Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI 18191

ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK F-5
1. NIMAS PUTRI ARIYANTI B (172210101119)
2. YENIKA AYUMEGA DIANATRI (172210101120)
3. FEBRILIA DWI PRIANTI (172210101121)
4. PAROHON ANDRONIKUS P (172210101122)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN BIOTEKNOLOGI


BAGIAN BIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
NOVEMBER 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Beragam produk yang beredar di masyarakat seperti makanan, minuman,
kosmetik, dan obat. Keamanan produk – produk yang beredar harus dijaga karena
berhubungan dengan kesehatan masyarakat.. Sifat kimia, biologis, dan fisik bahan
pangan sangat memungkinkan berbagai macam microorganisme dapat tumbuh
dengan baik dan pada bahan pangan yang biasanya bersifat sangat spesifik dan
sangat tergantung jenis bahan serta kondisi tertentu dari penyimpanannya (Pratiwi
dan Anjarsari, 2002) .
Untuk mengetahui apakah produk itu layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat
dapat digunakan banyak uji sebagai indikator. Salah satu uji yang dapat kita lakukan
dan yang sedang kita praktikan adalah uji angka lempeng total. Uji angka lempeng
total bertujuan untuk menunjukkan jumlahmikroorganisme dalam suatu sediaan
dengan metode hitungan cawan. Hal ini dapat menentukan daya tahan suatu produk,
uji kualitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat keamanan, dan uji bakteri
indikator untuk mengetahui tingkat sanitasi produk tersebut.
Pada praktikum kali ini, praktikan menggunakan sampel teh poci yang dijual di
sekitar kampus. Dimana seperti yang kita ketahui, teh poci adalah minuman yang
paling sering dikonsumsi oleh mahasiswa di sekitar kampus. Sehingga, untuk
mengetahui apakah teh poci manis tersebut layak dikonsumsi, praktikan melakukan
uji mikrobiologi kuantitatif Angka Lempeng Total (ALT/ plate count) terhadap sampel.

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM


Tujuan dalam praktikum angka lempeng total ini adalah sebagai berikut :
1. Mampu melakukan penetapan angka lempeng total
2. Mampu menetapkan cemaran bakteri yang terdapat pada makanan, minuman,
kosmetika, obat, dan obat tradisional

1.3 MANFAAT PRAKTIKUM


Tujuan dalam praktikum angka lempeng total ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui metode-metode dalam menentukan angka kuman.
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan setiap metode penentuan angka kuman.
3. Mengetahui cara menghitung koloni sampel.
4. Memberikan informasi mengenai salah satu parameter kualitas dan keamanan
terkait ALT
5. Dapat menentukan sampel yang dianalisis angka kumannya sesuai dengan
standar yang ada pada literatur atau tidak
6. Memahami kelebihan dan kelemehan metode tuang dan sebaran
dalam perhitungan angka kuman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan dapat didefinisikan secara umum yaitu sebagai pertambahan secara


teratur semua komponen di dalam sel hidup. Dengan demikian, pertumbuhan ukuran
yang diakibatkan oleh bertambahnya air atau karena penumpukan lemak, bukan
merupakan pertumbuhan. Perbanyakan sel merupakan konsekuensi pertumbuhan. Pada
organisme multiseluler, (banyak sel), yang disebut pertumbuhan adalah peningkatan
jumlah sel per mikroorganisme. Pada organisme multiseluler, (ber sel satu), pertumbuhan
adalah pertambahan jumlah sel, yang juga berarti penambahan jumlah organisme yang
membentuk populasi atau satu biakan. Pada organisme seonostik (aseluler), selama
pertumbuhan ukuran sel menjadi besar, tetapi tidak terjadi pembelahan sel
(Dwidjoseputro, 2005).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur atau menghitung
jumlah jasad renik yaitu:
a) Perhitungan jumlah sel
• Hitungan mikroskopis
• Hitungan cawan
• MPN (most probable number)
b) Perhitungan masa sel secara langsung
• Cara volumetrik
• Cara gravimetrik
• Turbidimetri (kekeruhan)
c) Perhitungan massa sel secara tidak langsung
• Analisis komponen sel (protein, ADN, ATP, dan sebagainya)
• Analisis produk katabolisme (metabolit primer, metabolit sekunder, panas)
• Analisis konsumsi nutrien (karbon, nitrogen, oksigen, asam amino, mineral
dan sebagainya)
Pada praktikum kali ini metode yang digunakan adalah metode hitungan cawan
(TPC) atau Angka lempeng total. Angka lempeng total adalah angka yang menunjukkan
jumlah bakteri mesofil dalam tiap-tiap 1 ml atau 1 gram sampel makanan yang
diperiksa.Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menghitung pertumbuhan koloni
bakteri aerob mesofil setelah sampel makanan ditanam pada lempeng media yang sesuai
dengan cara tuangkemudian dieramkan selama 24-48 jam pada suhu 35-37°.Bila sel
mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium, maka mikroba tersebut akan
berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung, dan kemudian
dihitung tanpa menggunakan mikroskop.Uji angka lempeng total dapat dilakukan dengan
dua teknik, yaitu teknikcawan tuang (pour plate) dan teknik sebaran ( spread plate). Pada
prinsipnya dilakukan pengenceran terhadap sediaan yang diperiksa kemudian
dilakukan penanaman pada media lempeng agar. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pad
alempeng agar dihitung setelah inkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai.Perhitungan
dilakukan terhadap petri dengan jumlah koloni bakteri antara 30-300.Angka lempeng total
dinyatakan sebagai jumlah koloni bakteri hasil perhitungan dikalikan faktor pengenceran

Metode ini merupakan cara paling sensitif untuk menentukan jumlah jasad renik,
dengan alasan:
 Hanya sel mikroba yang hidup yang dapat dihitung
 Beberapa jasad renik dapat dihitung sekaligus
 Dapat digunakan untuk isolasi, dan identifikasi mikroba karena koloni yang
terbentuk mungkin berasal dari mikroba yang mempunyai penampang spesifik
(Dwidjoseputro, 2005).
Selain keuntungan-keuntungan tersebut diatas, metode hitungan cawan juga
mempunyai kelemahan sebagai berikut:
 Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya, karena
beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk koloni.
 Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan jumlah yang
berbeda pula.
 Mukroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan
membentuk koloni yang kompak, jelas dan tidak menyebar.
 Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi relatif lama sehingga pertumbuhan
koloni dapat dihitung (Dwidjoseputro, 2005).
Hal-hal penting yang harus dipikirkan matang sebelum menganalisa sampel untuk
diketahui jumlah mikroorganismenya adalah:
1. Memperkirakan jumlah mikroorganisme yang ada dalam sampel per satuanvolum.
2. Memilih metode yang cocok sehingga dihasilkan data yang akurat.
3. Mengetahui jenis/golongan mikroorganisme yang akan dihitung, misalnya bermaksud
akan menghitung yeast , bakteri, atau bakteri genus tertentu saja.
4. Menentukan media pertumbuhan yang cocok.
5. Benar-benar mengetahui perbedaan morfologi koloni antara bakteri,yeast dan molds
6. Mencari tahu standar/ batas ambang/ jumlah maksimum aman jika sample
yangdianalisa memerlukan referensi tersebut
BAB III
METODE
3.1 ALAT DAN BAHAN
Alat :
 Cawan petri
 Tabung reaksi
 Mikropipet
 Gelas ukur
 Spreader
 Colony counter

Bahan :
 Media Plate Agar (MGA)
 Larutan Fisiologis
 Sampel makanan, minuman, kosmetik, obat, dan obat tradisional

3.2 Prosedur Kerja

Disiapkan 3 buah tabung yang berisi 9 ml akuades steril untuk pengenceran,


tandai tabung dengan 10^-1, 10^-2, dan 10^-3.

Disiapkan dan ditandai juga 4 buah tabung cawan petri dengan 10^-1 sampai
dengan 10^-4

Dipipet 1 ml/ ditimbang 1 g sampel secara aseptis dan masukkan ke tabung


pengenceran 10^-1 , campur rata
Dilakukan pengenceran bertingkat hingga kadar 10^-2 dan 10^-3 (pipet 1 ml
larutan 10^-1 ke tabung 10^-2 dst.) campur hingga rata

Dipindahkan secara aseptis 0,1 ml larutan sampel asli dan setiap pengencerannya
ke dalam cawan petriDituang 9 ml medium PCA steril (suhu ± 40°C). Putar cawan
agar sampel dan media bercampur rata (metode tuang)

Metode sebaran dilakukan dengan menuang 0,1 ml sampel asli pada cawan petri
dan pengencerannya ke atas 9 ml media agar yang telah steril dan diratakan
dengan spreader secara aseptis

Diinkubasi cawan petri pada suhu 37°C selama 24 jam

Dihitung jumlah koloni yang terbentuk. Hasil yang baik adalah cawan petri
mengandung 30-300 koloni

Dihitung konsentrasi bakteri dalam sampel asli


BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 HASIL PENGAMATAN


Pada praktikum kali ini kelompok kami menggunakan sampel “Teh Poci” yang
dibeli di kedai dekat kampus UNEJ dengan menggunakan metode tuang. Diambil 1 ml
sampel yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sebelumnya sudah diberi akuades
steril 9 ml. Dari tabung 1 (pengenceran 10−1) diambil 1 ml dimasukkan ke tabung reaksi 2
(pengenceran 10−2), dari tabung 2 diambil 1 ml dimasukkan ke dalam tabung 3
(pengenceran 10−3), kemudian ketiganya divortex ad homogen.
Selanjutnya media PCA yang telah cair diberi larutan pada tabung reaksi 10−1,
10−2, dan 10−3 sebanyak 1 ml , setiap tabung reaksi PCA diberi 1 jenis larutan, kemudian
PCA yang telah diberi larutan divortex selama 2 menit untuk dihomogenkan. Kemudian
dituang ke cawan petri, selanjutnya ditunggu hingga membeku (PCA+sampel). Kemudian
di wrap dan di inkubasi dalam inkubator selama 24 jam.

Cawan petri 10−1 setelah Cawan petri 10−2 setelah Cawan petri 10−3 setelah
diinkubasi selama 24 jam diinkubasi selama 24 jam diinkubasi selama 24 jam

Perhitungan :
1. Nama sampel : Teh Poci
2. Perhitungan :
1 1
a. 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 10−1 = ⅀𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 × 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
= 1211 × 10−1
=
12110 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖
1 1
b. 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 10−2 = ⅀𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 × 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
= 484 × 10−2
=
48400 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖
1 1
c. 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 10−3 = ⅀𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 × 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
= 46 × 10−3
=
46000 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖

Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode TPC (hitungan
cawan) dimana didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup dan
berkembang menjadi satu koloni.
Hasil praktikum yang didapatkan tidak sesuai dengan teori dimana semakin
sedikit pengenceran, maka bakteri yang didapatkan semakin sedikit. Sedangkan hasil
yang kami dapatkan yaitu pada pengenceran 10−2 terdapat lebih banyak bakteri
daripada pengenceran 10−1. Dan pada pengenceran 10−2 dan 10−3 berada diluar
rentang 30-300.

4.2 PEMBAHASAN
Uji mikrobiologis suatu sediaan merupakan salah satu uji yang sangat penting
untuk mengetahui kualitas suatu sediaan. Makanan, minuman, obat tradisional
berasal dari alam yaitu dari hewan, tumbuhan, mineral ataupun sediaan galeniknya.
Oleh karena didalam pengadaannya bahan-bahan tersebut mengalami proses
pengangkutan dan penyimpanan dalam waktu yang cukup lama. Sehingga dalam
proses tersebut dapat terjadi pertumbuhan mikroba didalamnya. Untuk mengetahui
bahwa bahan baku, bahan tambahan maupun sediaan jadi tidak mengalami
perubahan sifat serta bebas dari kontaminan mikroba, maka diperlukan uji
mikrobiologis, meliputi pengujian angka lempeng total (ALT), dan uji cemaran bakteri /
kapang. Jika telah dilakukan uji-uji tersebut, dan tidak ditemukan bakteri dan kapang
yang sesuai standar SNI, maka produk tersebut layak untuk dikonsumsi oleh
masyarakat.

Dalam percobaan tentang perhitungan jumlah mikroba digunakan metode total


plate count (TPC).metode ini merupakan analisis untuk menguji cemaran mikroba
dengan menggunakan metode pengenceran dan metode cawan tuang. Metode cawan
tuang adalah metode per plate. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan sumber
isolate yang telah diketahui beratnya ke dalam 9 ml larutan garam fisiologis, larutan
yang digunakan sekitar 1 ml suspense ke dalam cawan petri steril, dilanjutkan dengan
menuangkan media penyubur media untuk makanan mikroba.(dwidjoseputro. 2005)
Ada beberapa cara perhitungan mikroba secara langsung yaitu
menggunakan Colony counter, menggunakan cara pengecatan dan pengamatan di
bawah mikroskop, dan cara lainnya dengan menggunakan filter membran.
Keuntungan menggunakan metode langsung yaitu pelaksanaannya relative cepat
dan tidak membutuhkan banyak peralatan. Sedangkan kerugiannya yaitu sel mikroba
yang telah mati tidak dapat dibedakan dengan sel hidup, hal ini dapat menyebabkan
sel yang mati dapat terhitung juga. Cara menghitung mikroba secara tidak langsung
dipakai untuk menentukan jumlah mikroba secara keseluruhan, baik yang hidup
maupun yang mati atau hanya untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja,
tergantung cara yang digunakan. Untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup
dapat dilakukan setelah suspensi bahan atau biakan mikroba diencerkan beberapa
kali dan ditumbuhkan dalam medium dengan cara tertentu tergantung dari macamnya
bahan dan sifat mikroba. Berapa cara menetukan jumlah mikroba secara tidak
langsung yaitu menghitung jumlah mikroba menggunakan sentrifuge, berdasarkan
kekeruhan, menggunakan perhitungan elektronik (elektronik counter), berdasarkan
analisis kimia, bedasarkan berat kering, menggunakan cara pengenceran,
menggunakan cara Most Probable Number (MPN) dan menggunakan metode
hitungan cawan (Indra, 2009).
Metode tuang dan sebaran dalam perhitungan angka kuman juga memiliki
keuntungan dan kelebihan. Keuntungan nya antara lain hanya sel yang masih hidup
yang dihitung, beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus, dan dapat digunakan
untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk. Sedangkan
kelemahannya yaitu kemungkinan terjadinya koloni yang berasal dari satu sel
mikroba, seperti pada mikroba yang berpasangan, rantai atau kelompok sel;
kemungkinan ini akan memperkecil jumlah sel mikroba yang sebenarnya.
Kemungkinan adanya jenis mikroba yang tidak dapat tumbuh karena penggunaan
jenis media agar, suhu, pH, atau kandungan oksigen selama masa inkubasi;
Kemungkinan ada jenis mikroba tertentu yang tumbuh menyebar diseluruh
permukaan media agar sehingga menghalangi mikroba lain. Hal ini
akanmengakibatkan mikroba lain tersebut tidak terhitung;
Penghitungan dilakukan pada media agar yang jumlah populasimikrobanya antara
30-300 koloni; bila jumlah populasi kurang dari 30 koloniakan menghasilkan
penghitungan yang kurang teliti secara statistik, namun bilalebih dari 300 koloni akan
menghasilkan hal yang sama karena terjadi persaingan diantara koloni;
penghitungan populasi mikroba dapat dilakukan setelah masa inkubasi yang
umumnya membutuhkan waktu 24 jam atau lebih.
Standar Plate Count (SPC) merupakan suatu standar yang digunakan untuk
melaporkan hasil analisis mikrobiologi. SPC menjelaskan cara menghitung koloni
yang tumbuh pada cawan serta cara memilih data yang ada untuk menentukan
jumlah koloni.

A. Metode MPN

Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumtive test), uji
konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap
pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah; masih
dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif coliform dalam sampel. Karena
beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif, diperlukan uji
konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform dengan bantuan
medium selektif diferensial.
Pada metode perhitungan MPN ini digunakan bentuk tiga seri pengenceran,
yang pertama 10-1, 10-2, dan 10-3. Kemudian dari hasil perubahan tersebut dicari
nilai MPNnya pada tabel nilai MPN, dan untuk jumlah bakterinya maka digunakan
rumus (Gobel, 2008).
Ada banyak faktor yang berkaitan dengan keamanan pangan. Salah satu
faktortersebut adalah tinjauan mutu secara mikrobiologis mengingat pangan
merupakan produk yang sangat rentan terhadap kontaminasi bakteri,
khamir maupun kapang. Oleh karena itu dikenal suatu mekanisme yang disebut
sistem manajemen keamananmikrobiologis pangan.
Tujuan dari sistem manajemen keamanan mikrobiologis pangan tidak lain
dantidak bukan adalah untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan
masyarakatkaitannya dengan produk pangan. Selain itu, tujuan yang lain adalah
untukmemfasilitasi perdagangan yang adil khususnya dalam menghadapi World
TradeOrganization terutama dalam perjanjian Sanitary and Phytosanitary Measures
(SPS).
Di tingkatan negara, sistem tersebut diwujudkan melalui regulasi pemerintah
yang dituangkan dalam undang-undang keamanan pangan maupun melalui standar
nasional yang ditetapkan. Sedangkan di tingkat industri pangan sendiri, sistem
tersebut diejawantahkan dalam bentuk Good Manufacturing Practises (GMP),
sistem sanitasi dan Hazard Analytical Critical Control Point (HACCP). GMP pertama
kalidikembangkan oleh Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat. Di
Indonesia, sistem tersebut diadopsi menjadi Cara Produksi Makanan yangBaik
(CPMB) atau yang sekarang lebih dikenal sebagai Cara Produksi Pangan yangBaik
(CPPB). The International Commision for Microbiological Specification of Foods
(ICMSF) pada tahun 2002 mengeluarkan suatu pendekatan baru dalam sistem
keamanan pangan yang dikenal sebagai FSO atau Food Safety Objective. Definisi
dariFSO adalah frekuensi atau konsentrasi maksimal suatu bahaya mikrobiologi
yang bolehada dalam suatu produk pangan pada saat dikonsumsi agar memberikan
perlindunganyang tepat (Appropriate Level of Protection/ALOP). Nilai FSO
didapatkan dari suatu pengkajian resiko keamanan pangan yang mendalam dan
bertahun-tahun dan dihubungkan dengan ALOP.Untuk parameter keamanan
sampel terdiri dari jumlah mikroba, jumlah bakteri pathogen, bahan baku yang
digunakan, dan pewarna yang digunakan.

B. Metode TPC (Hitungan Cawan)

Metode hitungan cawan didasrkan pasa anggapan bahwa setiap sel yang
dapat hidup akan berkembang biak menjadisatu koloni. Jadi jumlah koloni yang
muncul pada cawan mengandung indeks bagi jumlah mikroorganisme yang dapat
terkandung dalam sampel. Teknik yang harus dikuasai dalam metode ini adalah
mengencerkan sampel dan mencawankan hasil pengenceran tersebut. Setelah
inkubasi, jumlah masing-masing cawan diamati. Untuk memenuhi persyaratan
statistic, cawan yang dipilih untuk pengitungan koloni adalah yang mengandung
antara 30-300 koloni. Karena jumlah mikroorganisme dalam sampel tidak diketahui
sebelumnya, maka untuk memperoleh sekurang-kurangnya satu cawan yang
mengandung koloni dalam jumlah yang memenuhi persyaratan tersebut, harus
dilakukan sederetan pengenceran dan pencawanan. Jumlah organisme yang
terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan menggunakn jumlah koloni yang
terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan.
Rumus yang digunakan dalam perhitungan :
Faktor pengenceran = Pengenceran x Jumlah yang di tanam
Jumlah koloni = Jumlah yang di tanam x Faktor pengenceran
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG KRITERIA
MIKROBIOLOGI DALAM PANGAN OLAHAN

4.3 KESIMPULAN

Pengujian penentuan hitungan cawan atau Angka Lempeng Total (ALT) dilakukan
dengan metode tuang,Pada sampel teh poci kali ini memiliki koloni bakteri yang besar
pada pengenceran 10−2 daripada pengenceran 10−1. Pada pengenceran 10−2 dan
pengenceran 10−3 memiliki jumlah koloni diatas rentang 30-300 koloni
DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, M.D., 1987. Mikroorganime Penyebab Penyakit . Jakarta : Media


SaranaPress,

Dwijoseputro, d. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. .Jakarta: Djambatan.

Pelczar,M.J.2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press.

Pratiwi, Sylvia T. 2007. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga

Pratiwi, Rika danAnjarsari.2002.Deteksi Ergosterol sebagai Indikator Kontaminasi


Cendawan pada Tepung Terigu.Jurnal, Teknol, dan Industri Pangan. 13 (3), 254.

Volk & Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar .Jakarta : Erlangga

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG KRITERIA MIKROBIOLOGI
DALAM PANGAN OLAHAN

Volk, W. A. dan Margareth F. W., 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga.

W.Lay.Bibiana.1994.Analisis Mikroba di Laboratorium.Jakarta : PT.Raja Grafindo

Hadioetomo,R.S.1993.Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek.Jakarta : PT. Gramedia Pustaka


Utama

Gobel, Risco, B., dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Prakte. Universitas Hasanuddin:
Makassar
LAMPIRAN

Kondisi tetap Pengambilan


aseptis sampel 1 ml
Memasukan
Cawan Mencairkan
sampel ke tabung
diletakkan media PCA
pengenceran 10-1,
disamping
spiritus

Pindahkan 0,1 ml Tuang media


Pengenceran
sampel asli dan PCA ke dalam
bertingkat ke Homogenisasi
setiap cawan yang
larutan aquadest dengan vorteks
pengencerannya aseptis
10-2, 10-3
ke cawan petri

Padatkan media Setelah padat Diinkubasi


Ratakan dengan
di samping dibungkus dengan suhu 37oC
cara diputar-
spiritus agar tetap dengan plastik selama 24 jam
putar
aseptis wrap

Anda mungkin juga menyukai