Anda di halaman 1dari 46

OBAT YANG BEKERJA

PADA SISTEM SARAF


OTONOM (SSO)
Farmakologi-Toksikologi 1
Pertemuan ke-9 (Materi ke-1 setelah UTS)
Apt. Ismi Puspitasari, M.Farm.
Sistem saraf

Sistem saraf Sistem saraf


pusat perifer/tepi

Sistem saraf Sistem saraf


Medulla
Otak somatik otonom
spinalis
(sadar) (tidak sadar)

Saraf eferen Saraf aferen


(motorik) (sensori)

PENDAHULUAN Sistem saraf


simpatik
(adrenergik)
Sistem saraf
parasimpatik
(kolinergik)
CARA KERJA:

Keduanya selalu
berlawanan
(antagonis)
OBAT-OBAT OTONOM

Adalah abat yang dapat mempengaruhi penerusan


impuls dalam sistem saraf otonom dengan
jalan :mengganggu sintesa, penimbunan,
pembebasan or penguraian neurotransmiter, atau
mempengaruhi kerjanya atas reseptor khusus.
EFEK PERANGSANGAN SISTEM SARAF
OTONOM

Stimulasi saraf Bila saraf kolinergik


adrenergik dirangsang, maka
menimbulkan reaksi akan timbul efek
yg perlu guna dengan tujuan
meningkatkan menghemat
penggunaan zat-zat penggunaan zat-zat
oleh tubuh. Terjadi & mengumpulkan
dalam keadaan aktif energi. Terjadi bila
dan memerlukan tubuh dalam
Menurut khasiatnya, obat-obat otonom dapat
digolongkan menjadi :

Zat yg bekerja pd saraf Zat yang bekerja pd Zat perintang


simpatis saraf parasimpatis ganglion
• Simpatomimetika • Parasimpatomimeti • Merintangi
(adrenergika) ka (Kolinergika) penerusan impuls
• Simpatolitika (anti • Parasimpatolitika dalam sel-sel
adrenergik/adrenolitika) (antikolinergik) ganglion simpatik
dan parasimpatik
Agonis Adrenergik
(Simpatomimetika)
Obat-obat otonom #1
TEMPAT KERJA OBAT ADRENERGIK
Terletak pada neuron adrenergik dan reseptor adrenergik yang
berada pada neuron presinaptik atau pasca sinaptik
Neuron adrenergik melepaskan
neurotransmiter berupa
norepinefrin

Sintesis dan pelepasan


norepinefrin dari neuron
adrenergik
SIMPATOMIMETIKA
Menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi saraf simpatis

Mempengaruhi reseptor adrenergik (adrenoreptor) yang dipacu oleh norepinefrin


(noradrenergik) atau epinefrin (adrenergik)  neurotransmiter yang dilepas oleh
neuron adrenergik

Berdasarkan sifat farmakologinya, adrenoreseptor dibagi menjadi 2 kelas: reseptor


alfa (α) dan beta (β)

Reseptor alfa (α) terdiri dari α1 dan α2, begitupun dengan reseptor beta (β) terdiri
dari β1 dan β2
Reseptor Reseptor
α Respon lemah β Respon kuat
terhadap terhadap
isoproterenol, isoproterenol,
tetapi peka tetapi lemah
terhadap epinefrin terhadap epinefrin
dan norepinefrin dan norepinefrin

Urutan potensi Urutan potensi


pada reseptor α: pada reseptor β:
Epinefrin ≥ Isoproterenol >
norepinefrin > epinefrin >
isoproterenol norepinefrin
EFEK FISIOLOGI MASING-MASING
RESEPTOR
Reseptor α1 Reseptor α2
01 Vasokonstriksi dari otot polos 02 Menghambat pelepasan NA pada
dan menstimulasi sel-sel saraf adrenergis dengan turunnya
kelenjar dengan tekanan darah. Pelepasan Ach
bertambahnya sekresi liur dalam usus pun terhambat
dan keringat. sehingga a.l. menurunnya
peristaltik.

03 Reseptor β1 04 Reseptor β2
Memperkuat daya dan Bronkodilatasi dan stimulasi
frekuensi kontraksi jantung metabolisme glikogen dan
(efek inotrop dan kronotrop) lemak.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, agonis
adrenergik digolongkan menjadi:
Agonis Agonis
adrenergik adrenergik
bekerja bekerja tidak
langsung langsung

Agonis
adrenergik
bekerja ganda
1. Agonis adrenergik bekerja langsung

 Mekanisme kerja: terikat langsung pada reseptor


adrenergik (reseptor α maupun β) tanpa berinteraksi
dengan neuron presinaptik  menimbulkan efek mirip
pacuan saraf simpatis atau pelepasan hormon epinefrin
dari medula adrenalis
 Contohobat: epinefrin, norepinefrin, isoproterenol,
dopamin, dobutamin, fenilefrin, metoksamin, klonidin,
metaproterenol, terbutalin dan albuterol.
2. Agonis adrenergik bekerja tidak langsung

 Mekanisme kerja: berinteraksi dengan neuron presinaptik


dan menyebabkan pelepasan norepinefrin dari simpanannya
dalam sitoplasma atau vesikel neuron adrenergik  Begitu
ada pacu neuronal, maka norepinefrin masuk dan melintasi
sinaps lalu terikat pada reseptor α atau β
 Contoh obat: Amfetamin dan Tiramin
 Obat-obat ini memperkuat efek norepinefrin endogen,
tetapi tidak langsung mempengaruhi reseptor pasca
sinaptik.
3. Agonis adrenergik bekerja ganda

 Mekanisme kerja: memacu pelepasan


norepinefrin dari ujung presinaptik dan juga
mengaktifkan adrenoreseptor pada membran
pasca sinaptik.
 Contoh obat: Efedrin dan Metaraminol
Sifat Agonis Adrenergik, berdasarkan
strukturnya:
• Potensi kuat mengaktifkan reseptor α
atau β
Katekolamin • Cepat menjadi tidak aktif (durasi obat
singkat)
• Penetrasi ke dalam SSP buruk

Non- • Durasi obat lebih lama


katekolamin • Dapat berpenetrasi ke SSP
TARGET KERJA DAN CONTOH OBAT
Antagonis Adrenergik
(Simpatolitika)
Obat-obat otonom #1
ANTAGONIS ADRENERGIK
■ Disebut pula bloker atau penyekat adrenergik
■ Bekerja mengikat adrenoreseptor tetapi tidak menimbulkan efek
intraseluler yang diperantarai reseptor seperti lazimnya.
■ Obat-obat golongan ini bekerja secara reversibel atau ireversibel
yang melekat pada reseptor, sehingga mencegah aktivasi reseptor
oleh katekolamin endogen.
■ Berdasarkan afinitas relatifnya terhadap reseptor α atau β pada
sistem saraf tepi, antagonis adrenergik dibedakan menjadi:
Penyekat α (α –bloker)
Penyekat β (β-bloker)
Obat-obat yang mempengaruhi pelepasan atau ambilan
kembali neurotransmiter
Penyekat α (α –bloker)
■ Mekanisme kerja: Menghambat reseptor α 
mengurangi tonus simpatetik pada pembuluh darah
 tahanan vaskular tepi menurun  menurunnya
denyut jantung  menurunnya tekanan darah 
memacu refleks takikardia
■ Contoh obat: Fenoksibenzamin, fentolamin, prazosin,
terazosin, dan doksazosin
Penyekat β (β–bloker)
■ Semua obat penyekat β yang digunakan dalam klinik
bersifat antagonis kompetitif
■ Penyekat β non-selektif  bekerja pada reseptor β1
dan β2.
■ Contoh penyekat β non-selektif : Propanolol, Timolol
dan Nadolol
■ Penyekat β selektif  bekerja pada reseptor β1
■ Contoh penyekat β selektif : Asebutolol, Atenolol,
Metoprolol dan Esmolol
Penyekat α dan β
■ Merupakan golongan obat yang dapat menyekat reseptor β
secara reversibel diikuti penyekatan terhadap reseptor α1 
menyebabkan vasodilatasi tepi, sehingga menurunkan tekanan
darah.
■ Contoh obat : Labetalol
■ Berguna untuk: terapi hipertensi untuk pasien lansia atau
pasien berkulit hitam dengan peningkatan resistensi vaskular
tepi (pasien berkulit hitam yang tidak bisa dikendalikan
dengan β-bloker).
■ Labetalol juga digunakan sebagai alternatif terhadap
Hidralazin untuk pengobatan hipertensi akibat kehamilan
Penyekat β (β–bloker)
Obat-obat yang mempengaruhi pelepasan
atau ambilan kembali neurotransmiter
■ Bekerja pada neuron adrenergik dengan mengganggu pelepasan
atau mencegah ambilan kembali neurotransmiter ke dalam
saraf adrenergik.
■ Neurotransmiter tersebut berupa: Norepinefrin
■ Contoh obat: Reserpin, Guanetidin dan Kokain
Agonis Kolinergik
(Parasimpatomimetika
)Obat-obat otonom #1
PARASIMPATOMIMETIKA
Menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi saraf parasimpatis

Mempengaruhi reseptor kolinergik (kolinoseptor) yang dipacu oleh asetilkolin


neurotransmiter yang dilepas oleh neuron kolinergik

Berdasarkan sifat farmakologinya, kolinoseptor dibagi menjadi 2 kelas: reseptor


muskarinik dan nikotinik

Reseptor muskarinik terdiri dari M1, M2, M3, M4 dan M5


Neuron kolinergik melepaskan
neurotransmiter berupa
asetilkolin

Sintesis dan pelepasan


asetilkolin dari neuron
kolinergik
Reseptor Muskarinik:

Reseptor Nikotinik:
1. Agonis kolinergik bekerja langsung
 Mekanisme kerja: meniru efek asetilkolin dengan cara
berikatan langsung pada kolinoreseptor
 Memiliki durasi kerja lebih lama dibandingkan asetilkolin
 Contoh: Asetilkolin, Betanekol, Karbakol, dan Pilokarpin
 Betanekol dan Karbakol  merupakan senyawa ester sintetik
kolin
 Pilokarpin  Alkaloid alam
 Pilokarpindan Betanekol lebih mudah terikat pada reseptor
muskarinik (obat muskarinik)
2. Antikolinesterase (Reversibel)

 Asetilkolinesterase : Enzim
yang khusus memecah
asetilkolin menjadi asetat
dan kolin.
 Enzim ini melekat pada
membran ujung saraf pre
dan pasca sinaptik.
2. Antikolinesterase (Reversibel)

 Antikolinesterasesecara tidak langsung bekerja sebagai


kolinergik  dengan memperpanjang keberadaan asetilkolin
endogen yang dilepas oleh ujung saraf kolinergik  memicu
penumpukan asetilkolin dalam ruangan sinaptik
 Contohobat: Fisostigmin, Neostigmin, Piridostigmin, dan
Edrofonium
 Digunakan untuk terapi penyakit autoimun: miastenia gravis
3. Antikolinesterase (Irreversibel)

 Bersifatirreversibel  karena mempunyai kapasitas untuk


melekat secara kovalen pada asetilkolinesterase 
memperpanjang efek asetilkolin pada semua tempat
pelepasannya.
 Kebanyakan obat golongan ini sangat toksik dan merupakan
senyawa organofosfat sintetik  dikembangkan hanya
untuk keperluan militer sebagai racun saraf
 Contoh
obat: Isoflurofat (dalam bentuk salep mata/topikal
 untuk terapi glaukoma sudut terbuka)
DAERAH KERJA DAN CONTOH OBAT
Antagonis Kolinergik
(Parasimpatolitika)
Obat-obat otonom #1
ANTAGONIS KOLINERGIK
■ Disebut juga obat penyekat kolinergik atau antikolinergik
■ Bekerja mengikat kolinoseptor tetapi tidak menimbulkan efek
intraseluler yang diperantarai reseptor seperti lazimnya.
■ Antagonis kolinergik mengganggu efek persarafan parasimpatis
dan meningkatkan efek persarafan simpatis.
■ Golongan obat ini dibedakan menjadi 3, yaitu:

Obat antimuskarinik
Penyekat ganglionik

Penyekat neuromuskular
1. Obat Antimuskarinik

■ Mekanisme kerja: menyekat reseptor muskarinik pada


saraf parasimpatis secara selektif  dengan cara
mencegah asetilkolin terikat pada tempatnya di
reseptor muskarinik  menyebabkan hambatan semua
fungsi muskarinik (cat penting: obat ini tidak menyekat
reseptor nikotinik).
■ Contoh obat: Atropin, Skopolamin dan Ipatropium
■ Atropin dan Skopolamin  merupakan alkaloid beladona
2. Penyekat ganglionik

■ Golongan obat ini secara spesifik bekerja terhadap


reseptor nikotinik dengan menyekat kanal ion ganglia
otonom.
■ Lebih sering digunakan sebagai alat dalam eksperimen
farmakologi.
■ Contoh obat: Nikotin, Trimetafan, dan Mekamilamin
3. Penyekat Neuromuskular
■ Berfungsi untuk mengganggu transmisi impuls eferen yang
menuju otot rangka
■ Strukturnya analog dengan asetilkolin dan bekerja baik sebagai
antagonis (Tipe nondepolarisasi) maupun agonis (tipe
depolarisasi) terhadap reseptor yang terdapat cekungan
sambungan neuromuskular
■ Bermanfaat klinik selama operasi guna melemaskan otot secara
sempurna tanpa memperbanyak obat anestesi yang sebanding
dalam melemaskan otot.
■ Contoh senyawa penyekat nondepolarisasi (kompetitif)  Kurare
■ Contoh obat depolarisasi  Suksinilkolin
DAERAH KERJA DAN CONTOH OBAT
Thank you

Anda mungkin juga menyukai