DISUSUN OLEH :
KELOMPOK F-5
1. NIMAS PUTRI ARIYANTI B (172210101119)
2. YENIKA AYUMEGA DIANATRI (172210101120)
3. FEBRILIA DWI PRIANTI (172210101121)
4. PAROHON ANDRONIKUS P (172210101122)
Metode ini merupakan cara paling sensitif untuk menentukan jumlah jasad renik,
dengan alasan:
Hanya sel mikroba yang hidup yang dapat dihitung
Beberapa jasad renik dapat dihitung sekaligus
Dapat digunakan untuk isolasi, dan identifikasi mikroba karena koloni yang
terbentuk mungkin berasal dari mikroba yang mempunyai penampang spesifik
(Dwidjoseputro, 2005).
Selain keuntungan-keuntungan tersebut diatas, metode hitungan cawan juga
mempunyai kelemahan sebagai berikut:
Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya, karena
beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk koloni.
Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan jumlah yang
berbeda pula.
Mukroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan
membentuk koloni yang kompak, jelas dan tidak menyebar.
Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi relatif lama sehingga pertumbuhan
koloni dapat dihitung (Dwidjoseputro, 2005).
Hal-hal penting yang harus dipikirkan matang sebelum menganalisa sampel untuk
diketahui jumlah mikroorganismenya adalah:
1. Memperkirakan jumlah mikroorganisme yang ada dalam sampel per satuanvolum.
2. Memilih metode yang cocok sehingga dihasilkan data yang akurat.
3. Mengetahui jenis/golongan mikroorganisme yang akan dihitung, misalnya bermaksud
akan menghitung yeast , bakteri, atau bakteri genus tertentu saja.
4. Menentukan media pertumbuhan yang cocok.
5. Benar-benar mengetahui perbedaan morfologi koloni antara bakteri,yeast dan molds
6. Mencari tahu standar/ batas ambang/ jumlah maksimum aman jika sample
yangdianalisa memerlukan referensi tersebut
BAB III
METODE
3.1 ALAT DAN BAHAN
Alat :
Cawan petri
Tabung reaksi
Mikropipet
Gelas ukur
Spreader
Colony counter
Bahan :
Media Plate Agar (MGA)
Larutan Fisiologis
Sampel makanan, minuman, kosmetik, obat, dan obat tradisional
Disiapkan dan ditandai juga 4 buah tabung cawan petri dengan 10^-1 sampai
dengan 10^-4
Dipindahkan secara aseptis 0,1 ml larutan sampel asli dan setiap pengencerannya
ke dalam cawan petriDituang 9 ml medium PCA steril (suhu ± 40°C). Putar cawan
agar sampel dan media bercampur rata (metode tuang)
Metode sebaran dilakukan dengan menuang 0,1 ml sampel asli pada cawan petri
dan pengencerannya ke atas 9 ml media agar yang telah steril dan diratakan
dengan spreader secara aseptis
Dihitung jumlah koloni yang terbentuk. Hasil yang baik adalah cawan petri
mengandung 30-300 koloni
Cawan petri 10−1 setelah Cawan petri 10−2 setelah Cawan petri 10−3 setelah
diinkubasi selama 24 jam diinkubasi selama 24 jam diinkubasi selama 24 jam
Perhitungan :
1. Nama sampel : Teh Poci
2. Perhitungan :
1 1
a. 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 10−1 = ⅀𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 × 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
= 1211 × 10−1
=
12110 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖
1 1
b. 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 10−2 = ⅀𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 × 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
= 484 × 10−2
=
48400 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖
1 1
c. 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 10−3 = ⅀𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 × 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
= 46 × 10−3
=
46000 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode TPC (hitungan
cawan) dimana didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup dan
berkembang menjadi satu koloni.
Hasil praktikum yang didapatkan tidak sesuai dengan teori dimana semakin
sedikit pengenceran, maka bakteri yang didapatkan semakin sedikit. Sedangkan hasil
yang kami dapatkan yaitu pada pengenceran 10−2 terdapat lebih banyak bakteri
daripada pengenceran 10−1. Dan pada pengenceran 10−2 dan 10−3 berada diluar
rentang 30-300.
4.2 PEMBAHASAN
Uji mikrobiologis suatu sediaan merupakan salah satu uji yang sangat penting
untuk mengetahui kualitas suatu sediaan. Makanan, minuman, obat tradisional
berasal dari alam yaitu dari hewan, tumbuhan, mineral ataupun sediaan galeniknya.
Oleh karena didalam pengadaannya bahan-bahan tersebut mengalami proses
pengangkutan dan penyimpanan dalam waktu yang cukup lama. Sehingga dalam
proses tersebut dapat terjadi pertumbuhan mikroba didalamnya. Untuk mengetahui
bahwa bahan baku, bahan tambahan maupun sediaan jadi tidak mengalami
perubahan sifat serta bebas dari kontaminan mikroba, maka diperlukan uji
mikrobiologis, meliputi pengujian angka lempeng total (ALT), dan uji cemaran bakteri /
kapang. Jika telah dilakukan uji-uji tersebut, dan tidak ditemukan bakteri dan kapang
yang sesuai standar SNI, maka produk tersebut layak untuk dikonsumsi oleh
masyarakat.
A. Metode MPN
Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumtive test), uji
konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap
pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah; masih
dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif coliform dalam sampel. Karena
beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif, diperlukan uji
konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform dengan bantuan
medium selektif diferensial.
Pada metode perhitungan MPN ini digunakan bentuk tiga seri pengenceran,
yang pertama 10-1, 10-2, dan 10-3. Kemudian dari hasil perubahan tersebut dicari
nilai MPNnya pada tabel nilai MPN, dan untuk jumlah bakterinya maka digunakan
rumus (Gobel, 2008).
Ada banyak faktor yang berkaitan dengan keamanan pangan. Salah satu
faktortersebut adalah tinjauan mutu secara mikrobiologis mengingat pangan
merupakan produk yang sangat rentan terhadap kontaminasi bakteri,
khamir maupun kapang. Oleh karena itu dikenal suatu mekanisme yang disebut
sistem manajemen keamananmikrobiologis pangan.
Tujuan dari sistem manajemen keamanan mikrobiologis pangan tidak lain
dantidak bukan adalah untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan
masyarakatkaitannya dengan produk pangan. Selain itu, tujuan yang lain adalah
untukmemfasilitasi perdagangan yang adil khususnya dalam menghadapi World
TradeOrganization terutama dalam perjanjian Sanitary and Phytosanitary Measures
(SPS).
Di tingkatan negara, sistem tersebut diwujudkan melalui regulasi pemerintah
yang dituangkan dalam undang-undang keamanan pangan maupun melalui standar
nasional yang ditetapkan. Sedangkan di tingkat industri pangan sendiri, sistem
tersebut diejawantahkan dalam bentuk Good Manufacturing Practises (GMP),
sistem sanitasi dan Hazard Analytical Critical Control Point (HACCP). GMP pertama
kalidikembangkan oleh Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat. Di
Indonesia, sistem tersebut diadopsi menjadi Cara Produksi Makanan yangBaik
(CPMB) atau yang sekarang lebih dikenal sebagai Cara Produksi Pangan yangBaik
(CPPB). The International Commision for Microbiological Specification of Foods
(ICMSF) pada tahun 2002 mengeluarkan suatu pendekatan baru dalam sistem
keamanan pangan yang dikenal sebagai FSO atau Food Safety Objective. Definisi
dariFSO adalah frekuensi atau konsentrasi maksimal suatu bahaya mikrobiologi
yang bolehada dalam suatu produk pangan pada saat dikonsumsi agar memberikan
perlindunganyang tepat (Appropriate Level of Protection/ALOP). Nilai FSO
didapatkan dari suatu pengkajian resiko keamanan pangan yang mendalam dan
bertahun-tahun dan dihubungkan dengan ALOP.Untuk parameter keamanan
sampel terdiri dari jumlah mikroba, jumlah bakteri pathogen, bahan baku yang
digunakan, dan pewarna yang digunakan.
Metode hitungan cawan didasrkan pasa anggapan bahwa setiap sel yang
dapat hidup akan berkembang biak menjadisatu koloni. Jadi jumlah koloni yang
muncul pada cawan mengandung indeks bagi jumlah mikroorganisme yang dapat
terkandung dalam sampel. Teknik yang harus dikuasai dalam metode ini adalah
mengencerkan sampel dan mencawankan hasil pengenceran tersebut. Setelah
inkubasi, jumlah masing-masing cawan diamati. Untuk memenuhi persyaratan
statistic, cawan yang dipilih untuk pengitungan koloni adalah yang mengandung
antara 30-300 koloni. Karena jumlah mikroorganisme dalam sampel tidak diketahui
sebelumnya, maka untuk memperoleh sekurang-kurangnya satu cawan yang
mengandung koloni dalam jumlah yang memenuhi persyaratan tersebut, harus
dilakukan sederetan pengenceran dan pencawanan. Jumlah organisme yang
terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan menggunakn jumlah koloni yang
terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan.
Rumus yang digunakan dalam perhitungan :
Faktor pengenceran = Pengenceran x Jumlah yang di tanam
Jumlah koloni = Jumlah yang di tanam x Faktor pengenceran
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG KRITERIA
MIKROBIOLOGI DALAM PANGAN OLAHAN
4.3 KESIMPULAN
Pengujian penentuan hitungan cawan atau Angka Lempeng Total (ALT) dilakukan
dengan metode tuang,Pada sampel teh poci kali ini memiliki koloni bakteri yang besar
pada pengenceran 10−2 daripada pengenceran 10−1. Pada pengenceran 10−2 dan
pengenceran 10−3 memiliki jumlah koloni diatas rentang 30-300 koloni
DAFTAR PUSTAKA
Volk, W. A. dan Margareth F. W., 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Gobel, Risco, B., dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Prakte. Universitas Hasanuddin:
Makassar
LAMPIRAN