Undang-Undang No 8 Tahun 1999 pasal 4 tentang perlindungan konsumen menyebutkan bahwa salah satu hak konsumen adalah rasa keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan jasa (1). Mutu pangan terdiri dari mutu fisik dan sensori, kimia, nilai gizi, dan mikrobiologi. Pangan yang nilai mikrobiologinya tidak memenuhi standar dapat menyebabkan diare, pusing, muntah, mual, dan demam. Bahkan beberapa bakteri dapat menyebabkan pingsan, kerusakan sel saraf hingga kematian. Selain itu, produk yang mutu mikrobiologinya menyimpang akan lebih mudah rusak dan umur simpannya lebih singkat (2). Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan Standar Nasional Nasional (SNI) telah mengeluarkan regulasi terkait persyaratan mutu mikrobiologi untuk sebagian besar bahan dan produk pangan. Kriteria mikrobiologi pangan bervariasi tergantung jenis pangannya. Umumnya kriteria analisis produk pangan antara lain nilai total mikroba atau angka lempeng total, total kapang dan khamir, dan bakteri koliform. Produk pangan yang dipersyaratkan kriteria mikrobiologinya, yaitu produk segar, produk olahan siap konsumsi, produk setengah jadi seperti tepung-tepungan, dan bahan tambahan pangan (2). Pemeriksaan mikrobiologis merupakan salah satu pengujian yang penting dilakukan pada pangan sebagai indikator sanitasi dan keamanan pangan. Pemeriksaan mikrobiologi terdiri dari uji kualitatif dan uji kuantitatif. Uji kualitatif dilakukan untuk menentukan mutu dan daya tahan suatu makanan. Sedangkan uji kuantitatif dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya bakteri patogen yang dapat mengkontaminasi produk pangan sehingga tingkat keamanan pangan dapat ditentukan (3). Umumnya pemeriksaan mikrobiologis pangan bertujuan untuk (4): 1. menjamin kualitas dan keamanan produk, 2. mendeteksi adanya kontaminasi mikroorganisme, 3. menjamin proses pengolahan berjalan sesuai standar keamanan pangan, dan 4. menjamin umur simpan sesuai dengan waktu yang diperkirakan. Dalam melakukan pemeriksaan cemaran mikrobiologi pangan dapat digunakan analisis yang telah banyak digunakan pada berbagai macam produk pangan. Analisis cemaran mikroba tersebut terdiri dari (5): 1. Angka Lempeng Total (ALT) dengan metode Total Plate Count (TPC) cawan tuang, 2. Analisis koliform dengan metode Angka Paling Mungkin (APM), dan 3. Analisis kapang khamir. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan mikrobiologi dengan analisis diatas adalah sebagai berikut (2, 5). 1. Bahan yang digunakan antara lain: sampel, aquades, Plate Count Agar (PCA), Potato Dextrose Agar (PDA), buffer pepton, dan Lactose Broth (LB), Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB), dan alkohol 70%. 2. Alat yang digunakan antara lain: refrigerator, waterbath, cawan petri, gelas piala, gelas ukur, erlenmeyer, tabung reaksi, lampu bunsen, kertas saring, pipet ukur, bulb, inkubator, colony counter, blender, autoklave, timbangan analitik, termometer, spatula, dan batang pengaduk. Langkah-langkah untuk melakukan analisis cemaran mikroba adalah sebagai berikut. 1. Tahapan persiapan dan pengenceran Sebanyak 15 ml sampel dengan menggunakan pipet dimasukkan ke dalam botol pengencer yang berisi 125 ml larutan buffer pepton (1:10), lalu diaduk hingga homogen. Pengenceran dilakukan hingga tingkat 10^-3. 2. Analisis total mikroba Penentuan total mikroba bertujuan untuk mengetahui kebersihan proses produksi. Analisis total mikroba dilakukan dengan mengambil 1 ml sampel pengenceran dan dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Selanjutnya dituangkan 15-20 ml media PCA cair ke dalam cawan petri tersebut. Cawan petri diputar dan digerakkan horizontal atau sejajar atau membentuk angka delapan hingga sampel tercampur rata, lakukan dengan hati-hati. Bersamaan dengan itu dilakukan juga pemeriksaan blanko dengan mencampur buffer ke dalam media. Kemudian, campuran dalam cawan petri dibiarkan membeku. Tahap terakhir dalam analisis ini adalah inkubasi dengan memasukkan semua cawan petri pada posisi terbalik ke dalam inkubator. Inkubasi dilakukan selama 24-48 jam pada suhu 36±1°C. Perhitungan dan pencatatan pertumbuhan koloni dilakukan dalam satuan koloni forming unit per gram atau ml sampel (cfu/gr atau ml). 3. Analsisi kapang khamir Penentuan total kapang khamir bertujuan untuk mengetahui kerusakan produk kadar air rendah oleh mikroorganisme. Analsisi kapang khamir dilakukan dengan memasukkan sebanyak 15-20 ml media PDA cair (suhu 45±1°C) kedalam cawan petri dan dibiarkan memadat/membeku. Kemudian, sebanyak 1 ml sampel yang telah diencerkan dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi media PDA padat. Sampel disebar dengan bantuan batang penyebar. Selanjutnya dilakukan Inkubasi selama 3-5 hari pada suhu 25°C. Setelah diinkubasi, hitung jumlah koloni kapang dan khamir menggunakan rumus berikut. APC atau ALT = ΣC (1 x n1) + (0,1 x n2) x d Ket:C = jumlah koloni tiap petri n1= jumlah petri dari pengenceran 1 n2= jumlah petri dari pengenceran 2 d = pengenceran pertama 4. Analisis bakteri koliform Analisis koliform bertujuan untuk menentukan indikator sanitasi. Analisis ini dilakukan melalui 2 tahap yaitu uji penduga (presumtif test) dan uji penegasan (confirmed test). a. Uji penduga 1 ml sampel hasil pengenceran dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml Lactose Broth (LB). Di dalam tabung telah dimasukkan tabung durham sebelumnya. Analisis menggunakan seri 3 tabung. Kemudian dilakukan inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 36±1°C. Jika terjadi kekeruhan dan terbentuk gas maka hasil yang diperoleh adalah positif, dilanjutkan dengan uji penegasan. b. Uji penegasan 1 ose hasil positif dari uji pendugaan diambil dan dipindahkan kedalam tabung yang berisi 10 ml BGLBB 2% yang didalamnya telah dimasukkan tabung durham. Selanjutnya tabung diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 36±1°C. Terbentuknya gas dan kekeruhan pada media BGLBB memperkuat adanya bakteri koliform dalam sampel yang artinya hasil positif. Kemudian dihitung jumlah tabung positif dan dicatat hasil koliform dalam APM (angka paling mungkin) sesuai dengan tabel perhitungan koliform.
Selain analisis diatas, berikut beberapa metode pemeriksaan mikrobiologi
pangan. 1. Standar Perhitungan Mikroba dalam Cawan Petri (Standard Plate Count/SPC) SPC menunjukkan jumlah mikroba aerob mesofilik suatu produk dalarn per gram atau per milliliter melalui metode standar. Uji SPC dapat dilakukan dengan cara tuang, tetes, dan sebar. Prinsip pengujian ini yaitu pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 35-45°C dengan posisi dibalik. Sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, kemudian sel tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung tanpa menggunakan mikroskop (6). Metode cawan tuang digunakan untuk mendapatkan koloni murni mikroorganisme. Metode ini tidak memerlukan keterampilan tinggi, akan tetapi membutuhkan waktu yang lama dan bahan yang banyak (3). Metode SPC ini merupakan metode yang paling sensitif untuk menghitung jumlah mikroba karena hanya sel yang masih hidup yang dihitung, beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus, serta dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari mikroba yang mempunyai penampakan spesifik (6). 2. Viable tapi Tidak Kulturabel (Viable But Non Culturable/VBNC) Pada kondisi dan lingkungan tertentu, hasil penghitungan standard plate tidak menunjukkan adanya pertumbuhan koloni atau jumlah sel lebih rendah dari jumlah populasi sebenarnya. Hal ini tampak seperti kejadian sel injuri, namun sebenarnya fenomena ini berbeda dengan sel injuri yaitu fenomena viable but non culturable (VBNC). Misalnya sel injuri metabolik akan sembuh ketika sel diletakkan dalam media non selektif yang tidak mengandung inhibitor, namun sel VBNC tidak akan berkembang jika ditumbuhkan. Saat sel dalam kondisi VBNC dipelihara dalam suhu 4°C selama lebih dari 4 bulan dan ditumbuhkan dengan standard plate, jumlah sel yang berkembang sangat rendah. Namun, saat sel VBNC dihitung dengan metode langsung (DVC direct viable count) menggunakan pewarnaan (dyes) acridine orange maka jumlah sel lebih tinggi dari log 7. Sel dalam kondisi VBNC berbentuk cocci atau bola (6). 3. Uji Salmonella Sebanyak 25g sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam stomacher bag, 225mL Lactose Broth steril dituangkan ke dalam sromacher bag dan dihancurkan selama 2 menit. Kemudian, sampel dipindahkan ke dalam erlenmeyer dan dibiarkan pada suhu 60°C, 5 menit pada suhu ruang dalam keadaan tertutup, dan diinkbasi selama 24 jam pada suhu 35°C. Selanjutnya, sampel diambil menggunakan pipet sebanyak 1 mL dan dituangkan ke dalam 10 mL medium enrichment SC broth dan dikocok. Tabung kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35°C. Pertumbuhan bakteri ditandai dengan kekeruhan warna media. Tabung SC broth yang positif dikocok kemudian diambil 1 ose dan digoreskan dengan cara gores kwadran pada media Bismuth Sulfite (S) agar, Xylose Lysine Desoxycholate (XLD) agar, dan Hektoen Entric (HE) agar. Inkubasi dilakukan pada suhu 35°C selama 24 jam. Koloni tipikal pada media memiliki ciri-ciri seperti pada tabel di bawah ini (6). Tabel 1. Media Koloni tipikal Salmonella Media Koloni Tipikal Salmonella HE Warna hijau kebiruan dengan atau tanpa warna hitam ditengahnya, beberapa tampak sebagai koloni besar, berwarna hitam mengkilat ditengahnya, atau tampak sebagai koloni yang hampir semuanya berwarna hitam. XLD Warna merah muda dengan atau tanpa warna hitam ditengahnya, beberapa tampak sebagai koloni besar, berwarna hitam mengkilat ditengahnya, atau tampak sebagai koloni yang hampir semuanya berwarna hitam. BS Warna koloni coklat, abu abu hitam, kadang tampak berwarna metalik. Sekeliling koloni biasanya berwarna coklat pada awalnya dan akan menjadi hitam seiring bertambahnya waktu inkubasi yang disebut hallo effect. DAFTAR PUSTAKA 1. Febrianis A. Pengawasan Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di Kota Solok Tahun 2023. Innovative: Journal of Social Science Research 2023; 3(3): 9631-9643. 2. Atma Y. Angka Lempeng Total (ALT), Angka Paling Mungkin (APM) dan Total Kapang Khamir sebagai Metode Analisis Sederhana untuk Menentukan Standar Mikrobiologi Pangan Olahan Posdaya. Jurnal Teknologi 2016; 8(2): 77-83. 3. Fatiqin A, Novita R, dan Apriani I. Pengujian Salmonella dengan Menggunakan Media SSA dan E. Coli Menggunakan Media EMBA pada Bahan Pangan. Jurnal Indobiosains 2019; 1(1): 22-29. 4. Rifai A. Pentingnya Analisis Mikrobiologi dalam Quality Control [Internet]. 2022 [14 November 2023]. Tersedia dari: https://catalystconsulting.id/pentingnya-analisis-mikrobiologi-dalam- quality-control.php. 5. Elfriede D, Arifin Y, dan Aprilia N. Analisis Kontaminasi Logam Berat dan Mikroba Pada Gula Aren Sesuai Standar Pangan Indonesia di Pusat Produksi Desa Menggala Lombok Utara. Jurnal Ilmiah Membangun Desa dan Pertanian 2023; 8(6): 214-222. 6. Kustyawati ME. Mikrobiologi Hasil Pertanian. Bandar Lampung: Pusaka Media; 2020.