Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

TEORI-TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN IPA DI MI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Kajian IPA MI/SD

Dosen Pengampu: Nur Atiqoh M.Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1. Khafifah Melyana Putri (1908107058)


2. Siva Ripani Fauziah (1908107042)
3. Uswatun Nisa (1908107050)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON

TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas
rahmat dan karunia-Nya makalah ini telah dapat diselesaikan penyusun. Makalah
ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Kajian IPA MI/SD dengan
tema Teori-teori Belajar dan pembelajaran IPA di MI/SD dengan harapan agar
penyusun mengerti dan memahami tentang Kajian IPA MI/SD. Kepada berbagai
pihak yang telah berpatisipasi dalam proses penyusunan makalah ini, kami
sampaikan penghargaan terima kasih. Kepada para pembaca, kami berharap
makalah ini dapat dimanfaatkan dengan baik dan demi perbaikan, kami
mengharapkan adanya masukan-masukan dan kritikan untuk penyempurnaan
model makalah ini dimasa mendatang.

Cirebon, 25 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ i


Daftar Isi .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Makalah ................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran .................................................. 3
B. Teori Behavioristik..................................................................................6
C. Teori Kognitif..........................................................................................8
D. Teori kontruktivisme..............................................................................11
E. Teori Humanistik....................................................................................13
F. Penerapan Teori Behavioristik...............................................................19
G. Penerapan Teori kognitif........................................................................16
H. Penerapan Teori kontruktivisme.............................................................17
I. Penerapan Teori humanistik...................................................................19

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................... 22
B. Saran ………......…………………………………………………… .23
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………....24

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mendidik merupakan suatu proses yang bertanggung jawab untuk


menjadikan seorang siswa untuk menjadi seorang anak yang pintar
didalam proses belajar mengajar. Guru sebagai orang yang menggerakan
terlaksananya proses belajar mengajar seharusnya tidak hanya
menggunakan strategi yang informasi saja. Sehingga membuat siswa
kurang mempunyai inisiatif dan tidak dibiasakan untuk mendapatkan
pengetahuan melalui usaha dan pengalaman siswa itu sendiri.Hal ini
dikarenakan peran siswa lebih banyak hanya menerima informasi dari guru
yang kemudian di hafal untuk ujian atau mendapatkan nilai. Guru sebagai
orang menggerakan terlaksananya proses belajar mengajar harusnya
menggunakan strategi yang merangsang keaktifan siswa.

Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan


istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang
berarti “saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata
science yang bererti pengetahuan. Science kemudian berkembang menjadi
social science yang dalam Bahasa Indonesia yang dikenal dengan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) dan yang dalam Bahasa Indonesia dikenal
sebagai Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

1
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengertian belajar dan pembelajaran
2. Menjelaskan tentang pengertian teori-teori pembelajaran IPA di
MI
3. Menjelaskan keterkaitan antara teori belajar dengan pembelajaran
IPA di MI

C. Tujuan Masalah
1. Memahami pengertian belajar dan pembelajaran
2. Memahami pegertian teori-teori pembelajaran
3. Mengetahui keterkaitan antara teori belajar dan pembelajaran IPA
di MI

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran


Belajar adalah proses untuk meningkatkan kepribadian
personility dengan jalan berusaha mendapatkan pengertian, nilai-
nilai, dankecakapan baru, sehingga peserta didik dapat berbuat lebih
sukses dalam menghadapi kontradiksi-kontradiksi kehidupan.

Menurut Cron bach belajar adalah sebagai suatu aktifitas yang


ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.

Jadi definisi belajar adalah semua aktifitas mental atau


psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan
perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan
sebelum belajar.

Sedangkan pembelajaran berasal dari terjemahan “instuction”


yang banyak dipakai dipakai dalam dunia pendidikan Amerika
Serikat.Pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha agar dengan
kemamauannya sendiri dapat belajar, dan menjadikannya sebagai
salah satu kebutuhan hidup yang tak dapat ditinggalkan. Dengan
pembelajaran akan tercipta keadaan masyarakat belajar learning
society.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses


interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

3
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses pemilihan ilmu.

Berdasarkan karakteristiknya, IPA berhubungan dengan


cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan-pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan.

Proses belajar IPA di sekolah memiliki karakteristik tersendiri, yaitu:

a) Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera,


seluruh proses berpikir, dan berbagai macam gerakan otot.
b) Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai
macam cara (teknik).
c) Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat terutama
untum membantu pengamatan.
d) Belajar IPA merupakan proses aktif Belajar IPA merupakan
sesuatu yang harus peserta didik lakukan bukan sesuatu
yangdilarang

Menurut Sumintono (2010:67) terdapat tiga focus utama


pembelajaran IPA disekolah dasar, yaitu dapat berbentuk:

a) Produk dari IPA yaitu pembelajaran berbagai pengetahuan


ilmiah yang dianggap penting untuk diketahui peserta didik
( hard skills)
b) IPA sebagai proses, yang berkonsentrasi pada IPA sebagai
metode pemecahan masalah untuk mengembangkan
keahlian peserta didik dalam memecahkan masalah ( hard
skills dan soft skils)

4
c) Pendekatan sikap dan nilai ilmiah serta kemahiran insaniah
(soft skills)

Menurut Sumintono (2010: 64) Pada dasarnya


pembelajaran IPA, sebagai mata pelajaran di sekolah akan mempunyai
dampak yang penting, karena hal ini berhubungan erat dengan
kelangsungan makhluk hidup.Menurut Pemerdiknas No 22 Tahun
2006, kompetensi dalam pembelajaran sains di MI, dapat dipilih lah
menjadi 5 yaitu:

1. Menguasai pengetahuan tentang berbagai jenis dan berbagai


lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitan
dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
2. Mengembangkan keterampilan proses sains
3. Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai-nilai yang
berguna bagi peserta didik untuk meningkatkan kualitas
kehidupan sehari-hari.
4. Mengembangkan kesadaran tentang keterkaitan yang saling
mempengaruhi antara kemempuan sains dan teknologi
dengan keadaan lingkungan serta pemanfaatannya bagi
kehidupan nyata sehari-hari.
5. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menerapkan
iptek serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan
sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya
ketingkat yang leebih tinggi.

Dampak pengertian IPA di MI ditunjukan untuk memberi


kesempatan peserta didik memupuk rasa ingin tahu secara alamiah
mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas
fenomena-fenomena alam berdasarkan bukti, serta mengembangkan

5
cara berpikir ilmiah. Pembelajara IPA tidak hanya mengajarkan
penguasaan fakta, konsep, dan prinsip tentang alam akan tetapi juga
mengajarkan metode memecahkan masalah, melatih kemampuan
berpikir kritis, dan mengambil kesimpulan dan bekerja sama serta
menghargai pendapat orang lain. Pembelajaran IPA di MI lebih
menekankan pemberian pengalaman langsung sesuai kenyataan di
lingkungan melalui kegiatan untuk mengembangkan keterampilan
proses dan bersikap ilmiah (Mulyasa, 2006:110-111) .

B. Teori-teori Pembelajaran
1. Teori Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori tentang
perubahan tingkat laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini
berpengaruh terhadap pengembangan teori dan praktik pendidikan
dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Teori
ini menggunakan stimulus-respons dan menempatkan peserta
ddik sebagai individu yang pasif. Perubahan terjadi melalui
rangsangan (stimulus) yang menimbulkan hubungan perilaku
reaktif (respons) berdasarkan hukum-hukum mekanistik.
Hubungan stimulus dan respons ini jika siulang akan menjadi
sebuah kebiasaan. Respons atau perilaku tertentu diperoleh
dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan.

Tujuan pembelajaran dalam teoti behavioristik ditekankan


kepada penambahan pengetahuan. Pembentukan perilaku sebagai
hasil belajar yang tampak, diperoleh dengan penataan kondisi yang
ketat dan penguatan. Perilaku manusia dipengaruhi oleh stimulus
yang ada di lingkungannya. Oleh karena itu, perilaku manusia
dianggap dapat dikontrol atau dikendalikan dengan melakukan
manipulasi terhadap lingkungan.

6
Evaluasi di tekankan pada respons pasif, misalnya
menggunakan tes tertuli. Aplikasi teori ini tergantung padatujuan
pembelajaran, sifat materi pelajaran. Teori ini menganggap bahwa
segala fasilitas pembelajaran yang tersedia. Teori menganggap
bahwa segala sesuatu yang ada di dunia nyata terstruktur rapid an
teratur, sehingga peserta didik harus dihadapkan aturan yang jelas.

Ciri-ciri implementasi teori behavioristik antara lain sebagai


berikut :
1. Mementingkan pengaruh lingkungan.
2. Mementingkan peranan reaksi.
3. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar
melalui prosedur stimulus respons.
4. Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar.
5. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang
diinginkan.

Implementasi proses belajar mengajar menggunakan


teori behavioristik antara lain sebagai berikut :

1. Menentukan tujuan intruksional.


2. Menganalisis lingkungan kelas, termasuk entry behavior
peserta didik.
3. Menentukan materi pelajaran.
4. Memecah materi pelajaran menjadi bagian-bagian kecil.
5. Menyajikan materi pelajaran.
6. Memberikan stimulus berupa : pertanyaan, tes, latihan,
tugas-tugas.
7. Memberikan stimulus baru.

7
Peranan guru dalam menerapkan teori behavioristik antara
lain sebagai berikut :

1. Menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap


untuk digunakan, misalnya : modul, intruksi kerja, dsb.
2. Duru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi
memberikan intruksi singkat diikuti pemberian contoh-
contoh yang dilakukan sendiri atau melakukan simulasi.
3. Bahan pelajaran secara terstruktur, dari sederhana menuju
kompleks.
4. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil
yang ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan
tertentu.
5. Guru segera memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh
peserta didik.
6. Pembelajaran diorientasikan pada hasil yang dapat diukur
dan diamati.
7. Guru melakukan evaluasi atau penilaian berdasarkan
perilaku yang tampak.

Teori behavioristik banyak dikritik, dan tidak mampu


menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam
hubungan stimulus dan respons. Teori ini tidak mampu
menjelaskan situasi belajar yang kompleks. Behaviorisktik hanya
memperhatikan hasil belajar yang dapat diukur dan tidak
memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasan.

2. Teori Kognitif

Menurut teori kognitif, pembelajaran terjadi dengan


mengaktifkan indra siswa agar memperoleh pemahaman.
Pengaktifan indra dapat dilaksanakan dengan menggunakan
media/alat bantu menggunakan berbagai metode. Menurut teori

8
ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman akibat
interaksi individu dan lingkungannya. Proses belajar akan terjadi
jika materi yang baru (yang dipelajari) beradaptasi dengan
struktur kognitif yang sudah dimiliki.

Pendidikan menurut teori belajar kognitif antara lain :

1. Menghasilkan individu atau peserta didik yang memiliki


kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap
persoalan yang dihadapi.
2. Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan
melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah
dalam kehidupan sehari-hari .
3. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat
menemukan cara belajar sesuai bagi dirinya.

Teori belajar yang berkembang berdasarkan teori ini


adalah teori perkembangan Piaget, Teori kognitf Bruner, dan teori
bermakna Ausubel. Ada yang berpendapat bahwa teori ini sukar
diterapkan, karena tidak mungkinmemahami “struktur kognitif”
yang ada dalam setiap orang peserta didik.

Ciri-ciri teori kognitif adalah sebagai berikut :

1. Mementingkan apa yang ada pada diri individu.


2. Mementingkan keseluruhan.
3. Mementingkan peranan fungsi kognitif.
4. Mementingkan kondisi saat ini.mementingkan
keseimbangan dalam diri individu.
5. Mementingkan pembentukan struktur kognitif.

a. Teori perkembangan kognitif


Teori pieget merupakan teori konflik sosiokognitif atau
perkembagan kognitif yang berkembanga menjadi aliran

9
kontruktivisme. Menurut Pieget , pengetahuan dibentuk
berdasarkan interaksi antara individu dengan lingkungan, namun
informasi tidak sekedar dituangkan kedalam pikiran mereka
dengan lingkungan. Kemampuan belajar anak ditentukan oleh
kemauan, keaktifan, dan kemandirian individu. Keaktifan peserta
didik merupakan faktor dominan keberhasilan belajar,
kemandirian merupakan jaminan ketercapaian hasil belajar yang
optimal, dan penataan lingkungan dapat mempermudah belajar.

Ada empat faktor yang memepengaruhi perkembangan kognitif,


yaitu :
1. Lingkungan fisik.
2. Kematangan .
3. Pengaruh sosial.
4. Proses pegendalian diri.

Teori Pieget termasuk psikogenesis, yakni pendapat bahwa


pengetahuan berasal dari individu dan terpisah dengan interaksi
sosial, serta penciptaan makna/pengetahuan merupakan akibat
kematangan biologis. Pieget mendeskripsikan proses atau
perubahan struktur kognitif terjadi melalui adaptasi yang
berimbang (equilibrium) yang mencakup proses asimilasi dan
akomodasi.

Proses kognitif menurut Pieget meliputi tiga tahap, yaitu :


a) Proses Asimilasi, yaitu penyatuan informasi kestruktur
kognitif yang sudah ada dalam benak anak.
b) Proses Akomodasi, yaitu penyesuaian struktur kognitif ke
dalam kesituais yang baru.

10
c) Proses Equilibrium, yaitu penyesuaian berkesinambungan
antara asimilasi dan akomodasi. Jika tahapan ini berhasil,
akan diperoleh keseimbangan pemikiran.

Usia untuk tahap perkembangan kognitif menurut Pieget adalah


sebagai berikut :

a) Periode Sensori motor (sejak lahir sampai 2 tahun)


b) Periode Praoperasional (2 tahun sampai 7 tahun)
c) Perode Operasi yang Nyata (7 tahun smapai 11 tahun)
d) Periode Operasi Formal (lebih dari 11 tahun)

a. Teori Bruner
Jerome Bruner mengembangkan teori perkembangan
mental, yang mendeskripsikan bahwa terjadinya proses belajar
lebih ditentukan oleh cara mengatur materi pelajaran.
Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap :
a. Manipulasi objek langsung (enactive).
b. Representasi gambar tahap (iconiq).
c. Manipulasi symbol (symbolic).

3. Teori Kontruktivistik
Teori ini merupakan teori sosiogenesis, yamg membahas
tentang faktor primer (kesadaran sosial) dan faktor sekunder
(individu), serta pertumbuhan kemmapuan. Peserta didik
berpatisipasi dalam kegiatan sosial tanpa makna, kemudian
internalisasi atau pengendapan dan pemaknaan atau kontruksi
pengetahuan baru, sertaperubahan (transformasi) pengetahuan.
Proses kontruksi pengetahuan dilakukan secara bersama-sama,
dengan bantuan yang diistilahkan dengan scaffolding, misalnya
dengan memberikan petunjuk, pedoman, bagan/gambar, prosedur,
atau balikan. Teori ini melandasi munculnya pembelajaran

11
kolaboratif/kooperatif, pembelajaran berbasis massalah (PBL), dan
pembelajaran kontekstual.

Menurut kontruktivistik, belajar ialah antara lain :


1. Proses aktif dan konstruktif yang terjadi di lingkungan
luar kelas.
2. Mengubah informasi menjadi proses mental.
3. Membangun pengetahuan baru dengan pengertian dari
pengalaman pribadi.
4. Mengaitkan pengetahuan baru dengan pengalaman lama
(asimilasi).
5. Membangun pengetahuan baru dari fenomena lama
(akomodasi).

Menurut teori ini, pengetahuan ada dalam pikiran manusia


dan merupakan interpretasi manusia terhadap pengalamannya
tentang dunia, bersifat perspektif, konvesional, tentatif, dan
evolusioner.

Ciri-ciri tahapan pembelajaran konstruktivistik adalah


sebagai berikut :

1. Orientasi : mengembangkan motivasi dan mengadakan


observasi.
2. Elistisasi : mengungkapkan ide secara jelas serta
mewujudkan hasil observasi.
3. Restrukturisasi ide : klarifikasi ide, membangun ide
baru, dan mengevaluasi ide baru.
4. Penggunaan ide dalam banyak situasi.
5. Riviu : merevisi dan mengubah ide.

12
Beberapa kelebihan pembelajaran konstruvistik adalah :

1. Peserta didik terlibat secara langsung dalam


membangun pengetahuan baru, mereka akan lebih
paham dan dapat mengaplikasikannya.
2. Peserta didik aktif berfikir untuk menyelesaikan
masalah, mencari ide dan membuat keputusan.
3. Murid terlibat secara langsng dan aktif belajar, sehingga
dapat mengingat konsep secara lebih lama.

4. Teori Humanistik
Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul
tahun 1950-an sebagai reaksi terhadap behavioristik dan
psikoanalisis. Teori belajar Humasnistik menganngap bahwa
keberhasilan belajar terjadi ketika peserta didik memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan
dari sudut pandang pengamatnya.

Prinsip belajar humanistik adalah sebagai berikut :


1. Manusia mempunyai cara belajar alami.
2. Belajar terjadi secara sigmifikan jika materi pelajaran
dirasakan mempunyai relevansi dengan maksud
tertentu.
3. Belajar menyangkut perubahan dalam persepsi
mengenai diri peserta didik.
4. Belajar yang bermakna diperoleh jika peserta didik
melakukannya.
5. Kepercayaan pada diri peserta didik ditumbuhkan
dengan membiasakan untuk mawas diri.

13
Pembelajaran humanistik menempatkan guru sebagai
pembimbing dengan memberi pengarahan pada peserta didik agar
dapat mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai manusia yang
unik untuk mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam dirirnya.
Peserta didik perlu melakukan sesuatu berdasarkan inisiatif dengan
melibatkan pribadinya secara utuh yang mencakup perasaan
maupun intelektualnya dalam proses belajar agar dapat
memperoleh hasil. Peserta didk berperan sebagai pelaku utama
(student center) yang memaknai pengalaman belajarnya sendiri.

Teori humanistik beranggapan bahwa teori belajar apa pun


dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk “memanusiakan”
manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta
realisasi diri orang yang belajar secara optimal. Aplikasi teori ini
lebih fokus pada semangat kemanusiaan selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.
Teori ini cendenrung bersifat elektik, yakni memanfaatkan metode
dan teknik belajar apa saja asal tujuan belajar tercapai. Proses
belajar dibuat menyenangkan dan bermakna bagi perseta didik.
Beberapa tokoh penganut aliran humanistik antara lain adalah
Kolb, Habermas, dan Mumford.

C. Penerapan Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA


a. Teori Behavioristik dalam Pembelajaran

Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran


tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat
materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan
berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan

14
adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah
terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan (transfer of knowledge) ke peserta didik.

Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan


telah terstruktur rapi dan teratur, maka peserta didik harus
dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih
dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial
dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan
penegakan disiplin. Ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu
keberhasilan belajar. Siswa adalah objek yang berperilaku sesuai
dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem
yang berada di luar dirinya.

Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat,


sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku
teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan
mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Evaluasi
belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan
pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan
pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan
peserta didik secara individual.

Adapun cara penerapan teori belajar Behavioristik dalam


pembelajaran berdasarkan teorinya adalah sebagai berikut :

a) Menentukan tujuan dan indikator pembelajaran

b) Menganalisis lingkungan belajar dan mengidentifikasi


pengetahuan awal peserta didik

c) Menentukan materi pembelajaran

15
d) Menguraikan materi pembelajaran menjadi bagian-
bagian meliputi : topik, pokok bahasan, sub-pokok
bahasan dan seterusnya

e) Menyajikan pembelajaran

f) Memberi stimulus kepada peseta didik

g) Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan peserta


didik

h) Memberikan penguatan baik yang positif maupun negatif

i) Memberi stimulasi ulang

j) Mengevaluasi hasil belajar peserta didik

b. Teori Kognitif dalam Pembelajaran


Teori belajar ini disebut sebagai model perceptual, yaitu melatih
siswa untuk mengoptimalkan dalam memahami terhadap suatu objek.
Teori ini menyatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan
dengan dirinya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang
nampak.

Pada hakikatnya teori kognitif adalah sebuah teori pembelajaran


yang cenderung melakukan praktek yang mengarah pada kekuatan
intelektual peserta didik. Meskipun teori ini memiliki berbagai
kelemahan, namun memiliki juga kelebihan yang harus diperhatikan
yaitu kecerdasan peserta didik perlu dimulai dari adanya pembentukan
kualitas intelektual (kognitif). Konsekuensinya proses pembelajaran
harus lebih memberi ruang yang luas agar siswa mengembangkan
kualitas intelektualnya.

16
Adapun cara penerapan teori belajar Kognitif dalam pembelajaran
adalah sebagai berikut :

a) Belajar tidak harus berpusat pada guru tetapi peserta didik harus
lebih aktif. Oleh karenanya peserta didik harus dibimbing agar
aktif menemukan sesuatu yang dipelajarinya. Konsekuensinya
materi yang dipelajari harus menarik minat belajar peserta didik
dan menantangnya sehingga mereka asyik dan terlibat dalam
proses pembelajaran.

b) Bahan pembelajaran dan metode pembelajaran harus menjadi


perhatian utama. Peserta didik akan sulit memahami bahan
pelajaran jika tidak di contohkan dengan benda yang ada
didepannya. Bagi anak SD pengoperasian sesuatu harus
menggunakan benda-benda terutama di kelas-kelas awal karena
tahap perkembangan berpikir mereka baru mencapai tahap operasi
konkret.

c) Dalam proses pembelajaran guru harus memperhatikan tahapan


perkembangan kognitif peserta didik. Materi dirancang sesuai
dengan tahapan perkembangan kognitif itu dan harus merangsang
kemampuan berpikir mereka.

d) Belajar harus berpusat pada peserta didik karena peserta didik


melihat sesuatu berdasarkan dirinya sendiri. Untuk terjadinya
proses belajar harus tidak ada proses paksaan agar sifat
egosentrisnya tidak terbunuh.

c. Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran

Teori ini memusatkan pada kesuksesan siswa dalam


mengorganisasikan pengalaman mereka, bukan kepatuhan siswa dalam
refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru.
Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi

17
sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi. Menurut
teori ini, perlu disadari bahwa siswa adalah subjek utama dalam
kegiatan penemuan pengetahuan. Mereka menyusun dan membangun
pengetahuan melalui berbagai pengalaman yang memungkinkan
terbentuknya pengetahuan. Mereka harus menjalani sendiri berbagai
pengalaman yang pada akhirnya memberikan percikan pemikiran
(insight) tentang pengetahuan-pengetahuan tertentu.

Penerapan konstruktivisme dalam proses belajar-mengajar


menghasilkan metode pengajaran yang menekankan aktivitas utama
pada siswa. Teori pendidikan yang didasari konstruktivisme
memandang murid sebagai orang yang menanggapi secara aktif objek-
objek dan peristiwa-peristiwa dalam lingkungannya, serta memperoleh
pemahaman tentang seluk-beluk objek-objek dan peristiwa-peristiwa
itu.

Adapun cara penerapan teori Konstruktivisme dalam pembelajaran


adalah sebagai berikut :

a) Memberikan permasalahan yang relevan dengan siswa. Fokus


pada apa yang menarik bagi siswa dan penggunaan pengetahuan
awal atau sebelumnya sebagai titik awal. Hal ini dapat membantu
siswa untuk lebih termotivasi dan terlibat dalam belajar.
Pertanyaan-pertanyaan relevan yang ditujukan kepada siswa akan
memaksa para siswa untuk mempertimbangkan dan
mempertanyakan pemikiran serta konsep mereka

b) Mengorganisasi pembelajaran pada konsep-konsep utama. Hal ini


merujuk pada perancangan belajar pada ide dan konsep utama dari
pada memberikan kepada siswa topik-topik terpisah dan tanpa
kesamaan yang mungkin atau tidak saling berkaitan. Penggunaan
konsep-konsep yang luas mengundang tiap siswa untuk

18
berpartisipasi tanpa memperhtikan perbedaan gaya individu,
tempramen dan karakter

c) Mencari dan menilai sudut pandang siswa. Prinsip ini memberikan


keluasan pada proses berpikir bagi siswa. Hal ini juga dapat
menantang siswa untuk membuat proses pembelajaran lebih
bermakna. Untuk mencapai hal ini,guru harus memiliki kemauan
untuk mendengarakan siswa dan menyediakan kesempatan agar
hal ini bisa terjadi di kelas

d) Mengadaptasi kurikulum sesuai dengan kayakinan-keyakinan


yang dimiliki siswa . Adaptasi kurikulum tugas-tugas kurikulum
yang berkaitan keyakinan-keyakinan siswa merupakan tujuan dari
tuntutan kognitif yang tersirat dalam tugas-tugas
khusus(dikurikulum)

e) Menilai pembelajaran siswa dalam konteks pengajaran.. Hal ini


merujuk pada ketidakterkaitan yang lama ada antara konteks
pembelajaran dengan penilaian (assesment). Penilaian otentik
dapat dapat dilakukan dengan baik melalui pengajaran interaksi
siswa dengan guru, siswa dengan siswa serta mengobservasi siswa
dalam tugas-tugas yang bermakna

d. Teori Humanistik dalam Pembelajaran

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk


diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis
terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini
adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan
terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat
oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara

19
bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau
melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.

Teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama


proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.
Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator
bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran
mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi
pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku
utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya
sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan
potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang
bersifat negatif.

Adapun cara penerapan teori Humanistik dalam Pembelajaran


adalah sebagai berikut :

a) Menentukan tujuan pembelajaran

b) Menentukan materi pembelajaran

c) Mengidentifikasi kemampuan belajar peserta didik

d) Mengidentifikasi topik yang memungkinkan peserta didik aktif


terlibat dan mengalami pembelajaran

e) Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media belajar

f) Membimbing peserta didik untuk memahami hakikat makna dari


pengalaman belajarnya

g) Pembimbing peserta didik membuat konsep tualisasi pengalaman


belajarnya

20
h) Membimbing peserta didik untuk dapat mengaplikasikan konsep-
konsep situasi nyata.

i) Evaluasi proses dan hasil belajar.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Belajar adalah proses untuk meningkatkan kepribadian personility
dengan jalan berusaha mendapatkan pengertian, nilai-nilai, dan kecakapan
baru, sehingga peserta didik dapat berbuat lebih sukses dalam menghadapi
kontradiksi-kontradiksi kehidupan.

Sedangkan pembelajaran berasal dari terjemahan “instuction” yang


banyak dipakai dipakai dalam dunia pendidikan Amerika
Serikat.Pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha agar dengan
kemamauannya sendiri dapat belajar, dan menjadikannya sebagai salah
satu kebutuhan hidup yang tak dapat ditinggalkan. Dengan pembelajaran
akan tercipta keadaan masyarakat belajar learning society.

Macam-macam Teori dalam Belajar dan Pembelajaran IPA di MI:

1. Teori Behavioristik
2. Teori Kogmitif
3. Teori Konstruktifisme
4. Teori Humanistik
Jerome Bruner mengembangkan teori perkembangan mental, yang
mendeskripsikan bahwa terjadinya proses belajar lebih ditentukan oleh
cara mengatur materi pelajaran.
Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap :
D. Manipulasi objek langsung (enactive).
E. Representasi gambar tahap (iconiq).
F. Manipulasi symbol (symbolic).

22
B. Saran
Dari pembahasan diatas, Mengenai Teori-teori Pembelajaran IPA di MI
semoga kita dapat memahaminya dan menjadikan sebuah pengetahuan
yang bermanfaat untuk kedepannya dan bisa kita terapkan sebagai seorang
pendidik khususnya untuk Guru Madrasah Ibtidaiyah untuk diterapkan
kepada calon peserta didik. Agar kelak menjadi seorang Guru yang
mengerti kemampuan dari peserta didik, bakat serta minat dari calon
peserta didik, kemauan keras dan untuk selalu semangat menggapai cita,
asa, dan mimpi-mimpi dari calon peserta didik.Diharapkan pengetahuan
tersebut dapat membantu calon peserta didik dalam melaksanakan
tugasnya sehingga meningkatkan hasil belajar secara maksimal.

23
DAFTAR PUSTAKA

Anthony, E. M. 1963. Approach, Method and Technique of English language Teaching


17.

Asher, J.J. 1979. Learning Another Language Trough Action. San Jose. California:
Accuprint

Augustine, D.K., Gruber, K.D., & Hanson, L.R. 1989-1990. Copperation works,
Educational Leadership, hlm. 4-7.

Davis, B. G. 1993. Tools of Teaching. San Francisco: Jossey-Bass.

Kusumawati, N. Dan Maruti, E. S. 2019. Strategi Belajar Mengajar di Sekolah Dasar.


Magetan : CV. AE Media Grafika.

Lisa, Y. W. 2019. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Sleman: CV Budi Utama

Muchith, S.M.. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: Rasail Media Group.

Nata, A. 2011. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta : Prenada Media
Group

Wilfred, F.H. 2009. Theories of Learning (Teori-teori Pembelajaran). Bandung: Nusa


Media.

Parera, J.D, 1997. Linguistik Edukasional. Jakarta: Penerbit Erlangga.

24

Anda mungkin juga menyukai