Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
NIM : 2020720025
MALANG, 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT. karena atas berkat, rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat dalam
rangka memenuhi tugas Ujian Akhir Semester (UAS) dari mata kuliah Konsep
Dasar IPA Sekolah Dasar. Selain itu, saya juga ingin menggali ilmu pengetahuan,
memberi solusi, serta membahas masalah terkait isu terhangat yang berhubungan
dengan pendidikan khususnya dalam muatan IPA SD, yaitu Permasalahan dalam
Pembelajaran IPA SD.
Dalam kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Mirayanti, S.Pd., M.Pd. sebagai dosen pengampu mata kuliah yang telah
memberikan banyak pengetahuan kepada saya dalam menyusun tugas ini, serta
kepada semua pihak yang telah membantu.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan sangat
jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, Saya mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca, khususnya kepada Ibu Mirayanti sebagai
dosen pengampu mata kuliah ini.
Penulis,
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………..……..1
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.3 Tujuan............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
3.1 Kesimpulan..................................................................................................20
3.2 Saran.............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
3
BAB I PENDAHULUAN
4
Selain itu, pemberian materi pun harus lebih diperhatikan untuk menghindari
kesalahan/kekurangan penerimaan konsep dasar pada anak. Hal itu harus
dilakukan dengan benar dan dengan memperhatikan psikologi anak yang
dimulai dari pembukaan, sampai evaluasi di akhir pembelajaran.
Selain itu, pembelajaran dapat bermakna dimana penyampaian materi
untuk contoh yang terdekat dengan anak, sehingga akan lebih bernilai dan
mudah dipahami serta dirasakan, atau lebih bisa berguna bukan hanya sekedar
teori tetapi juga menyenangkan.
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)?
2. Bagaimana pengertian dan tujuan pembelajaran IPA di SD?
3. Bagaimana strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran IPA di SD?
4. Apa permasalahan dalam pembelajaran IPA di SD?
5. Bagaimana solusi untuk memecahkan permasalahan pembelajaran IPA di
SD?
1.3 Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
2. Mengetahui pengertian dan tujuan pembelajaran IPA di SD.
3. Mengetahui strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran IPA di SD.
4. Mengetahui permasalahan dalam pembelajaran IPA di SD.
5. Mengetahui solusi untuk memecahkan permasalahan pembelajaran IPA di
SD.
5
BAB II PEMBAHASAN
6
Berdasarkan pernyataan di atas, tersirat tiga unsur utama IPA yaitu sikap
manusia, proses atau metode, dan hasil yang satu sama lainnya tidak dapat
dipisahkan atau terikat. Sikap manusia berupa rasa ingin tahu akan
lingkungan, kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai, dan opini-opininya. Dari
rasa ingin tahu tersebut memicu timbulnya berbagai permasalahan, dan unuk
memecahkannya digunakanlah proses atau metode dengan cara menyusun
hipotesis, membuat desain eksperimen, dan evaluasi atau mengadakan
pengukuran, sehingga menghasilkan suatu produk berupa fakta-fakta, prinsip-
prinsip, teori-teori, dan lain-lain.
7
1. Siswa memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-
konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Siswa mampu mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan
kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara
IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4. Siswa mampu mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki
alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5. Siswa mampu meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
6. Siswa mampu meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Siswa mampu memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan
IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
9
b. Metode Demonstrasi
Metode ini guru dibantu menggunakan peragaan untuk memperjelas
suatu pengertian ataupun konsep-konsep IPA kepada siswa. Metode ini
menimbulkan adanya pergerakan pada proses belajar-mengajar.
c. Metode Tanya Jawab
Metode ini menyajikan bahan ajar dalam bentuk pertanyaan-
pertanyaan yang memerlukan jawaban untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
d. Metode Ceramah
Metode ini merupakan cara mengajar yang tidak asing lagi dan telah
lama dijalankan dalam sejarah pendidikan. Cara ini dalam
pelaksanaannya memerlukan keterampilan tertentu, agar tidak
membosankan dan dapat menarik perhatian siswa.
e. Metode Eksperimen
Metode ini adalah cara pengelolaan dimana siswa melakukan
aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
konsep IPA yang dipelajarinya.
f. Metode Study Tour
Metode ini mengajak siswa mengunjungi suatu objek guna
memperluas pengetahuan. Selanjutnya, siswa membuat laporan dan
mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan didampingi guru.
g. Metode Resitasi
Metode ini adalah cara pengajaran yang mengharuskan siswa
membuat resume dengan kalimat sendiri
12
b. Guru tidak membawa media atau alat pembelajaran di kelas. Solusinya
persiapkan media yang berhubungan dengan materi pembelajaran,
biasanya dilakukan pada awal tahun ajaran baru. Media dapat diambil
dari bahan-bahan bekas atau yang ada di sekitar lingkungan sekolah,
atau rumah siswa.
c. Guru IPA jarang membawa siswa ke dunia nyata anak-anak. Hanya
menjelaskan dan menjabarkan teori. Solusinya sering-seringlah
membawa siswa melihat langsung objek pembelajaran yang sedang
dipelajari agar dapat merasakan kejadian-kejadian penting, hal-hal
penting dalam kehidupan mereka. Sehingga mereka selalu belajar dari
lingkungan sekitar mereka.
d. Guru dalam mengajar IPA jarang menggunakan metode mengajar yang
menyenangkan. Solusinya kuasailah berbagai macam metode-metode
dalam mengajar seperti : Quantum Teaching, Inquiry, project based
learning dan lain-lain.
e. Guru dalam mengajar IPA Jarang memadukan proses pembelajaran
dengan pelajaran lain, apalagi yang menggunakan kurikulum 2013.
Solusinya adalah gunakan metode pembelajaran yang menggunakan
keterpaduan dan asah kemampuan untuk menghubung-hubungkan
pelajaran dengan pelajaran lain. Sehingga manfaatnya dapat
menambah wawasan dan ilmu anak secara optimal.
f. Guru dalam mengajar IPA kurang memperhatikan kemampuan awal
siswa. Solusinya Guru sebaiknya mampu mengelompokkan siswa
sesuai dengan kemampuannya, misalnya; posisi tempat duduk
disesuaikan sedemikian rupa agar siswa nyaman. Pembagian kelompok
kerja bagi siswa, lebih mengarah kepada pengembangan potensi siswa.
Siswa yang terampil duduk di sebelah siswa yang pasif. Atau siswa
yang suka bercerita diletakkan di sebelah siswa yang pendiam.
13
g. Guru tidak melakukan evaluasi. Setiap proses selalu harus diberi
evaluasi, agar guru dapat mengetahui sejauh mana siswa mampu
menyerap materi, nilai-nilai maupun norma-norma sehingga siswa
tidak hanya pandai tetapi juga berkarakter. Susun jadwal kapan
evaluasi akan dilakukan, sehingga proses pencapaian siswa dapat
terukur dengan jelas.
h. Guru jarang membaca buku dan referensi-referensi lain. Menyusun
jadwal rutin berapa buku yang harus dibaca dalam 1 hari, 1 minggu
untuk menambah wawasan adalah solusi yang tepat.
i. Guru jarang melakukan penelitian dan menulis sebuah artikel atau
karya tulis lainnya. Solusinya guru harus lebih banyak mengamati,
menganalisa dan mengamati kejadian-kejadian di sekitarnya serta rajin
mencari solusi dari setiap permasalahan yang ada & belajar untuk
menuangkannya dalam suatu hasil karya tulis.
j. Guru jarang berkomunikasi dengan siswa secara lebih dekat.
Berkunjung ke rumah siswa yang sedang membutuhkan perhatian
terutama kepada siswa yang bermasalah di sekolah, barangkali perlu
diterapkan sehingga terjalin komunikasi terbuka antara guru dengan
siswanya, sehingga guru bisa memahami karakteristik siswa dan
siswapun mau terbuka kepada gurunya.
14
c. Tidak bisa diam di tempat. Ada pula murid yang selalu selalu
berkeliling dari bangku satu ke bangku yang lain. Hal ini terjadi karena
murid tersebut kurang nyaman di tempat duduknya atau kurang adanya
rasa aman dari teman sebelahnya.
d. Sibuk bermain game. Semakin canggihnya teknologi di zaman
sekarang maka berkembang pula berbagai jenis gadget yang
menawarkan berbagai jenis hiburan, dan tidak dipingkiri pula salah
satunya fasilitas untuk bermain game.
e. Membuat keributan. Selama proses belajar mengajar berlangsung
sering kali dijumpai murid yang mengganngu temannya yang lain
dengan berbagai cara. Ini terjadi karena murid tersebut mempunyai
ikatan emosional terhadap teman yang diganggu tersebut.
f. Melamun. Fenomena ini juga dapat dijumpai oleh guru di kelas ketika
proses pembelajaran berlangsung. Ada murid yang kelihatannya
mendengarkan tetapi pandangannya melukiskan pandangan kosong.
g. Tidur di kelas. Kejadian tidur di kelas ini memang jarang ditemui di
sekolah dasar, tetapi ada juga guru yang menemui masalah seperti ini
di kelas terlebih lagi di sekolah-sekolah yang sistemnya full day.
h. Keluar masuk kelas. Sering dijumpai pula murid yang keluar masuk
kelas. Murid ini sering kali meminta izin ke kamar mandi ketika proses
pembelajaran berlangsung. Kejadian seperti ini menjadi masalah
karena mengganggu jalannya pembelajaran apa lagi ketika guru
mengadakan kerja kelompok.
i. Kesulitan menangkap pelajaran. Masalah ini juga dapat dijumpai oleh
guru di sekolah manapun. Ada beberapa murid yang kesulitan
menangkap pelajaran sehingga membutuhkan pengulangan kembali
dari guru.
j. Menyontek. Sering dijumpai juga di sekolah ada murid yang tidak
mengerjakan tugas kemudian menyalin pekerjaan temannya, dan ketika
ditanya mengenai tugas yang sama dia tidak bisa.
15
k. Merusak barang atau fasilitas sekolah. Murid yang merusak barang
atau fasilitas sekolah umumnya adalah murid yang kurang mempunyai
sifat tertib.
l. Kurang sopan. Perilaku yang kurang sopan oleh murid terhadap guru
sering muncul di sekolah dasar. Kejadian yang seperti ini dapat
mengganggu proses pembelajaran pula.
16
3. Mengembangkan persepsi terhadap keterampilan, proses pada siswa lebih
baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran IPA secara biasa.
Setelah selesai dengan kegiatan awal, guru dapat melanjutkan dengan
kegiatan inti yang meliputi berbagai kegiatan yaitu pembelajaran kelompok
kerja, pengajaran tugas dalam kelompok, penjelasan, tanya jawab, pemaparan
hasil kerja kelompok dan kesimpulan.
Sedangkan, kegiatan penutup pelajaran dapat dijadikan kegiatan
pemantapan yaitu mengulas kembali semua materi yang telah diserap murid.
Selanjutnya ada tanya jawab tentang aplikasi materi pelajaran yang sudah
dibahas dengan penerapan yang terjadi di sekitar murid. Kegiatan akhir
penutup adalah post test, yaitu pemberian evaluasi akhir pelajaran untuk
mengetahui daya serap murid terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.
Berdasarkan pengalaman selama kegiatan konsep “kerja ilmiah” telah
banyak melibatkan siswa secara aktif khususnya pada sub konsep
keterampilan proses. Semua siswa sudah mempu melakukan pengamatan,
menentukan variabel penelitian dan menganalisis langkah-langkah penelitian.
Kondisi ini tidak sama halnya dengan proses pembelajaran yang terjadi di
sekolah-sekolah yang berada di daerah atau di luar daerah. Berdasarkan
pengamatan dan wawancara dengan guru bidang studi pendidikan IPA,
pembelajaran IPA masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat
didalam buku (Conseptual Learning) dan kurang memanfaatkan lingkungan
dan sumber-sumber pembelajaran yang ada di sekitar sekolah (Contextual
Learning and Teaching).
Selama ini siswa dianggap berhasil dalam belajar apabila mereka telah
menguasai isi buku yang disampaikan guru, tanpa memikirkan seberapa jauh
mereka dapat memahami isi buku apalagi mengingat kurikulum berbasis
kompetensi selanjutnya disingkat KBK tidak hanya menuntut siswa
memperoleh sains (IPA) tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir
dan sejumlah keterampilan proses.
17
Siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan
apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang akan terjadi
di sekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi,
transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data,
memecahkan masalah-masalah tertentu baik secara individu maupun
kelompok.
Dalam pelaksanaannya pembelajaran IPA sealalu berkaitan dengan
metode ilmiah. Penggunaan metode ini pada dasarnya tidak terlepas dari
bebagai pendekatan-pendekatan terutama pendekatan proses. Proses
merupakan sekumpulan keterampilan intelektual yang harus dimiliki oleh
semua siswa sebagai bekal dalam mempelajari IPA.
Prestasi belajar siswa tidak semata-mata berasal dari pengetahuan yang
ditransfer langsung dari pikiran guru ke dalam pikiran siswa. Hal ini
disebabkan karena siswa yang datang ke sekolah sudah membawa
pengetahuan awal yang siap dikembangkan dengan bimbingan guru, sesuai
dengan kaidah pembelajaran yakni proses interaksi antara guru dengan siswa.
Dalam proses pembelajaran, guru memberikan bimbingan, menyediakan
berbagai kesempatan yang dapt mendorong siswa belajar, dan memperoleh
pengalaman sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
dikatakan tercapai dan ditandai oleh tingkat penguasaan kemampuan dan
pembentukan kepribadian.
Dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk
menggunakan strategi pembelajaran yang bersifat kontekstual dan
memberikan kaitan yang bervariasi. Sehingga, dapat melayani perbedaan
individu siswa, mengaktifkan siswa dan guru, mendorong berkembangnya
kemampuan baru, menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah, responsif,
serta rumah dan lingkungan masyarakat. Pada akhirnya siswa memiliki
motivasi tinggi untuk belajar. Salah satu cara yaitu melalui pembelajaran
yang dilaksanakan di luar kelas agar terjadi interaksi secara langsung antara
siswa dengan lingkungannya.
18
Memanfaatkan lingkungan untuk memperoleh pengalaman belajar
yakni dengan cara memberikan penugasan siswa untk belajar di luar kelas.
Jadi lingkungan sebagai salah satu kajian dalam IPA dapat dimanfaatkan
dalam mempelajari konsep “kerja ilmiah”. Dalam hal ini, pendekatan
lingkungan dapat meningkatkan produk, proses, keterampilan dan
meningkatkan kinerja para siswa SD dalam pembelajaran IPA. Sedangkan
lingkungan sebagai sumber pembelajaran untuk memahami konsep “kerja
ilmiah” masih belum pernah dilaksanakan. Proses pembelajaran dengan
konteks lingkungan akan berjalan efektif apabila ada kerjasama dalam
kelompok, maka penyelidikan kelompok (group investigation) merupakan
salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif yang mungkin dapat
mengatarkan siswa belajar dengan baik dalam upaya memahami keterampilan
proses dalam “kerja ilmiah”.
Dalam memahami keterampilan proses, siswa tidak selalu terikat
dengan urutan materi berdasarkan kurikulum. Ini menjadi alasan penyelidikan
kelompok bisa dijadikan metode dalam pembelajaran konsep “kerja ilmiah”.
Atas pertimbangan ini pula maka perlu dilaksanakan penelitian tentang
optimalisasi pemahaman siswa tentang konsep “kerja ilmiah” dengan
menggunakan pendekatan lingkungan. Penentuan sekolah ini sebagai tempat
penelitian didasarkan pada pengamatan dalam proses pembelajaran IPA
tentang konsep “kerja ilmiah” yang belum maksimal dan cenderung diajarkan
secara verbal saja.
19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Tim Pustaka Yustisia. 2007. Panduan Lengkap KTSP. Jakarta : Pustaka Yustisia
Wibowo, Agus Mukti. 2009. Penerapan Pendekatan Science Technology and
Society (STS) dalam Pembelajaran Sain di MI. Jurnal Madrasah, UIN
Maliki Malang