Keringkan preparat, setelah kering tetesi sekitar 1 tetes oil imersi dan
lakukan pemeriksaan dibawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif
100x.
3. Setelah dilakukan

pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan gram dan

didapatkan hasil sesuai dengan cir-ciri bakteri yang diidentifikasi, maka koloni
tersangka bakteri Proteus diambil 1 ose koloni dari media selektif yang
koloninya tumbuh dan ditanam pada media differensial TSIA.
4. Inkubasi pada inkubator pada suhu 37oC selama 18-24 jam.
D. Hari IV
1. Pengamatan hasil penanaman pada media differensial TSIA
2. Setelah diamati, diambil 1 ose koloni lalu ditanam untuk uji biokimia pada media
gula-gula (Glukosa, laktosa, sukrosa, maltosa, mannitol), SIM, SCA, MR dan VP,
Urea, KIA, dan LIA.
3. Inkubasi pada incubator dengan suhu 37oC selama 18-24 jam
E. Hari V
1. Pengamatan pertumbuhan koloni pada media pertumbuhan
2. Amati dan catat hasil, cocokkan dengan tabel reaksi uji biokimia dan catat
kesimpulan bakteri apa yang didapat.

Identifikasi Proteus

13

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENGAMATAN
A. HARI I :
1. Penanaman pada media pemupuk :
1) Media BHIB

Ket : Menjadi keruh


2. Pemeriksaan Mikroskopik
Bahan Pemeriksaan dibuat preparat, kemudian diwarnai dengan pewarnaan
gram. Hasil Pemeriksaan :

a.
b.
c.
d.

Keterangan :
Bentuk
: Basil
Sifat
: gram negatif
Susunan
:tunggal dan berpasangan
Tersangka : Proteus

Identifikasi Proteus

14

B. HARI II
1) Pengamatan hasil isolasi :
N

Ciri

Media BAP

Media MCA

1.

Bentuk Koloni :

Kecil-Sedang

Sedang-besar

2.
3.
4.

Warna Koloni :
Elevasi :
Sifat :

Putih keabuan
Keping
Smooth

berwarna
kasar
Smooth menjalar

2) Pengamatan hasil pemeriksaan mikroskopik media selektif :


Pewarnaan gram:
BAP
MCA

Basil gram negative

Basil gram negatif

Identifikasi Proteus

15

C. HARI III
1) Pengamatan hasil penanaman pada media differensial TSIA :
Hasil penanaman pada media TSIA (Triple Sugar Iron Agar) adalah :

Sebelum ditanami bakteri

Sesudah ditanami bakteri

Lereng : Acid (Kuning)


Dasar : Acid (Kuning)
Gas : Positif (+)
H2S : Positif (+)
2) Pada Uji Biokimia
a. Deretan gula-gula
- Sebelum ditanami bakteri

Setelah ditanami bakteri


a. Glukosa

c.Mannitol(+)

d.Sukrosa(+)

b. Laktosa

e. maltosa(+)

Identifikasi Proteus

16

b. Media lain
SIM (Indol)

Sulfur: (+) Indol: (-) Motility: (+)


-

Urea

urea: (+)

Identifikasi Proteus

17

MR (Metil Red)

MR: (-)
-

LIA (Lysine Iron Agar)

LIA: (+)
KIA (Krigler Iron Agar)

- VP (Voges Proskauer)

VP: (-)

L: alkali D: acid, H2S: (+), Gas: (+)

Identifikasi Proteus

18

4.2 PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil praktikum, di hari pertama bakteri dicat gram bakteri terlihat
berbentuk Basil agak gemuk ada yang tersusun menyerupai rantai dan bersifat gram (-)
Negatif, hal ini menandakan bahwa bakteri tersebut tidak mengikat zat warna CGV (Carbol
Gentian Violet) tapi mengikat zat pewarna ke-2 yakni safranin, selain itu pada penanaman
spesimen ke media BHIB (Brain Heart Infussion Broth) merupakan media penyubur yang
di perkaya dengan nutrisi untuk memperbanyak pertumbuhan bakteri, pertumbuhan
bekteri pada media ini terlihat keruh. Bakteri dari media BHIB kemudian tumbuh Pada
media BAP, merupakan media agar yang ditambahkan ke dalamnya darah Domba, Pada
praktikum ini darah yang digunakan ialah darah manusia golongan O. koloni yang tumbuh
terlihat berwarna Abu-abu, Rough, keeping, menjalar dengan zona jernih di sekitarnya
menandakan bakteri mampu melisiskan sel darah merah yang kemudian mengubah
indicator yang terdapat dalam media dari warna merah menjadi jernih. Zona lisisnya
eritrosit yang tampak tidak jelas, sehingga sulit untuk menentukan tipe hemolytic-nya. Hal
ini terjadi disebabkan darah

pada media bukan darah domba seperti yang sudah

diprosedurkan.Pada media tersebut tidak digunakan darah domba melainkan darah


manusia sebagai alternative.
Pada Uji Biokimia media differensial Triple Sugar Iron agar (TSIA)
Media ini terdiri dari 0,1 % glukosa, 1 % sukrosa, 1 % laktosa, fernik sulfat untuk
pendeteksian produksi H2S, protein, dan indicator Phenol red. Identifikasi dari TSIA
terlihat hasil bahwa bakteri bersifat alkali acid, alkali terbentuk karena adanya proses
oksidasi dekarboksilasi protein membentuk amina yang bersifat alkali denga adanya
phenol red maka terbentuk warna merah, bakteri juga memfermentasi glukosa yang
bersifat asam sehingga terbentuk warna kuning (Jawetz, et al, 2001). Selain itu media
memperlihatkan warna kehitaman, ini berarti bakteri juga memproduksi H 2S.
Pada Uji biokimia yang lainnya terlihat hasil bahwa media Gula-gula : hasil positif
terjadi pada Glukosa, sukrosa, fruktosa, Laktosa, Maltosa, Mannitol dengan adanya
perubahan warna indicator yang terdapat dalam media ini. Perubahan warna tersebut
disebabkan karena bakteri yang tumbuh di dalamnya mampu memfermentasikan gulagula tersebut berupa produk asam. Namun pada mannitol, tidak terjadi reaksi apapun.
Identifikasi Proteus

19

Pada media SIM (Sulfur Indol Motility ). Pada hasil pertumbuhan bakteri pada media
ini, terjadi perubahan warna tersebut. Hal ini menandakan bakteri yang tumbuh mampu
mendesulfurasi cysteine yang terkandung dalam media SIM.Pada Reaksi indol hanya bisa
dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada media ini ditambahkan dengan reagen Covacs.
Indol dikatakan positif jika terdapat cincin merah pada permukaannya. Warna merah
dihasilkan dari resindol yang merupakan hasil reaksi dari asam amino tryptophan menjadi
indol

dengan

penambahan

Covac's.

Bakteri

yang

mampu

menghasilkan

indol

menandakan bakteri tersebut menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber


carbon. Pada hasil pengamatan diperoleh Indol negative sehingga dapat disimpulkan
bakteri yang tumbuh tidak menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber
carbonnya. Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa berkas putih di sekitar
tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM merupakan media yang
semi solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility positif. Hal ini menandakan bakteri
mempunyai alat gerak. MR setelah ditambahkan dengan indicator Metil Red, media
berubah menjadi merah (positif). Berarti terjadi fermentasi asam campuran (asam laktat,
asam asetat, dan asam formiat) oleh bakteri. Sedangkan VP setelah penambahan KOH
10 % dan -naftol 1 %, warna media tetap tidak berubah (negative). Ini disebabkan bakteri
tidak memfermentasikan butanadiol oleh bakteri.
Bakteri pada penanaman di media SC telihat berubah warna menjadi biru. Hal ini
artinya bakteri memanfaatkan sitrat, sehingga pada penanaman media sitrat hasilnya
Positif.
Bakteri ada yang dapat menghidolisis urea dan membentuk ammonia dengan
terbentunya wana merah karena adanya indicator phenol red, Bakteri pada media urea
memberikan hasil Positif.

Identifikasi Proteus

20

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil praktikum, setelah dilakukan beberapa tahap identifikasi dari sampel urine
dapat diambil kesimpulan bahwa ditemukan adanya bakteri proteus karena hasil yang
didapatkan sesuai dengan ciri-ciri dari bakteri proteus. Semua hasil yang didapatkan lebih
mengarah ke ciri-ciri bakteri Proteus khususnya Proteus Vulgaris, jadi dapat disimpulkan
bakteri yang didapatkan adalah Proteus Vulgaris.
5.2 SARAN
Adapun saran yang ingin disampaikan praktikan melalui laporan adalah sebagai
berikut :
1. Diharapkan didalam praktikum, praktikan harus menggunakan APD lengkap.
2. Menggunakan alat-alat yang steril dan bersih.
3. Memperhatikan reagen yang akan digunakan,masih dapat digunakan atau
4.
5.
6.
7.

sudah rusak.
Menghindari terjadinya kontaminasi.
Mengikuti aturan praktikum.
Diharapkan didalam praktikum,praktikan harus menggunakan APD lengkap.
Menggunakan alat-alat yang steril dan bersih.

Identifikasi Proteus

21

DAFTAR PUSTAKA

http://framesti.wordpress.com/2010/12/12/media-untuk-isolasi-bakteri/
http://yazhid28bashar.blogspot.com/2013/11/klasifikasi-dan-identifikasi-

bakteri_20.html
http://teenozhealthanalyst.blogspot.com/2012/03/identifikasi-proteus.html
Collier, Leslie dkk., 1998, Topley & Wilsons Microbiology And Microbial Infections

Ninth Edition Volume 2 Systematic Bacteriology, Oxford University Press, New York
http://www.bact.wisc.edu/Microtextbook/index.php?

name=Section&req=viewarticle&artid=254&page=1
http://web.uconn.edu/mcbstaff/graf/Student%20presentations/Proteus/sha5.jpg
Proteus http://www.wikipedia.com
Jawetz,Melnick,& Adelberg, Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23. EGC, Surabaya,2007
Janet S,Mikrobiologi Kedokteran I. EGC, Surabaya,2009
Pusat Pendidikan Tenaga Kerja DepKes RI. 1989. Bakteriologi Klinik. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta

Identifikasi Proteus

22

Anda mungkin juga menyukai