Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemantapan mutu laboratorium merupakan suatu peralatan
mutu yang digunakan untuk melakukan pengawasan mutu dengan
menggunakan konsep pengawasan proses statistic (statistical process
control) Pengawasan proses dengan statistic adalah sebuah cara yang
memungkinkan operator menentukan apakah suatu proses sedang
berproduksi keluaran yang sesuai. Sedangkan jaminan mutu adalah
suatu system manajemen yang dirancang untuk mengawasi kegiatankegiatan pada seluruh tahap(desain produk:produksi, penyerahan
produk serta layanan), guna mencegah adanya masalah-masalah
kualitas dan memastikan bahwa hanya produk yang memenuhi syarat
yang sampai ke pelanggan. (Riono, 2007)
Usaha

untuk

tercapainya

pemeriksaan

yang

bermutu,

diperlukan strategi dan perencanaan manajemen mutu. Didasari


Quality Management Science (QMS) yang dikenal dengan Five-Q
framework. Model tersebut menerapkan beberapa komponen dalam
mencapai tujuan kualitas yang hendak dituju. Komponen tersebut
meliputi quality planning, quality laboratory pfactice, quality control,
quality assurance, dan quality improvement (Westgard et al, 1990).
Usaha untuk mencapai sasaran mutu sudah harus dilakukan dengan
sungguh-sungguh sejak proses perencanaan (quality planning).
Selanjutnya pada saat laboratorium telah beroperasi seluruh aktivitas
juga dikendalikan untuk menjamin bahwa laboratorium masih tetap
mengarah ke sasaran mutu (quality laboratory practices- quality
assurance).

Ketika

laboratorium

berhenti

sasaran

ini

telah

meningkatkan

tercapai,bukan

mutu.

Laboratorium

berarti
perlu

menetapkan sasaran mutu berikutnya dan merencanakan seluruh


program untuk mencapainya (quality improvement- quality planning).
Berkaitan dengan hal tersebut maka laboratorium diharapkan terus
berkembang dan mampu menjawab tuntutan zaman (Kee, 2008)
Pemantapan mutu laboratorium
proses

atau

tindakan

yang

meliputi

strain bakteri merupakan


teknik

inokulasi,

teknik

pemeliharaan, dan teknik penyimpanan bakteri dengan kualitas yang


tinggi agar tidak terjadi kontaminasi bakteri lain dan bakteri tetap
tumbuh dalam kemurniannya.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian strain bakteri
b. Bagaimana cara melakukan pemantapan mutu strain bakteri
c. Bagaimana cara melakukan peremajaan strain bakteri
d. Bagaimana cara penyimpanan bakteri yang baik
C. TUJUAN
Untuk mengetahui cara melakukan pemantapan mutu strain bakteri,
peremajaan strain bakteri dan penyimpanan bakteri.
D. MANFAAT

Kami sangat berharap bahwa apa yang di bahas dalam makalah yang
judul Mutu Strain Bakteri ini bermanfaat bagi pembaca tentang apa
itu pengertian strain bakteri, bagaimana cara melakukan peremajaan
strain bakteri dan bagaimana cara penyimpanan bakteri yang baik.

BAB II
PEMBAHASAN

a. Definisi Strain Bakteri


b. Pemantapan Mutu Strain Bakteri
c. Peremajaan Strain Bakteri
d. Penyimpanan Bakteri Yang Baik
Penyimpanan (preservasi) bertujuan untuk menjaga agar
biakan mikroba tetap hidup, ciri-ciri genetiknya tetap stabil dan tidak
berubah, serta hemat biaya dan tenaga. Metode yang dipilih sangat
tergantung pada sifat mikroba dan tujuan preservasi. Tujuan koleksi
dan preservasi meliputi tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
Preservasi jangka pendek dilakukan untuk keperluan rutin penelitian
yang disesuaikan dengan kegiatan program atau proyek tertentu.
Preservasi jangka panjang dilakukan dalam kaitannya dengan koleksi
dan konservasi plasma nutfah mikroba, sehingga apabila suatu saat
diperlukan, dapat diperoleh kembali atau dalam keadaan tersedia
(Suriawiria, 2005).
Penyimpanan

jangka

pendek mikroba

dilakukan

dengan

memindahkan secara berkala jangka pendek misalnya sebulan sekali


dari media lama ke media baru. Teknik ini memerlukan waktu dan
tenaga yang banyak. Beberapa teknik penyimpanan sederhana yang
efektif untuk penyimpanan isolat jangka pendek atau menengah, dan
biasanya tidak sesuai untuk penyimpanan jangka panjang. Berikut ini
beberapa

metode

yang

mikroorganisme antara lain:


1. Metode Agar Slant

digunakan

dalam

penyimpanan

Gambar1. Teknik Slant Agar. (a) memasukkan kultur pada slant agar
(b) bagian-bagian yang akan dipindahkan (Rachdie, 2008)
Agar slants adalah kultivasi biakan mikroba ke dalam agar
miring di dalam tabung reaksi untuk melihat karakteristik koloni bakteri
yang tumbuh. Metode ini digunakan dengan cara kultur ditumbuhkan
pada agar miring. Komposisi media dan suhu serta interval waktu
pemindahan harus tepat dan disimpan pada refrigerator dengan suhu
5 oC

atau freezer

- 20oC. Subkultur setiap 6 bulan

atau sampai

dengan 1 tahun, bila kultur ditutup dengan menggunakan mineral oil


(Sulistinah, 2006).
Penggunakan metode ini merupakan penggunaan dengan
jangka pendek yang murah dan mudah sehingga tidak cocok untuk
penyimpanan jangka panjang. Namun, penggunaan metode ini dapat
mengakibatkan kultur mudah terkontaminasi. Apabila digunakan untuk
mengkultur bakteri selama 2-3 minggu dan fungi selama 3-4 minggu.
2. Metode Liofilisasi atau Kering Beku (Qiophylization atau Freeze
Drying)
Teknik kering beku atau liofilisasi merupaka teknik penyimpanan
yang paling popular dan banyak digunakan untuk penyimpanan jangka

panjang mikroba. Teknik ini cocok untuk menyimpan berbagai jenis


mikroorganisme termasuk virus (Holding dan Lelliot 2006), bakteri (Sly
2003), khamir, jamur berspora dan jamur yang tidak berspora (Clark
2006). Proses kering beku merupakan kombinasi dua teknik
penyimpanan jangka panjang yang paling baik, yaitu pembekuan dan
pengeringan. Garis besar tahapan proses ini meliputi pembuangan
uap air dengan cara sublimasi vakum dari keadaan beku.
Sebelum proses pengeringan, teknik ini menggunakan salah
satu dari dua cara pembekuan suspensi sel. Pada tahap pebekuan
(prefreezing),

suspensi

sel

mikroba

dapat

dibekukan

dengan

menambahkan campuran pendingin seperti es kering (dry ice) dalam


etanol. Alternatif lain adalah pembekuan dengan cara pembekuan
sentrifugal, dimana suspensi sel dibekukan dengan cara pendinginan
dan penguapan pada kondisi vakum, sementara ampulnya diputar
dengan kecepatan rendah untuk menghindari timbulnya buih. Cara ini
menghilangkan kendala yang terjadi pada pengeringan biakan dari
kondisi cair. Selanjutnya ampul kering beku dapat disimpan pada suhu
ruang di tempat gelap. Kemampuan bertahan hidup jangka panjang
mikroba dapat ditingkatkan dengan penyimpanan di kulkas.
Hal

yang

perlu

diperhatikan

adalah

cairan

pengawet

(preservatif) yang akan digunakan untuk pembuatan suspensi sel


untuk mencegah kerusakan sel hidup pada tahap pembekuan dan
pengeringan.

Fungsi

preservatif

adalah

menstabilkan

protein,

mencegah kerusakan akibat pembekuan, dan melindungi dari


kekeringan yang berlebihan. Pemilihan preservatif harus dapat
memelihara mikroorganisme dalam kondisi hidup dan memberi
peluang untuk dapat ditumbuhkan kembali dengan baik dari kondisi
kering. Salah satu preservatif terbaik dan telah digunakan untuk
penyimpanan jangka panjang mikroba adalah mist dessicants (Sly

2003) yang merupakan cairan dengan komposisi pepton Difco 12 gr


dan glukosa 30 gr dalam 100 ml akuades. Beberapa cairan preservatif
lain yang sering digunakan ialah larutan pepton 1%, larutan susu skim
1%, larutan Na-glutamat 1%, dan larutan campuran serum kuda
dengan pepton 10% (Sly 2003).

Tahap penyimpanan kering beku adalah sebagai berikut:


1. Ampul kosong ukuran 1 ml diberi label di dalamnya dengan
menuliskan nomor kode strain mikroba pada sepotong kertas filter
3x20 mm menggunakan pensil, ditutup dengan kapas dan di luar
ampul diberi label nomor kode strain menggunakan spidol
permanen. Ampul disterilkan dengan oven kering bersuhu 160C
selama satu jam.
2. Strain mikroba yang akan disimpan dibiakkan pada medium
yang sesuai hingga pertumbuhan optimum (log phase), umumnya
24 - 48 jam pada suhu ruang.
3. Penyediaan larutan preservatif yang sesuai untuk mikroba
yang akan diawetkan.
4. Suspensi pekat strain mikroba 108-109 sel atau konidia/ml
dibuat dalam cairan preservatif.

5. Ampul yang telah disterilkan diisi dengan 0,1-0,3 ml suspensi


mikroba secara aseptik menggunakan pipet Pasteur atau pipet
mikro.
6. Suspensi mikroba dalam ampul dibekukan pada suhu -20C
sampai -30C atau menggunakan dry ice.
7. Ampul yang telah dibekukan dengan cepat dilakukan proses
kering beku dengan menempelkan pada alat pengeringan beku.
Prosedur kering beku dilakukan sesuai dengan petunjuk pada
masing-masing alat.
8. Setelah selesai

proses

menggunakan api las.


9. Ampul yang sudah

kering

dipotong

beku,
diatur

ampul
rapi

dipotong

pada

kotak

penyimpanan ampul.
10. Sebagian ampul diambil sebagai contoh untuk menguji viabilitas
mikroba setelah proses kering beku.
11. Pengujian juga dilakukan secara periodik dan rutin, paling tidak
setiap setahun, untuk mengetahui viabilitas mikroba.
12. Penumbuhan kembali mikroba:
a. Ampul dikeluarkan dari tempat penyimpanan dan direndam
pada suhu 37C atau dibiarkan beberapa saat pada suhu ruang
untuk mencairkan isi ampul (thawing).
b. Secara aseptik leher ampul dipotong dengan pemotong kaca
dan dipatahkan.
c. Beberapa tetes medium cair dimasukkan ke dalam ampul,
dibiarkan beberapa saat dan agak dikocok agar biakan cepat larut.
d. Sebagian suspensi diambil dan ditumbuhkan pada cawan
medium agar yang sesuai.
e. Koloni mikroba ditumbuhkan pada medium agar miring.
Penyimpanan dengan teknik pengeringan cairan. Beberapa strain
bakteri yang peka terhadap proses kering beku dapat disimpan
dengan cara pengeringan suspensi (liquid drying) mikroba. Teknik
ini dikembangkan oleh Annear pada tahun 1954, 1956, dan 1962

dan berhasil digunakan untuk menyimpan bakteri, khamir, jamur,


dan virus. Teknik ini dimodifikasi oleh Banno dan Sakane (1979).
Tahapan teknik pengeringan cairan adalah sebagai berikut:
1. Ampul steril bertutup kapas dan diberi label kertas filter di
dalamnya disediakan seperti untuk penyimpanan dengan teknik
kering beku.
2. Suspensi pekat biakan mikroba (108-109sel/ml) dibuat dalam
cairan pengawt seperti larutan mist dessicant, pepton 1%, susu
skim 1% atau Na-glutamat 1%.
3. Pada tiap ampul dimasukkan 0,1 - 0,3 ml suspensi mikroba,
tutup kapas dipasang dan digunting, kemudian dimasukkan ke
dalam ampul hingga leher ampul atau tempat di atas label.
4. Ampul dipasang pada alat pengering beku dan dilakukan
proses kering beku. Bilamana perlu bawah ampul dicelupkan
dalam air (waterbath) 25C.
5. Sebelum ampul dipotong dianjurkan untuk memasukkan gas
nitrogen murni ke dalamya.
6. Uji viabilitas bakteri dilakukan secara periodik dan rutin, paling
tidak setiap tahun.
Sebagian besar

mikroba

dapat

bertahan

dalam

media

preservasi liofilisasi selama 10 tahun, selain itu untuk pemindahan


tidak perlu untuk ditumbuhkan lagi dalam agar miring atau
dicairkan. Metode ini dapat mencegah air terserap kembali. Air
dapat memicu aktivitas mikroba dan enzim yang dapat merusak
substrat. Jika air ini dapat dikurangi maka aktivitas sel dan enzim
akan semakin lambat sehingga daya simpannya lebih lama.
Hal-hal yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel ketika
dibekukan antara lain mencakup efeksolusi, formasie ekstraseluler
dan dehidrasi intraseluler pembentukan. Sedangkan kerugian dari
metode ini adalah kultur harus tetap dalam keadaan beku atau
ditumbuhkan kembali pada agar miring selama transportasi.

3. Liquid Nitrogen Freezing


Metode ini memerlukan alat khusus untuk mengontrol tingkat
pembekuan sebelum disimpan dalam waktu lama dalam nitrogen cair.
Media yang digunakan adalah 10 % (vol/vol) gliserol atau 5% (vol/vol)
DMSO. Suhu penyimpanan pada metode ini adalah 77 K atau -196C
yang merupakan titik didih dari nitogen cair. Pada suhu rendah ini
beberapa

aktivitas

biologis

termasuk

reaksi

biokimia

yang

menyebabkan kematian pada sel dapat diperlambat (Suriawiria, 2005).


Penyimpannan dengan menggunakan metode ini dapat berlangsung
hingga 100 tahun.
Nitrogen cair memiliki titik didih pada suhu -195,8 C,
sedangkan karbon dioksida cair -57 C. Pada suhu yang lebih tinggi
dari suhu tersebut, nitrogen dan karbon dioksida akan berbentuk gas
volatil, sehingga umumnya nitrogen cair dan karbon dioksida cair
berada pada suhu lebih rendah daripada titik didihnya. Dengan suhu
yang sedemikian dingin, baik nitrogen cair maupun karbon dioksida
cair mempunyai kemampuan membekukan mikroorganisme yang
relatif lebih efektif daripada pendingin berbahan amonia ataupun freon.
Prosedur pembekuan mikroorganisme dalam nitrogen cair :
1. Slant cultures (media agar miring)
Tambahkan 5 ml cairan nutrien yang terdiri dari 10% (vol/vol)
gliserol pada masing-masing slant. Keruk permukaan slant dengan
pipet steril 1 ml untuk mendapatkan larutan spora. Gunakan pipet
2 sampai 5 ml, masukkan masing-masing 1 ml larutan spora ke
dalam ampul. Tempatkan seluruh ampul dalam pendingin (5 C)
selama 30 menit.
2. Submerged cultures
Tambahkan 20% (vol/vol) gliserol ke dalam biakan cair sehingga
konsentrasi akhir menjadi 10% (vol/vol).

Goyangkan tabung

perlahan-lahan sehingga tercampur rata. Gunakan pipet agar 2 5


ml, masukkan masing-masing 1 ml larutan ke dalam ampul 2 ml.
Letakkan seluruh ampul dalam pendingin (5 C) selama 30 menit
untuk ekuilibrasi antara sel dan larutan media.
3. Pengontrolan tingkat pembekuan
Letakkan ampul yang telah ditutup dalam kaleng aluminium yang
terdapat dalam wadah yang lebih besar. Kemudian masukkan
wadah tersebut ke dalam tabung freezer pengontrol tingkat
pembekuan. Pertahankan tingkat dingin 1 hingga 2 C/menit
sampai beberapa derajat dibawah perubahan fase yang didapat.
Titik beku biasanya adalah -30C. Biasanya nitrogen cair harus
ditambahkan ke dalam system, secara manual maupun otomatis,
sehingga mendekati titik beku dan perubahan fase akan segera
dicapai. Setelah sel membeku, atur tingkat dingin lagi hingga 1
C/menit sampai kurang lebih mencapai suhu -50C. pindahkan
segera ampul ke dalam ruang penyimpanan akhir dalam pendingin
nitrogen cair (-156C sampai -196C)
Pencairan
Untuk mencairkan kultur, letakkan ampul dalam water bath
dengan

suhu

37

- 40C.

Gerakkan

perlahan-lahan

untuk

mempercepat pencairan. Usap bagian luar ampul dengan kertas


tissue steril yang dibasahi etanol 70% (vol/vol). Pindahklan isi
ampul ke dalam tabung reaksi berisi 2 ml air steril, campurkan
dengan cara mengocoknya. 0.1 0.2 ml diinokulasikan pada media
agar miring.
.
4. Gliserol
Gliserol pada

umumnya

digunakan

sebagai

media

dalam

pengawetan atau penyimpanan jangka pendek, jangka panjang


atau sekedar sebagai media untuk memindahkan mikroorganisme.

Sebagai contoh dalam metode pembekuan menggunakan nitrogen,


media yang digunakan adalah 10 % (vol/vol) gliserol atau 5%
(vol/vol) DMSO.
Gliserol dapat digunakan sebagai media karena gliserol dapat
melindungi aktivitas antimikroba dengan cara meningkatkan
stabilitas struktur protein asli dari mikroba sehingga dapat
mencegah protein dari proses termal dan agregasi. Selain itu
gliserol dapat meningkatkan energi bebas dari kompleks yang
diaktifkan dan mengeser kesetimbangan energo tersebut. Gliserol
ini dapat menyerap air pada permukaan protein yang dapat
mengakibatkan
kerusakan.

hidrasi

Oleh

yang

karena

itu

dapat melindungi
giserol

dapat

penyimpanan mikroorganisme.

BAB III
KESIMPULAN dan SARAN
KESIMPULAN

protein

dari

memperpanjang

Anda mungkin juga menyukai