Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kelompok H-5 :
1. Putri Rasdianti (2014210171)
2. Qoina (2014210173)
3. Rika Damaiyanti (2014210181)
4. Rizka Sukmasari (2014210185)**
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Antibiotika sudah banyak digunakan oleh masyarakat untuk
pengobatan berbagai penyakit terutama penyakit infeksi.Akan tetapi
akibat pemakaian yang tidak rasional dan pemakaian yang tidak tuntas
dari antimikroba malah dapat membahayakan bagi pasien.Bakteri
penyebab penyakit ini dapat menjadi resistensi terhadap pengobatan
dengan antimikroba. Antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai
jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk prevensi infeksi, misalnya
pada pembedahan besar.
Uji potensi antibiotika secara mikrobiologik adalah suatu teknik
untuk menetapkan suatu potensi antibiotika dengan mengukur efek
senyawa tersebut terhadap pertumbuhan mikroorganisme uji yang peka
dan sesuai.Efek yang ditimbulkan pada senyawa uji dapat berupa
hambatan pertumbuhan.
Antibiotika adalah suatu substansi kimia yang dibentuk atau
diperoleh dari berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi
rendah mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya.
Antibiotika tersebar di dalam alam dan memegang peranan penting dalam
mengatur populasi mikroba dalam tanah, air, limbah, dan kompos.
Antibiotika ini memiliki susunan kimia dan cara kerja yang berbeda-beda
sehingga masing-masing antibiotika memiliki kuman standar tertentu.
Dari sekian banyak antibiotika yang telah berhasil ditemukan, hanya
beberapa saja yang cukup tidak toksik untuk dapat dipakai dalam
pengobatan.
B. Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan antibiotika?
2. Kapan suatu bahan diklasifikasikan sebagai antibiotika?
3. Apa yang dmaksud dengan potensi antibiotika ?
4. Bagaimana prinsip penetapan potensi antibiotika?
5. Berapa metode umum yang digunakan untuk penetapan potensi (ntibiotic?
6. Bagaimana cara penetapan % potensi antibiotika secara mikrobiologi?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami prosedur penetapan potensi antibiotika
berdasarkan farmakope Indonesia edisi V
2. Mahasiswa mampu melakukan uji penetapan potensi antibiotika berdasarkan
farmakope Indonesia edisi V dan menginterpretasi hasilnya.
D. Manfaat
Sebagai tindakan pencegahan masyarakat terhindar dari resistensi antibiotik dan
mencegah penyebaran obat antibiotik yang tidak layak digunakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi antibiotika menurut Turpin dan Velu adalah senyawa kimia yang
dihasilkan oleh organisme hidup atau yang diperoleh melalui proses sintesis yang
memiliki indeks kemoterapi yang tinggi, yang manifestasi aktivitasnya pada
dosis yang sangat rendah secara spesifik mampu menghambat proses vital
tertentu pada virus, mikroorganisme ataupun juga berbagai organisme bersel
banyak
Penentuan nilai-nilai ini dapat dilakukan dengan salah satu dari dua
metode utama berikut: lempeng slinder atau turbidimetri. Dengan menggunakan
bakteri percobaan standar dan contoh obat yang telah dikenal sebagai
perbandingan, metode ini dapat digunakan untuk menentukan potensi antibiotika
yang sedang diperiksa atau kepekaan mikroorganisme.
Penetapan aktivitas antibiotik secara in vitro dapat dikelompokan ke dalam
reservoir antibiotik
2. Cara turbidimetri pada media cair
Difusi adalah perpindahan posisi molekul secara acak dari suatu tempat ke
tempat lain. Menurut hukum Fick, larutan antibiotik yang berdifusi dalam media
agar akan terjadi gradien konsentrasi dimana dalam interval waktu tertentu akan
dari pecadang lalu masuk ke dalam media agar yang telah diinokulasi dengan
bakteri uji kemudian menghambat pertumbuhan bakteri. Bakteri uji baik bentuk
vegetatif/bentuk sporanya, pada inkubasi setelah fase log, akan membiak sampai
kesuatu tingkat dimana terdapat cukup sel-sel yang akan mengadsorpsi antibiotik
sehingga mencegah difusi selanjutnya dari antibiotik dan terbentuk batas daerah
berbeda-beda dalam jumlah tertentu diletakan pada permukaan cawan yang telah
organisme itu dihambat pertumbuhannya oleh zat tersebut yang merembes dari
piringan kedalam agar. Dalam teknik ini harus diketahui jumlah zat mikrobial
yang terkandung dalam piringan kertas, begitu pula medium ujinya, jumlah
suspensi bakteri pada cawan petri steril, dibiarkan memadat. Setelah agar
selama 18-24 jam pada suhu 37 C. Aktivitas antibakteri dapat dilihat dari
1988).
3. Teknik silinder Enam silinder tahan karat dijatuhkan diketinggian 12 mm
kepermukaan inokulum pada cawan petri. Jarak antara titik tengah silinder
dengan silinder lainnya kurang lebih 28-30 mm. Silinder diisi dengan larutan
pembandingdan sediaan uji sedemikian rupa sehingga letak silinder yang berisi
Tetrasiklin
Spektrum Antimikroba
Tetrasiklin memperlihatkan spectrum antibakteri luas yang meliputi
kuman gram positif seperti: B. antrachis, Clostridium tetani, dan Listeria
monocytogenes (sebagai pengganti penisilin), serta kuman gram negatif seperti:
Brucella, Vibrio cholerae, Bordetella pertusis, Acinetobacter, dan
Fusobacterium. Selain itu tetrasiklin juga aktif terhadap spiroket, mikoplasma,
riketsia, klamidia, legionela, dan protozoa tertentu.
Efek Samping
Golongan tetrasiklin menyebabkan pelbagai tingkat gangguan saluran
pencernaan (mual, muntah, diare), ruam kulit, lecet pada selaput lender, dan
demam pada benyak penderita, terutama pada pemberian yang lama dan dosis
tinggi. Tetrasiklin diendapkan pada jaringan tulang dan gigi, terutama pada janin
dan selama 6 tahun pertama kehidupan. Perubahan warna dan fluoresensi gigi
terjadi pada bayi baru lahir bila tetrasiklin digunakan oleh wanita hamil dalam
waktu lama. Pada kehamilan, kerusakan hati dapat terjadi. Tetrasiklin yang
kadaluwarsa dapat mengakibatkan kerusakan ginjal (Jawetz et. al., 1996).
Resistensi
Beberapa spesies kuman , antara lain: E. coli , banyak strain dari S.
aureu, Pseudomonas aeruginosa, Shigella, N. gonorrhoeae, dan Bacteroides
memiliki resistensi terhadap tetrasiklin.
Meskipun demikian, tetrasiklin masih dapat digunakan untuk pengobatan
terhadap infeksi S. aureus dan kelompok Enterokokus, namun hanya sebagai
obat sekunder.
Staphylococcus aureus
Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang hidup di
permukaan tubuh individu sehat tanpa membahayakan, terutama sekitar hidung,
mulut, alat kelamin, dan rektum. Tetapi ketika kulit kita mengalami luka atau
tusukan, bakteri ini akan masuk melalui luka dan menyebabkan infeksi. Bakteri
ini sering menyebabkan penyakit permukaan kulit minor, termasuk terbentuknya
nanah, bisul pada folikel rambut. Bakteri Staphylococcus aureus dapat
menyebabkan bisul, impetigo, toxic shock syndrome, folliculities, dan infeksi
lainnya. Farmakokinetik dari levofloxacin yang terdapat pada serum dan lepuhan
cairan kulit (Skin Blister Fluid). Staphylococcus aureus merupakan coccus gram
positif, berbentuk anggur apabila diamati melalui mikroskop. Biasanya
membentuk koloni bulat berwarna kekuningan apabila dikembangbiakan pada
nutrient agar di dalam cawan Petri(Todar, 2007).
Staphylococcus aureus biasa hidup pada kulit, saluran pernafasan, dan
saluran pencernaan. Bakteri ini dapat menyebabkan jerawat dan jika terdapat di
bawah kulit, dapat menyebabkan abses. Di rumah sakit, keresistenan
Staphylococcus aureus terhadap antibiotik adalah masalah besar. Beberapa genus
Staphylococcus aureus mensekresi racun dan dapat menyebabkan kematian.
(Todar, 2007).
Cara Kerja:
BAB IV
0,192 g x 1
=0,150 g
S1 = 1,25 /ml
0,24 g x 1
=0,192 g
S2 = 1,25 /ml
S3 = 0,24 g/ml
0,24 g x 1,25
=0,300 g
S4 = 1 /ml
0,30 g x 1,25
=0,375 g
S5 = 1 /ml
Pengenceran :
V1.N1=V2.N2
S1 V1. 10 g/ml = 25 ml . 0,150 g/ml
V1 = 0,375 ml . 1000
= 375 l
2. Tabel pengamatan
Waktu inkubasi : 16.00 WIB
Dosis Diameter Rata-rata Rata-rata koreksi
Daerah (mm) (mm)
Hambat (mm)
Cawan I
S1 8,75 8,58 1,01 11,13
7,50
9,50
S31 7,50 8,0 0,66
8,75
7,75
S2 16,50 12,503,63 15,55
12,50
9,25
S32 12,25 7,505,65
9,0
1,25
S4 13,20 12,881,60 10,66
11,15
14,30
S34 14,11 12,771,50
11,15
13,05
S5 14,00 14,752,46 10,72
17,50
12,75
S35 11,50 14,583,41
18,25
14,00
Su 10,125 11,200,93 11,85
11,75
11,75
S3u 8,50 9,91,22
10,75
10,45
kurva hubungan antara log dosis (x) dengan koreksi DDH (y)
20
15
f(x) = - 0.57x10+ 13.44
koreksi DDH
R = 0.18
5
0
0510
log dosis
a = 13,435
b = 0,571
r = 0,1761
y = bx + a
Y uji = DDH koreksi uji = 11,85
Y = 0,571x + 13,435
11,8513,435
=2,78
X= 0,571
0,0017
x 100
= 0,24
= 0,71%
B. Pembahasan
RIZKA SUKMASARI
2014210185
Pada percobaan praktikum ini, diperoleh hasil dari lempeng media dengan metode
turbidimetri yang tidak seragam pada daerah/zona yang terdapat larutan antibiotik dapat
disebabkan oleh kesalahan pada saat peletakkan silinder diatas lempeng media yang
tidak tepat (kurang melekat sempurna) sehingga setelah di inkubasi selama 24 jam, zona
yang berada di dalam silinder terkontaminasi oleh bakteri yang terdapat diluar silinder,
hal tersebut tampak adanya kekurahan pada lingkaran setelah silinder diangkat dan
dikeluarkan dengan pinset.
BAB V
A. Kesimpulan
RIZKA SUKMASARI
2014210185
RIKA DAMAYANTI
2014210181
PUTRI RASDIANTI
2014210171
B. Saran
RIZKA SUKMASARI
2014210185
Pada saat melakukan pekerjaan, praktikan harus lebih berhati-hati dalam bekerja
dan melaksanakan pekerjaan secara aseptik serta memperhatikan ketelitian saat
melakukan pengukuran kuantitatif yang dapat mempengaruhi hasil percobaan.
RIKA DAMAYANTI
2014210181
PUTRI RASDIANTI
2014210171
Percobaan ini dapat dilakukan juga untuk menetapkan potensi antibiotik lainnya
yang tertera di Farmakope Indonesia Edisi ke V.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI.2014.Farmakope Indonesia. Edisi V. DEPKES RI: Jakarta.
Ganiswarna, S. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Penerbit UI : Jakarta.
Jawetz, Melnick, and Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. EGC :
Jakarta.
Pelczar, M.J. Jr and Chan, E.C.S. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi.Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press) : Jakarta.
Tanu, Ian. 1995. Farmakologi dan terapi .Edisi keempat (dengan perbaikan). Bagian
farmakologi FKUI : Jakarta.
LAMPIRAN
DOSIS S1 DOSIS S2
DOSIS S4 DOSIS S5
DOSIS S UJI