MIKROBIOLOGI PANGAN
Disusun Oleh:
AISYAH SAFITRI (D.131.20.0012)
JAYANI OKTAFIANTI (D.131.20.0017)
AJENG AYU FINANSYAH (D.131.20.0019)
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
➢ Bakteri amilolitik
Hanya beberapa bakteri yang bersifat amilolitik yaitu memproduksi enzim amilase
memecah pati diluar sel. Misalnya Bacillus sp. dan Clostridium botulinum (Fardiaz,
1992). Pati dapat dipecah oleh berbagai mikroba amilolitik menjadi polimer yang lebih
sederhana atau gula monosakarida dimana monosakarida selanjutnya akan dipecah lagi
menjadi energi, contoh bakteri pemecah pati yaitu Bacillus Subtilis (Fardiaz, 1993).
➢ Bakteri lipolitik
Lipase merupakan enzim yang mampu merombak lemak menjadi asam lemak bebas
dangliserol. Mikroba yang mampu menghasilkan adalah Pseudomonas, Alcaligenes,
Moraxella,Staphylococcus, Rhizopus, Geotrichum, Aspergillus, Candida,
Rhodotorulla, Flansenulla,(Hidayat et al., 2006).
Bakteri proteolitik menimbulkan masalah pada produk bahan pangan atau
makanan. Bakteri jenis Clostridium yang bersifat patogen dapat menyebabkan
keracunan makanan. Jika tumbuh pada susu, spesies bakteri ini dapat membentuk asam
dan gas sehingga menggumpalkan susu, proses ini disebut “Stormy fermentation”.
Bacillus sering menyebabkan kerusakan pada makanan kaleng dengan memproduksi
asam tanpa gas, sehingga kerusakannya disebut ”Flat Sour”. Beberapa bakteri bersifat
yaitu memecah protein secara anaerobik dan memproduksi komponen-komponen yang
berbau busuk seperti hydrogen sulfide, merkaptan, amin, idol dan asam-asam lemak.
Media selektif bakteri proteolitik ialah media SMA (Skim Milk Agar), yang berwana
agak keruh. Bakteri proteolitik akan mengurai kasein susu, sehingga pertumbuhan
koloni bakteri proteolitik ditandai dengan adanya ‘halo’ atau area bening di sekitar
koloni.
2. METODOLOGI
2.1 Alat dan Fungsi
No Alat Fungsi
No Bahan Fungsi
1 Daging ayam Untuk dijadikan sampel pada uji bakteri proteolitik
2 Aquades steril Digunakan sebagai pelarut
Dokumentasi
65
Colony : (1+59) .103
Colony : 59.000
Dilakukan uji lanjut untuk mengetahui bakteri apa saja yang tercemar didalam
media dan diperlukan uji ulang. Pemakaian alat dan steril ruangan perlu ditingkatkan
pada saat pengujian.
Daftar Pustaka
Apriyanti, diah anak agung dkk.Analisis Cemaran Mikrobiologi pada Daging Ayam
Broiler yang Beredar di Pasar Tradisional Kecamatan Denpasar
Barat.Volume 25, Nomor 02.Hlm 116-127.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein hewani yang berasal dari susu sangat di perlukan untuk kesehatan
masyarakat dan pertumbuhan tulang terutama bagi anak-anak yang sedang berada
dalam masa pertumbuhan. Semakin meningkat taraf hidup masyarakat maka kebutuhan
protein asal hewani juga semakin meningkat. Susu merupakan salah satu bahan pangan
yang memiliki nilai gizi yang sempurna, mudah dicerna dan diserap oleh darah.
Komponen penting dalam susu dan produk susu menurut Miller et al. (2007) yaitu
kalsium, vitamin D, protein, potassium,vitamin A, vitamin B12, riboflavin, niacin, dan
fosfor.Kandungan zat gizi yang tinggi ini menjadikan susu sebagai bahan makanan
yang sangat baik untuk dikonsumsi oleh manusia maupun anak ternak. Selain itu yang
perlu diketahui susu merupakan bahan pangan yang mudah terkontaminasi sehingga
susu menjadi media pertumbuhan yang sangat baik bagi mikroba.
Suardana dan Swacita (2004) menyatakan pengujian kualitas susu dapat dilakukan
berdasarkan keadaan dan susunan susu. Uji didih dan uji alkohol dapat digunakan untuk
pemeriksaan keadaan susu secara tetrimetri untuk mengetahui kualitas susu. Dimana
dengan tidak adanya gumpulan atau susu tidak pecah saat pengujian maka susu dapat
dikatakan dalam keadaan baik dan dapat konsumsi, jika terjadi sebaliknya maka susu
dalam keadaan yang buruk. Pengujian kandungan mikroba yang terkandung di dalam
susu dapat dilakukan dengan metode Total Plate Count (TPC), pengujian ini dilakukan
untuk menghindari penurunan kualitas susu serta menentukan baik atau tidaknya susu,
sehat dan layak untuk dikonsumsi. Di dalam kelenjar susu atau di dalam ambing,
hampir tidak mengandung mikroba, kecuali pada ternak yang sakit, kontaminasi awal
terjadi pada saat mulai pemerahan. Mikroba yang ditemukan didalam susu disebabkan
karena kualitas dan penanganan susu yang tidak baik, kontaminasi mikroba didalam
susu biasanya disebabkan oleh ternak itu sendiri, peralatan pemerahan yang kurang
higenis, proses pemerahan yang kurang baik, kandang dan udara. Kandungan mikroba
didalam susu akan mengakibatkan kerusakan pada susu seperti penggumpalan dan
keasaman yang terjadi karena adanya fermentasi laktosa menjadi asam laktat sehingga
pH susu menurun dan menjadi asam. Penerapan penentu aspek teknis dilokasi
penelitian sangat penting dalam meningkatkan produktivitas ternak serta peningkatan
tatalaksana pemeliharaan oleh peternak, yang meliputi beberapa aspek seperti berikut:
bibit dan reproduksi, pakan, pemeliharaan, perkandangan dan kesehatan/ penyakit.
Dimana hal ini sangat menunjang produksi susu yang di hasilkan oleh ternak sehingga
menghasilkan susu yang memiliki kualitas yang baik serta aman dikonsumsi oleh
manusia.
1.2 Maksud dan Tujuan
2. METODOLOGI
2.1 Alat dan Fungsi
Alat dan fungsi yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
No Alat Fungsi
No Bahan Fungsi
1. Susu cair Untuk sample praktikum
2. PCA Media untuk menumbuhkan bakteri
3. Aquadest Untuk pengenceran
(sumber docplayer.info)
3.2 Analisa Prosedur
Praktikum ini adalah praktikum menghitung bakteri TPC pada media . TPC
sendiri adalah untuk menghitung jumlah semua bakteri. Sample susu yang diencerkan
dengan aquadest dengan perbandingan 1:10 . kemudian diencerkan dari 10−1 sampai
10−3. penanaman ke media PCA dilakukan secara duplo dan menggunakan
pengenceran 10−1 dan 10−3. pertama masukan sample yang sudah diencerkan ke
dalam cawan lalu dimasukan media . dihomogenkan supaya bakteri yang masuk
tercampur. Sebelum itu media pca tidak boleh dituang saat panas. Dituangkan saat
hangat. Kemudian tunggu mengering. Setelah dikeringkan dan memadat media
diinkubasi selama 24 jam.
Daftar Pustaka
Cahyono, dwi dkk.Kajian Kualitas Mikrobiologis (TOTAL PLATE COUNT (TPC),
ENTEROBACTERIACEAE DAN Staphylococcus aureus) Susu Sapi
Segar di Kecamatan Krucil Kabupaten Probolinggo.vol.8 No. 1.Hlm 1-8.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan merupakan sumber bahan pangan yang berumutu tinggi, karena mengandung
protein yang sangat baik dibutuhkan oleh tubuh manusia. Produk-produk perikanan
segar merupakan bahan pangan yang sangat mudah busuk atau mengalami kerusakan
(highly perishable food), sehingga mutu ikan mudah menurun. Tubuh ikan
mengandung protein dan air cukup tinggi sehingga merupakan media yang sangat baik
bagi pertumbuhan bakteri pembusuk dan mikrobiologis yang lain.
Kerusakan ini dapat terjadi secara biokimiawi maupun secara mikrobiologis.
Namun, kerusakan produk ikan 30% akibat pembusukan oleh mikrobiologis.
Mikrobiologis yang masuk pada permukaan tubuh ikan akan masuk ke dalam tubuh
ikan dan menyebabkan pembusukan disertai dengan pemusukan oleh enzim dan proses
kimiawi. Proses pembusukan berlangsung akibat terjadi pemecahan berbagai
komponen dan pembentukan komponen baru. Komponen baru ini menyebabkan
perubahan pada bau, warna, dan tekstur ikan. Komponen yang dipecah tertama lipid
dan protein.
Proses penghambatan pembusukan pada produk ikan perlu dilakukan untuk
meningkatkan daya simpan dan daya awet hasil perikanan melalui proses pengolahan
dan pengawetan, salah satunya dengan penyimpanan dingin. Penggunaan suhu rendah
selain dapat menghambat aktivitas mikroba dan enzim juga dapat mempertahankan
sifat ikan segar. Namun, penyimpanan dingin masih pendek. Penyebab utama
kerusakan ikan selama penyimpanan dingin adalah adanya aktivitas dan pertumbuhan
bakteri psikotrofik. Pertumbuhan bakteri psikotrofilik pada ikan menyebabkan kualitas
produk ikan menurun dan menjadi busuk. Oleh karena itu, ikan yang terlalu lama
disimpan dilemari es akan terganggu oleh bakteri psikotrifilik.
Mikrooeganisme mempunyai batas suhu tertentu untuk kelangsungan hidupnya.
Suhu trersebut meliputi suhu optimum, suhu minimum, dan suhu maksimum.
Berdasarkan kisaran suhu untuk pertumbuhannya, koliform termasuk grup psikotrofik
yaitu mengalami pertumbuhan minimum pada suhu -10°C, optimum pada suhu 20-
30°C, dan maksimum pada suhu 24°C. mikroba psikrofil yakni golongan mikroba yang
tumbuh pada suhu 0-30°C, dengan temperatur optimum 10-15°C. kebnyakan dari
golongan ini tumbuh di tempat-tempat dingin, baik didaratan maupun dilautan.
Psikrotrof adalah mikroba yang sebenarnya bersifat mesofil, yaitu mempunyai suhu
optimum pertumbuhan 20-24°c, tetapi masih dapat tumbuh pada suhu yang optimim
untuk psikrofil. Untuk menghitung mikroba yang tergolong psikrotrif didalam
makanan digunakan suhu inkubasi 5°c Selama 5 hari sampai 2 minggu.
Bakteri psikrotropik terutama ditemukan di dalam jenis pseudomonas,
flavobacterium dan alcaligenes, mekipun jenis lainnya micrococcus, lactobacillus,
enterobacter, dan arthrobacter mungkin juga mengandung spesies yang bersifat
psokrotropik.
Maksud praktikum ini adalah untuk menumbuhkan bakteri yang terdapat pada
sampel makanan yang membutuhkan penyimpanan dingin.
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengamati dan menghitung pertumbuhan
bakteri psikrotrofil pada beberapa suhu inkubasi.
2. METODOLOGI
2.1 Alat dan Fungsi
Alat dan fungsi yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
No Alat Fungsi
1 Timbangan mengukur massa pada sampel dengan tingkat
ketelitian yang tinggi.
2 Erlemeyer tempat pembiyakan mikroba.
3 Pisau memotong sampel.
4 Talenan Landasan untuk memotong sampel.
5 Coloni counter menghitung koloni bakteri yang dutumbuhkan
dimedia yang disimpan dalam cawan petridish.
6 Incubator tempat penyimpanan sampel sebelum diproses
dilaboratorium.
7 Tabung reaksi Tempat pengenceran dan tempat penyimpanan
pendek media.
8 Petridish tempat perkembangbiakan mikroba.
9 Mikropipet memindahkan cairan dalam jumlah kecil
secara akurat.
10 Blue tip Digunakan pada mikropipet untuk mengambil
larutan dalam ukuran mikro (100l sampai
1000l) 18 tabung durham.
11 Lampu spirtus sterilisasi sebelum inokulasi sampel.
12 Autoclave mensterilisasi suatu media dengan
menggunakan uap bersuhu dan bertekakan
tinggi.
No Bahan Fungsi
1 Daun sawi sebanyak sampel perhitungan uji bakteri psikotrofilik.
5gr atau 1 : 9 dari
pengenceran
2 Ikan segar untuk sampel perhitungan uji bakteri psikotrofilik.
3 Aquadest steril melarutkan bahan yang akan digunakan.
4 PCA menghitung jumlah bakteri total yang terdapat pada
sampel.
5 Spirtus pelarut dan sebagai bahan bakar untuk pembakar
alcohol.
6 Alcohol 70%, Sanitasi laboratorium
desinfektan
10−2 TBUD 0
10−3 Tumbuh 2 0
Sayur bakteri:
1. 1 Kuning
transparan,
permulaan
gloss.
2. 54 putih bulat
Cembung.
10−2 Tumbuh 2 0
bakteri:
1. 7 kuning
transparan,
permulaan
gloss.
2. TUBD putih,
bulat, cembung
Sampel ikan 10−2 suhu kulkas Sampel ikan 10−2 suhu ruang
Sampel ikan 10−3 suhu kulkas Sampel ikan 10−3 suhu ruang
Sampel sayur 10−2 suhu kulkas Sampel sayur 10−2 suhu ruang
Sampel sayur 10−3 suhu kulkas Sampel sayur 10−3 suhu ruang
3.2 Analisa Prosedur
Ikan dan sayur merupakan media yang sangat mudah dan cocok untuk
pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme. Oleh karena itu, ikan dan sayur
mudah rusak pada suhu kamar dan terhambat pertumbuhan mikroorganisme pada suhu
kulkas . berdasarkan hasil praktikum pada suhu kulkas pengenceran 10−2 dan
10−3didapat total koloni bakteri 0. Berdasarkan hasil praktikum pada suhu ruang, pada
sampel ikan segar dengan pengenceran 10−2 dan 10−3 hasil yang diperoleh adalah
>300, ini dinyatakan perhitungan jumlah bakteri tidak bisa untuk dihitung (TBUD).
Hal ini, tidak sesuai dengan literatur menurut Wesley (2007), dalam pengenceran 10−2
seharusnya diperoleh bakteri dengan jumlah nominal dalam ratusan tapi tidak >300.
Menurut Madigan (2009), pada pengenceran 10−3 seharusnya jumlah bakteri yang
didapat akan dinominal puluhan. Sedangakan, pada sampel sayur pada pengenceran
10−2 diperoleh tumbuh 2 bakteri :
1. 7 kuning transparan, permulaan gloss.
2. TBUD putih, bulat, cembung (>300 dinyatakan Tidak Bisa Untuk Dihitung)
Pada sampel sayur pengenceran 10−3 diperoleh tumbuh 2 bakteri:
1. 1 Kuning transparan, permulaan gloss.
2. 54 putih bulat Cembung.
Jadi, total coloni bakteri pada sampel sayur pengenceran 10−3 adalah 5,5 ×104
CFU/mL. Hal ini, juga titak sesuai dengan literatur menurut Madigan (2009), pada
pengenceran 10−3seharusnya jumlah bakteri yang didapat akan dinominal puluhan.
Kesalahan dalam percobaan ini disebabkan karena jumlah bakteri yang dikandung
dalam ikan segar banyak. Mungkin saat pengujian alat yang digunakan kurang seteril
dan terkontaminasi.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Saran dari praktikum mikrobiologi pangan pada percobaan uji perhitungan bakteri
psikotrofilik agar penguji lebih memperhatikan praktikum lagi saat melakukan uji agar
kesalahan dalam uji bakteri psikotrofilik ini dapat terminimalisir.
Daftar Pustaka
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Maksud dari praktkum ini adalah menumbuhkan bakteri yang terdapat pada
sampel yang membutuhkan penyimpanan dingin.
Tujuan praktikum ini yaitu untuk mengamati dan menghitung peryumbuhan
bakteri pada rempah pada suhu inkubasi.
2. METODOLOGI
2.1 Alat dan Fungsi
Alat dan fungsi yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
Alat fungsi
a) Jarum ose Untuk memindahkan atau mengambil koloni
suatu mikrobia ke media yang akan digunakan
kembali.
b) Tabung reaksi untuk melakukan uji biokimia dan menumbuhkan
mikroba.
c) Petridisc untuk membiakkan (kultivasi) mikroorganisme
d) Lampu bunsen untuk menciptakan kondisi yang steril
e) Inkubator untuk menginkubasi atau menumbuhkan
mikroorganisme seperti bakteri pada suatu
kondisi.
Bahan fungsi
a) Daging ayam Untuk dijadikan sampel pada uji viabilitas
bakteri terhadap rempah.
b) Aquades steril Digunakan sebagai pelarut
c) Media SMA cair Digunakan sebagai media penguji
d) Rempah (kunyit ) Sebagai penghambat bakteri
2.3 Skema Kerja
a) Menimbang daging ayam sebanyak 10 % dari total berat pengencer (1 gram/ 9 ml)
b) Menyiapkan aquades steril 225 ml (9 ml) dan memasukkan sample daging
kemudian menghomogenkanya
c) Menuang media SMA cair steril ke petridish, dan membiarkan hingga beku
d) Memijarkan jarum ose dan mengambil larutan sample sebanyak 1 ose
e) Menggores sample ke media padat secara aseptis
f) Merendam blank disc / kertas cakram ke dalam larutan rempah dan kloramphenikol
dan meletakkan di atas media padat
g) Menginkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam dengan posisi terbalik
Pada tabel praktikum diatas menunjukan bahwa zona bening sudah terbentuk pada
masa inkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. Daya hambat diketahui berdasarkan
pengukuran diameter zona inhibisi (zona bening atau daerah jernih tanpa pertumbuhan
mikroorganisme) yang terbentuk di sekitar paper disc. Pada konsentrasi 45ml pada
kunyit dengan menghasilkan zona bening dengan diameter rata-rata 0,487 mm yang
dapat menghambat bakteri Salmonella sp. Sebagai antibakteri ekstrak kunyit dapat
memiliki kemampuan antibakteri sebab memiliki kandungan senyawa kurkuminoid
(kurkumin, desmetoksikurkumin, dan bidesmetoksikurkumin) dimana dari ketiga
senyawa itu, kurkumin merupakan senyawa yang terbesar.Kurkumin adalah senyawa
bersifat polar,kepolaran di karenakan oleh gugus-OH yang terdapat di dalam struktur
kurkuminoid.
Perbedaan diameter zona hambat pada masing-masing konsentrasi disebabkan
karena perbedaan besarnya zat aktif yang terkandung pada konsentrasi tersebut.
Prescot (2005), ukuran zona hambat bakteri juga dipengaruhi oleh tingkat sensitivitas
dari organisme uji, medium kultur dan kondisi inkubasi, kecepatan difusi dari senyawa
antibakteri. Pembedaan antibakteri didasarkan pada mekanisme kerjanya yaitu:
antibakteri yang mekanisme kerjanya menghambat pertumbuhan dari dinding sel,
antibakteri yang mekanisme kerjanya mengakibatkan perubahan pada permeabilitas
membran sel dan antibakteri yang mekanisme kerjanya menghambat sintesis protein
dan asam nukleat (Brooks, et al., 2005). Terbentuknya zona hambat juga dipengaruhi
oleh faktor lingkungan dan bakteri uji yang berlebihan sehingga pengaruh metabolit
yang dihasilkan bakteri yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan uji.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai uji viabilitas bakteri terhadap rempah dapat
disimpulkan bahwa pada konsentrasi 45ml dapat menghambat dengan diameter rata
rata 0,487mm dengan menunjukan bahwa zona bening sudah terbentuk pada masa
inkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C.
4.2 Saran
Perlu penelaan lebih lanjut untuk mengetahui kandungan senyawa yang memiliki
aktivitas antibakteri dan interaksi kandungan senyawa yang terdapat dalam ekstrak
kunyit dalam menghambat bakteri pada ayam.
Daftar Pustaka
Sjofjan, O., Adli, D. N., Natsir, M. H., & Kusumaningtyaswati, A. (2020). Pengaruh kombinasi
tepung kunyit (Curcuma domestica Val.) dan probiotik terhadap penampilan usus ayam
pedaging. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan, 2(1).
Wala, J., Ransaleleh, T., Wahyuni, I., & Rotinsulu, M. (2016). Kadar Air, Ph Dan Total Mikroba
Daging Ayam Yang Ditambahkan Kunyit Putih (Curcuma mangga Val.). ZOOTEC, 36(2),
405-417.