Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH IPA

"PENDIDIKAN IPA SD"

DOSEN PENGAMPU :

LAILI RAHMI.S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 12

1. APRILIA EKA PUTRI (206910140)

2. DINI FEBRYANDA (206910561)

3. DWI CAHYA KHAIRUNNISA PUTRI (20691070)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

T/A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin sangat
sederhana. Makalah ini berisikan materi tentang Pendidikan IPA SD.
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas dari mata kuliah IPA. Tidak lupa juga
kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dorongan,
motivasi, bimbingan, arahan dan saran yang telah diberikan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman
dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh karena itu kami dari kelompok 12 harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Belajar merupakan usaha seseorang untuk membangun pengetahuan dalam dirinya. Dalam proses
belajar terjadi perubahan atau peningkatan dari segi kemampuan, pengetahuan dan keterampilan
siswa baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotor. Pendidikan harus diupayakan dengan
sebaik-baiknya di semua jenjang termasuk pada jenjang Sekolah Dasar. Guru sebagai pendidik dan
pengajar harus mengetahui dan memahami hal-hal apa saja yang perlu dipersiapkan untuk
melakukan proses pembelajaran yang efektif bagi siswa.

Pada usia Sekolah Dasar, siswa masih berpikir secara konkrit, artinya belum dapat berpikir
secara abstrak. Oleh karena itu, guru harus pandai-pandai menyajikan materi sesuai dengan
karakteristik dan tugas perkembangan siswa Sekolah Dasar. Hal ini menjadi tugas guru untuk
merencanakan pembelajaran yang efektif bagi siswa Sekolah Dasar termasuk dalam pembelajaran
sains (IPA). Selain itu, guru sebagai pendidik dan pengajar perlu mengetahui produk pembelajaran
apa yang sesuai dalam pemebelajaran.

Dengan produk pembelajaean yang telah dibuat guru akan lebih memahami apa saja yang perlu
diperhatikan dalam proses belajar mengajar terutama dalam pembelajaran Sains (IPA) di Sekolah
Dasar. Dalam makalah ini akan dibahas lebih jelas mengenai tampil membelajarkan penerapan
pembelajaran IPA yang efektif serta penerapan pembelajaran dengan produk yang telah disusun
pada pembelajaran sains (IPA) dalam Kurikulum di Sekolah Dasar.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana terampil dalam pembelajaran IPA yang efektif di sekolah dasar?
2. Bagaimana penerapan dengan simulasi pembelajaran sains (IPA) yang telah disusun?

C. TUJUAN
1. Mengetahui bagaimana terampil dalam pembelajaran IPA yang efektif di Sekolah Dasar.
2. Mengetahui bagaimana penerapan p pembelajaran sains (IPA) dalam kurikulum dengan produk yang
telah disususun.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN IPA
Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang sistematis dan berlaku
secara umum (universal) yang membahas tentang sekumpulan data mengenai gejala alam
yang dihasilkan berdasarkan hasil observasi, eksperimen, penyimpulan, dan penyusunan
teori Istilah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dikenal juga dengan istilah ilmu sains. Kata sains
berasal dari bahasa Latin yaitu scientia, yang secara harfiah berarti pengetahuan,namun
dalam perkembangan pengertiannya menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains.
Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis. Sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, melainkan juga merupakan suatu
proses penemuan.
Dengan demikian, pada hakikatnya IPA adalah ilmu untuk mencari tahu, memahami alam
semesta secara sistematik dan mengembangkan pemahaman ilmu pengetahuan tentang
gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum yang teruji
kebenarannya.
Akan tetapi IPA bukan hanya merupakan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep,
prinsip, melainkan juga suatu proses penemuan dan pengembangan. Oleh karena itu untuk
mendapatkan pengetahuan harus melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah
serta menuntut sikap ilmiah.

B. UNSUR-UNSUR IPA

Pendidikan IPA atau pembelajaran IPA pada sekolah diharapkan dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk


mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah.
Dengan demikian diharapkan peserta didik mempunyai pengetahuan, gagasan, dan konsep
yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian
proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan, dan penyajian gagasan-gagasan.

Sains mengandung dua elemen utama yaitu proses dan produk. Keduanya saling mengisi
dalam derap kemajuan dan perkembangan sains. Sains sebagai suatu proses merupakan
rangkaian kegiatan ilmiah atau hasil-hasil observasi terhadap fenomena alam untuk
menghasilkan pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) yang lazim disebut produk sains.
Sementara itu, menurut pandangan beberapa ahli, sains sebagai suatu proses dan metode
(methods and processes) serta produk-produk (body of scientific knowledge). Selain itu, sains
juga mengandung nilai-nilai (values)

C. TERAMPIL DALAM PEMBELAJARAN IPA YANG EFEKTIF


Pembelajaran IPA pada jenjang pendidikan dan dengan menggunakan pendekatan serta
model apapun harus benar-benar efektif. Pembelajaran efektif adalah pembelajaran dimana
siswa memperoleh keterampilan-keterampilan yang spesifik, pengetahuan dan sikap serta
merupakan pembelajaran yang disenangi siswa. Intinya bahwa pembelajaran dikatakan
efektif apabila terjadi perubahan-perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
(Reiser Robert, 1996 dalam Irwan Safari, 2010).

Selain itu, menurut buku Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif (Depdiknas, 2003:7-6)
dalam Edi Hendri Mulyana (2008:22), pembelajaran yang efektif secara umum diartikan
sebagai Kegiatan Belajar Mengajar yang memberdayakan potensi siswa (peserta didik) serta
mengacu pada pencapaian kompetensi individual masing-masing peserta didik. Ada baiknya
jika guru yang akan merancang pembelajaran IPA di SD memperhatikan tujuh ciri utama
pembelajaran efektif yang memberdayakan potensi siswa. Ketujuh ciri itu adalah:

1. Berpijak pada prinsip konstruktivisme


Pembelajaran beranjak dari paradigm guru yang memandang bahwa belajar bukanlah
proses siswa menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru, melainkan sebagai
proses siswa membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman.
Proses tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain.

Salah satu contoh yang disarankan adalah memulai dari apa yang menurut siswa hal yang
biasa, padahal sesungguhnya tidak demikian. Perlu diupayakan terjadinya situasi konfik
pada struktur kognitif siswa. Contohnya mengenai cecak atau cacing tanah. Mereka
menduga cecak atau cacing tanah hanya satu macam, padahal keduanya terdiri lebih dari satu
genus (bukan hanya berbeda species). Berikut ini akan dicontohkan model untuk
pembelajaran mengenai cacing tanah melalui ketiga tahap dalam pembelajaran kntruktivisme
(ekplorasi, klarifikasi, dan aplikasi)
a) Fase Eksplorasi
1) Diperlihatkan tanah berisi cacing dan diajukan pertanyaan: “ Apa yang kamu/kalian
ketahui tentang cacing tanah?”.
2) Semua jawaban siswa ditampung (ditulis dipapan tulis jika perlu).
3) Siswa diberi kesempatan untuk memeriksa keadaan yang sesungguhnya, dan diberi
kesempatan untuk merumuska hal-hal yang tidak sesuai dengan jawaban mereka semula.

b) Fase Klarifikasi
1) Guru memperkealkan macam-macam cacing dan spesifikasinya.
2) Siswa merumuskan kembali pengetahuan mereka tentang cacing tanah. Guru
memberikan masalah berupa pemilihan cacing yang cocok untuk dikembangbiakkan.
3) Siswa mendiskusikannya secara berkelompok dan merencanakan penyelidikan.
4) Secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menguji rencananya. Siswa
mencari tambahan rujukan tentang manfaat cacing tanah dulu dan sekarang.

c) Fase Aplikasi
1) Secara berkelompok siswa melaporkan hasilnya, dilanjutkan dengan penyajian oleh
wakil kelompok dalam diskusi kelas.
2). Secara bersama-sama siswa merumuskan rekomendasi untuk para pemula yang ingin
ber-“ternak cacing” tanah. Secara perorangan siswa membuat tulisan tentang perkehidupan
jenis cacing tanah tertentu sesuai hasil pengamatannya.
Contoh lain misalnya, anak memiliki skemata tentang baterei yang digunakan pada senter
yang berguna sebagai alat penerang, seiring jalannya waktu dan pengalaman yang dia dapat
dalam kehidupan sehari-hari dia mengetahui bahwa baterei bukan hanya digunakan pada
senter tapi juga pada remote tv, remote mobil, robot-robotan, discman, radio dan lainnya.
Dari pelajaran di sekolah ia tahu ternyata baterei adalah benda yang dapat menghasilkan
listrik.

2. Berpusat pada siswa


Kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar,
dan cara penilaian perlu beragam sesuai karakteristik siswa. Pembelajaran perlu
menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Artinya pembelajaran memperhatikan bakat,
minat, kemampuan, cara dan strategi belajar, motivasi belajar, dan latar belakang sosial
siswa. Pembelajaran perlu mendorong siswa untuk mengembangkan potensi secara optimal.

3. Belajar dengan alami


Pembelajaran perlu menyediakan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari dan
atau duni kerja yang terkait dalam penerapan konsep, kaidah dan prnsip ilmu yang dipelajari.
Karena itu, semua siswa diharapkan memperoleh pengalaman langsung melalui pengalaman
indrawi yang memungkinkan mereka mengolah informasi dari melihat, meraba/menjamah,
mencicipi, dan mencium.

4. Mengembangkan keterampilan sosial, kognitif dan emosional


Membangun pemahaman akan lebih mudah jika melalui interaksi dengan lingkungan
sosialnya. Interaksi memungkinkan terjadinya perbaikan terhadap pemahaman siswa melalui
diskusi, saling bertanya, dan saling menjelaskan. Penyampaian gagasan oleh siswa dapat
mempertajam, memperdalam, memantapkan, atau menyempurnakan gagasan itu karena
memperoleh tanggapan dari siswa lain atau guru.

5. Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan


Rasa ingin tahu dan imajinasi merupakan modal dasar untuk peka, kritis, mandiri, dan
kreatif. Sementara, rasa fitrah ber-Tuhan merupakan embrio atau cikal bakal untuk bertaqwa
pada Tuhan. Pembelajaran perlu mempertimbangkan rasa ingin tahu, imajinasi, dan fitrah
ber-Tuhan agar setiap sesi kegiatan pembelajaran menjadi wahana untuk memberdayakan
ketiga jenis potensi ini.

6. Belajar sepanjang hayat


Siswa memerlukan kemampuan belajar sepanjang hayat untuk bisa bertahan (survive) dan
berhasil (sukses) dalam menghadapi setiap masalah sambil menjalani proses kehidupan
sehari-hari. Pembelajaran perlu mendorong siswa untuk dapat melihat didirnya secara positif
dan membekali siswa dengan keterampilan belajar.

7. Perpaduan kemandirian dan kerjasama


Pembelajaran perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
semangat berkompetisi sehat untuk memperoleh penghargaan, bekerjasama, dan solidaritas.
Pembelajaran IPA yang dirancang berdasarkan syarat-syarat pembelajaran efektif di atas,
pada pelaksanaannya akan menunjukkan tingginya kemampuan pembelajaran tersebut dalam
menyajikan karakteristik atau hakikat pendidikan IPA di SD. Karakteristik tersebut meliputi
dimensi (ruang lingkup) proses ilmiah, produk ilmiah dan sikap ilmiah. Dimensi proses
pendidikan IPA dengan ketat menuntut guru untuk melibatkan siswa secara aktif ke dalam
kegiatan-kegiatan dasar yang biasa dilakukan oleh para ilmuan dalam upaya memperoleh
pengetahuan.

Kegiatan dasar ini sering disebut sebagai metode ilmiah (Scientific Method) dan
keterampilan proses. Dimensi produk pendidikan IPA berhubungan dengan sejumlah fakta,
data, konsep, hokum atau teori tentang fenomena alam semesta yang harus dikuasai siswa
sebagaimana tertuang dalam kurikulum dan berbagai buku ajar pendidikan IPA. Dimensi
sikap merupakan hasil internalisasi dan akumulasi pengetahuan dan pengalaman siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran IPA. Dimensi sikap ini sering disebut sebagai sikap
ilmiah (Scientific Attitude).

Pembelajaran IPA yang efektif juga dicirikan oleh tingginya kadar on-task (aktivitas
edukatif) dan rendahnya kadar off-task (aktivitas non-edukatif) siswa dalam pembelajaran.
Menurut Horsley (1990:42) dalam Edi Hendri Mulyana (2008:25) salah satu upaya untuk
meningkatkan kadar on-tasksiswa adalah dengan mengembangkan kegiatan hands-on
(psikomotor) dan minds-on (kognitif-afektif) melalui sejumlah keterampilan (skill) yang
dilakukan siswa dalam kelas. Menurutnya, ada empat jenis keterampilan: keterampilan
laboratorium (laboratory skill), keterampilan intelektual (intellectual skill), keterampilan
berpikir dasar (generic thinking skill) dan keterampilan berkomunikasi (communication
skill). Keempat jenis keterampilan ini tidak lain merupakan pengelompokkan dari
keterampilan proses IPA yang sudah kita kenal.

Dalam menyelenggerakan pembelajaran IPA dengan pendekatan dan model apapun guru
harus tetap pro aktif sebagai fasilitator. Jika semua itu tercapai secara optimal maka dapat
dipastikan bahwa pembelajaran IPA yang diselenggarakan guru adalah pembelajaran IPA
yang efektif.
D. SIMULASI PEMBELAJARAN DENGAN PRODUK YANG TELAH DI
SUSUN.

Media pembelajaran adalah sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat
merangsang pikiran, perasaan dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan produk media secara kreatif akan
memungkinkan siswa untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Jadi, media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan


untuk memudahkan seorang pendidik menyampaikan pesan kepada peserta didik agar peserta
didik lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan oleh seorang pendidik, serta
dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan peserta didik untuk mengikuti proses
pembelajaran dengan baik.

Media merupakan salah satu produk pembelajaran untuk meningkatkan kegiatan proses
belajar mengajar. Karena beraneka ragamnya media tersebut, maka masing-masing media
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.Untuk itu perlu memilihnya dengan cermat dan
tepat agar dapat digunakan secara tepat Oleh karena itu, guru harus mempunyai ketrampilan
dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran sesuai dengan materi yang akan
disampaikan agar dapat mencapai keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran disekolah.

Dengan adanya produk pembelajaran pada IPA di SD diharapkan memberikan manfaat,


sebagai berikut:
1) Bagi siswa
Diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
serta meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

2) Bagi Guru.
Diharapkan dapat mengembangkan
keterampilan mengajar dengan menggunakan media pembelajaran yang lebih bervariasi
selama kegiatan belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

3) Bagi Sekolah Dasar.


Dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk
mengetahui seberapa efisien penerapan produk pembelajaran yang telah diterapkan dalam
proses pembelajaran IPA dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam menyusun program
pendidikan yang lebih berkualitas.

4) Bagi penulis.
Dapat dijadikan sebagai wacana dalam
memperluas dan mengembangkan media pembelajaran dengan memaparkan dan menganalisa
penerapan media pembelajaran pada mata pelajaran IPA.
Rambu-rambu Pembelajaran Sains (IPA) dalam Kurikulum
Dari berbagai buku layanan professional untuk pelaksanaan kurikulum 2004 atau sekarang
disempurnakan menjadi kurikulum 2006, diperoleh rambu-rambu pembelajaran IPA di SD
sebagai berikut:
1. Bahan kajian sains untuk kelas I, II, dan III tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang
berdiri sendiri, tetapi diajarkan dengan pendekatan tematis.

2. Aspek kerja ilmiah bukanlah bahan ajar, melainkan cara untuk menyampaikan bahan
pembelajaran yang terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran.

3. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA berorientasi pada siswa.


Ada 6 pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran IPA yang
berorientasi pada siswa, yaitu:
a. Empat pilar pendidikan yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk
melakukan (lerning to do), belajar untuk hidup (learning to live together), belajar untuk
menjadi dirinya sendiri (learning to be).
b. Inkuiri IPA.
c. Konstruktivisme.
d. Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (Salingtemas).
e. Pemecahan masalah.
f. Pembelajaran IPA yang bermuatan nilai.

4. Pemberian pengalaman belajar secara langsung sangat ditekankan melalui penggunaan


dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan untuk memahami
konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah.

5. Pembelajaran IPA dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti pengamatan,


pengujian/penelitian, diskusi, penggalian informasi mandiri melalui tugas baca, wawancara
nara sumber, simulasi/bermain pern, nyanyian, demonstrasi/peragaan model.

6. Kegiatan pembelajaran lebih diarahkan pada pengalaman belajar langsung daripada


pengajaran (mengajar).

7. Apabila dipandang perlu, guru diperkenankan mengubah urutan materi asal masih dalam
semester yang sama.

8. Guru dapat memberikan tugas proyek yang perlu dikerjakan serta ditinjau ulang untuk
senantiasa menyempurnakan hasil.

9. Penilaian tentang kemajuan belajar siswa dilakukan selama proses pembelajaran


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Guru haruslah terampil dalam pembelajaran IPA SD yang man pembelajaran dimana siswa
memperoleh keterampilan-keterampilan yang spesifik, pengetahuan dan sikap serta merupakan
pembelajaran yang disenangi siswa. Pembelajaran yang efektif didasari oleh prinsip
konstruktivisme. Guru bertindak sebagai fasilitator yang dapat memfasilitasi siswa untuk
membangun pengetahuannya sendiri da belajar secara aktif di kelas..

Dalam persiapan implementasi media pembelajaran, pendidik memperhatikan apakah media


pembelajaran tersebut sesuai dengan materi pelajaran yang akan disampaikan dan dapat membantu
tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Media yang digunakan juga yang mudah
dipahami peserta didik. Dalam pelaksanaanya, pendidik menerapkan rencana penggunaan media
dalam proses pembelajaran. Pada evaluasinya, untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik
memahami materi yang disampaikan

B. SARAN
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami
mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik dan saran
dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

https://cagursd.wordpress.com/2018/07/04/makalah-pembelajaran-ipa-yang-efektif/

https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/elementary/article/download/1969/pdf

https://lenterakecil.com/pengertian-ilmu-pengetahuan-alam/

https://www.silabus.web.id/pengertian-ilmu-pengetahuan-alam-ipa/amp/

Anda mungkin juga menyukai