Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI PANGAN

Disusun Oleh:
AISYAH SAFITRI (D.131.20.0012)
JAYANI OKTAFIANTI (D.131.20.0017)
AJENG AYU FINANSYAH (D.131.20.0019)

PROGRAM STUDI S-1 TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FALKUTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS SEMARANG
2021
MATERI 1 : UJI BAKTERI PROTEOLITIK

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Produk hewani merupakan produk yang mudah sekali rusak, dikarenakan


kandungan protein yang tinggi. Protein mengandung unsur N yang merupakan salah
satu nutrisi penting bagi mikroba. Cara menguji cearan mikroba pada produk daging,
unggas dan ikan ada beberapa. Berdasarkan tujuan pengujiannya makan dibedakan
menjadi : isolasi, seleksi, differensiasi, dan identifikasi (silakan mencari referensi).
Pembusukan merupakan penyebab utama dari penyia-nyiaan bahan pangan.
Kebanyakan bahan pangan dalam kondisi penyimpanan normal akan mengalami
reaksireaksi atau perubahan sehingga bahan pangan tersebut tidak dapat dipakai lagi.
Pembusukan bahan pangan dapat diartikan sebagai setiap perubahan dari bahan pangan
yang masih segar maupun setelah dimana perubahan sifat-sifat kimiawi, fisik atau
organoleptik dari bahan pangan tersebut mengakibatkan ditolaknya bahan pangan ini
oleh konsumen (Buckle et al., 1987). Kerusakan pangan adalah setiap perubahan sifat
– sifat fisik, kimiawi, atau sensorik/organoleptik, yang ditolak oleh konsumen pada
bahan pangan yang masih segar maupun sudah diolah. Kerusakan mikrobiologi
disebabkan oleh mikroorganisme pembusuk, baik oleh bakteri, kapang, maupun kamir.
Adapun pencegahan agar bahan pangan terhindar dari bakteri adalah pastikan tangan
bersih, mencuci buah dan sayur sampai bersih, menghindari kontaminasi silang,
menjauhkan daging mentah dari makanan lain.
Bakteri pembususk berdasarkan media yang digunakan atau nutirisi yang diurai
dibagi menjadi 3, yaitu:
➢ Bakteri Proteolotik
Bakteri yang tergolong proteolitik adalah bakteri yang memproduksi enzim proteinase
ekstrakseluler yaitu enzim pemecah protein yang diproduksi di dalam sel kemudian
dilepaskan keluar dari sel. Bakteri proteolitik dapat dibedakan atas beberapa kelompok
(Fardiaz, 1992): Beberapa bakteri proteolitik asam, misalnya: streptococcus, faecalis,
Var. Linguifaciens dan Micrococcus careolyticus. Beberapa bakteri putrefaktif
misalnya kebanyakan spesies dari Clostridium, beberapa spesies Proteus, Pseudomonas
dan bakteri tidak berspora lainnya (Fardiaz,1993).

➢ Bakteri amilolitik
Hanya beberapa bakteri yang bersifat amilolitik yaitu memproduksi enzim amilase
memecah pati diluar sel. Misalnya Bacillus sp. dan Clostridium botulinum (Fardiaz,
1992). Pati dapat dipecah oleh berbagai mikroba amilolitik menjadi polimer yang lebih
sederhana atau gula monosakarida dimana monosakarida selanjutnya akan dipecah lagi
menjadi energi, contoh bakteri pemecah pati yaitu Bacillus Subtilis (Fardiaz, 1993).

➢ Bakteri lipolitik
Lipase merupakan enzim yang mampu merombak lemak menjadi asam lemak bebas
dangliserol. Mikroba yang mampu menghasilkan adalah Pseudomonas, Alcaligenes,
Moraxella,Staphylococcus, Rhizopus, Geotrichum, Aspergillus, Candida,
Rhodotorulla, Flansenulla,(Hidayat et al., 2006).
Bakteri proteolitik menimbulkan masalah pada produk bahan pangan atau
makanan. Bakteri jenis Clostridium yang bersifat patogen dapat menyebabkan
keracunan makanan. Jika tumbuh pada susu, spesies bakteri ini dapat membentuk asam
dan gas sehingga menggumpalkan susu, proses ini disebut “Stormy fermentation”.
Bacillus sering menyebabkan kerusakan pada makanan kaleng dengan memproduksi
asam tanpa gas, sehingga kerusakannya disebut ”Flat Sour”. Beberapa bakteri bersifat
yaitu memecah protein secara anaerobik dan memproduksi komponen-komponen yang
berbau busuk seperti hydrogen sulfide, merkaptan, amin, idol dan asam-asam lemak.
Media selektif bakteri proteolitik ialah media SMA (Skim Milk Agar), yang berwana
agak keruh. Bakteri proteolitik akan mengurai kasein susu, sehingga pertumbuhan
koloni bakteri proteolitik ditandai dengan adanya ‘halo’ atau area bening di sekitar
koloni.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud praktikum penghitungan bakteri proteolitik pada produk perikanan adalah


untuk mengetahui adanya bakteri proteolitik yang terdapat dalam produk makanan.
Tujuan praktikum ini adalah menghitung bakteri proteolitik pada produk pangan
agar praktikan dapat melakukan perhitungan dan membandingkan bakteri proteolitik
pada produk pangan.

1.3 Waktu dan Tempat

Waktu Sabtu – Minggu, 13 – 14 November 2021.


Tempat Laboratorium Biologi & Mikrobiologi FTP, gedung V lantai
2 (V.2.1), Universitas Semarang.

2. METODOLOGI
2.1 Alat dan Fungsi

No Alat Fungsi

1. Jarum ose Untuk memindahkan atau mengambil koloni suatu


mikrobia ke media yang akan digunakan kembali.
2. Tabung reaksi untuk melakukan uji biokimia dan menumbuhkan
mikroba.
3 Petridisc untuk membiakkan (kultivasi) mikroorganisme
4 Lampu bunsen untuk menciptakan kondisi yang steril
5 Mikropipet Untuk memindahkan cairan dalam jumlah kecil
secara akurat
6 Blue tip untuk cairan dalam ukuran 1µl sampai 20 µl.
7 Timbangan Untuk menimbang bahan yang akan digunakan
dalam praktikum dengan tingkat ketelitian yang
tinggi.
8 Inkubator untuk menginkubasi atau menumbuhkan
mikroorganisme seperti bakteri pada suatu kondisi
9 Water bath untuk memungkinkan terjadinya reaksi kimia
tertentu pada suhu tinggi.
10 Autoclave untuk mensterilisasi suatu benda ataupun media
dengan menggunakan uap bersuhu tdan bertekanan
tinggi (121 derajatC, 15 lbs).

2.2 Bahan dan Fungsi

No Bahan Fungsi
1 Daging ayam Untuk dijadikan sampel pada uji bakteri proteolitik
2 Aquades steril Digunakan sebagai pelarut

2.3 Skema Kerja


a. Diambil 1 ml larutan dalam tabung pengenceran 10−3 dan dimasukan ke dalam
cawan petri steril sevara aseptis. Diulang ke 2 cawan (duplo)

b. Lakukan hal yang sama pada pengenceran 10−4 dan 10−5


c. Dituangkan 15 ml SMA secara aseptis kedalam cawan berisi inokulasi, dan
kocok cawan perlahan membentuk huruf S atau angka 8
d. Lakukan hal yang sama pada pengenceran berikutnya.
e. Diamkan PCA membeku, kemudian dibalik cawan untuk menghindari
mentesnya air ke media.
f. Inkubator difiksasi sebelum dan setelah digunakan dengan desinfektan

g. Kemudian cawan diinkubasi dalam kondisi terbalik, pada suhu 30°c ± 1 °c


selama 48 jam
h. Dihitung jumlah koloni yang tumbuh dan dilaporkan jumlah mikroba per ml
(colony/ml) atau per ml media (CFU/ml)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Pengamatan dan Dokumentasi

Dokumentasi

sampel ayam I 10−3 Sampel ayam II 10−3


Hasil : 0 Hasil : 59

sampel ayam I 10−4 sampel ayam II 10−4


Hasil ∶ 0 Hasil : 6

Hasil Perhitungan total mikroba


Rumus :
∑𝑐
Colony : (1+𝑛1) +(0,1+𝑛2).𝑑

65
Colony : (1+59) .103

Colony : 59.000

Colony : 5.9 X 107 CFU/ml


3.2 Analisa Prosedur
Praktikum ini menggunakan sample ayam . praktikum ini menghitung bakteri
menggunakan media SMA . sample ayam yang diencerkan menggunakan aquadest.
Pengenceran perhitungan proteilitik ini menggunakan pengenceran 10−3 dan 10−4.
pengujian dilakukan secara duplo. Inkubasi untuk pengujian ini pada suhu 30°c ± 1 °c
selama 48 jam
3.3 Analisa Hasil
Dalam pengujian sample ayam didapatkan hasi pada pengenceran 10−3
didapatkan hasil 59 dimana 59 coloni tersebut masuk dalam perhitungan TPC. Pada
pengenceran 10−4 didaptkan hasil dibawah standar perhitungan TPC . Colony yang
didapatkan pada uji tersebut adalah 5.9 X 107 CFU/ml. Sementara untuk uji tersebut
memiliki SNI hasil 1x 106 CFU/ml. Dalam hasil pengujian sample ayam ini
menggunakan media SMA memiliki hasil yang diatas nilai SNI. Kemungkinan yang
terjadi adalah adanya kontaminasi dari udara maupun alat kerja yang kurang steril dan
kurangnya kebersihan saat pengolahan daging ayam dari pemotongan hingga saat
sampai ditangan konsumen. Media ini berpotensi ditumbuhi oleh bakteri dari genus
Bacillus, Pseudomonas, Proteus, Steptobacillus dan Staphylococcus.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada pengujian ini didaptkan hasil diatas abang batas SNI sample daging ayam.
Kemungkinan adanya kontaminasi pada saat pengujian atau daging yang ayam yang
saat proses pemotongan hingga sampai ditangan konsumen diperlakukan kurangbersih.
4.2 Saran

Dilakukan uji lanjut untuk mengetahui bakteri apa saja yang tercemar didalam
media dan diperlukan uji ulang. Pemakaian alat dan steril ruangan perlu ditingkatkan
pada saat pengujian.

Daftar Pustaka

Apriyanti, diah anak agung dkk.Analisis Cemaran Mikrobiologi pada Daging Ayam
Broiler yang Beredar di Pasar Tradisional Kecamatan Denpasar
Barat.Volume 25, Nomor 02.Hlm 116-127.

Badan StandarisasiNasional.“Metode Pencemaran Mikroba Dalam Daging Telur


Dan susu, Serta Hasil Olahannya”.2008. online. Diunggah”:
http://bavetboyolali.disnakkeswan.jatengprov.go.id/assets/downloads/1/SNI_2
897208_Metode_Pengujian_Cemaran_Mikroba_dalam_Daging,_Telur_dan_
Susu,_serta_hasil_olahannya_ 2.pdf.diakses 27 novembr 2021.

Pamaya,dwi.Isolasi Bakteri Penghasil Enzim ProteaseBacillus


Amyloliquefaciensirod2 Pada Oncom Merah Pasca Fermentasi 48 jam.ISBN :
978-602-5614-35-4.

EFSA(European Food Safety Authority).2019.”Salmonella the most common causes of


foodborne outbreaks in the European Union”.online:
https://www.ecdc.europa.eu/en/news-events/salmonella-most-common-cause-
foodborne- outbreaks-european-union. diunggah : 12 Desember 2019.diakses
14desember 2020.

Kobayashi T,kutsuna dkk. 2016. case report:An outbreak of Food-borne Typhoid


Feverdue to Salmonella enterica seritpe Typhiin japan reported for The first
Time in 15 years.Am.J.Trop.Med.Hyg. Vol.92(2). pp:289-291.
MATERI 2 : UJI TPC PRODUK SUSU

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Protein hewani yang berasal dari susu sangat di perlukan untuk kesehatan
masyarakat dan pertumbuhan tulang terutama bagi anak-anak yang sedang berada
dalam masa pertumbuhan. Semakin meningkat taraf hidup masyarakat maka kebutuhan
protein asal hewani juga semakin meningkat. Susu merupakan salah satu bahan pangan
yang memiliki nilai gizi yang sempurna, mudah dicerna dan diserap oleh darah.
Komponen penting dalam susu dan produk susu menurut Miller et al. (2007) yaitu
kalsium, vitamin D, protein, potassium,vitamin A, vitamin B12, riboflavin, niacin, dan
fosfor.Kandungan zat gizi yang tinggi ini menjadikan susu sebagai bahan makanan
yang sangat baik untuk dikonsumsi oleh manusia maupun anak ternak. Selain itu yang
perlu diketahui susu merupakan bahan pangan yang mudah terkontaminasi sehingga
susu menjadi media pertumbuhan yang sangat baik bagi mikroba.
Suardana dan Swacita (2004) menyatakan pengujian kualitas susu dapat dilakukan
berdasarkan keadaan dan susunan susu. Uji didih dan uji alkohol dapat digunakan untuk
pemeriksaan keadaan susu secara tetrimetri untuk mengetahui kualitas susu. Dimana
dengan tidak adanya gumpulan atau susu tidak pecah saat pengujian maka susu dapat
dikatakan dalam keadaan baik dan dapat konsumsi, jika terjadi sebaliknya maka susu
dalam keadaan yang buruk. Pengujian kandungan mikroba yang terkandung di dalam
susu dapat dilakukan dengan metode Total Plate Count (TPC), pengujian ini dilakukan
untuk menghindari penurunan kualitas susu serta menentukan baik atau tidaknya susu,
sehat dan layak untuk dikonsumsi. Di dalam kelenjar susu atau di dalam ambing,
hampir tidak mengandung mikroba, kecuali pada ternak yang sakit, kontaminasi awal
terjadi pada saat mulai pemerahan. Mikroba yang ditemukan didalam susu disebabkan
karena kualitas dan penanganan susu yang tidak baik, kontaminasi mikroba didalam
susu biasanya disebabkan oleh ternak itu sendiri, peralatan pemerahan yang kurang
higenis, proses pemerahan yang kurang baik, kandang dan udara. Kandungan mikroba
didalam susu akan mengakibatkan kerusakan pada susu seperti penggumpalan dan
keasaman yang terjadi karena adanya fermentasi laktosa menjadi asam laktat sehingga
pH susu menurun dan menjadi asam. Penerapan penentu aspek teknis dilokasi
penelitian sangat penting dalam meningkatkan produktivitas ternak serta peningkatan
tatalaksana pemeliharaan oleh peternak, yang meliputi beberapa aspek seperti berikut:
bibit dan reproduksi, pakan, pemeliharaan, perkandangan dan kesehatan/ penyakit.
Dimana hal ini sangat menunjang produksi susu yang di hasilkan oleh ternak sehingga
menghasilkan susu yang memiliki kualitas yang baik serta aman dikonsumsi oleh
manusia.
1.2 Maksud dan Tujuan

Praktikum perhitungan bakteri proteolitik pada susu untuk mengetahui adanya


bakteriproteolitik dalam susu dan agar praktikan dapat melakukan perhitungan dan
membandingkan bakteri proteolitik pada susu.

1.3 Waktu dan Tempat

Waktu Sabtu – Minggu, 13 – 14 November 2021.


Tempat Laboratorium Biologi & Mikrobiologi FTP, gedung V lantai
2 (V.2.1), Universitas Semarang.

2. METODOLOGI
2.1 Alat dan Fungsi
Alat dan fungsi yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

No Alat Fungsi

1. Lampu spirtus Alat yang diperlukan pada setiap percobaan kimia


atau praktikum lainnya. Alat ini digunakan untuk
membakar zat atau memanasi larutan.
2. Cawan petri untuk membiakkan sel dengan menyediakan ruang
penyimpanan dan mencegahnya terkontaminasi.
1. Mikro pipet Untuk mengambil cairan secara teliti
2. Blue tip Alat bantu mikro pipet
3. Inkubator Digunakan untuk memelihara kultur organisme
yang akan digunakannantinya.
Beberapa inkubator digunakan untuk meningkatkan
laju pertumbuhan organisme, memiliki laju
pertumbuhan yang berkepanjangan di lingkungan
alam.
4. Waterbath Tempat untuk memanaskan
5. Tabung reaksi Untuk tempat mengencerkan
6. Autoclave Untuk mensterilkan alat
7. Coloni counter Alat untuk menghitung koloni
2.2 Bahan dan Fungsi
Bahan dan fungsi yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

No Bahan Fungsi
1. Susu cair Untuk sample praktikum
2. PCA Media untuk menumbuhkan bakteri
3. Aquadest Untuk pengenceran

2.3 Sekema kerja


a) Disiapkan alat dan bahan yang steril dan bersih
b) Diambil 1 ml susu segar, lalu dimasukkan pada pengenceran 10−1
c) Dilanjutkan pengenceran dengan cara mengambil1 ml larutan pada tabung
pengenceran 10−1 ke tabung pengenceran 10−2 dan lakukan dengan cara yang
sama ke tabung pengenceran 10−3
d) Dinginkan media dari waterbath ke suhu ruang sampai suhu ± 45 ℃
e) Di pipet sebanyak 1 ml larutan pada pengenceran 10−2ke cawan petri 10−2 dan
dilakukan secara duplo dan dilakukan kagi pada pengenceran 10−3
f) Dimasukan media pada cawan petri masing-masing 15 ml
g) Dihomogenkan , lalu diamkan sampai mediamemadat.
h) Setelah memadat, dimasukan cawan petri kedalam plastik dengan posisi terbalik
lalu inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37℃
i) Diamati hasil dan hitung jumlah koloni yang didapat

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Data Pengamatan dan dokumentasi

Tabel Data Pengamatan

Sampel Pengenceran Media Hasil


Susu segar 10−2 a TBUD
b 5
10−3 a TBUD
b 109

Hasil Perhitungan total mikroba

Digunakan cawan petri dengan tingkat pengenceran kosentrasi 10−3 sehingga


diperoleh:
109× 103 : 1,09 × 105 CFU/mL.
Dokumentasi

(sumber docplayer.info)
3.2 Analisa Prosedur

Praktikum ini adalah praktikum menghitung bakteri TPC pada media . TPC
sendiri adalah untuk menghitung jumlah semua bakteri. Sample susu yang diencerkan
dengan aquadest dengan perbandingan 1:10 . kemudian diencerkan dari 10−1 sampai
10−3. penanaman ke media PCA dilakukan secara duplo dan menggunakan
pengenceran 10−1 dan 10−3. pertama masukan sample yang sudah diencerkan ke
dalam cawan lalu dimasukan media . dihomogenkan supaya bakteri yang masuk
tercampur. Sebelum itu media pca tidak boleh dituang saat panas. Dituangkan saat
hangat. Kemudian tunggu mengering. Setelah dikeringkan dan memadat media
diinkubasi selama 24 jam.

3.3 Analisa Hasil


Pada hasil praktikum diatas yang pada median masa inkubasi selama 24 jam pada
suhu 37°C mengalami penumbuhan koloni. Dimana koloni tersebut tidak spesifik jenis
bakterinya yang tumbuh. Pada pengenceran 10−2 didapatkan hasil media a TBUD atau
tidak dapat untuk dihitung dan media b menghasilkan 5 koloni dengam masing-masing
diameter 2.5 cm dan 1.8 cm. Pada pengenceran 10−3 didapatkan hasil pada media a
TBUD atau tidak bisa untuk dihitung kemudian pada media b didaptkan hasil 109
koloni dengan ukuran mulai dari 0.3 cm sampai 2.3 cm sebanyak 11 koloni , dan
didaptkan hasil 98 untuk koloni kecil.
Dengan adanya hasil yang TBUD kemungkinan adanya kontaminasi pada ruangan
dan alat yang kurang steril. Sementara SNI hasil TPC susu UHT tersebut < 10
koloni/ml. Bakteri yang ikut tumbuh pada media TPC adalah salmonella sp , E. coli,
dan staphlococcus aureus.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada pengujian TPC susu didapatkan hasil tidak memenuhi nilai ambang batas
SNI dikarenakan adanya cemaran mikroba diduga tercemar oleh bakteri salmonella sp,
e. coli, dan staphlococcus aureus bakteri tersebut diduga tumbuh pada media dibuktikan
dengan hasil koloni yang berbeda beda ukuran . bakteri tersebut yang mengkontaminasi
media dan alat-alat praktek. Diduga yang kurang steril.
Maka sebaiknya dilakukan uji ulang supaya mendapatkan hasil yang akurat.
4.2 Saran
Perlu dilakukannya uji ulang dan uji lanjut untuk mengetahui secara pasti bakteri
apa saja yang tumbuh pada media. Dan persediaan alat yang lebih steril.

Daftar Pustaka
Cahyono, dwi dkk.Kajian Kualitas Mikrobiologis (TOTAL PLATE COUNT (TPC),
ENTEROBACTERIACEAE DAN Staphylococcus aureus) Susu Sapi
Segar di Kecamatan Krucil Kabupaten Probolinggo.vol.8 No. 1.Hlm 1-8.

Badan StandarisasiNasional.“Metode Pencemaran Mikroba Dalam Daging Telur


Dan susu, Serta Hasil Olahannya”.2008. online. Diunggah”:
http://bavetboyolali.disnakkeswan.jatengprov.go.id/assets/downloads/1/SNI_2
897208_Metode_Pengujian_Cemaran_Mikroba_dalam_Daging,_Telur_dan_
Susu,_serta_hasil_olahannya_2.pdf.diakses 27 November 2021.
Rizqan dkk. Uji Didih, Uji Alkohol dan Total Plate Count Susu Kambing Peranakan
Etawa (PE) di Peternakan Ranting Mas.Vol. 21.Hlm 2.
EFSA(European Food Safety Authority).2019.”Salmonella the most common causes
of foodborne outbreaks in the European Union”.online:
https://www.ecdc.europa.eu/en/news-events/salmonella-most-common-cause-
foodborne- outbreaks-european-union.diunggah:12Desember 2019.diakses
14desember 2020.
Kobayashi T,kutsuna dkk. 2016. case report:An outbreak of Food-borne Typhoid
Feverdue to Salmonella enterica seritpe Typhiin japan reported for The first
Time in 15 years.Am.J.Trop.Med.Hyg. Vol.92(2). pp:289-291.
MATERI 3: UJI BAKTERI PSIKOTROFILIK

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Ikan merupakan sumber bahan pangan yang berumutu tinggi, karena mengandung
protein yang sangat baik dibutuhkan oleh tubuh manusia. Produk-produk perikanan
segar merupakan bahan pangan yang sangat mudah busuk atau mengalami kerusakan
(highly perishable food), sehingga mutu ikan mudah menurun. Tubuh ikan
mengandung protein dan air cukup tinggi sehingga merupakan media yang sangat baik
bagi pertumbuhan bakteri pembusuk dan mikrobiologis yang lain.
Kerusakan ini dapat terjadi secara biokimiawi maupun secara mikrobiologis.
Namun, kerusakan produk ikan 30% akibat pembusukan oleh mikrobiologis.
Mikrobiologis yang masuk pada permukaan tubuh ikan akan masuk ke dalam tubuh
ikan dan menyebabkan pembusukan disertai dengan pemusukan oleh enzim dan proses
kimiawi. Proses pembusukan berlangsung akibat terjadi pemecahan berbagai
komponen dan pembentukan komponen baru. Komponen baru ini menyebabkan
perubahan pada bau, warna, dan tekstur ikan. Komponen yang dipecah tertama lipid
dan protein.
Proses penghambatan pembusukan pada produk ikan perlu dilakukan untuk
meningkatkan daya simpan dan daya awet hasil perikanan melalui proses pengolahan
dan pengawetan, salah satunya dengan penyimpanan dingin. Penggunaan suhu rendah
selain dapat menghambat aktivitas mikroba dan enzim juga dapat mempertahankan
sifat ikan segar. Namun, penyimpanan dingin masih pendek. Penyebab utama
kerusakan ikan selama penyimpanan dingin adalah adanya aktivitas dan pertumbuhan
bakteri psikotrofik. Pertumbuhan bakteri psikotrofilik pada ikan menyebabkan kualitas
produk ikan menurun dan menjadi busuk. Oleh karena itu, ikan yang terlalu lama
disimpan dilemari es akan terganggu oleh bakteri psikotrifilik.
Mikrooeganisme mempunyai batas suhu tertentu untuk kelangsungan hidupnya.
Suhu trersebut meliputi suhu optimum, suhu minimum, dan suhu maksimum.
Berdasarkan kisaran suhu untuk pertumbuhannya, koliform termasuk grup psikotrofik
yaitu mengalami pertumbuhan minimum pada suhu -10°C, optimum pada suhu 20-
30°C, dan maksimum pada suhu 24°C. mikroba psikrofil yakni golongan mikroba yang
tumbuh pada suhu 0-30°C, dengan temperatur optimum 10-15°C. kebnyakan dari
golongan ini tumbuh di tempat-tempat dingin, baik didaratan maupun dilautan.
Psikrotrof adalah mikroba yang sebenarnya bersifat mesofil, yaitu mempunyai suhu
optimum pertumbuhan 20-24°c, tetapi masih dapat tumbuh pada suhu yang optimim
untuk psikrofil. Untuk menghitung mikroba yang tergolong psikrotrif didalam
makanan digunakan suhu inkubasi 5°c Selama 5 hari sampai 2 minggu.
Bakteri psikrotropik terutama ditemukan di dalam jenis pseudomonas,
flavobacterium dan alcaligenes, mekipun jenis lainnya micrococcus, lactobacillus,
enterobacter, dan arthrobacter mungkin juga mengandung spesies yang bersifat
psokrotropik.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud praktikum ini adalah untuk menumbuhkan bakteri yang terdapat pada
sampel makanan yang membutuhkan penyimpanan dingin.
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengamati dan menghitung pertumbuhan
bakteri psikrotrofil pada beberapa suhu inkubasi.

1.3 Waktu dan Tempat

Waktu Sabtu – Minggu, 13 – 14 November 2021.


Tempat Laboratorium Biologi & Mikrobiologi FTP, gedung V lantai
2 (V.2.1), Universitas Semarang.

2. METODOLOGI
2.1 Alat dan Fungsi
Alat dan fungsi yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

No Alat Fungsi
1 Timbangan mengukur massa pada sampel dengan tingkat
ketelitian yang tinggi.
2 Erlemeyer tempat pembiyakan mikroba.
3 Pisau memotong sampel.
4 Talenan Landasan untuk memotong sampel.
5 Coloni counter menghitung koloni bakteri yang dutumbuhkan
dimedia yang disimpan dalam cawan petridish.
6 Incubator tempat penyimpanan sampel sebelum diproses
dilaboratorium.
7 Tabung reaksi Tempat pengenceran dan tempat penyimpanan
pendek media.
8 Petridish tempat perkembangbiakan mikroba.
9 Mikropipet memindahkan cairan dalam jumlah kecil
secara akurat.
10 Blue tip Digunakan pada mikropipet untuk mengambil
larutan dalam ukuran mikro (100l sampai
1000l) 18 tabung durham.
11 Lampu spirtus sterilisasi sebelum inokulasi sampel.
12 Autoclave mensterilisasi suatu media dengan
menggunakan uap bersuhu dan bertekakan
tinggi.

2.2 Bahan dan Fungsi


Bahan dan fungsi yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

No Bahan Fungsi
1 Daun sawi sebanyak sampel perhitungan uji bakteri psikotrofilik.
5gr atau 1 : 9 dari
pengenceran
2 Ikan segar untuk sampel perhitungan uji bakteri psikotrofilik.
3 Aquadest steril melarutkan bahan yang akan digunakan.
4 PCA menghitung jumlah bakteri total yang terdapat pada
sampel.
5 Spirtus pelarut dan sebagai bahan bakar untuk pembakar
alcohol.
6 Alcohol 70%, Sanitasi laboratorium
desinfektan

2.3 Skema Kerja

1. Daun sayur dipotong secara aseptik sebanyak 1 : 9 dari pengencer


menggunakan pisau yang terlebih dahulu sudah dicelupkan ke dalam alcohol
dan dipijarkan.
2. Potongan daun dimasukkan kedalam Erlenmeyer berisi 45 ml aquades steril
dan dikocok sebanyak 25 kali.
3. Dibuat pemupukan dengan metode pour plate sebagai berikut:
a. Diambil 1 ml larutan sampel ke dalam petridisc.
b. Ditambahkan PCA cair 45°C dan dikocok pelan.
c. Ditunggu hingga beku.
d. Diinkubasi dengan suhu 37°C selama 24 jam.
4. Ditimbang jumlah koloni yang tumbuh dan dilaporkan jumlah mikroba per cm
permukaan daun sawi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Pengamatan dan dokumentasi

Tabel Data Pengamatan

Sampel Pengenceran Hasil di suhu


Suhu ruang 4 °C
Ikan segar 10−3 TBUD 0

10−2 TBUD 0

10−3 Tumbuh 2 0
Sayur bakteri:
1. 1 Kuning
transparan,
permulaan
gloss.
2. 54 putih bulat
Cembung.

10−2 Tumbuh 2 0
bakteri:
1. 7 kuning
transparan,
permulaan
gloss.
2. TUBD putih,
bulat, cembung

Hasil Perhitungan Mikroba

Digunakan cawan petri dengan tingkat pengenceran kosentrasi 10−3 sehingga


diperoleh:
55×103 = 5,5 × 104 CFU/mL.
Dokumentasi

Sampel ikan 10−2 suhu kulkas Sampel ikan 10−2 suhu ruang

Sampel ikan 10−3 suhu kulkas Sampel ikan 10−3 suhu ruang

Sampel sayur 10−2 suhu kulkas Sampel sayur 10−2 suhu ruang

Sampel sayur 10−3 suhu kulkas Sampel sayur 10−3 suhu ruang
3.2 Analisa Prosedur

Tujuan praktikum ini adalah menghitung jumlah koloni bakteri dengan


menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Keuntungan dari metode ini adalah
sederhana, perhitungan lebih akurat, menghitung koloni sel yang hidup, dan berasal
dari 1 sel bakteri yang tumbuh membentuk koloni. Namun ada pun kekurangannya
yaitu, jika menggunakan medium yang tidak sesuai bakteri tumbuhnya hanya sedikit.
Metode TPC ini didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang hidup dapat
berkembang menjadi koloni. Sehingga jumlah koloni yang muncul pada cawan adalah
indeks bagi jumlah mikroorganisme yang terkandung dalm sampel. Teknik yang harus
dikuasai dari metode ini adalah mengencerkan suspensi bakteri dan mencawankan hasil
pengenceran tersebut. Setelah inkubasi, jumlah semua koloni diamati untuk
persyaratan statistik.
Pada metode TPC dilakukan pengenceran bertingkat yang dimana bertujuan
untuk membentuk konsentrasi pada suspensi bakteri. Semakin tinggi pengenceran
maka jumlah bakteri yang dihasilkan akan semakin sedikit. Syarat untuk jumlah bakteri
yaitu 30-300 koloni jika lebih dari 300 dinyatakan Tidak Bisa Untuk Dihitung (TBUD).
Medium yang digunakan yaitu medium PCA (Plate Count Agar).
Plate Count Agar (PCA) atau sering disebut Standard Methods Agar merupakan
sebuah media pertumbuhan mikroorganisme yang umum digunakan untuk menghitung
jumlah mikroorganisme total yang terdapat pada setiap sample makanan, produk susu,
air limbah dan sample-sample lainnya yang biasanya menggunakan metode Total Plate
Count. Plate Count Agar (PCA) terdiri dari casein, yeast extract, dextrose dan juga
agar. Didalam praktikum ini menggunakan sampel daun sayur dan ikan segar.
Dalam proses pengenceran suspensi bakteri menggunakan pengenceran desimal
yaitu, 10−1, 10−2 , 10−3 , 10−4 10−5 ,dst. Percobaan ini menggunakan pengenceran
10−2 dan 10−3, hal ini disebabkan karena suspensi yang digunakan dalam bentuk cair
dan di duga mengandung sedikit bakteri. Sedangkan untuk menghomogenkan suspensi
bakteri dengan medium PCA menggunakan metode pour plate, hal ini ditujukan agar
bakteri tersebar secara merata diseluruh luas cawan petri.

3.3 Analisa Hasil

Ikan dan sayur merupakan media yang sangat mudah dan cocok untuk
pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme. Oleh karena itu, ikan dan sayur
mudah rusak pada suhu kamar dan terhambat pertumbuhan mikroorganisme pada suhu
kulkas . berdasarkan hasil praktikum pada suhu kulkas pengenceran 10−2 dan
10−3didapat total koloni bakteri 0. Berdasarkan hasil praktikum pada suhu ruang, pada
sampel ikan segar dengan pengenceran 10−2 dan 10−3 hasil yang diperoleh adalah
>300, ini dinyatakan perhitungan jumlah bakteri tidak bisa untuk dihitung (TBUD).
Hal ini, tidak sesuai dengan literatur menurut Wesley (2007), dalam pengenceran 10−2
seharusnya diperoleh bakteri dengan jumlah nominal dalam ratusan tapi tidak >300.
Menurut Madigan (2009), pada pengenceran 10−3 seharusnya jumlah bakteri yang
didapat akan dinominal puluhan. Sedangakan, pada sampel sayur pada pengenceran
10−2 diperoleh tumbuh 2 bakteri :
1. 7 kuning transparan, permulaan gloss.
2. TBUD putih, bulat, cembung (>300 dinyatakan Tidak Bisa Untuk Dihitung)
Pada sampel sayur pengenceran 10−3 diperoleh tumbuh 2 bakteri:
1. 1 Kuning transparan, permulaan gloss.
2. 54 putih bulat Cembung.
Jadi, total coloni bakteri pada sampel sayur pengenceran 10−3 adalah 5,5 ×104
CFU/mL. Hal ini, juga titak sesuai dengan literatur menurut Madigan (2009), pada
pengenceran 10−3seharusnya jumlah bakteri yang didapat akan dinominal puluhan.
Kesalahan dalam percobaan ini disebabkan karena jumlah bakteri yang dikandung
dalam ikan segar banyak. Mungkin saat pengujian alat yang digunakan kurang seteril
dan terkontaminasi.

4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa media yang digunakan


pada perhitungan jumlah mikroba menggunakan metode hitungan cawan adalah PCA
( Plate Count Agar ). Berdasarkan hasil praktikum, diketahui jumlah mikroba yang
terdapat dalam bahan uji ikan segar dengan pengenceran 10−2 dan 10−3 dinyatakan
Tidak Bisa Untuk Dihitung (TBUD). Sedangakn pada daun sawi dengan pengenceran
10−2 jumalah mikroba juga TBUD dan pada pengenceran 10−3 jumlah mikroba yang
didapatan adalah 5,5 ×104 CFU/mL.

4.2 Saran

Saran dari praktikum mikrobiologi pangan pada percobaan uji perhitungan bakteri
psikotrofilik agar penguji lebih memperhatikan praktikum lagi saat melakukan uji agar
kesalahan dalam uji bakteri psikotrofilik ini dapat terminimalisir.

Daftar Pustaka

Dwidjoseputro,D. 2007. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.


Fardiaz, Srikandi. 2012. Perhitungan Jumlah Bakteri Pada Air Kelapa Dengan Media
PCA. Penelitian IPB.
Madigan MT, Martinko JM, Brock TD. 2009. Brock Biology of Microorganisms. Pearson
Prentice Hall. New Jersey.
Naufalin, Rifda. 2018. Mikrobiologi pangan. Yogyakarta : Palantaxia.
Safni Kamal,dkk.2016. Total Bakteri Psikotropik Ikan Nila Yang Diberi Peningkatan
Suhu Pada Saat Pemeliharaan dalam jurnal Medika Veterinaria Vol.10 No.1.
Waluyo. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta : UI Press.
Wesley A dan Margareth F. Wheeler. 2007. Mikrobiologi Dasar Jilid I. New York :
Wesky-PublishingCompany.
Wulandari, F. 2014. Total Jumlah Bakteri Pada Daging Sapi Segar yang Dibungkus Daun
Jati Dengan Variasi Lama Penyimpanan.
MATERI 4 : UJI VIABILITAS BAKTERI TERHADAP REMPAH

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Antibiotik dapat membunuh mikroorganisme patogen yang bersaing dengan induk


semang dalam penyediaan zat–zat makanan. Antibiotik dapat mengefektifkan
pemanfaatan zat– zat makanan dengan cara menghambat kerusakan zat–zat makanan
oleh mikroba dan memperbaiki penyerapan zat–zat makanan (Darmawan, Sumiati dan
Hermana, 2008). Penggunaan antibiotik yang berlebih dan tidak sesuai dengan dosis
dapat menjadi residu yang mengganggu kesehatan manusia. Berdasarkan hasil
riset terdahulu, di daerah Jabotabek menunjukkan 85% dari daging ayam ras
pedaging (broiler) dan 37% hati ayam tercemar oleh residu antibiotik tylosin,
penecilyn, oxytetracilyne, dan kanacimyn (Nuningtyas, 2014). Ayam rmemiliki
kepekaan terhadap suatu substrat dan penyakit sehingga dilakukan pengkajian
terkait penggunaan tanaman herbal yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti
antibiotik sintetik. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk memperbaiki
konsumsi, daya cerna, daya tahan tubuh serta mengurangi tingkat stres pada
ayam yaitu dengan penggunanan tanaman rempah. Indonesia terkenal sebagai
produsen rempah-rempah, tanaman rempah yang potensial sebagai alternatif
pengganti antibiotik antara lain kunyit, bawang Perlu adanya bahan alami sebagai
pengganti antibiotik.
Pengobatan herbal sering dikombinasikan dengan tanaman obat untuk
meningkatkan potensial dan khasiatnya (Saputri, Amin dan Azizahwati, 2011).
Efektifitas kombinasi beberapa bahan aktif lebih tinggi dari pada penggunaan bahan
aktif tunggal. Efek farmakologi yang dimiliki masing–masing komponen senyawa
kimia dapat saling mendukung satu sama lain (Ulfah, 2006). Bahan alami J. Ilmu-Ilmu
Peternakan 24 (1):1 - 8 2 pengganti antibiotik antara lain jahe merah (Zingirber
officinale Rubra), kunyit (Curcuma domestika) dan meniran (Phyllanthus niruri).. Pada
ayam pedaging penambahan tepung kunyit dalam pakan sekitar 0,2% sampai 0,6%.
(Aisyah, Priyambodo dan Anwar, 1997). Penambahan sampai dengan 0,6% pada ayam
pedaging memberikan pengaruh terbaik terhadap kecernaan protein, energi metabolis
semu dan energi metabolis terkoreksi nitrogen (Aimmah, Sjofjan dan Djunaidi, 2011).
Kurkumin dan minyak atsiri merupakan komponen utama yang terkandung dalam
genus Curcuma. Kurkumin termasuk senyawa fenolik, sehingga mekanisme kerja
kurkumin sebagai antimikroba mirip dengan senyawa fenol lainnya (Gultom,
Sihombing dan Fuah, 2003). Meniran mengandung senyawa glikosida, flavonoid,
alkaloid dan phenylpropanoids (Taylor, 2003). Zat aktif flavonoid yang berasal dari
rempah berfungsi sebagai anti peradangan dan merangsang produksi cairan empedu
(Wahyudha, Pontjo dan Budiarti, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penambahan kombinasi tepung jahe merah, kunyit dan meniran dalam pakan
terhadap pencernaan zat makanan dan energi metabolis ayam pedaging.
1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktkum ini adalah menumbuhkan bakteri yang terdapat pada
sampel yang membutuhkan penyimpanan dingin.
Tujuan praktikum ini yaitu untuk mengamati dan menghitung peryumbuhan
bakteri pada rempah pada suhu inkubasi.

1.3 Waktu dan Tempat

Waktu Sabtu – Minggu, 13 – 14 November 2021.


Tempat Laboratorium Biologi & Mikrobiologi FTP, gedung V lantai
2 (V.2.1), Universitas Semarang.

2. METODOLOGI
2.1 Alat dan Fungsi
Alat dan fungsi yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

Alat fungsi
a) Jarum ose Untuk memindahkan atau mengambil koloni
suatu mikrobia ke media yang akan digunakan
kembali.
b) Tabung reaksi untuk melakukan uji biokimia dan menumbuhkan
mikroba.
c) Petridisc untuk membiakkan (kultivasi) mikroorganisme
d) Lampu bunsen untuk menciptakan kondisi yang steril
e) Inkubator untuk menginkubasi atau menumbuhkan
mikroorganisme seperti bakteri pada suatu
kondisi.

2.2 Bahan dan Fungsi


Bahan dan fungsi yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

Bahan fungsi
a) Daging ayam Untuk dijadikan sampel pada uji viabilitas
bakteri terhadap rempah.
b) Aquades steril Digunakan sebagai pelarut
c) Media SMA cair Digunakan sebagai media penguji
d) Rempah (kunyit ) Sebagai penghambat bakteri
2.3 Skema Kerja

a) Menimbang daging ayam sebanyak 10 % dari total berat pengencer (1 gram/ 9 ml)
b) Menyiapkan aquades steril 225 ml (9 ml) dan memasukkan sample daging
kemudian menghomogenkanya
c) Menuang media SMA cair steril ke petridish, dan membiarkan hingga beku
d) Memijarkan jarum ose dan mengambil larutan sample sebanyak 1 ose
e) Menggores sample ke media padat secara aseptis
f) Merendam blank disc / kertas cakram ke dalam larutan rempah dan kloramphenikol
dan meletakkan di atas media padat
g) Menginkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam dengan posisi terbalik

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Data Pengamatan dan Dokumentasi

Tabel Data Pengamatan dan Hasil Perhitungan

Sampel Pengenceran Kontrol Diameter (chloramp hasil


disc)
Ayam 10-5 0 5,24 cm = 0,524 mm Ekstrak kunyit
sudah terjadi zona
jernih
4,5 cm = 0,45mm Ekstrak kunyit
sudah terjadi zona
jernih
5, 24 𝑐𝑚 + 4,5 𝑐𝑚
Rata-rata 2
= 4,87 𝑐𝑚 = 0,487 𝑚𝑚
Dokumentasi

uji viabilitas kuman terhadap uji viabilitas kuman terhadap


rempah_kontrol rempah_Sampel Ayam 10-5 II

uji viabilitas kuman terhadap


rempah_Sampel Ayam 10-5
I

3.2 Analisa Prosedur

Pada praktikum ini untuk menghitung bakteri, kita harus menumbuhkan


bakterinya terlebih dahulu pada ayam denan cara menghomogenkan daging ayam
dengan aquades sebanyak 225ml. Menuangkan media SMA cair steril ke petridisc dan
membiarkan media hingga beku. Mengambil larutan sample sebanyak 1 ose, namun
sebelum digunakan memijarkan jarum ose terlebih dahulu. Mengores sample ke media
padat secara aseptis, merendam blank disc / kertas cakram ke dalam larutan rempah
dan kloramphenikol lalu meletakkannya di atas media padat. Dan tahap terakhir yaitu
menginkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam dengan posisi terbalik.

3.3 Analisa Hasil

Pada tabel praktikum diatas menunjukan bahwa zona bening sudah terbentuk pada
masa inkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. Daya hambat diketahui berdasarkan
pengukuran diameter zona inhibisi (zona bening atau daerah jernih tanpa pertumbuhan
mikroorganisme) yang terbentuk di sekitar paper disc. Pada konsentrasi 45ml pada
kunyit dengan menghasilkan zona bening dengan diameter rata-rata 0,487 mm yang
dapat menghambat bakteri Salmonella sp. Sebagai antibakteri ekstrak kunyit dapat
memiliki kemampuan antibakteri sebab memiliki kandungan senyawa kurkuminoid
(kurkumin, desmetoksikurkumin, dan bidesmetoksikurkumin) dimana dari ketiga
senyawa itu, kurkumin merupakan senyawa yang terbesar.Kurkumin adalah senyawa
bersifat polar,kepolaran di karenakan oleh gugus-OH yang terdapat di dalam struktur
kurkuminoid.
Perbedaan diameter zona hambat pada masing-masing konsentrasi disebabkan
karena perbedaan besarnya zat aktif yang terkandung pada konsentrasi tersebut.
Prescot (2005), ukuran zona hambat bakteri juga dipengaruhi oleh tingkat sensitivitas
dari organisme uji, medium kultur dan kondisi inkubasi, kecepatan difusi dari senyawa
antibakteri. Pembedaan antibakteri didasarkan pada mekanisme kerjanya yaitu:
antibakteri yang mekanisme kerjanya menghambat pertumbuhan dari dinding sel,
antibakteri yang mekanisme kerjanya mengakibatkan perubahan pada permeabilitas
membran sel dan antibakteri yang mekanisme kerjanya menghambat sintesis protein
dan asam nukleat (Brooks, et al., 2005). Terbentuknya zona hambat juga dipengaruhi
oleh faktor lingkungan dan bakteri uji yang berlebihan sehingga pengaruh metabolit
yang dihasilkan bakteri yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan uji.

4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai uji viabilitas bakteri terhadap rempah dapat
disimpulkan bahwa pada konsentrasi 45ml dapat menghambat dengan diameter rata
rata 0,487mm dengan menunjukan bahwa zona bening sudah terbentuk pada masa
inkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C.

4.2 Saran

Perlu penelaan lebih lanjut untuk mengetahui kandungan senyawa yang memiliki
aktivitas antibakteri dan interaksi kandungan senyawa yang terdapat dalam ekstrak
kunyit dalam menghambat bakteri pada ayam.

Daftar Pustaka
Sjofjan, O., Adli, D. N., Natsir, M. H., & Kusumaningtyaswati, A. (2020). Pengaruh kombinasi
tepung kunyit (Curcuma domestica Val.) dan probiotik terhadap penampilan usus ayam
pedaging. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan, 2(1).
Wala, J., Ransaleleh, T., Wahyuni, I., & Rotinsulu, M. (2016). Kadar Air, Ph Dan Total Mikroba
Daging Ayam Yang Ditambahkan Kunyit Putih (Curcuma mangga Val.). ZOOTEC, 36(2),
405-417.

Anda mungkin juga menyukai