Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA KLINIK

“ PEMERIKSAAN URIN ATAS INDIKASI BILIRUBIN “

Oleh :

Femmy Andrifianie (0801011)

kelompok 2 Ganjil

Tanggal Praktikum : 18 April 2012

Dosen Pemimbing : Dra. Syilfia Hasti. M. Farm,. Apt

Asisten :

1. Mela Afryyanna

2. Yelfi Ratmi

Program Studi S1 Farmasi

Sekolah Tinggi Farmasi Riau


Pekanbaru

2012

PEMERIKSAAN URINE ATAS INDIKASI BILIRUBIN

I. TUJUAN

Untuk menentukan adanya bilirubin dalam urine

II. PRINSIP

 Percobaan Harrison

BaCl2 bereaksi dengan sulfat dalam urine membentuk endapan BaSO4 dan bilirubin

menempel pada molekul tersebut FeCl3 mengoksidasi bilirubin menjadi:

Bilivardin warna hijau

Bilicyanin warna biru

Choletelin warna kuning

 Percobaan Hawkinson

Untuk mengetahui adanya indikasi dalam urin dengan perubahan warna yang sudah

di tentukan.

III. TINJAUAN PUSTAKA

Bilirubin berasal dari pemecahan hemoglobin yang terjadi dalam sel-sel RES dan

sel-sel poligonal hati. Bilirubin yang terjadi tidak larut dalam plasma, oleh karena itu
untuk memungkinkan terjadinya transportasi ke dalam hepar maka pigmen tersebut

berikatan dengan protein plasma terutama albumin. Bilirubin yang berasal dari sel-sel

RES dilepas kedalam peredaran darah untuk kemudian memasuki hepar. Bilirubin

merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Sebagian besar

bilirubin tersebut berasal dari degradasi hemoglobin darah dan sebagian lagi dari hem

bebas atau proses eritropoesis yang tidak efektif. Pembentukan bilirubin tadi dimulai

dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin serta beberapa zat lain. Biliverdin

inilah yang mengalami reduksi dan menjadi bilirubin bebas.

Pembentukan bilirubin pada keadaan fisiologis, masa hidup erytrosit manusia

sekitar 120 hari,eritrosit mengalami lisis 1-2×108 setiap jamnya pada seorang dewasa

dengan berat badan 70 kg, dimana diperhitungkan hemoglobin yang turut lisis sekitar 6

gr per hari. Sel-sel eritrosit tua dikeluarkan dari sirkulasi dan dihancurkan oleh limpa.

Apoprotein dari hemoglobin dihidrolisis menjadi komponen asam-asam aminonya.

Katabolisme heme dari semua hemeprotein terjadi dalam fraksi mikrosom sel

retikuloendotel oleh sistem enzim yang kompleks yaitu heme oksigenase yang

merupakan enzim dari keluarga besar sitokrom P450. Langkah awal pemecahan gugus

heme ialah pemutusan jembatan α metena membentuk biliverdin, suatu tetrapirol linier.

Besi mengalami beberapa kali reaksi reduksi dan oksidasi, reaksi-reaksi ini memerlukan

oksigen dan NADPH. Pada akhir reaksi dibebaskan Fe3+ yang dapat digunakan

kembali, karbon monoksida yang berasal dari atom karbon jembatan metena dan

biliverdin. Biliverdin, suatu pigmen berwarna hijau akan direduksi oleh biliverdin

reduktase yang menggunakan NADPH sehingga rantai metenil menjadi rantai metilen

antara cincin pirol III – IV dan membentuk pigmen berwarna kuning yaitu bilirubin.

Perubahan warna pada memar merupakan petunjuk reaksi degradasi ini.


Bilirubin bersifat lebih sukar larut dalam air dibandingkan dengan biliverdin.

Dalam setiap 1 gr hemoglobin yang lisis akan membentuk 35 mg bilirubin dan tiap hari

dibentuk sekitar 250–350 mg pada seorang dewasa, berasal dari pemecahan hemoglobin,

proses erytropoetik yang tidak efekif dan pemecahan hemprotein lainnya. Bilirubin dari

jaringan retikuloendotel adalah bentuk yang sedikit larut dalam plasma dan air. Bilirubin

ini akan di ikat nonkovalen dan diangkut oleh albumin ke hepar. Dalam 100 ml plasma

hanya lebih kurang 25 mg bilirubin yang dapat diikat kuat pada albumin. Bilirubin yang

melebihi jumlah ini hanya terikat longgar hingga mudah lepas dan berdifusi ke jaringan.

Bilirubin yang sampai dihati akan dilepas dari albumin dan diambil pada permukaan

sinusoid hepatosit oleh suatu protein pembawa yaitu ligandin. Sistem transport

difasilitasi ini mempunyai kapasitas yang sangat besar tetapi penggambilan bilirubin

akan tergantung pada kelancaran proses yang akan dilewati bilirubin berikutnya.

Bilirubin nonpolar akan menetap dalam sel jika tidak diubah menjadi bentuk larut.

Hepatosit akan mengubah bilirubin menjadi bentuk larut yang dapat diekskresikan

dengan mudah kedalam kandung empedu. Proses perubahan tersebut melibatkan asam

glukoronat yang dikonjugasikan dengan bilirubin, dikatalisis oleh enzim bilirubin

glukoronosiltransferase. Hati mengandung sedikitnya dua isoform enzym

glukoronosiltransferase yang terdapat terutama pada retikulum endoplasma. Reaksi

konjugasi ini berlangsung dua tahap, memerlukan UDP asam glukoronat sebagai donor

glukoronat. Tahap pertama akan membentuk bilirubin monoglukoronida sebagai

senyawa antara yang kemudian dikonversi menjadi bilirubin diglukoronida yang larut

pada tahap kedua.

Bila eritrosit telah hidup melampaui masa hidupnya selama rata-rata 120 hari

maka membrannya akan pecah dan hemoglobin yang dikeluarkan di fagositosis oleh sel

Retikulo Endotel System (RES) diseluruh tubuh. Hemoglobin pertama-tama dipecah


menjadi heme dan globin, lingkaran protoporfirin terbuka, Fe dilepaskan untuk diikat

menjadi transferin, kemudian berubah menjadi biliverdin dan direduksi menjadi

bilirubin. Fe yang dilepaskan diikat oleh protein dalam jaringan dan beredar dalam

darah sebagai Iron Binding Protein Capacity. Rantai globin sebagian akan dipecah

menjadi asam-asam amino yang disimpan dalam Body Fool of Amino Acid, sebagian

tetap dalam bentuk rantai globin yang akan lagi digunakan untuk membentuk

hemoglobin baru. Bilirubin yang dilepaskan kedalam darah sebagian besar terikat dengan

albumin, sebagian kecil terikat dengan á2-globulin dan dibawa ke hati. Bilirubin yang

terikat dengan protein ini disebut prebilirubin atau Unconjugated bilirubin.

Di dalam sel hati (hepatosit), bilirubin diikat oleh 2 protein intraseluler utama

dalam sitoplasma, protein sitosolik Y (misalnya, ligandin atau glutathione Stransferase

B) dan protein sitosolik z (dikenal juga sebagai fatty acid–binding protein). Didalam hati

bilirubin dilepaskan dari albumin dan selanjutnya mengalami konjugasi dengan Asam

glukoronat membentuk ester Bilirubin monoglukoronat atau Bilirubin diglukoronat

(BDG) yang dikenal dengan nama Conjugated Bilirubin (CB).


Gambar 2.1. Metabolisme bilirubin pada neonatus

Proses ini berlangsung karena pengaruh enzim Urindhyn di-Phosphate Glukoronil

Transferase (UDPG). CB ini bersifat sangat mudah larut di air dan merupakan pigmen

utama dari empedu. Bilirubin dikonjugasi (CB) disekresikan ke dalam saluran empedu

dan melewati usus. Ketika direct bilirubin (CB) ini sampai di usus besar / kolon oleh

bakteri - bakteri usus direduksi menjadi urobilinogen dimana sebagian urobilinogen

tersebut direabsorpsi melalui mukosa usus masuk dalam darah. Sebagian zat ini diekskresi

oleh hati dan kembali masuk kedalam usus kemudian sekitar 5 % diekskresi oleh ginjal

melalui urine. Setelah urine tersebut kena udara maka urobilinogen teroksidasi menjadi

Urobilin sedangkan pada faeces sterkobilinogen teroksidasi menjadi sterkobilin.

Secara normal, bilirubin tidak dijumpai di urin. Bilirubin terbentuk dari

penguraian hemoglobin dan ditranspor ke hati, tempat bilirubin berkonjugasi dan

diekskresi dalam bentuk empedu. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) ini larut dalam

air dan diekskresikan ke dalam urin jika terjadi peningkatan kadar di serum. Bilirubin

tak terkonjugasi (bilirubin indirek) bersifat larut dalam lemak, sehingga tidak dapat

diekskresikan ke dalam urin. Bilirubin adalah suatu pigmen empedu yang diproduksi

oleh sel – sel hepar bersama dengan garam empedu sebagai cairan empedu.dalam urin

berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam, yang

menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene
diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo

salisilat. Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan hasil positif dan keadaan

ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. hasil positif palsu dapat terjadi bila

dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi

sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung metabolit pyridium atau

serenium.

IV. ALAT DAN BAHAN


I.1. Alat – alat I.2. Bahan – bahan

• Tabung reaksi • Urin sewaktu

• Corong • Larutan BaCl2 10%

• Pinset • Reagen fauchet

• Pipet tetes

• Pipet takar 5 ml

• Kertas saring

V. PROSEDUR PERCOBAAN

a. Metode Harrison

• Tabung reaksi diisi 5 ml urin

• Ditambah 5 ml BaCl2 10%, dicampur kemudian disaring dengan kertas saring

• Presipitat pada kertas saring dibiarkan kering

• Tambahkan 1 tetes reagen fauchet pada presipitat

b. Metoda Hawkinson

• Kertas saring di rendam dengan BaCl2 jenuh lalu keringkan sampai benar-benar

kering.

• Potong kertas saring berukuran 4 x ½ inci.

• Lalu berikan beberapa tetes urin pada kertas saring tersebut

• Biarkan selama 30 detik sampai 2 menit

• Teteskan 2-3 tetes reagen fauchet


VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI.1. Hasil pengamatan

a. Metoda Harrison

Hasilnya negatif (-) warna pada kertas saring yang di dapatkan kuning tidak ada

timbul warna hijau atau biru kehijauan.

b. Metoda Hawkinson
Hasilnya negatif (-) warna pada kertas saring yang di dapatkan kuning tidak ada

timbul warna hijau

VI.2. Pembahasan

Fungsi reagen fouchet pada pemeriksaan harrison untuk mengoksidasi

bilirubin menjadi biliverdin.

Komposisi reagen fouchet :

o Asam trichorasetat 25 gram

Fungsi : mengendapkan protein

o Larutan FeCl3 10% sebanyak 10 ml

Fungsi :Mengoksidasi bilirubin menjadi biliverdin

o Aquades 100 ml

Fungsi : Sebagai pengencer.

Pada bilirubin mengindikasi pada gangguan hati atau saluran empedu, seperti

pada hepatitis infeksma toksi hepar kanker hati. Urin yang mengandung bilirubin

tinggi tampak berwarna kuning pekat dan jika digoyang – goyang akan timbul

busa. Peningkatan ekskresi jika fungsi hepar menurun atau kelebihan

urobilinogen. Hasil ( + ) jika setelah olahraga / minum ataupun kelelahan /

sembelit. Jika menurun dijumpai pada kanker pankreas, penyakit hati. Hasil
percobaan yang di dapat bahwa negative yang berarti tidak adanya gangguan dari

organ dalam tubuh dan hasilnya normal dalam jumlah urin yang sedikit. Adapun

metabolisme bilirubin menyebabkan terjadinya ikterus

Syarat pemeriksaan :

 Urin segar, karena bilirubin belum terksidasi menjadi biliverdin , sehingga

menyebabkan hasil pemeriksaan bilirubin menjadi (-) palsu.

 Botol penampung urin coklat, karena untuk menghindari pengaruh

sinar/oksidasi, sehingga bilirubin belum teroksidasi menjadi biliverdin

 Kepekaan tes horizon terhadap bilirubin dalam urin : 0.005-0.1 mg/dl

Penyebab (+) palsu pemeriksaan horizon:

 Konsentrasi urobilin tinggi

 obat-obatan (acriflavin dan pyridium)

Penyebab (-) palsu pemeriksaan horizon :

 Urin lama , bilirubin sudah teroksidasi menjadi biliverdin , sehingga hasil

menjadi (-) palsu,

 Kertas saring belum kering, bilirubin tidak dapat bereaksi dengan fouchet,

maka bilirubin tidak dpat teroksidasi menjadi biliverdin, sehingga terjadi (-)

palsu

 Pengaruh cahaya / sinar, disebabkan botol penampung urin tidak gelap, maka

bilirubin akan teroksidasi menjadi biliverdin sehingga menyebabkan hasil (-)

palsu.

VII. KESIMPULAN

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :


o Makan malam yang mengandung tinggi lemak sebelum pemeriksaan dapat

mempengaruhi kadar bilirubin.

o Wortel dan ubi jalar dapat meningkatkan kadar bilirubin.

o Hemolisis pada sampel darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.

o Sampel darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan pigmen

empedunya akan menurun.

o Obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan kadar bilirubin.

o Reaksi negative palsu terjadi bila bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin akibat

penundaan pemeriksaan.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

http://karimaesesaselatan.blogspot.com/2011/10/pemeriksaan-air-seni-urine-analysis.html

http://karimaesesaselatan.blogspot.com/2012/01/pemeriksaan-bilirubin-dan-urobilinogen.html

http://edi-kurnianto.blogspot.com/2011/09/pemeriksaan-bilirubin.html

http://chaterinaryan.blogspot.com/2011/04/pemeriksaan-bilirubin-metode-horizon.html

http://persembahantosemua.blogspot.com/2009/01/pemeriksaan-laboratorium.html
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA KLINIK

“ PEMERIKSAAN URIN ATAS INDIKASI UROBILIN “

Oleh :

Femmy Andrifianie (0801011)

kelompok 2 Ganjil

Tanggal Praktikum : 18 April 2012

Dosen Pemimbing : Dra. Syilfia Hasti. M. Farm,. Apt

Asisten :

1. Mela Afryyanna

2. Yelfi Ratmi

Program Studi S1 Farmasi

Sekolah Tinggi Farmasi Riau

Pekanbaru
2012

PEMERIKSAAN URIN ATAS INDIKASI UROBILIN

I. TUJUAN

Untuk menentukan adanya urobilin dalam urin

II. PRINSIP

Urobilin dengan reagen schlesinger membentuk suatu kompleks dengan memberikan

fluoresensi hijau.

III. TINJAUAN PUSTAKA

Pembentukan urobilin terjadi pada Bilirubin terkonjugasi yang mencapai ileum

terminal dan kolon dihidrolisa oleh enzym bakteri β glukoronidase dan pigmen yang

bebas dari glukoronida direduksi oleh bakteri usus menjadi urobilinogen, suatu senyawa

tetrapirol tak berwarna.Getah empedu dihasilkan dari hasil perombakan sel darah merah.

Getah ini ditampung di dalam kantung empedu kemudian disalurkan ke usus 12 jari.

Getah empedu pada dasarnya terdiri atas dua komponen yaitu garam empedu dan zat

warna empedu. Garam empedu berfungsi dalam proses pencernaan makanan yaitu untuk

mengemulsi lemak. Sedangkan zat warna empedu tidak berfungsi sehingga harus

diekskresikan. Zat warna empedu yang diekskresikan ke usus 12 jari, sebagian menjadi

sterkobilin, yaitu zat yang mewarnai feses dan beberapa diserap kembali oleh darah

dibuang melalui ginjal sehingga membuat warna pada urine yang disebut urobilin. Kedua

zat ini mengakibatkan warna feses dan urine kuning kecoklatan.


Bilirubin dapat mengganggu pada percobaan ini. Bila ada bilirubin harus

dihilangkan dulu dengan cara menambahkan calcium hidroksida padat dalam urin, lalu

filtrate hasil saringan dipakai untuk pemeriksaan.Jumlah urobilin dalam urin karena itu

adalah zat penting dalam metabolisme, produksi urin. Tingkat Urobilin dapat

memberikan wawasan tentang efektivitas fungsi saluran kemih. Normalnya, urin akan

muncul sebagai baik urin berwarna kuning muda atau. Kuning pada urin adalah dari

keberadaan urobilin. Jika ada bahan kimia lain dalam urin, penampilan urin bisa

menggelapkan, atau dapat muncul dalam kasus partikel mendung yang hadir, atau hanya

orange urin dalam kasus dehidrasi.

Urobilin ditemukan pada :

o Obstruksi saluran empedu

 Ekstra hepata

 Intra hepata

o Flora usus

o Produksi Bilirubin

o Konstipasi

o Gangguan faal hati

o Diare
o Gangguan faal ginjal

o Arti penting pada penderita ikterus urobilin (-) obstruksi.

Dalam urin segar tidak ada uribilin, zat itu baru akan terjadi oleh oksidasi

urobilinogen. Pada pemeriksaan terhadap urobilin sengaja ditambahkan sedikit yodium

sebagai larutan lugol untuk menjalankan oksidasi itu. Yang dipakai untuk menyatakan

urobilin ialah reagens Schlesinger, yaitu larutan zink asetat atau zink klorida yang jenuh

dalam alkohol 95 %.Indikasi atau indoksilsulfat ikut bereaksi dengan reagens Wallace

dan Diamond, tetapi tidak bereaksi dengan reagens Schlesinger terhadap urobilin.Jika

ada indikasi klinik atau bila tersangka bahwa warna merah kuat pada reaksi terhadap

urobilinogen disebabkan oleh derivat indol, maka lakukanlah test menurut Obermayer

untuk membedakannya. Reagens ini mengoksidasi indikasi menjadi indigobiru (atau

indigomerah jika oksidasi berjalan lambat).Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine

adalah bilirubin direk (terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin, sehingga

mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urine bila kadar dalam

darah meningkat. Bilirubinuria dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis

infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik.

Urin sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan

dengan khusus, urin sewaktu cukup baik untuk pemeriksaan rutin. Urin pagi adalah urin

yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur, urin ini lebih pekat

dari urin yang dikeluarkan pada siang hari, urin pagi baik untuk pemeriksaan sedimen,

protein, dan berat jenis. Urin post prandial adalah urin yang pertama kali dikeluarkan

1½-3 jam setelah makan, urin ini baik untuk pemeriksaan terhadap glukosuria. Urin 24

jam adalah urin yang dikumpulkan selama 24 jam. Urin 24 jam dapat digunakan untuk

pemeriksaan kuantitatif semua zat dalam urin. Selain itu, dikenal juga urin siang 12 jam,

urin malam 12 jam, urin 2 jam, urin 3 gelas, dan urin 2 gelas.
Urin dihasilkan oleh ginjal melalui proses filtrasi plasma darah oleh glomeruli,

reabsorpsi oleh tubulus, sekresi oleh sel tubulus, pertukaran ion hidrogen, dan

pembentukan amonia. Sifat-sifat urin normal yaitu volumenya 800-2500 mL/hari, berat

jenis 1,003-1,030, pH asam dengan pH rata-rata 6 (4,7-8), warna kuning pucat sampai

kuning. Zat warna yang terkandung di dalamnya adalah urokrom, urobilin, dan

hematoporfirin. Zat normal dalam urin adalah urea yang merupakan hasil akhir utama

dari katabolisme protein. Sehari diekskresikan 25 g, tergantung intake proteinnya.

Ekskresi naik pada saat demam, penyakit kencing manis, aktivitas hormon

adrenokortikoid yang berlebihan. Di hepar, urea di bentuk dari siklus urea (ornitin dari

CO2 dan NH3). Pembentukan urea menurun pada penyakit hepar dan asidosis. Amonia

dikeluarkan dari sel tubulus ginjal, pada asidosis pembentukan amonia akan naik.

Kreatinin merupakan hasil katabolisme kreatin. Koefisien kreatinin adalah jumlah mg

kreatinin yang diekskresikan dalam 24 jam/kg berat badan. Nilai normal pada laki-laki

adalah 20-26 mg/kg berat badan. Sedang pada wanita adalah 14-22 mg/kg berat badan.

Ekskresi kreatinin meningkat pada penyakit otot. Asam urat adalah hasil oksidasi

purin di dalam tubuh. Kelarutannya dalam air kecil tetapi larut dalam garam alkali.

Ekskresinya meningkat pada leukimia, penyakit hepar, dan gout. Penambahan

arsenofosfotungstat dan natrium sianida memberi warna biru. Ini merupakan dasar

penetapan asam urat secara kolometri oleh folin. Enzim urikase akan menjadi allantoin.

Asam amino pada dewasa kira-kira diekskresikan 150-200 mg N/hari. Allantoin

merupakan hasil oksidasi asam urat. Klorida dikeluarkan dalam bentuk NaCl,

tergantung intake-nya, ekskresi 9-16 g/hari. Fosfat di urin berikatan dengan natrium,

kalsium, magnesium, dan kalsium. Oksalat pada metabolisme herediter tertentu,

ekskresinya naik. Mineral, kationnya (Na, K, Ca, Mg). Zat abnormal dalam urin yaitu

protein, glukosa, fruktosuria, galaktosuria, laktosuria, pentosuria, benda - benda keton,


bilirubin, garam -garam kolat, darah, porfirin, dan indikan. Protein tidak boleh lebih dari

200 mg/hari. Ekskresinya naik berarti terjadi proteinuria misal terjadi glomeluronefritis

sehingga ginjalnya bocor.

IV. ALAT DAN BAHAN

IV.1. Alat – alat

• Tabung reaksi

• Rak tabung

• Corong

• Pipet takar 5 ml

• Gelas ukur 10 ml

• Pipet tetes

IV.2. Bahan – bahan

• Reagen Schlesinger

• Larutan lugol

• Urin sewaktu
• Aquadest

V. PROSEDUR PERCOBAAN

Cara pemeriksaan :

a. 5 ml urin di tambah 2 tetes larutan lugol

b. Tambahkan 7,5 ml reagen schlesinger, kemudian kocok

c. Saring sampai di dapat filtrat yang jernih

d. Filtrat di periksa / di lihat dengan latar belakang hitam

e. Amati dan catat hasilnya

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI.1. Hasil Pengamatan


Hasil yang di dapat negatif ( - ) warnanya kuning pucat tidak di dapatkan fluoresensi

hijau pada filtrat.

VI.2. Pembahasan

Hasil yang di dapat pada pemeriksaan urine pada praktikum ini untuk

mengindikasikan beberapa penyakit sangat penting. pemeriksaan urine tidak hanya

dapat memberikan fakta-fakta tentang ginjal dan saluran urine tetapi juga mengenai

faal berbagai organ dalam beberapa tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas dan

korteks adrenal. Pada praktikum sampel urin sewaktu filtrat yang disaring tidak

berfluorosensi artinya sampel negatif terhadap urobilin dan tidak ada penyakit pada

tubuh orang tersebut. Hal ini terjadi karena dalam urine segar praktis tidak ada

urobilin, zat ini kemudian timbul jika ada oksidasi oleh urobilinogen. Karena itu

ditambahkan larutan lugol yang mengandung iodium dan kalium iodida untuk

menjalankan oksidasi tersebut. Urin gelap tidak selalu merupakan tanda

penyakit. Kurangnya asupan air, misalnya setelah tidur atau dehidrasi, mengurangi

kadar air urin, sehingga berkonsentrasi urobilin dan menghasilkan warna yang lebih
gelap dari urin. Tentu saja, urin dapat muncul kuning atau merah ketika sel-sel darah

merah yang hadir dalam urin, yang merupakan kondisi yang disebut hematuria

VII. KESIMPULAN

Apabila warna filtrat merah muda maka di dalam filtrat ada bilirubin oleh karena itu

harus di keluarkan dengan CaCl2 dan Na2CO3 karena filtrat pada bilirubin tidak dapat

mengidentifikasi pada urobilin.

Pada pemeriksaan urobilin, urobilinogen dan bilirubin sebaiknya tidak diberikan obat

yang memberi warna pada urin, seperti vitamin B2 (riboflavin), pyridium dan lain - lain.

Untuk pemeriksaan urobilin dipergunakan urin segar karena zat-zat ini bersifat labil,

pada suhu kamar bila kena cahaya.

Banyak tes urin (urinalisis) yang memantau jumlah urobilin dalam urin karena

merupakan zat penting dalam metabolisme/ produksi urin. Tingkat urobilin dapat

memberikan wawasan tentang efektivitas fungsi saluran kemih.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

http://karimaesesaselatan.blogspot.com/2012/01/pemeriksaan-bilirubin-dan-urobilinogen.html

http://ml.scribd.com/doc/87141185/Pemeriksaan-Urine-Lengkap

http://tarisblogger.blogspot.com/2012/01/pemeriksaan-urobilin.html

http://azhardiazhar.wordpress.com/category/kimia/
http://en.wikipedia.org/wiki/Urobilin

Anda mungkin juga menyukai