Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

“HAKIKAT IPA DAN RUANG LINGKUP PENGEMBANGAN


PEMBELAJARAN IPA SD”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Pembelajaran IPA SD

Dosen Pengampu : Deny Apriyani Juhri, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 1 Kelas 6A :

1. Adela Intan Rosiyani 2020406405127


2. Juwita Musri’ah 2020406405134
3. Ridho Cahyadi Putra 2020406405135
4. Sifa Apriliya Putri 2020406405173
5. Windi Afriyanti 2020406405116
6. Zellia Dini Meisya 2020406405096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hakikat IPA
dan Ruang Lingkup Pengembangan Pembelajaran IPA SD” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen mata
kuliah Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Deny Apriyani Juhri, M.Pd. yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Pringsewu, 11 Maret 2023

Penyusun,

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................2
D. Manfaat..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat IPA....................................................................................................4
1. IPA Sebagai Proses..................................................................................5
2. IPA Sebagai Produk.................................................................................10
B. Ruang Lingkup Pengembangan Pembelajaran IPA SD.................................11
1. Pengembangan Bahan Ajar......................................................................13
2. Media Pembelajaran.................................................................................20
3. Model Pembelajaran.................................................................................23
4. Penilaian Pembelajaran............................................................................33
5. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran...............................43
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................46
B. Saran...............................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan dilakukan melalui proses berpikir manusia (siswa) tentang diri dan
lingkungannya untuk mendapatkan ilmu melalui proses belajar. Ilmu diartikan
sebagai suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkan gejal-
gejala tertentu dibidang pengetahuan tersebut, salah satu contoh disiplin ilmu adalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan bagian
kehidupan manusia dari sejak manusia itu mengenal diri dan alam sekitarnya. Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis dengan
penerapannya secara umum, terbatas gejala-gejala alam, lahir dan berkembang
melalui metode ilmiah, seperti observasi, eksperimen dan menuntut sikap ilmiah.
Menurut Trianto (2008:62), hakikat IPA meliputi empat unsur utama, yaitu (1) sikap
ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab
akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur
yang benar, (2) proses adalah prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah
(metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau
percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan, (3) produk berupa
fakta, prinsip, teori, dan hukum, (4) aplikasi penerapan metode ilmiah dan konsep
IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat sehingga
menuntut kreativitas dan dorongan untuk selalu melakukan pembaruan dalam
pembelajaran. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Oleh karena itu, guru dituntut mampu mengembangkan
proses pembelajaran dalam setiap mata pelajaran khususnya mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam, guru juga harus mampu berbasis atau mengoperasikan alat yang

1
tersedia di sekolah dan mendorong upaya-upaya kreatif dalam pemanfaatan teknologi
pada proses pembelajaran IPA. Untuk itu setiap satuan pendidikan khususnya
Sekolah Dasar juga harus melakukan inovasi-inovasi kreatif untuk mengembangkan
proses pembelajaran agar pembelajaran bisa menyesuaikan dengan perkembangan
zaman.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis akan menjelaskan tentang Hakikat
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ruang Lingkup Pengembangan Pembelajaran
IPA SD. Hal ini bertujuan agar pembaca khususnya mahasiswa dapat memahami dan
mengetahui secara mendalam tentang Hakikat IPA dan Ruang Lingkup
Pengembangan Pembelajaran IPA SD sebelum menjadi seorang pendidik dan
mengajarkan mata pelajaran IPA kepada siswa di kelas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, adapun rumusan masalah yang
diangkat adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hakikat IPA?
2. Bagaimana ruang lingkup pengembangan pembelajaran IPA SD?

C. Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan hakikat IPA
2. Mendeskripsikan ruang lingkup pengembangan pembelajaran IPA SD

D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan baik
secara teoritis maupun praktis untuk semua pihak.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, makalah ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan
mengenai hakikat IPA dan ruang lingkup pengembangan pembelajaran IPA SD.
2. Manfaat Praktis

2
Makalah ini diharapkan memberikan manfaat yang positif bagi guru dan
mahasiswa yang akan menjadi calon pendidik. Makalah ini dapat memberikan
gambaran bagaimana hakikat IPA dan ruang lingkup pengembangan pembelajaran
IPA SD, karena pembelajaran IPA tidak dapat berlangsung dengan baik apabila
guru tidak memahami hakikat IPA dan pengembangan pembelajarannya di
Sekolah Dasar.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat IPA
Sains dalam hal ini diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam, berasal dari bahasa
Inggris, yaitu science yang berarti pengetahuan. Sedangkan menurut bahasa Latin,
sains berasal dari kata scientia yang berarti ”saya tahu”. Menurut Oxford Dictionary,
definisi sains adalah the intellectual and practical activity encompassing the
systematic study of the structure and behavior of the physical and natural world
through observation and experiment. Pengertian di atas menekankan pada dua kata
utama, yaitu observasi dan eksperimen.
IPA merupakan pengetahuan yang secara rasional dan objektif mempelajari
tentang alam semesta dengan segala isinya (Djumhana, 2009). Mempelajari Ilmu
Pengetahuan Alam dapat diartikan sebagai kegiatan mengamati fenomena-fenomena
alam serta berbagai proses yang terjadi di dalamnya. Namun ternyata hal tersebut
tidak berjalan sesederhana yang kita pikirkan sepenuhnya. IPA berhubungan erat
dengan keteraturan dan sistematika yang terjadi di alam, Berbagai pengetahuan di
dalamnya diperoleh melalui observasi serta berbagai macam eksperimen panjang
yang berkelanjutan dan saling melengkapi satu sama lain.
Para ilmuwan menghasilkan konsep, prinsip, hukum maupun formula dari
serangkaian metode ilmiah yang sistematis. Dalam perkembangannya, penggunaan
metode ilmiah tidak terbatas hanya dalam sains saja, melainkan dalam berbagai
bidang ilmu lainnya. Sikap ilmiah dalam sains menjadi modal utama dalam
menghasilkan pengetahuan-pengetahuan baru yang dapat dipertanggung jawabkan.
Science is both of knowledge and a process (Trowbridge and Sund, 1973:2). Hal
mendasar yang dapat menjadi ciri khas Ilmu Pengetahuan Alam yaitu cakupannya
sebagai proses dan juga produk. Kedua hal tersebut selanjutnya akan kita gali lebih
dalam dalam pada pembahasan selanjutnya.
IPA adalah pengetahuan ilmiah, pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah, dan
diperoleh dengan metode ilmiah. Pengetahuan didapatkan dengan jalan studi dan
praktik. Ilmu yang menghendaki observasi dan klasifikasi fakta-fakta dengan umum,
induksi dan hipotesis IPA dipandang sebagai cara berpikir dalam pencarian tentang

4
rahasia alam, penyelidikan gejala alam dan batang tubuh pengetahuan dari hasil
inkuiri.
Hakikat IPA mencerminkan persoalan yang holistik dalam kehidupan nyata.
Ilmu Pengetahuan Alam dapat dikaji dari beberapa aspek yaitu sebagai bangunan
ilmu (body of knowledge), cara berpikir (a way of thinking), cara penyelidikan (a way
of investigation) dan kaitannya dengan teknologi dan masyarakat.
Ilmu Pengetahuan Alam juga di pandang sebagai proses dan produk. IPA
dikatakan sebagai proses karena didalamnya diperlukan adanya suatu proses atau
cara-cara tertentu yang bersifat analitis, cermat dan lengkap, serta
menghubungkannya dengan gejala alam yang satu dengan yang lain sehingga
membentuk suatu kesimpulan. IPA sebagai meliputi cara memperoleh,
mengembangkan dan mengaplikasikan pengetahuan yang mencakup cara kerja,
berpikir, memecahkan masalah dan bersikap. Sedangkan IPA dikatakan sebagai
produk karena didalamnya memahami gejala-gejala alam yang berupa prinsip,
konsep, hukum, teori dan fakta yang bertujuan untuk menjelaskan berbagai gejala
alam yang terjadi.

1. IPA Sebagai Proses


Barometer keberhasilan dari pengetahuan biasanya dapat terlihat atau terukur
dari berapa banyak produk yang dapat dihasilkan atau seberapa jauh penerapan
ilmu tersebut dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Namun ketika berhadapan
dengan IPA, kita tidak hanya berpatokan pada produk atau penerapannya semata,
melainkan bagaimana proses penggalian ilmu pengetahuan tersebut berlangsung.
Proses yang dimaksud tidak sekadar mengamati fenomena dan kejadian alam,
melainkan bagaimana seseorang dapat berpikir, bertindak dan mengambil
kesimpulan berdasarkan metode ilmiah. Proses sains tersebut diharapkan dapat
menjadi pedoman siswa Sekolah Dasar untuk menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
a. Metode Ilmiah
IPA sebagai proses dapat disamakan dengan IPA sebagai prosedur. Proses
dalam IPA berlangsung dengan tidak mengabaikan sistematika dan keteraturan.

5
Para ilmuwan atau para ahli dalam IPA seringkali menerapkan prosedur atau
metode ilmiah dalam setiap kegiatan mereka. Urutan metode ilmiah tersebut
yaitu:
1) Observasi
Sejalan dengan definisi sains di atas, proses sains dimulai dengan rasa
penasaran atau rasa ingin tahu seseorang mengenai fenomena atau keadaan
tertentu. Rasa ingin tahu inilah yang akan membimbing mereka untuk
melakukan langkah pertama dalam metode ilmiah, yaitu observasi.
Observasi dapat berasal dari pengalaman, berbagai sumber belajar maupun
sejumlah hasil penelitian terdahulu.
Misalkan seseorang membeli tempe dan mengolahnya setengah bagian.
Bagian yang lain ia tutup kembali dan disimpan untuk digoreng keesokan
harinya. Ternyata keesokan harinya tempe tersebut semakin menguarkan
aroma yang khas, warna putih pada tempe semakin menyebar dan adapula
yang berwarna kehitaman.
Seseorang dengan rasa ingin tahu yang tinggi akan berusaha mencari
tahu penyebab dari keadaan tersebut. Observasi ini biasanya dilanjutkan
dengan munculnya pertanyaan ilmiah yang spesifik (tidak terlalu luas) dapat
jawabannya dapat ditemukan melalui percobaan.

2) Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atau gagasan solusi dari masalah
yang ditemukan yang harus dibuktikan melalui percobaan. Perumusan
hipotesis dilakukan setelah seluruh rangkaian observasi telah selesai
dilakukan. Hal tersebut juga mencakup pengkajian referensi serta penelitian
terdahulu terkait topik yang diangkat.

3) Melakukan Percobaan
Sebelum melakukan percobaan kita harus menentukan variabel-variabel
yang terlibat dalam percobaan tersebut. Variabelvariabel tersebut meliputi
variable bebas, terikat dan kontrol. Variabel bebas adalah variabel yang anda
ubah / manipulasi untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variable terikat.

6
Variabel terikat adalah variabel yang responsnya berubah, sebagai hasil
manipulasi variabel bebas, atau disebut juga variabel yang kita amati
perubahannya. Sedangkan variabel kontrol adalah variabel tetap yang tidak
diubah dalam percobaan.
Misalkan anda melakukan percobaan mengenai pengaruh berbagai jenis
merek pupuk terhadap pertumbuhan tanaman. Variabel bebasnya adalah
jenis pupuk, variabel terikatnya adalah pertumbuhan tanaman (ukuran tinggi
tanaman) dan variabel bebasnya adalah jenis tanaman tersebut.

4) Menarik Kesimpulan
Kesimpulan yang dihasilkan harus sesuai dengan hasil percobaan. Oleh
karena itu tidak menutup kemungkinan hasilnya akan bertolak belakang
dengan kesimpulan. Jika hal tersebut terjadi, harus ada penjelasan yang dapat
menjelaskan perbedaan tersebut (mungkin karena adanya variabel lain yang
berpengaruh atau keterbatasan media dan peralatan yang digunakan
percobaan).
Kejujuran seorang peneliti dalam mengakui kekurangan dalam
percobaannya merupakan bagian dari sikap ilmiah yang harus dipupuk sejak
jenjang sekolah dasar. Hal tersebut merupakan proses yang penting untuk
membuat siswa menyadari betapa kompleksnya proses yang harus dilalui
sebelum menghasilkan sebuah ilmu pengetahuan. Dalam penarikan
kesimpulan juga seharusnya memuat saran atau gagasan peneliti yang dapat
bermanfaat untuk mendukung eksperimen selanjutnya.

b. Keterampilan Proses Sains


Rustaman (2017) mengemukakan bahwa proses sains merupakan sejumlah
keterampilan yang harus dimiliki bila seseorang berniat mengembangkan
pengetahuan serta metode tentang sains. Proses sains mencakup berbagai
keterampilan yang digunakan oleh ilmuwan-ilmuwan sejak jaman dahulu untuk
melakukan penyelidikan secara ilmiah.

7
Ada berbagai jenis keterampilan sains yang dikemukakan oleh berbagai ahli
yang jika disimpulkan akan melahirkan berbagai keterampilan proses sains
yang bertujuan untuk dapat mempelajari sains secara menyeluruh. Jenis-
jenisnya, yaitu:
1) Observasi dan Inferensi
Inferensi dapat diperoleh dari beberapa kali observasi. Inferensi akan
memberikan penjelasan dari seluruh hasil observasi yang telah kita lakukan.

2) Pengukuran dan Estimasi


Dalam IPA, pengukuran dapat dilakukan baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan syarat harus menggunakan alat ukur yang tepat.
Estimasi dilakukan untuk mendukung hasil pengukuran. Sebab tidak semua
hal dalam sains memiliki alat ukur dapat dapat diukur dengan hasil yang
akurat.

3) Prediksi dan Hipotesis


Prediksi dan hipotesis memiliki pengertian yang hampir sama. Prediksi
merupakan keterampilan yang penting untuk dimiliki peneliti sebagai modal
awal untuk melakukan penelitian. Prediksi dalam IPA tentulah harus sesuai
dengan hasil observasi dan berbagai pengetahuan yang mendukung agar
dapat akurat untuk meramalkan hal yang belum terjadi. Perbedaannya
dengan hipotesis, hipotesis melibatkan berbagai variabel, berisi penjelasan
dan menawarkan cara pengujian baru yang berbeda dari cara-cara yang telah
ada sebelumnya.

4) Menyajikan Data, Menyimpulkan dan Interpretasi


Hasil observasi menghasilkan berbagai fakta-fakta. Hanya fakta yang
relevan yang dapat digunakan sebagai data. Data-data yang diperolah
kemudian diorganisasikan dengan tujuan agar peneliti dapat dengan mudah
mendefinisikan atau memberi tafsiran data yang diperoleh. Yang dimaksud
dengan interpretasi data adalah memberi makna terhadap data-data yang
telah ditafsirkan tersebut.

8
Data dapat disajikan dalam berbagai bentuk (tabel, diagram, grafik) yang
dapat memudahkan peneliliti untuk menyederhanakan hasil penelitian dalam
rangka penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan adalah salah satu
langkah terpenting dalam pengolahan data dan hal ini tergantung pada
penyajian dan interpretasi data.

5) Identifikasi dan Pengendalian Variabel


Berbagai jenis variabel dalam percobaan telah dibahas sebelumnya.
Untuk memperoleh data yang baik dan tepat sasaran kita kita harus mampu
mengendalikan variabel-variabel yang berhubungan dengan penelitian serta
meminimalisir pengaruh variabel yang tidak berhubungan dan berpotensi
mengacaukan hasil percobaan.

6) Mengajukan Pertanyaan dan Rumusan Masalah


Identifikasi variabel sangat penting untuk menentukan pertanyaan
penelitian. Pertanyaan penelitian dapat dibedakan menjadi dua jenis. Pertama
pertanyaan yang hanya melibatkan satu variabel (misalnya, berapakah
ukuran tinggi tanaman yang ditanam pada pot A) Kedua, pertanyaan yang
melibatkan dua variabel atau melibatkan pengaruh variabel satu terhadap
variabel lainnya (seberapa jauh pengaruh intensitas cahaya terhadap ukuran
tinggi tanaman A?) Penentuan rumusan masalah harus dibuat spesifik dan
mampu dibuktikan dalam percobaan.
Rumusan masalah merupakan salah satu tahap penting yang dapat
memudahkan peneliti dalam merumuskan hipotesis, melakukan percobaan
dan menarik kesimpulan.

7) Merancang dan Melaksanakan Percobaan


Percobaan dapat dilakukan untuk beberapa tujuan, baik untuk
membuktikan kebenaran teori yang telah ada (penelitian sebelumnya)
maupun untuk menguji hipotesis penelitian. Merancang dan melaksanakan
percobaan merupakan akumulasi dari seluruh keterampilan-keterampilan di
atas.

9
Percobaan tidak hanya terbatas dalam lingungan laboratorium, tetapi
dapat dilakukan di berbagai tempat yang memenuhi syarat terpenuhinya
variabel-variabel yang kita inginkan. Guru memiliki peranan yang sangat
penting dalam melatih dan mengembangkan KPS peserta didik baik di dalam
maupun di luar kelas.

2. IPA Sebagai Produk


Kalian telah mempelajari sains sebagai proses yang memuat tentang metode
ilmiah serta Keterampilan Proses Sains (KPS) yang seyogyanya dimiliki oleh guru
dan peserta didik. Kedua hal yang disebutkan di atas salah satunya bertujuan
untuk menghasilkan pengetahuan baru berupa teori, hukum, fakta, prinsip dan
berbagai temuan baru yang kemudian disebut sebagai produk IPA.
a. Teori (menurut KBBI): pendapat yang didasarkan pada penelitian dan
penemuan, didukung oleh data dan argumentasi.
b. Fakta: sifat atau keadaan suatu yang benar ada atau peristiwa yang benar-
benar terjadi
c. Konsep: keterikatan antara berbagai fakta yang saling berhubungan, atau
disebut juga penjelasan tentang karakter, sifat atau ciri yang digunakan
untuk mengelompokkan atau mengorganisasikan sesuatu.
d. Prinsip: hubungan antara berbagai konsep yang ada yang dibangun dari
hasil analisis dan besifat sementara mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan.
e. Prosedur: langkah-langkah sistematis yang harus dilakukan untuk
melakukan suatu proses tertentu.

Pemikiran para ahli dituangkan dalam tulisan-tulisan baik berupa jurnal,


artikel, buku yang kesemuanya merupakan produk IPA. Produk tersebut tidak
akan berhenti begitu saja sebab IPA adalah sebuah ilmu yang harus dipelajari
secara berkelanjutan dan dalam proses senantiasa menghasilkan pemikiran dan
teori-teori yang baru.

10
Kita dapat menarik contoh, misalnya dalam perkembangan teori atom, mulai
dari Dalton hingga Mekanika Kuantum. Keseluruhan tahap perkembangan
tersebut saling melengkapi kekurangan masing-masing dan menjadi dasar
munculnya teori selanjutnya. Oleh karena itu produk IPA tidak boleh stagnan,
melainkan harus terus berkembang seiring perkembangan zaman.

B. Ruang Lingkup Pengembangan Pembelajaran IPA SD


Pada hakikatnya pengembangan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar,
terencana, terarah untuk membuat atau memperbaiki, sehingga menjadi produk yang
semakin bermanfaat untuk meningkatkan kualitas sebagai upaya untuk menciptakan
mutu yang lebih baik. Ruang lingkup pengembangan IPA SD menekankan pada
pengamatan fenomena alam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hakikat pembelajaran IPA secara umum dapat dipahami sebagai ilmu yang lahir
dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, menyusun
hipotesis, penguji hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta
penemuan teori dan konsep. Dapat pula dikatakan bahwa IPA adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang
dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya
terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa
konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal.
Langkah-langkah pengembangan pembelajaran IPA meliputi:
a. Perencanaan
Keberhasilan pembelajaran IPA akan lebih optimal jika guru dalam
merencanakan pembelajaran tersbut mempertimbangkan kondisi dan potensi
peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung lainnya. Kondisi
dan potensi peserta didik tersebut meliputi minat, bakat, kebutuhan, dan
kemampuan peserta didik. Sedangkan, yang dimaksud dengan kemampuan
sumber daya pendukung meliputi kemampuan guru, ketersediaan sarana dan
prasarana pembelajaran, serta kepedulian stakeholders sekolah.

11
Sebelum merancang pembelajaran guru harus mengidentifikasi dahulu
seluruh konsep-konsep IPA yang ada dalam satu KD melalui kegiatan
analisis Standar Kompetensi Lulusan (SKL), KI, dan KD. Konsep-konsep
yang teridentifikasi selanjutnya dipetakan atau dikaitkan dalam satu Tema
atau Topik. Kegiatan berikutnya guru memilih konsep-konsep yang dapat
dipadukan untuk penyajian pembelajaran satu kali tatap muka.
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh dan utuh, sehingga dapat menentukan model yang sesuai
bagaimana konsep-konsep tersebut terintegrasi dalam pembelajaran.
Sehingga memudahkan dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan konsep integrative science dapat
diterapkan mulai dari kegiatan pendahuluan,kegiatan inti, sampai kegiatan
penutup. Pembelajaran IPA dapat dilaksanakan melalui model-model
pembelajaran inovatif, misalnya model pembelajaran inkuiri, siklus belajar
atau pemecahan masalah. Strateginya dapat menggunakan pembelajaran
kooperatif atau pengajaran langsung. Pendekatan dapat menggunakan
keterampilan proses, lingkungan atau STM, metode dapat menggunakan
eksperimen, demonstrasi, ceramah dan lain-lain. Langkah-langkah atau
sintaksnya dimodifikasi sesuai model keterpaduan yang dipilih dan
pendekatan scientific.
c. Penilaian
Dalam pembelajaran, guru harus melakukan penilaian baik dalam proses
pembelajaran maupun sebagai hasil proses pembelajaran. Penilaian proses
dapat dilakukan guru secara langsung dengan menggunakan teknik observasi
baik ketika peserta didik bekerja kelompok, misalnya menyampaikan
gagasan. Penilaian proses juga dapat dilakukan terhadap kinerja, baik berupa
produk fisik yang dihasilkan anak dalam proses atau setelah proses
pembelajaran maupun kinerja melakukan sesuatu berupa keterampilan
motorik. Sedangkan aspek sikap dapat dinilai pada waktu proses

12
pembelajaran. Penilaian sikap dapat dilakukan berkaitan dengan berbagai
objek sikap terhadap guru, dan sikap terhadap proses pembelajaran.
Ruang lingkup pengembangan pembelajaran IPA SD meliputi :
a. Pengembangan Bahan Ajar IPA SD
b. Media Pembelajaran
c. Model Pembelajaran
d. Penilaian Pembelajaran
e. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Berikut ini akan diuraikan satu per satu tentang ruang lingkup
pengembangan pembelajaran IPA SD.

1. Pengembangan Bahan Ajar IPA SD


a. Pengertian
Bahan ajar atau materi pembelajaran instructional material secara garis
besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari
siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
Ditinjau dari pihak guru, bahan ajar itu harus diajarkan atau disampaikan
dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang akan dinilai dengan menggunakan instrument penilaian yang
disusun berdasar indikator pencapaian belajar.
Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan
(fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
Pengetahuan yang termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama objek,
peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, dan nama orang. Misal, penemu
benua Amerika adalah Copernicus Columbus. Pengetahuan yang termasuk
materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian
dari suatu objek. Misal, masa adalah besaran kuantitas suatu benda.
Pengetahuan yang termasuk materi prinsip adalah dalil, rumus, postulat,
teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan “jika…, maka…”,
misalnya jika logam dipanasi maka akan memuai, rumus menghitung massa

13
jenis (ρ) adalah massa dibagi volume. Pengetahuan yang termasuk materi-
materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah
secara sistematis atau beruntun dalam mengejarkan suatu tugas. Misal,
langkah-langkah mengoperasikan peralatan mikroskop atau langkah-langkah
percobaan pengaruh kalor pada benda.

b. Penentuan Cakupan Bahan Ajar


Masalah cakupan atau ruang lingkup kedalaman, dan urutan penyampaian
materi pembelajaran penting diperhatikan. Ketepatan dalam menentukan
cakupan ruang lingkup, dan kedalaman materi pembelajaran akan
menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu sedikit atau terlalu banyak,
terlalu dangkal atau terlalu mendalam.

c. Penentuan Urutan Bahan Ajar


Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan
urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di
antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat
prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya.
Misalnya materi proses pencernaan makanan pada manusia. Siswa akan
mengalami kesulitan mempelajari proses pencernaan makanan pada manusia
jika materi tentang organ-organ penyusun sistem organ pencernaan belum
dipelajari lebih dulu mengenai urutan dan fungsi masing-masing organ.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta
kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu
pendekatan prosedural dan pendekatan hierarkis. Urutan materi pembelajaran
secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan
langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misal, langkah-langkah
menggunakan termometer untuk mengukur suhu tubuh manusia, dan
termometer untuk mengukur suhu benda. Kedua kegiatan tersebut sama-sama
menggunakan termometer tetapi tentunya jenis termometer yang digunakan
berbeda dan cara menggunakannya juga berbeda sesuai karakteristik jenis

14
termometernya. Jikaurutan cara mengoperasikan kedua jenis termometer
tersebut tidak diikuti makahasil pengukurannya tidak tepat dan akan merusak
fungsi termometer yang digunakan.
Urutan materi pembelajaran secara hierarkis (berjenjang) menggambarkan
urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah.
Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk
mempelajari materiberikutnya. Uraian berikut adalah contoh urutan materi
pembelajaran secara hierarkis. Uraian tentang deskripsi hubungan anatra sifat
bahan dengan bahan penyusunnya.
Agar siswa mampu mendeskripsikan hubungan sifat bahan dengan bahan
penyusunnya, siswa terlebih dulu harus melakukan percobaan. Misal,
percobaan untuk menemukan konsep sifat benang plastik (bahan tali plastik)
dan sifat tali plastik, dibandingkan dengan benang katun (bahan) yangterbuat
dari serat katun (bahan penyusun benang katun). Setelah melakukan percobaan,
diharapkan siswa dapat mendeskripsikan hubungan antara sifatbahan dengan
bahan penyusunnya (jika sifat bahan penyusun semakin kuat maka bahan
tersebut juga semakin kuat). Selanjutnya, siswa menerapkan konsep yang
dimilikinya untuk memecahkan masalah yang terkait dengan hubungan
pemilihan bahan dengan kekuatan bahan dalam kehidupan sehari-hari.
Misal, suatu hari Ahmadi diminta untuk mengikat kayu bakar untuk dibawa
pulang dari kebun ke rumah. Di kebun tersebut ditemukan 2 macam talidengan
bahan yang berbeda. Ada tali plastik, dan ada tali dari serpihan batang pisang
yang sudah setengah kering. Tali manakah yang sebaiknya dipilih Ahmadi
untuk mengikat kayunya? Jelaskan, mengapa Ahmadi memilih tali tersebut?
Contoh lain tentang urutan tentang hubungan struktur mata dengan
fungsinya,yang disajikan pada berikut.

Kompetensi Dasar Urutan


1.3 Mendeskripsikan hubungan 1. Struktur mata
struktur panca indera, misal mata dan 2. Fungsi setiap bagian mata
fungsi mata 3. Fungsi mata

15
4. Hubungan kornea dengan
fungsi
5. Cara kerja mata

d. Prinsip-Prinsip Bahan Ajar


Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahanajar
atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materipembelajaran
meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan.
Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya
relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagai contoh, jika kompetensi yang
diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi
pembelajaranyang diajarkan harus berupa fakta atau gubahan hafalan.
Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus
meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa
adalah mendeskripsikan hubungan struktur panca indera dengan fungsinya
yangmeliputi struktur mata (yaitu selaput bening, iris mata, pupil, lensa mata,
ototpemegang lensa, badan bening, retina, bintik kuning, syaraf mata), fungsi
setiapbagian mata, fungsi mata sebagai indera penglihat, dan hubungan antara
bagianmata dengan fungsi mata, maka materi yang diajarkan juga harus
meliput susunanbagian-bagian mata secara berurutan dari luar ke dalam, fungsi
setiap bagianmata, fungsi mata, dan hubungan antara bagian mata dengan
fungsi mata.
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai
dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.  Materi
tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit
akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang
tidak perlu untuk mempelajarinya.

16
e. Langkah-Langkah Pemilihan Bahan Ajar
Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, guru terlebih dahulu perlu
memahami kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan
ajaratau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh
guru disatu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan
materiatau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan bahan ajar
haruslah mengacu ataumerujuk pada standar kompetensi.
Setelah diketahui kriteria pemilihan bahan ajar, sampailah kita pada
langkah-langkah pemilihan bahan ajar. Secara garis besar langkah-langkah
pemilihan bahan ajar meliputi pertama-tama mengidentifikasi aspek-aspek
yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi
acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar. Langkah berikutnya adalah
mengidentifikasi jenisjenis materi bahan ajar. Langkah ketiga memilih bahan
ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang telah teridentifikasi tadi. Terakhir adalah memilih sumber bahan ajar.
Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu
diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena
setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis
materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Setiap aspek
standar kompetensi tersebut memerlukan materi pembelajaran atau bahan
ajar yang berbeda-beda untuk membantu pencapaiannya.
2) Mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran

17
Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi
pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afek
tif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci
dapatdibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur.
Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat,
nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu
benda, dan lain sebagainya.
Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti
isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, te
orema. Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu
secaraurut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur
asin ataucara-cara pembuatan bel listrik. Materi pembelajaran aspek afektif
meliputi:pemberian respon, penerimaan (apresiasi), internalisasi, dan
penilaian. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal,
semi rutin, dan rutin.

3) Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi


dan kompetensi dasar
Pilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi yang
telahditentukan. Perhatikan pula jumlah atau ruang lingkup yang cukup
memadaisehingga mempermudah siswa dalam mencapai standar
kompetensi.
Berpijak dari aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi
yang sesuai dengan aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi
dan kompetensi dasar tersebut. Materi yang akan diajarkan perlu
diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif,
atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi
jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan
kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran
teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut

18
yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk
keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran
memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem
evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya metode mengajarkan materi
fakta atau hapalan adalah dengan menggunakan “jembatan keledai”,
jembatan ingatan” (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan
prosedur adalah demonstrasi. Cara yang paling mudah untuk menentukan
jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan jalan
mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa.
Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran
yang akan diajarkan adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.
Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah
materiyang harus kita ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek
sikap,atau psikomotorik. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan penuntun
untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran:
a) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa
mengingatnama suatu objek, simbol l atau suatu peristiwa? Kalau
jawabannya ya maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah
fakta.
b) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan untuk
menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu,
mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek
sesuaidengan suatu definisi? Kalau jawabannya ya berarti materi
yang harus diajarkan adalah konsep.
c) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa
menjelaskanatau melakukan langkah-langkah atau prosedur secara urut

19
atau membuatsesuatu? Bila ya maka materi yang harus diajarkan adalah
prosedur.  
d) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menentukanhubungan
antara beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antaraberbagai
macam konsep? Bila jawabannya ya, berarti materi pembelajaran yang
harus diajarkan termasuk dalam kategori prinsip.  Apakah kompetensi
dasar yang harus dikuasai siswa berupa memilihberbuat atau tidak
berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak suka, indah tidak
indah? Jika jawabannya Ya, maka materi pembelajaran yang harus
diajarkan berupa aspek afektif, sikap, atau nilai.
e) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa melakukan
perbuatan secara fisik? Jika jawabannya Ya, maka materi pembelajaran
yang harus diajarkan adalah aspek motorik.

2. Media Pembelajaran
Apa yang dimaksud dengan media? Istilah media  berasal dari bahasaLatin
yang merupakan bentuk jamak dari medium . Secara umum, media adalah segala
sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada
penerima informasi.
Media memiliki peran yang sangat penting dalam
pembelajaran.Mengapa? Media merupakan alat bantu guru dalam melaksanakan
pembelajarandan berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan dari guru
kepada siswa. Jika digunakan secara benar, media pembelajaran dapat
memperlancar interkasi guru dan siswa, siswa dan siswa, serta siswa dan sumber
belajar.
Media yang digunakan dalam pembelajaran banyak ragamnya. Secara umum,
media pembelajaran di SD terdiri dari media audio, media visual, dan
media audio-visual. Media audio adalah media pembelajaran yang dapat didengar,
misal radio dan alat musik. Media visual adalah media pembelajaran yang dapat

20
dilihat, misal gambar, grafik, model, dan slide. Media audio-visualadalah media
pembelajaran yang dapat didengar dan dapat dilihat misal video,simulasi
komputer dan film.
Berdasarkan bentuk penyajiannya, media pembelajaran dapat dikelompokkan
menjadi media pembelajaran non-projected yaitu mediapembelajaran yang langsung
dapat digunakan tanpa menggunakan alat proyeksi seperti gambar, charta, foto,
dan peta, dan media pembelajaran  projected yaitumedia pembelajaran yang
memerlukan alat proyeksi seperti film, slide , dan  power point.
Media pembelajaran dapat bersifat alami dan buatan. Media pembelajaranalami
merupakan media pembelajaran yang sesuai dengan benda aslinya di alamseperti hewan,
tumbuhan, danau, dan gunung. Media pembelajaran buatanmerupakan media
pembelajaran hasil modfikasi atau meniru benda aslinya,seperti model alat
pernafasan, model jantung manusia, dan torso. Media-media tersebut dapat
digunakan sesuai kebutuhan dan kemampuan guru serta sekolah.
Penggunaan media pembelajaran dalam mata pelajaran IPA memiliki relevansi
yang sangat tinggi karena memiliki kesesuaian dengan hakikat IPA. IPA
merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang
terorganisasi secara logis sistematis tentang alam sekitar, yang diperoleh
daripengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti pengamatan,
penyelidikan, penyusunan hipotesis yang diikuti dengan pengujian gagasan-
gagasan. IPA sebagai proses lebih menekankan pada perolehan konsep
IPA melalui pengalaman belajar yang lebih nyata, yang melibatkan segala
kemampuan dan potensi yang dimilkinya.
Peranan media pembelajaran IPA sehubungan dengan pendekatan ketrampilan proses,
antara lain: 1) dapat mengaktifkan komunikasi dan interaksiantara guru dan siswa
dan antara siswa dan sesamanya dalam kegiatan belajarmengajar; 2) dapat
merangsang pikiran, perasan, perhatian dan kemauan siswa agar dapat mendorong
kegiatan pembelajaran sehingga pengalaman belajar yang diperoleh akan lebih
bermakna bagi siswa; 3) dapat membangkitkan keinginan dan minat belajar siswa,
sehingga perhatian siswa dapat terpusat pada bahanpelajaran yang diberikan guru;

21
4) meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, sehingga
membuat pelajaran lebih lama diingat; dan 5) memberikan pengalaman nyata yang
dapat menumbuhkan kegiatan mandiri dikalangan siswa.
Berkaitan dengan keterampilan proses, manfaat media pembelajaran IPAbagi
siswa adalah: 1) dapat meningkatkan motivasi belajar, 2) dapat
menyediakanvariasi belajar, 3) dapat memberi gambaran struktur yang
memudahkan belajar, 4)dapat memberikan contoh yang selektif, 5) dapat memberi
contoh yang selektif, 6) dapat merangsang berpikir analisis, dan 7) dapat
memberikan situasi belajar yang menyenangkan tanpa beban atau tekanan.
Manfaat media pembelajaran IPA bagiguru adalah: 1) dapat memberikan
pedoman dalam merumuskan tujuan pembelajaran, 2) dapat memberikan
sistematika belajar, 3) dapat memudahkan kendali pengajaran, 4) dapat membantu
kecermatan dan ketelitian dalam penyajian, 5) dapat membangkitkan rasa percaya
diri dalam mengajar, dan 6) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Media pembelajaran dapat memiliki nilai praktis, yaitu:
a) dapat menampilkan obyek yang terlalu besar, yang tidak mungkin
dibawakedalam kelas, seperti bulan, bumi dan matahari;
b) dapat memperlambat gerakan yang terlalu cepat seperti gerakan
kecambahyang tumbuh, gerak benda jatuh;
c) memungkinkan untuk menampilkan objek yang langka yang sulit
diamati atau yang berbahaya di lingkungan belajar.

Guru IPA hendaknya dapat mempertimbangkan kelayakan suatu alat menjadi


sebuah media pembelajaran Pertimbangan yang dapat dipakai guru IPAuntuk
memilih media pembelajaran yang baik antara lain:

a) kelayakan praktis (keakraban guru dengan jenis media


pembelajaran)meliputi ketersediaan media pembelajaran di lingkungan
belajar setempat,ketersediaan waktu untuk mempersiapkan media,
ketersediaan sarana danfasilitas pendukung dan keluwesan, artinya
mudah dibawa kemana-mana,digunakan kapan saja dan oleh siapa saja;

22
b) kelayakan teknis (relevan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
danmerangsang terjadinya proses belajar); dan
c) kelayakan biaya (biaya yang dikeluarkan seimbang dengan manfaat
yangdiperoleh).

Disamping itu, media pembelajaran IPA SD tidak rumit dalam penyediaandan


penggunaannya. Alat tersebut hendaknya didesain dengan perencanaan yang matang.
Perencanaan itu mencakup beberapa hal antara lain; analisis untungekonomis
secara ekonomis, jumlah dan jenis alat yang akan digunakan,keterampilan yang
diperlukan, gambar atau bagan yang akan dibuat, rancanganatau konstruksi alat,
dan evaluasi alat yang dibuat.

Berikut ini adalah sebuah contoh media pembelajaran IPA SD yang sederhana
berupa pemanfaatan barang bekas. Pembuatan alat praktikum secara sederhana
dapat menggunakan barang bekas. Barang bekas disini dapat berupakaleng susu
atau kaleng biskuit. Dalam suatu rumah tangga pasti banyak memilikibarang
bekas yang tidak terpakai lagi tapi kalau dibuang dapat merusaklingkungan. Kalau
barang tersebut dapat dipergunakan untuk membuat suatu media pembelajaran
maka guru tidak perlu mengeluarkan uang banyak. Dan jugatidak perlu mengajar
hanya dengan metode ceramah saja yang membuat anak menjadi bosan untuk
belajar. Kaleng bekas dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk materi
tekanan udara, sifat air, bunyi dll. Untuk sifat air, misalnya, kaleng bekas dapat
digunakan untuk membuktikan bahwa air menekan ke segala arah. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara membuat 4 lubang dengan jarak sama antar satu lubang
dengan lubang lain di sekeliling sisi kaleng. Contoh lain, untuk tekanan udara
dapat digunakan kaleng bekas yang dilubangi secara vertikal untuk mengetahui
hubungan antara laju air terhadap jarak air yang keluar dari lubang kaleng
dan juga terhadap tinggi permukaan air di dalam kaleng. 
Masih banyak lagi barang bekas selain kaleng yang dapat digunakan untuk
membuat alat praktikum IPA.

23
3. Model Pembelajaran
a. Model Tematik (Integrated Model)
Pembelajaran model tematik merupakan model pembelajaran yang
dianjurkan untuk pembelajaran di pendidikan dasar. Hal ini disebabkan tahapan
perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar,konsep belajar dan
pembelajaran bermakna pada tingkat pendidikan dasarkhususnya SD masih
bersifat konkret dan holistik (menyeluruh). Siswa pendidikan dasar lebih
mudah memahami sesuai berdasarkan seluruh aspek yangdialaminya. Aspek-
aspek tersebut bermuara pada beberapa mata pelajaran disekolah sehingga
pembahasannya memerlukan tema atau topik.
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakantema
untuk mengaitkan dua atau lebih mata pelajaran sehingga dapat
memberikanpengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran
atau gagasanpokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983).
Di sekolah dasar, pembelajaran tematik meliputi mata pelajaran IPA, Bahasa
Indonesia, PKn, IPS, dan matematika.
Pemberian tema pada topik yang dibahas dari dua atau lebih mata pelajaran
diharapkan akan memberikan banyak keuntungan bagi guru dan siswa.
Keuntungan tersebut di antaranya:
1) siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.
2) siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama.
3) pemahaman siswa terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan.
4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan
mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
5) siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas.
6) siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi
nyata,untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata
pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain.

24
7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan
secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua
atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk
kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

Landasan pembelajaran tematik mencakup landasan filosofis, landasan


psikologis, dan landasan yuridis.

1) Landasan filosofis
Pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu
progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme. Aliran progresivisme
memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan
kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah
(natural), dan memperhatikanpengalaman siswa. Aliran konstruktivisme
melihat pengalaman langsung siswa( direct experiences ) sebagai kunci dalam
pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau
bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui
interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya.
Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu sajadari seorang guru kepada
anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa.
Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang
berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan olehrasa
ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya.
Aliranhumanisme  melihat siswa dari segi keunikannya, potensinya, dan
motivasi yang dimilikinya.

2)   Landasan Psikologis.

Pembelajaran tematik berkaitan dengan psikologi perkembangan siswa


dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam
menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa
agartingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan siswa.
Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana materi

25
pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana
pula siswa harus mempelajarinya.

3)   Landasan Yuridis

Pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau


peraturanyang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar.
Landasanyuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yangmenyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh
pendidikan dan pengajarandalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai denganminat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap siswa
pada setiap satuan pendidikan berhakmendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
dengan bakat, minat, dankemampuannya (Bab V Pasal 1-b).Pada pembelajaran
tematik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.Pembelajaran tematik
menekankan keterlibatan siswa dalam proses belajar secaraaktif.

Siswa memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapatmenem
ukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman
langsung, siswa akan memahami konsep-konsep yang merekapelajari dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.Teori
pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk
Piaget,yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan
berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

Selain itu, pembelajaran tematik juga menekankan pada penerapan


konsepbelajar sambil melakukan sesuatu ( learning by doing ). Sebagai
fasilitator belajar siswa, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman
belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman
belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses
pembelajaranlebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang
dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh
keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Penerapan pembelajaran tematik di

26
sekolah dasar akan sangatmembantu siswa, karena sesuai dengan tahap
perkembangannya siswa yang masihmelihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan
(holistik).

Manfaat yang diperoleh bagi guru dan siswa apabila pembelajaran


dilaksanakan dengan memanfaatkan tema adalah: 1) Dengan
menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata
pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat
dikurangi bahkan dihilangkan, 2) Siswa mampu melihat hubungan-
hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih
berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, 3) Pembelajaran
menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenaiproses dan
materi yang tidak terpecah-pecah. 4) Dengan adanya pemaduan antarmata
pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik


memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1) Berpusat pada siswa


Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini
sesuaidengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan
siswasebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan
sebagaifasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa
untukmelakukan aktivitas belajar.
2) Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada
siswa(direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa
dihadapkan padasesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk
memahami hal-hal yanglebih abstrak.
3) Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas

27
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi
tidakbegitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-
temayang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa
mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan
untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi dalamkehidupan sehari-hari.
5) Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat
mengaitkanbahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang
lainnya,bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungandimana sekolah dan siswa berada.
6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinyasesuai dengan minat dan kebutuhannya.
7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Hal-hal perlu diperhatikan jika kita akan melaksanakan model
pembelajaran tematik adalah bahwa tidak semua mata pelajaran harus
dipadukan. Pada pembelajaran tematik dimungkinkan terjadinya
penggabungan beberapa kompetensi dasar pada lintas semester.

Kegiatan pembelajaran tematik menekankan kemampuan membaca,


menulis, dan berhitun gserta penanaman nilai-nilai moral. Untuk keberhasilan
pembelajaran, tema-temayang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa,
minat, lingkungan, dan daerah setempat.

Keunggulan model tematik terletak pada ciri-ciri. Beberapa ciri khas


daripembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar
sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah
dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran

28
tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan
lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan
lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa;
5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemuisiswa dalam lingkungannya; dan 6)
Mengembangkan keterampilan sosial siswa,seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.  

Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari dilakukan dengan


menggunakan tiga tahapan kegiatan yaitu  kegiatan
pembukaan/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Kegiatan Pendahuluan/awal/pembukaan

Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal


pembelajaran untuk mendorong siswa menfokuskan dirinya agar mampu
mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sifat dari kegiatan pembukaan
adalah kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian
terhadap pengalaman anaktentang tema yang akan disajikan. Beberapa contoh kegiatan
yang dapat dilakukanadalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan menyanyi.

Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan


untukpengembangan kemampuan baca, tulis dan hitung. Penyajian bahan pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi/metode yang bervariasi
dandapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan.

Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak Lanjut

Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Beberapa contoh


kegiatan akhir/penutup yang dapat dilakukan adalah
menyimpulkan/mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan,
mendongeng, membacakan cerita dari buku, pantomim, pesan-pesan moral,
musik/apresiasi musik.

29
b. Model Siklus Belajar
Paradigma pembelajaran di sekolah mengalami pergeseran dari paradigma
teacher-oriented   ke student-oriented.. Pendekatan pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran IPA di SD/MI berorientasi pada siswa. Peran guru
bergeser dari menentukan “apa yang akan dipelajari ke bagaimana menyediakan dan
memperkaya pengalaman belajar siswa”. Pengalaman belajar diperoleh
melaluiserangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui
interaksi aktifdengan teman, lingkungan dan nara sumber lain (Depdiknas,
2003). PembelajaranIPA yang berpusat pada siswa dan menekankan
pentingnya belajar aktif berartimengubah persepsi tentang guru yang selalu
memberikan informasi dan menjadisumber pengetahuan bagi siswa (NRC,
1996:20).
Pembelajaran IPA seyogianya melibatkan siswa dalam penyelidikan yang
berorientasi inkuiri, dengan interaksi antara siswa dengan guru dan siswa
lainnya. Siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan pengetahuan ilmiah yang ditemukannya pada berbagai sumber, siswa
menerapkan materi IPA untuk mengajukan pertanyaan, siswa menggunakan
pengetahuannyadalam pemecahan masalah, perencanaan, membuat keputusan,
diskusi kelompok,dan siswa memperoleh asesmen yang konsisten dengan suatu
pendekatan yang aktif untuk belajar.
Pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir dan bekerja ilmiah
berlandaskan inkuiri dapat dilakukan dengan pengenalan pemahaman secara
konseptual. Pemahaman secara konseptual ini dikembangkan dengan siklus
belajar yang dilakukan secara rutin oleh guru. Siklus belajar tersebut
merupakan model pembelajaran yang fleksibel, dalam arti bahwa metode
belajar yangdigunakan dalam pembelajaran dapat bervariasi (Lawson,
1994:137).
Siklus belajar pertama kali digunakan sebagai model pembelajaran
dalamprogram the Science Curriculum Improvement Study  (SCIS). Siklus belajar ini
merupakan pendekatan yang ampuh untuk perancangan pembelajaran IPA

30
yangaktif dan efektif karena siklus belajar memberikan suatu cara berpikir dan
berperilaku yang konsisten dengan cara siswa belajar.
Inti dari modul siklus belajar terdiri dari tiga fase yaitu fase eksplorasi,fase
eksplanasi dan fase aplikasi (Lawson, 1994:136). Siklus belajar
ini kemudianberkembang berdasarkan kebutuhan lapangan menjadi lima fase
dan dikenaldengan the 5 E Learning Cycle Model  (Bybee, et al .,1989). Model
siklus belajarini terdiri dari lima tahap kegiatan yaitu  Engagement
(pendahuluan),  Exploration (eksplorasi)  , Explanation (eksplanasi),
Elaboration (elaborasi), dan  Evaluation  (evaluasi). Secara struktural, model
siklus belajar 5 tahap ini lebih sesuai denganstruktur pembelajaran IPA yang
terdiri dari kegiatan awal, inti dan penutup. Kesesuaian tahapan siklus belajar
dan pembelajaran IPA dapat dilihat pada tabeldi bawah ini. Aktivitas dalam
model siklus belajar bersifat fleksibel tetapi urutan fase belajarnya bersifat
tetap. Format belajar dalam siklus belajar dapat berubah tetapi urutan setiap
fase tersebut tidak dapat diubah atau dihapus, karena jika urutannya diubah
atau fasenya dihapus, maka model yang dimaksud tidak berupa siklus belajar.
Pada fase pendahuluan, guru dapat menggali pengetahuan awal siswa
dengan menfokuskan perhatian dan minat siswa terhadap topik yang dibahas,
memunculkan pertanyaan dan memperoleh respons dari siswa. Fase ini juga
berguna untuk mengidentifikasi miskonsepsi atau salah konsep dalam
pemahaman siswa. Pada saat menggali pengetahuan awal, guru dapat
mengajukan masalah yang bertentangan. Misal, dengan demonstrasi benda A dan benda
B yang memiliki massa berbeda dijatuhkan dari ketinggian yang sama.
Pertanyaan yang dapat diajukan : benda manakah yang jatuh lebih dahulu ke
lantai”?  Berdasarkan demonstrasi tersebut siswa diharapkan memiliki
jawaban yang berbeda dengan siswa lain sehingga menimbulkan konflik
kognitif pada siswa. Dari respons siswa, guru dapat mengetahui pemahaman
awal siswa tentang konsep yang dibahas sebelum pembelajaran. Pada fase
eksplorasi, siswa belajar melalui aksi dan reaksi mereka sendiri dalam situasi
baru. Siswa mengeksplorasi materi dan gagasan baru dengan bimbingan
minimal dari guru. Pengalaman baru memunculkan pertanyaan dan masalah

31
yang tidak dapat dipecahkan dengan gagasan-gagasan siswa yang sudah ada. Fase eksplorasi
memberikan kesempatan pada siswa untuk menyuarakan gagasan - gagasan yang
bertentangan, yang dapat menimbulkan perdebatan dan analisis dari alasan munculnya
gagasan mereka. Analisis tersebut dapat mengarahkan cara diskusi
untuk menguji gagasan lainnya melalui prediksi. Eksplorasi juga dapat
membawa siswa pada identifikasi suatu pola keteraturandalam fenomena yang
diteliti. Selama fase eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk bekerjasama
dengan siswalainnya tanpa instruksi dari guru melalui kegiatan diskusi. Pada
fase eksplanasi, kegiatan diawali dengan pengenalan konsep baruyang digunakan pada
pola-pola yang diperoleh pada fase eksplorasi. Konsep barutersebut dapat
diperkenalkan oleh guru, melalui buku bacaan, film atau medialainnya. Selama
fase eksplanasi guru memotivasi siswa untuk menjelaskan konsepyang dibahas
dengan kata-kata sendiri, mengajukan fakta dan klarifikasi terhadap
penjelasannya, dan mendengarkan secara kritis penjelasan siswa. Fase
eksplanasi selalu mengikuti fase eksplorasi dan berkaitan langsung dengan pola
yangditemukan selama kegiatan eksplorasi.
Fase berikutnya adalah elaborasi atau dapat disebut juga aplikasi
konsep.Pada fase ini siswa menerapkan konsep atau keterampilan pada situasi
baru.. Fase ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan konsep-konsep
yangtelah diperkenalkan untuk menyelidiki konsep-konsep tersebut lebih lanjut.
Penerapan konsep diarahkan pada kehidupan sehari-hari.
Fase terakhir adalah evaluasi yang dilakukan pada seluruh
pengalamanbelajar siswa. Aspek yang dievaluasi pada fase ini adalah
pengetahuan atau keterampilan, aplikasi konsep, dan perubahan proses berpikir
siswa. Fase evaluasi juga memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menilai cara belajarnya, mengevaluasi kemajuan belajar
dan proses pembelajaran. Evaluasi dapat dilakukan secara tertulis pada akhir
pembelajaran atau secara lisan berupapertanyaan selama pembelajaran
berlangsung.

32
4. Penilaian

Pengumpulan informasi tentang kemajuan belajar siswa dapat dilakukan


beragam teknik, baik berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar.
Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian
kemajuan belajar siswa terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Penilaian adalah kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran sehingga
diketahui apakah suatu program telah berhasil. Penilaian suatu kompetensi dasar
dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa
domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ada beberapa teknik yang dapat
digunakan dalam penilaian, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian tertulis,
penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.

a. Penilaian Unjuk Kerja


Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok
digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut siswa
melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat,
praktek olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca
puisi/deklamasi dan sebagainya.
Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut.
1) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan siswa untuk
menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.

33
2) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja
tersebut. Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas.
3) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak,
sehingga semua dapat diamati.
4) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan
pengamatan.
5) Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks
untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Misal,
untuk menilai kemampuan mengukur suhu zat cair, guru perlu
melakukan pengamatan terhadap cara siswa dalam menggunakan
termometer, cara siswa memegang termometer, atau cara siswa
membaca termometer. Dengan demikian, kemampuan siswa dapat
dideskripsikan lebih jelas, utuh, dan konkret.

Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek


(ya-tidak). Penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, siswa
mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati
oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh nilai.
Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak,
misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian
tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan
mengamati subjek dalam jumlah besar. Penilaian unjuk kerja yang
menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah
terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara
kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian
terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya :

1 = tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten dan 4 = sangat


kompeten.

b. Penilaian Tertulis

34
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis
merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam
bentuk tulisan. Dalam menjawab soal siswa tidak selalu merespon dalam
bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti
memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu 1) soal dengan memilih jawaban
(pilihan ganda,dua pilihan (benar-salah, ya-tidak), dan menjodohkan); 2) Soal
dengan mensuplai-jawaban (isian singkat atau melengkapi,uraian terbatas,
uraian obyektif/non-obyektif, dan uraian terstruktur/non-terstruktur).
Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian
singkat, dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan
berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda
dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami. Pilihan
ganda mempunyai kelemahan, yaitu siswa tidak mengembangkan sendiri
jawabannya tetapi cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika
siswa tidak mengetahui jawaban yang benar, maka siswa akan menerka. Hal ini
menimbulkan kecenderungan siswa tidak belajar untuk memahami pelajaran
tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Selain itu pilihan ganda kurang
mampu memberikan informasi yang cukup untuk dijadikan umpan balik guna
mendiagnosis atau memodifikasi pengalaman belajar. Tes tertulis bentuk
uraian adalah alat penilaian yang menuntut siswa untuk mengingat, memahami,
dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari. Siswa
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian
tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai
berbagai jenis kompetensi, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis,
dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang
ditanyakan terbatas.
Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan halhal
berikut.
1) Materi, misalnya kesesuian soal dengan kompetensi dasar dan
indikator pencapaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan;

35
2) Konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan
tegas. Bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan
kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.
3) Kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal
yang baku dari berbagai bentuk soal penilaian.

Contoh soal tertulis;

Soal Tertulis Bentuk Piliahan Ganda

Berilah tanda silang pada huruf di depan jawaban yang paling tepat!

1. Yang termasuk satuan tidak baku yaitu ….

a. meter b.centimeter c.jengkal

2. Yang termasuk satuan baku ialah ….

a.meter b. depa c.langkah kaki

Skor : Setiap jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0
(nol)

c. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan
penyelidikan dan kemampuan menginformasikan siswa pada mata pelajaran
tertentu secara jelas. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang
perlu dipertimbangkan yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan Kemampuan siswa dalam memilih topik,
mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta
penulisan laporan.

36
2) Relevansi Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan
mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan
dalam pembelajaran.
3) Keaslian Proyek yang dilakukan siswa harus merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan
dukungan terhadap proyek siswa.

Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan,


sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau
tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data,
analisis data, dan penyiapan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil
penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian
dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala
penilaian.

Contoh Penilaian Proyek: Siswa ditugasi melakukan penyelidikan daur


hidup kupu-kupu dan daur hidup ayam. Penyelesaian tugas siswa dipandu
dengan LKS. Untuk melakukan penilaian guru membuar rancangan penilaian
sebagai berikut.

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam

Kelas/Semester : IV / 1

No Standar Kompetensi Indikator Aspek Teknik


Kompetensi Dasar Penilaian
1 Memahami Mendeskrips  Mendeskripsikan Makhluk  Jenis:
daur hidup i kan daur urutan daur Hidup dan ulangan
beragam hidup hidup hewan, Proses  Bentuk:
jenis beberapa misalnya kupu- Kehidupan tes
makhluk hewan kupu, nyamuk tertulis,
hidup dilingkungan dan kecoa secara penugas
sekitar, sederhana. an

37
misalnya  Menyimpulkan
kecoa, berdasarkan
nyamuk, pengamatan
kupu-kupu, bahwa tidak
kucing. semua hewan
berubah bentuk
dengan cara
yang sama.
 Menyimpulkan
bahwa
berubahnya
bentuk pada
hewan
menunjukkan
adanya
pertumbuhan.
 Menyimpulkan
hasil
pengamatan daur
hidup hewan
yang
dipeliharanya

d. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas
suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan siswa membuat
produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni
(patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik,
dan logam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap
perlu diadakan penilaian yaitu :

38
1) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan siswa dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain
produk.
2) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan siswa
dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
3) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang
dihasilkan siswa sesuai kriteria yang ditetapkan.

Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.

1) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya


dilakukan pada tahap appraisal.
2) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan
terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses
pengembangan.
e. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa
dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya siswa dari
proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh siswa. Penilaian portofolio
pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode
untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut
dikumpulkan dan dinilai oleg guru dan siswa. Berdasarkan informasi
perkembangan tersebut, guru dan siswa sendiri dapat menilai perkembangan
kemampuan siswa dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian,
portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa
melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi, musik, laporan
hasil pengamatan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan
penilaian portofolio di sekolah, antara lain:
1) Karya siswa adalah benar-benar karya siswa itu sendiri. Guru melakukan
penelitian atas hasil karya siswa yang dijadikan bahan penilaian

39
portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat oleh
siswa itu sendiri.
2) Saling percaya antara guru dan siswa. Dalam proses penilaian guru dan
siswa harus memiliki rasa saling percaya, saling memerlukan dan saling
membantu sehingga terjadi proses pendidikan berlangsung dengan baik.
3) Kerahasiaan bersama antara guru dan siswa. Kerahasiaan hasil
pengumpulan informasi perkembangan siswa perlu dijaga dengan baik
dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan
sehingga memberi dampak negatif proses pendidikan.
4) Milik bersama (join ownership) antara siswa dan guru. Guru dan siswa
perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio sehingga siswa akan
merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan akhirnya akan berupaya
terus meningkatkan kemampuannya.
5) Kepuasan. Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau
bukti yang memberikan dorongan siswa untuk lebih meningkatkan diri.
6) Kesesuaian Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai
dengan kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.
7) Penilaian proses dan hasil. Penilaian portofolio menerapkan prinsip
proses dan hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari
catatan guru tentang kinerja dan karya siswa.
8) Penilaian dan pembelajaran. Penilaian portofolio merupakan hal yang tak
terpisahkan dari proses pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini
sebagai diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan
dan kekurangan siswa.

Teknik penilaian portofolio di dalam kelas dapat dilakukan dengan


langkah-langkah sebagai berikut.

1) Jelaskan kepada siswa bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya


merupakan kumpulan hasil kerja siswa yang digunakan oleh guru untuk
penilaian, tetapi digunakan juga oleh siswa sendiri. Dengan melihat
portofolionya siswa dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan

40
minatnya. Proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi
membutuhkan waktu bagi siswa untuk belajar meyakini hasil penilaian
mereka sendiri.
2) Tentukan bersama siswa sampel-sampel portofolio apa saja yang akan
dibuat. Portofolio antara siswa yang satu dan yang lain bisa sama bisa
berbeda.
3) Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap siswa dalam satu map atau
folder di rumah masing atau loker masing-masing di sekolah.
4) Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan
siswa sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
5) Tentukan kriteria penilaian portofolio dan bobotnya dengan para siswa.
Diskusikan cara penilaian kualitas karya para siswa. Contoh, kriteria
penilaian kemampuan menulis karangan yaitu: penggunaan tata bahasa,
pemilihan kosa-kata, kelengkapan gagasan, dan sistematika penulisan.
Dengan demikian, siswa mengetahui harapan (standar) guru dan berusaha
mencapai standar tersebut.
6) Minta siswa menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat
membimbing siswa, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan
tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara
memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas
portofolio.
7) Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka siswa
diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara siswa dan guru
perlu dibuat kontrak atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan,
misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada
guru.
8) Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu,
undang orang tua siswa dan diberi penjelasan tentang maksud serta
tujuan portofolio, sehingga orangtua dapat membantu dan memotivasi
anaknya.

41
f. Penilaian Diri (Self Assesment)
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana siswa diminta untuk
menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian
kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk
mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian konpetensi
kognitif di kelas, misalnya: siswa diminta untuk menilai penguasaan
pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu mata
pelajaran tertentu. Penilaian dirinya didasarkan atas kriteria atau acuan yang
telah disiapkan. Penilaian kompetensi afektif, misalnya, siswa dapat diminta
untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu
objek tertentu. Selanjutnya, siswa diminta untuk melakukan penilaian
berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan
penilaian kompetensi psikomotorik, siswa dapat diminta untuk menilai
kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau
acuan yang telah disiapkan.
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap
perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri
di kelas antara lain:
1) dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa, karena mereka diberi
kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
2) siswa menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika
mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya;
3) dapat mendorong, membiasakan, dan melatih siswa untuk berbuat
jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam
melakukan penilaian.

Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh
karena itu, penilaian diri oleh siswa di kelas perlu dilakukan melalui
langkahlangkah sebagai berikut. 1) Menentukan kompetensi atau aspek
kemampuan yang akan dinilai. 2) Menentukan kriteria penilaian yang akan

42
digunakan. 3) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman
penyekoran, daftar tanda cek, atau skala penilaian. 4) Meminta siswa untuk
melakukan penilaian diri. 5) Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak,
untuk mendorong siswa supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara
cermat dan objektif. 6) Menyampaikan umpan balik kepada siswa berdasarkan
hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.

5. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan penjabaran silabus yang
bertujuan untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam upaya
pencapaian kompetensi dasar. Keberadaan RPP bersifat wajib bagi guru. Setiap
guru harus menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pelaksanaan
pembelajaran di kelas berlangsung secara aktif, kreatif, inovatif dan
menyenangkan sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan.
Pengembangan RPP dilakukan untuk setiap kompetensi dasar yang dapat
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Pengembangan RPP untuk
satu kompetensi dasar dapat disusun untuk beberapa pertemuan, namun pada
setiap pertemuan terdapat rincian tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan
kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Penggalan RPP untuk setiap
pertemuan dapat dirancang dan disesuaikan dengan penjadwalan pada masing-
masing sekolah.
Secara umum, setiap guru diberi peluang untuk berkreativitas dalam
penyusunan RPP, terutama pada bagian kegiatan pembelajaran. Namun secara
umum, pada setiap RPP hendaknya tercantum komponen-komponen RPP seperti
tercantum dalam Peraturan Mendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar
Proses. Komponen-komponen RPP tersebut adalah;
1) Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran meliputi satuan pendidikan, kelas, semester, mata
pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan dan alokasi waktu.
2) Standar kompetensi (SK)

43
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minima; siswa yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata
pelajaran.
3) Kompetensi dasar (KD)
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai siswa
dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator
kompetensi suatu pelajaran.
4) Indikator pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi
untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi
acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan
dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur dan
mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pernyataan indikator
merupakan penjabaran dari KD dan memiliki komponen kata kerja dan
pengetahuan yang akan dicapai.
5) Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan
dicapai siswa sesuai dengan KD. Pada tujuan pembelajaran tercermin kegiatan
pembelajaran yang dialami siswa untuk mencapai indikator.
6) Materi/Bahan ajar
Materi ajar merupakan uraian singkat yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang relevan dan ditulis sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi.
7) Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan
beban belajar. Alokasi waktu tercermin rinci pada langkah-langkah kegiatan
pembelajaran.
8) Model dan metode pembelajaran
Model pembelajaran merupakan gambaran secara utuh yang mengorganisasi
pembelajaran dalam kelas dan menunjukkan cara penggunaan materi

44
pembelajaran. Contoh model pembelajaran yang dianjurkan dalam kurikulum
adalam model siklus belajar dan inkuiri. Metode pembelajaran merupakan cara
khusus yang digunakan dalam mengkomunikasikan materi pelajaran. Contoh
metode pembelajaran dalam IPA adalah metode demonstrasi, eksperimen,
diskusi dan tanya jawab.
9) Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran mencerminkan langkah-langkah pembelajaran (sintaks)
dari model pembelajaran yang digunakan. Secara umum, langkahlangkah
pembelajaran yang biasa digunakan adalah kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Pada
kegiatan pendahuluan, guru hendaknya menyusun secara rinci pertanyaan dan
kegiatan yang dilakukan guru yang menunjukkanpembelajaran IPA aktif.
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Pada
kegiatan inti, guru hendaknya menyusun kegiatan pembelajaran secara rinci
yang menunjukkan proses pembelajaran spesifik yang memberi ruang yang
cukup bagi siswa untuk berkreasi dan berinovasi dalam pembelajaran. Kegiatan
penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri pembelajaran.
Aktivitas yang dapat dilakukan pada kegiatan penutup adalah menyusun
rangkuman atau kesimpulan pembelajaran, penilaian, refleksi, umpan balik dan
tindak lanjut. Pada kegiatan penutup, guru hendaknya menuliskan pertanyaan
atau tugas serta tindak lanjut yang diberikan pada siswa.
10) Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan
indikator pencapaian kompetensi dan mengacu pada standar penilaian.
11) Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada SK dan KD serta materi ajar,
kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Pada sumber
belajar dicantumkan sumber pustaka, alat dan bahan yang digunakan secara
rinci.

45
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hakikat IPA mencerminkan persoalan yang holistik dalam kehidupan nyata. Ilmu
Pengetahuan Alam dapat dikaji dari beberapa aspek yaitu sebagai bangunan ilmu
(body of knowledge), cara berpikir (a way of thinking), cara penyelidikan (a way
of investigation) dan kaitannya dengan teknologi dan masyarakat. Ilmu
Pengetahuan Alam juga di pandang sebagai proses dan produk.
2. Pada hakikatnya pengembangan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar,
terencana, terarah untuk membuat atau memperbaiki, sehingga menjadi produk
yang semakin bermanfaat untuk meningkatkan kualitas sebagai upaya untuk
menciptakan mutu yang lebih baik.
3. Ruang lingkup pengembangan IPA SD menekankan pada pengamatan fenomena
alam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Hakikat pembelajaran IPA secara umum dapat dipahami sebagai ilmu yang lahir
dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, menyusun
hipotesis, penguji hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta
penemuan teori dan konsep.
5. Ruang lingkup pengembangan pembelajaran IPA SD meliputi :
a. Pengembangan Bahan Ajar IPA SD
b. Media Pembelajaran
c. Model Pembelajaran

46
d. Penilaian Pembelajaran
e. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari
tulisan maupun bahasan yang penulis sajikan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dari pembaca agar penulis dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Penulis juga berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

47
DAFTAR PUSTAKA

Risdalina. (2017). Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran IPA Terpadu Model


Webbed Tema Energi dalam Kehidupan untuk Meningkatkan Kemampuan
Kognitif dan Keterampilan Proses Sains Siswa. Universitas Pendidikan
Indonesia:Repository.upi.edu,
http://repository.upi.edu/1665/6/S_PGSD_0902817_chapter3.pdf diakses pada
13 Maret 2023 pukul 15.30 WIB

Yuliati, Lia. Pengembangan Pembelajaran IPA SD,


https://www.academia.edu/36617750/Pengembangan_Pembelajaran_IPA_SD
diakses pada 14 Maret 2023 pukul 19.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai