KAJIAN PUSTAKA
6
7
Sosial (IPS) dan natural science yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dalam kamus Fowler (1951) dalam Djojosoediro
(2011:3), natural science didefinisikan sebagai: systematic and formulated
knowledge dealing with material fenomena and based mainly on observation and
induction. Dalam pengertian bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai: ilmu
pengetahuan alam adalah pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan
menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada
hasil pengamatan indeks.
Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa IPA adalah ilmu
pengetahuan yang sistematis dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang
bersifat kebendaan, melalui kegiatan eksperimen ataupun hasil tanggapan pikiran
manusia atas gejala yang terjadi di alam.
2. Kelemahan
a. Membutuhkan pengalaman yang nyata.
b. Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru lebih
khusus.
c. Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran yang
cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik.
d. Adanya keterbatasan sumber belajar, alat peraga, alat belajar, dan
menuntut situasi dan kondisi serta waktu yang lebih banyak.
e. Kesulitan mengidentifikasi keterampilan siswa.
Berdasarkan pemaparan keunggulan dan kelemahan pembelajaran quantum
sangat memperhatikan keaktifan serta kreatifitas yang dapat dicapai oleh peserta
didik. Pembelajaran quantum mengarahkan seorang guru menjadi guru yang
“baik”. baik dalam arti bahwa guru memiliki ide-ide kreatif dalam memberikan
proses pembelajaran, mengetahui dengan baik tingkat kemampuan siswa.
2.2.5. Prinsip Model Quantum Learning
Adapun prinsip-prinsip Quantum Learning, adalah sebagai berikut:
1. Prinsip utama pembelajaran quantum berbunyi : Bawalah Dunia Mereka
(Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita
(Pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar).
2. Dalam pembelajaran quantum juga berlaku prinsip bahwa proses
pembelajaran merupakan permainan orchestra simfoni.
3. Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam berikut ini :
a. Ketahuilah bahwa segalanya berbicara, dalam pembelajaran quantum,
segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa
tubuh pengajar, penataan ruang sampai guru, mulai kertas yang
dibagikan oleh pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran,
semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran.
b. Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan, semua yang terjadi dalam
proses pengubahan energi menjadi cahaya mempunyai tujuan.
c. Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan. Poses
pembelajaran paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami
14
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar diri individu,
seperti:
a. Keluarga, yaitu cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, rasa
pengertian orangtua, dan latar belakang kebudayaan.
b. Faktor sekolah, metode belajar, perubahan kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi sesama siswa, disiplin yang diterapkan di
sekolah, sarana dan prasarana sekolah, kebiasaan belajar dan tugas
rumah.
c. Faktor masyarakat, keadaan siswa dalam masyarakat, teman
bergaul siswa, bentuk kehidupan masyarakat.
Hampir senada dengan pemikiran Slameto, Muhibbin Syah (2002:132),
memaparkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi
tiga yaitu:
1. Faktor internal (faktor-faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik),
diantaranya:
a. Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) diantaranya kondisi
kesehatan, daya pendengaran dan penglihatan, dan sebagainya.
b. Aspek psikologis yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas
perolehan pembelajaran peserta didik, di antaranya yaitu kondisi
rohani peserta didik, tingkat kecerdasan/intelegensi, sikap, bakat,
minat, dan motivasi peserta didik.
2. Faktor Eksternal (faktor-faktor yang berasal dari luar diri peserta
didik),diantaranya:
a. Lingkungan sosial, seperti para guru, staff administrasi, dan teman-
teman sekelas, masyarakat, tetanga, teman bermain, orangtua dan
keluarga peserta didik itu sendiri.
b. Lingkungan non sosial, seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah
tempat keluarga peserta didik dan letaknya, alat-alat belajar,
keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta didik.
20
3. Faktor Pendekatan Belajar, dapat dipahami sebagai cara atau strategi yang
digunakan peserta didik dalam menunjang efektivitas belajar dan efisiensi
proses pembelajaran materi tertentu.
Dari kedua pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari tiga faktor yaitu faktor internal
atau faktor dari dalam diri siswa yang meliputi kecerdasan, minat atau disebut
sebagai faktor psikologis dan faktor jasmaniah seperti kesehatan siswa, cacat
tubuh dan kelelahan. Kedua yaitu faktor eksternal atau faktor yang berasal dari
luar diri siswa yaitu lingkungan sekitar siswa seperti lingkungan keluarga,
sekolah, teman sebaya, masyarakat dan faktor iklim, waktu dan tempat, musim
dan iklim, dan ketiga faktor pendekatan belajar yaitu cara atau strategi yang
digunakan peserta didik dalam menunjang efektivitas belajar dan efisiensi proses
pembelajaran tertentu.
2.4. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Isna Noor Izzati pada tahun 2008 pada
siswa Kelas IV di SDN Banyuputih O4 Jepara dengan judul “Peningkatan Hasil
Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Quantum”. Berdasarkan hasil penelitian
penerapan Model Pembelajaran Quantum pada siswa kelas IV SDN Banyuputih
04 Tahun ajaran 2008 / 2009. Penelitian ini dilakukan dengan tiga siklus. Pada
siklus I Proses pembelajaran disampaikan dengan strategi dan terencana dimulai
dari kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan ini terfokus mengaktifkan siswa
mulai dari memperhatikan penjelasan, melakukan pengamatan dan percobaan
untuk memperoleh kesimpulan, mendemonstrasikan, tugas kelompok, berdiskusi,
tugas individual yang diakhiri. Siklus II merupakan lanjutan dari siklus
sebelumnya untuk memantapkan dan mencapai tujuan penelitian. Pembelajaran
yang disampaikan tentang sumber energi bunyi, penggolongan bunyi berdasarkan
frekuensi, membedakan perambatan bunyi melalui benda padat, cair, dan gas.
Kegiatan belajar mengajar disampaikan dengan strategi terencana sebagaimana
siklus I dan kegiatan pembelajaran dilaksanakan lebih optimal. Hasil siklus II
menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata siswa 7,33,
siswa belajar tuntas mencapai 96,67% dan hanya 1 siswa yang memperoleh nilai
21
di bawah batas nilai ketuntasan. Siklus III merupakan lanjutan dari siklus II untuk
memantapkan dan dapat membuktikan apakah pembelajaran quantum dalam
pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus ini siswa
mencoba membuat model hasil karya yang merupakan sumber bunyi yaitu
terompet. Siswa membawa sendiri alat dan bahan yang diperlukan, peneliti hanya
sebagai pemandu. Hasil siklus III menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa
yaitu siswa belajar tuntas 100%, rata-rata nilai siswa 8,4 dan hanya ada 1 siswa
memperoleh nilai pas pada batas nilai ketuntasan yaitu 60.
Dari perolehan ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
quantum dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada
siswa kelas IV SDN Banyuputih 04 Jepara baik dilihat dari aspek kognitif, afektif
dan psikomotoriknya. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi
peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 5,50, siklus I 6,47; dan pada siklus II 7,33
dan pada siklus III naik menjadi 8,4. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan
60) pada tes awal 43,33%, tes siklus I 80% setelah dilakukan refleksi terdapat 6
siswa yang tidak tuntas (nilai ulangan dibawah 60), namun secara keseluruhan
sudah meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa,
dan pada tes siklus II menjadi 96,67% setelah dilakukan refleksi III semua siswa
sudah mencapai ketuntasan. Hal ini terbukti dari kenaikan nilai rata-rata yang ada
di dalam kelas.
2.5. Kerangka Berpikir
Penerapan Model Quantum Learning dalam pembelajaran ilmu pengetahuan
alam (IPA) lebih memberi peluang kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
proses belajar. Model Pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk memperoleh
pengalaman belajar yang lebih bermakna sehingga mereka dapat memperoleh
informasi dan menyimpannya dalam memori (pikiran) jangka panjang mereka.
Hal ini secara tidak langsung berdampak pula terhadap perolehan atau hasil
belajar siswa. Di samping itu, penerapan Model Pembelajaran quantum dalam
pembelajaran IPA dapat lebih menarik perhatian siswa selama proses belajar,
karena pembelajaran quantum memungkinkan siswa untuk belajar yang meriah
dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan
22
a. Pembelajaran berpusat
pada siswa
b. Siswa tertarik belajar IPA
c. Siswa aktif
d. Hasil belajar IPA siswa
meningkat.
23