Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

PERCOBAAN 8
ANALISIS EFEK OBAT ANTI INFLAMASI PADA HEWAN UJI

Disusun Oleh :

Hari Tanggal Praktikum : Rabu 07 juni 2023

Anggie Kusuma Wardana ( 2201004)


Ari mujiono ( 2201005)
Widya Mustika Fatma (2201062)
Tina lestari ( 2201036)

Yulia Triani ( 2201031)

AKADEMI FARMASI CENDIKIA FARMA HUSADA


BANDAR LAMPUNG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Inflamasi adalah suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan


yangdisebabkan oleh trauma fisik ,zat kimia yang merusak, atau zat mikrobiologik.Gejala
klinikinflamasi antara lain terjadi rubor (kemerahan),calor (peningkatan suhu
tubuh),tumor (adabenjolan),dolor (terjadi rasa sakit), dan hilangnya fungsi tubuh.
Obat-obat golonganantiinflamasi dibagi menjadi dua golongan yaitu :
kortikosteroid, dan nonkortikosteroid.Obat-obat ini bekerja dengan cara menghambat
metabolisme asam arakidonat.Asam arakidonat merupakan substrat untuk enzim-
enzim siklooksigenase danlipooksigenase. Siklooksigenase mensintesis prostaglandin
G2 dan prostaglandin H2 yangkemudian akan membentuk
prostasiklin,tromboksan,dan prostaglandin yang lebih stabil.Enzim Lipooksigenase
diubah menjadi asam –asam mono dan dihidroksi (HETE) yangmerupakan
prekusor dari leuktotrien (Katzung,2014).Obat-obat golongan nonkortikosteroid atau
yang disebut NSAID. Sebagian besarNSAID menghambat COX 1 dan COX 2 untuk
mencegah produksi prostaglandin. Obatgolongan NSAID dibedakan menjadi dua yaitu
Non-selective COX inhibitors dan SelectiveCOX-2 Inhibitors. Obat-obat yang termasuk
ke dalam Non-selective COX inhibitor antaralaindiclofenac,indomethasin,piroxicam,dan
maloxicam. Sedangkan, obat-obat yangtermasuk dalam golongan selective COX-2
inhibitors adalah celecoxib dan rofecoxib. Selainitu, golongan obat yang termasuk
ke dalam kortikostreroid adalah prednisolone,dexamethasone,dan rimexolone
(Katzung,2014).Pada praktikum kali ini akan menguji efek antiinflamasi berbagai macam
obat darigolongan kortikosteroid dan nonkortikosteroid berdasarkan volume udem
tikus yangdiinduksi dengan karagenan.

1.2 TUJUAN PERCOBAAN


Setelah menyelesaikan percobaan ini mahasiswa dapat mengevaluasi aktivitas
antiinflamasi obat .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DASAR TEORI


Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yangdisebabkan oleh
trauma fisik, zat kimia yang merusak, dan zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha untuk
menginaktivasi atau merusak mikroorganisme yang menyerang,menghilangkan zat iritan, dan
mengatur derajat perbaikan jaringan. Jika penyembuhan lengkap, proses peradangan biasanya
reda. Inflamasi dicetus oleh pelepasan mediator kimiawi, (seperti prostaglandin, histamin dan
leukotrien) dan migrasi sel (yang dicetus oleh sitokin pro-inflamasi) (Mycek et al. 1997). Proses
inflamasi dikenal dengan lima tanda utama: panas (color), kemerahan (rubor), sakit (dolor),
bengkak (tumor), dan kehilangan fungsi (loss of function) Berdasarkan lama terjadinya,
inflamasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: inflamasi akut dan inflamasi kronis. Inflamasi
akut adalah reaksi pertahanan paling awal dari jaringan tubuh terhadap agen perusak, dan
berkahir setelah beberapa jam atau hari. Penyebab inflamasi akut diantaranya adalah mikroba,
reaksi hipersensitifitas, zat kimia, trauma fisik dan kerusakan jaringan. Sel-sel imun yang
berperan dalam reaksi ini diantaranya adalah neutrofil, eosinofil dan mastosit (Shell 1987).
Sedangkan inflamasi kronis adalah reaksi inflamasi tubuh yang terjadi dalam jangka waktu yang
lebih lama. Inflamasi kronis melibatkan banyak jenis sel imunitas, seperti sel fagosit
mononuklear serta sel T limfosit Prostgalandin adalah mediator kimia utama yang terlibat dalam
proses inflamasi, disamping mediator kimia lainnya, dan menjadi target kerja obat-obat
antiinflamasi. Asam arakidonat adalah prekursor utama prostaglanding. Asam arakidonat
dilepaskan dari jaringan fosfolipid oleh kerja phospholipase A2 dan asil hidrolase lainnya.
Selanjutnya, dibiosintesis lagi dengan bantuan siklooksigenase (COX) menjadi eikosanoid.
Terdapat dua isomer utama dari COX yang berperan dalam biosintesis prostaglandin, COX1 dan
COX2. COX1 bersifat ada dimana-mana, sedangkan yang kedua diinduksi dalam respon
terhadap rangsangan inflamasi. Prostaglandin dan metabolitnya yang dihasilkan secara endogen
dalam jaringan bekerja sebagai tanda lokal yang menyesuaikan respons tipe sel spesifik Secara in
vivo model hewan inflamasi digunakan dalam penentuan aktivitas senyawa atau bahan obat
sebagai antiinflamasi. Model hewan inflamasi dapat diperoleh dengan cara penyuntikan secara
intraplantar hewan uji (tikus atau mencit) dengan penginduksi seperti: karagenan, antigen asing
dan asam arakidonat, yang dapat mencetus proses inflamasi (ditandai dengan pembengkakan
pada telapak kaki hewan inflamasi) Bahan penginduksi inflamasi ini mencetus mekanisme
inflamasi yang kompleks, melibatkan banyak mekanisme, meliputi pelepasan mediator-mediator
biokimia, seperti: prostaglandin, histamin, bradikini, sitokin pro inflamasi, serta peningkatan
migrasi sel-sel leukosit ke tempat terjadnya inflamasi. Selanjutnya model hewan inflamasi, diberi
perlakuan dengan sediaan uji atau senyawa obat dengan dosis yang telah ditentukan. Aktivitas
antiinflamasi dapat ditentukan dengan cara mengukur bengkak pada telapak kaki hewan uji
dalam interval waktu tertentu, dengan menggunakan alat pletismometer. Berkurangnya bengkak
pada telapak kaki hewan uji menandakan adanya aktivitas antiinflamasi. Berdasarkan mekanisme
kerjanya, secara umum antiinflamasi dapat dibedakan menjadi dua golongan obat, yaitu
antiinflamasi non-steroid (AINS) dan antiinflamasi steroid.
1. Antiinflamasi Non-Steroid (AINS)
Golongan obat ini bekerja dengan cara menghambat (inhibisi) enzim siklooksigenase yang
bertanggung jawab dalam biosistesis prostaglandin, namun tidak bekerja pada penghambatan
enzim lipoksigenase. Enzim siklooksigenase mempunyai beberapa isomer, seperti COX1, COX2
dan COX3, berdasarkan ini pula golongan obat antiinflamasi non- steroid dapat dibedakan
menjadi AINS selektif dan AINS tidak selektif. AINS selektif bekerja dengan menghambat satu
isomer COX, seperti COX2, contoh obat ini adalah celecoxib. Sedangkan AINS tidak selektif
bekerja dengan menghambat semua isomer COX, contoh golongan obat ini adalah aspirin (obat
prototipe), indometasin, diklofenak
2. Antiinflamasi Steroid
Golongan obat ini bekerja dengan cara menghambat enzim phospholipase A2, yang bertanggung
jawab dalam pelepasan asam arakidonat (prekursor prostaglandin) dari membran sel. Contoh dari
golongan obat ini adalah: dexametason, prednison.
BAB III
METEDEOLOGI PERCOBAAN

3.1 ALAT DAN BAHAN


1. Batang pengaduk
2. Beaker
3. Gelas ukur
6. Spuit 1 ml
7. Spuit oral
8. Stop watch
9. Timbangan berat badan
Bahan yang digunakan
1. Larutan karagenan 1% dalam aquadest (dibuat sehari sebelum percobaan)
2. CMC Na
3. Suspensi obat deksametason 0,0015% dosis 0,045 mg/kgBB
4. Suspensi obat natrium diklofenak 100 mg/kgBB dilarutkan dalam CMC 1%

3.2 CARA KERJA


1. Hewan Uji dipuasakan (tetap diberi air minum) sejak ± 18 jam sebelum percobaan
2. Hewan uji ditimbang, lalu diberikan tanda pada sendi kaki belakang sebelah kiri untuk setiap
hewan uji
3. Volume kaki hewan uji diukur dengan cara mencelupkan kaki yang telah ditandai sampai
batas tanda yang telah diberikan ke alat pletismometer, lalu dilihat tinggi cairan pada alat (jika
menggunakan pletismometer manual) atau nilai yang tertera di layar (jika menggunakan
pletismometer digital). Nilai ini dinyatakan sebagai volume awal (VO).
4. Hewan Uji diberikan suspensi obat deksametason 0,0015% dosis 0,045 mg/kgBB, suspensi
obat obat natrium diklofenak 100 mg/kgBB dan suspensi CMC Na untuk tikus kontrol secara
oral.
5. Pada menit ke-30 setelah pemberian obat, disuntikkan larutan karagenan 1% dengan volume
0,05 ml ke telapak kaki belakang kiri setiap hewan uji
6. 30 menit kemudian, volume kaki yang telah disuntik karagenan diukur dandicatat. Pengukuran
dilakukan selama 120 menit dengan interval 30 menit sekali.
7. Catat hasil pengamatan dalam tabel, lalu untuk setiap hewan uji, hitung persentase radang dan
persentase inhibisi radang yang terjadi untuk setiap titik waktu (30 menit, 60 menit, 90 menit dan
seterusnya) dengan menggunakan rumus:
8. Berdasarkan data yang diperoleh, gambarkanlah grafik persentase radang dan persentase
inhibisi radang yang tergantung pada waktu .
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENGAMATAN


• Perhitungan dosis
BB mencit

Mencit 1 bb 25
Mencit 2 bb 24
Mencit 3 bb 22

1. Menct 1 CMC na 0,5 % Va0 = 0,5 ml \ 20 g Bb


BB 25 g
0,5 ml /20 g = xml / 25 g g
= 0,5 ml x 25 g / 20 g = 0,625 ml

2. Mencit 2 Natrium diclofenac 100 mg\ 70 kg Bb manusia


100 mg x 0,0026
=0,26 mg
Dosis
0,26 mg / 20 g = xml/ 24
= 0,26 mg x 24 g / 20 g = 0,312 mg
Volume
0,5 ml / 20 g = xml/ 24 g
= 0,5 ml x 24 g / 20 g = 0,6 ml

3. Mencit 3 Dexametasone 0,5 mg\70 kg Bb Manusia


0,5 mg x 0,0026
= 0,0013
Dosis
0,0013 mg / 20 g= xml/ 22 g
=0,0013 mg x 22 g / 20 g= 0,00143 ml
Volume
0,5 mg / 20 g = xml/22 g
=0,5 ml x22 g / 20 g = 0,55 ml

Tabel Pengamatan

Kelompok V0 V30 V60 V90 V120


Cmc Na 20,25 26, 88 36,63 32,75 36,88
Natirum diclocfenac 20,00 24,04 25,25 26,63 31,88
Dexametasone 21,38 26,88 29,63 30, 50 33,25

Perhitungan

V 30
Cmc na Natrium diclofenac Dexametasone
% radang (vt-vo) x 100 % % radang (vt-vo ) x 100 % % radang (vt-vo ) x 100 %
Vo Vo Vo
=26,88-20,55 X 100 % =24,04-20,00 X 100 % =26,88-21,38X 100 %
20,55 20,00 21,38
=32, 74 % = 20,2 % = 25,72 %

V 60
Cmc na Natrium diclofenac Dexamethasone
% radang (vt-vo ) x 100 % % radang (vt-vo ) x 100 % % radang (vt-vo ) x 100 %
Vo Vo Vo
=30,68-20,25 X 100 % =25,25 -20,00 X 100 % =29,63 -21,38 X 100 %
20,25 20,00 21,38
= 51,25 % = 26,25 % = 38,69%
V90
Cmc na Natrium diclofenac Dexameasonne
% radang (vt-vo ) x 100 % % radang (vt-vo ) x 100 % % radang (vt-vo ) x 100 %
=32,75-20,25 X 100 % =26,63 -20,00 X 100 % =30,50 -21,38 X 100 %
20,25 20,00 21,38
= 61, 72 % = 33, 15 % = 42,65 %

V120
Cmc na Natrium diclofenac Dexameasonne
% radang (vt-vo ) x 100 % % radang (vt-vo ) x 100 % % radang (vt-vo ) x 100 %
=36,88 -20,25X 100 % =31,88-20,00 X 100 % =33,25-21,38 X 100 %
20,25 20,00 21,38
= 82 , 12 % = 59,4 % = 55,51%

% 𝑰𝑹 = (% 𝑹𝑲𝒐𝒏𝒕𝒓𝒐𝒍 − % 𝑹𝑶𝒃𝒂𝒕) x 100 %


% 𝑹𝑲𝒐𝒏𝒕𝒓𝒐𝒍
V30 ( dexamethasone ) V30 ( natrium diclofenak )
% 𝑰𝑹 = (32, 74 %− 25,72% ) x 100 % % 𝑰𝑹 = (32,74 %− 20,2% ) x 100 %
32, 74 % 32,74 %
= 100 % - 21,44 % = 100 % - 38 ,30%
= 78,56 % = 61,7%

V60 ( dexamethasone ) V60 ( natrium diclofenak )


% 𝑰𝑹 = (51,25 % - 38,69 %) x 100 % % 𝑰𝑹 = (51,25 % -26,25%) x 100 %
51,25% 51,25 %
= 100 % - 24,50% = 100 % - 48,78%
= 75,5% = 51,22 %
V90 ( dexamethasone ) V90 ( natrium diclofenak )
% 𝑰𝑹 = (61,72%-42,65 %) x 100 % % 𝑰𝑹 = (61,72 % -33,15 %) x 100 %
61,72% 61,72 %
= 100 % - 30,89 % = 100 % - 46,28%
= 69,11% = 53,72%

V120 ( dexamethasone ) V 120 ( natrium diclofenak )


% 𝑰𝑹 = (82,12% - 55,51 %) x 100 % % 𝑰𝑹 = (82 ,12 % -59,4 %) x 100 %
82 ,12% 82 ,12 %
= 100 % - 32,40% = 100 % - 27,66%
= 67,6% = 72 ,33 %
4.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini bertujuan mengevaluasi anti inflamasi obat , selain itu untuk
membandingkan efek farmakologi natrium diclofenak dengan dexamethasone sebagai obat anti
inflamasi, Karagenin digunakan sebagai penginduksi. Pembentukan udem oleh karagenan
tidak menyebabkan kerusakan jaringan. Praktikum kali ini menggunakan alat
plestimograf untuk mengindikasikan terjadinya inflamasi pada kaki bawah sebelah kiri
mencit , dengan pengukuran persentase besarnya radang pembengkakan. Hal ini dilakukan
dengan mencit diberikan obat secara setelah 30 menit pemberian karagenan lalu langsung
dicelupkan ke alat plestimograf dan diamati tinggiair raksa sebagai konversi volume kaki mencit
yang tercelup dalam air raksa tersebut. Karagenin berfungsi sebagai inflamator dan disuntikan
secara subplantar pada telapak kaki kanan bawah tikus. Pengamatan setiap 30 menit selama 2
jam dilakukan dengan tujuan mengukur besarnya inflamasi yang terjadi pada kaki mencit Setelah
mengetahui volume udem yang terjadi, dilakukan pembuatan kurva hubungan
anatarwaktu vs volume udem. Dari kurva akan dihitung luas bawah area kurva (AUC). Dengan
adanya nilai AUC dapat dihitung daya antiinflamasi inhibisi masing-masing obat. Daya
antiinflamasi adalah kemampuan bahan uji untuk mengurangi pembengkakan akibat
pemberian karagenin. Semakin besar nilai daya antiinflamasi semakin bagus obat tersebut
dalam bekerja. Dalam percobaan didapat daya antiinflamasi dari tertinggi adalah
dexamethasone 78,56 % , Na –Diklofenak 72 ,33 %
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan daya anti inflamasi obat pada hewan uji persentase inhibisi yang
paling tinggi pada uji menggunakan Dexsamethason dengan pesentase 78,56%.

5.2 SARAN

Praktikan harus lebih teliti dalam melakukan perhitungan pesentase inbisi.


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai