Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 2

KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN


KURIKULUM PENDIDIKAN DASAR
(MPDR5105)

Disusun oleh
Nama : Ika Mery Widharningsih
NIM : 530062682

PPs MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ YOGYAKARTA
TAHUN 2021
1. Cari satu artikel yang berkaitan dengan Penerimaan Peserta Didik Baru
(PPDB) atau Asesmen Kompetensi Minimum atau Perluasan Kualitas
Pendidikan atau Kurikulum Merdeka Belajar dari jurnal ilmiah online! 
2. Tuliskan identitas artikel yang dipilih, yang mencakup judul dan nama
penulis artikel, serta judul jurnal dan sumber online-nya!
3. Buat ringkasan atau simpulan dari isi artikel tersebut!
4. Tuliskan hasil analisis Saudara terhadap kemungkinan penerapan isi
artikel tersebut di sekolah! Gunakan referensi yang sesuai dan mutakhir!

Jawaban:
Identitas Artikel
Judul : Merdeka Belajar ; Antara Retorika dan Aplikasi
Nama Penulis Artikel : Nofri Hendri
Judul Jurnal : E-Tech
Volume 08 Number 01 2020
ISSN : Print 2541-3600-Online2621-7759
DOI : 10.1007/XXXXXX-XX-0000-00
Sumber Online :
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/e-tech/article/view/107288/pdf

Ringkasan atau Simpulan


Realita dalam dunia pendidikan yang selama ini terjadi, guru dan siswa
belum memiliki kemerdekaan untuk menentukan dan merencanakan kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, karakteristik, dan potensi masing-
masing siswa. Semua masih diatur oleh pemerintah mulai dari rencana, proses
dan evaluasi yang semuanya terkesan dibatasi dan mengikat.
Hal ini tentu tidak sejalan dengan tujuan pendidikan yang termaktub dalam
UUD 1945 yaitu pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan juga bertujuan untuk memanusiakan manusia, namun sayangnya
masih belum semua guru memahami bagaimana cara mengimplementasikannya
dalam kurikulum dan kegiatan belajar di sekolah.
Dalam kegiatan belajar terjadi interaksi antara guru dan siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran, dengan menerapkan pembelajaran yang
memperhatikan karakteristik dan kebutuhan individu siswa. Kegiatan
pembelajaran yang selama ini berlangsung lebih fokus pada guru sebagai sumber
utama belajar, siswa cenderung pasif. Semua siswa dipaksa untuk mempelajari
hal sama dan dianggap memiliki kemampuan yang sama. Hal yang demikian
membuat siswa menjadi tidak akan mampu mengembangkan pengetahuannya.
Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, diperlukan SDM
yang unggul, memiliki kepekaan, kemandirian, tanggung jawab, berpikir kritis,
tanggap dalam mengambil keputusan, dan mengembangkan segala potensi yang
ada pada dirinya. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya langkah strategis
dalam pendidikan yang berhasil guna dan berdaya guna tinggi.
Mendikbud mengambil sebuah kebijakan yang disebut dengan “Merdeka
Belajar” yang diartikan sebagai kemerdekaan berpikir. Diharapkan dengan
adanya kebijakan ini akan dapat mengatasi permasalahan dalam pendidikan yang
selama ini terjadi.
a) Penerapan teori belajar Andragogi
Andragogi merupakan sutau model proses pembelajaran dimana peserta didik
merupakan orang dewasa atau dikenal juga sebagai teknologi pelibatan orang
dewasa dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran akan terlaksana
dengan baik jika ada keterlibatan peserta didik didalamnya sebagai kunci
keberhasilan pembelajaran orang dewasa.
Pendidik harus mampu memfasilitasi peserta didik dalam:
1) Mendefinisikan kebutuhan belajarnya,
2) Merumuskan tujuan belajar,
3) Ikut serta memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan penyusunan
pengalaman belajar,
4) Berpartisipasi dalam mengevaluasi proses dan hasil kegiatan
belajar.
b) Teori Humanistik dan Konstruktivistik untuk kemerdekaan belajar
Teori Humanistik
Konsep belajar menurut teori humanisme lebih memfokuskan pada
perkembangan kepribadian manusia/potensi manusia untuk mencari,
menemukan, dan mengembangkan kemampuan yang ada pada diri.
Menurut teori humanisme tujuan dari belajar adalah memanusiakan manusia
yang berarti bahwa perilaku masing-masing orang ditentukan oleh pribadi
orang itu sendiri, bagaimana manusia memahami lingkungan dan dirinya
sendiri.
Tugas pendidik adalah membantu siswa mengembangkan, mengenal dirinya
sebagai pribadi yang unik dan membantu mewujudkan potensi yang ada diri
siswa.
Guru berperan sebagai fasilitator dengan melakukan beberapa hal berikut:
1) Memberi perhatian dengan menyiapkan apersepsi sebagai awal kegiatan
pembelajaran, mengkondisikan kelompok belajar ataupun pengalaman
kelas.
2) Membantu memperoleh dan memperjelas tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai baik secara pribadi maupun kelompok
3) Pendidik harus mempercayai bahwa masing-masing siswa memiliki
keinginan untuk melaksanakan pembelajaran yang bermakna.
4) Menyediakan berbagai sumber belajar yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran
5) Mampu menempatkan diri sebagai suatu seumber yang fleksibel untuk
dapat dimanfaatkan oleh siswa

Teori Belajar Konstruktivistik


Berbeda dengan teori belajar humanisme yang lebih mementingkan isi dari
yang dipelajari, teori belajar konstruktivistik lebih memfokuskan pada proses
dan kebebasan dalam menggali pengetahuan dan mengkonstruksi
pengalaman.
Dalam proses pembelajaran, siswa diberikan kesempatan untuk
mengemukakan ide dan gagasannya, berfikir tentang pengalamannya
sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif.
Siswa harus aktif dalam membangun struktur pengetahuannya berdasarkan
kematangan kognitif yang ada pada dirinya. Karena menurut teori belajar
konstruktivistik, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja ke pikiran
siswa.
Perkembangan kognitif siswa dipengaruhi oleh tiga hal dasar yaitu asimilasi
merupakan perpaduan data baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki.
Akomodasi merupakan penyesuaian struktur kognitif terhadap situasi baru.
Ekuilibrasi merupakan penyesuaian kembali yang dilakukan secara terus
menerus antara asimiliasi dan akomodasi.
Menurut teori konstruktivistik, belajar adalah proses pemaknaan atau
penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan
refleksi serta interpretasi yang dilakukan oleh siswa sebagai pebelajar
sehingga siswa akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap
pengetahuan.
Peranan utama guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian, yang
meliputi:
1) Menumbuhkan kemandirian pada siswa dengan memberikan kesempatan
untuk bertindak dan mengambil keputusan.
2) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa agar dapat melakukan
sesuatunya dengan baik.
3) Memberikan kemudahan dalam belajar dengan menyediakan fasilitas
yang mendukung dan memberi peluang yang optimal bagi siswa.

c) Kemerdekaan belajar sebagai prasyarat agar anak gemar belajar


Kondisi pendidikan saat ini ibarat kelas tanpa guru, dimana anak-anak akan
belajar hanya jika ada guru, dan akan ramai jika ditinggal pergi gurunya
karena anak-anak tidak diajari cara merencakan kegiatan belajarnya.
Selama ini anak-anak belajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh
orang dewasa/guru. Kapan mereka harus belajar, materi apa yang harus
dipelajari semua didikte oleh guru, tanpa memperdulikan kebutuhan dan
karakteristik siswa serta kondisi psikis/emosional siswa. Bahkan terkadang
materi yang mereka pelajari tidak relevan dengan kehidupan anak.
Anak-anak tidak harus dipaksa untuk belajar, karena tugas kita bukan
membuat anak untuk belajar melainkan membolehkan anak belajar dengan
caranya masing-masing. Ketika anak-anak belajar sesuai dengan karakteristik
dan potensinya maka kita akan melihat bagaimana anak dapat belajar dengan
kecepatan yang menakjubkan yang tidak pernah kita duga sebelumnya.

d) Ki Hajar Dewantara dan Kemerdekaan Belajar


Ki Hajar Dewantara sudah berulang kali menyampaiakn tentang kemerdekaan
belajar. Kemerdekaan yang dimaksud adalah anak-anak diberikan kebebasan
dalam berpikir yaitu jangan selalu “dipelopori” atau disuruh mengakui hasil
pikiran orang lain, tetapi dibiasakan mencari sendiri pengetahuan dengan
menggunakan pikirannya sendiri.
Kemerdekaan bersifat tiga macam: 1) berdiri sendiri berarti bahwa anak-anak
memiliki kewenangan dan inisiatif untuk belajar sendiri, 2) tidak tergantung
pada orang lain berarti anak belajar tanpa tergantung dengan kehadiran orang
dewasa,, 3) dapat mengatur diri sendiri berarti anak punya kemampuan untuk
mengelola kebutuhan belajarnya.

e) Program Merdeka Belajar di antara Teori dan Harapan


Empat program pokok kebijakan pendidikan “Merdeka Belajar”, yaitu:
1) Perubahan pada USBN
2) Ujian Nasional (UN)
3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
4) Peraturan PPDB Zonasi
Kemerdekaan belajar menjadi salah satu solusi konkrit guna mengatasi
permasalahan pendidikan yang begitu kompleks.

Kemungkinan penerapan isi artikel tersebut di sekolah


Terkait dengan Kebijakan Merdeka Belajar oleh Kemendikbud, sudah mulai
diterapkan di sekolah saya, yaitu:
1) Perubahan USBN
Mulai tahun 2020 USBN diganti dengan Ujian Kelulusan yang
diselenggarakan oleh pihak sekolah masing-masing dengan menilai
kompetensi siswa dalam bentuk tes tertulis atau bentuk penilaian lainnya
yang lebih komprehensif seperti portofolio dan penugasan baik individu
maupun kelompok.
Masing-masing guru memiliki kebebasan untuk melakukan penilaian sesuai
dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.
2) Ujian Nasional (UN)
Berdasarkan Surat Edaran Mendikbud Nomor 1 Tahun 2021 tentang
Peniadaan Ujian Nasional dan Ujian Kesetaraan serta Pelaksanaan Ujian
Sekolah Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19.
Di tahun 2021 ini UN akan diganti dengan Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM) dan Survey Karakter, yang rencananya akan dilaksanakan sekitar
bulan Oktober 2021 dengan sasaran siswa Kelas 5 untuk jenjang Sekolah
Dasar.
Di Tahun 2020 sekolah saya menjadi salah satu sekolah yang menjadi sampel
pelaksanaan AKM dalam rangka uji coba server dan jaringan yang diikuti
oleh 5 orang siswa.

3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)\


Sesuai dengan Surat Edaran Mendikbud Nomor 14 Tahun 2019 tentang
Penyerdahanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Guru-guru di sekolah
saya sudah membuat RPP yang sesuai dengan kurikulum merdeka belajar
yang meliputi 3 komponen utama yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan
pembelajaran dan penilaian/evaluasi atau dikenal dengan istilah RPP 1
lembar.
4) Peraturan PPDB Zonasi
Berdasarkan Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018 tentang PPDB TK, SD,
SMP dan SMA atau bentuk lain yang sederajat, bahwa untuk PPDB
dilaksanakan berdasarkan zonasi dengan tujuan untuk pemerataan akses dan
mutu pendidikan. Dalam PPDB di sekolah saya 90% mengutamakan anak-
anak yang tinggal di sekitar sekolah, sisanya untuk siswa yang berasal dari
luar wilayah sekolah.

Sumber Rujukan:

2019. Surat Edaran Nomor 14 Tahun 2019 Tentang Penyerdahaan Rencana


Pelaksanaan Pembelajaran.
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/surat-edaran-nomor-14-
tahun-2019-tentang-penyederhaan-rencana-pelaksanaan-pembelajaran.
(diakses pada 14 Mei 2021 Pukul 09:25)
2019. USBN Dihapus, Sekolah Bisa Selenggarakan Ujian Kelulusan Sendiri.
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/usbn-dihapus-sekolah-
bisa-selenggarakan-ujian-kelulusan-sendiri. (diakses pada 14 Mei 2021
Pukul 08:54)
2019. Mendikbud Tetapkan Empat Pokok Kebijakan Pendidikan “Merdeka
Belajar”. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/mendikbud-
tetapkan-empat-pokok-kebijakan-pendidikan-merdeka-belajar. (diakses
pada 14 Mei 2021 Pukul 08:28)
Hasan, Said Hamid, dkk. (2016). Kebijakan dan Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Dasar. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Kautsar, ND. 2021. Ujian Nasional 2021 Ditiadakan, Ini Pengganti UN sebagai
Syarat Kelulusan. https://www.merdeka.com/jabar/ujian-nasional-2021-
ditiadakan-ini-pengganti-un-sebagai-syarat-kelulusan.html?page=5.
(diakses pada 14 Mei 2021 Pukul 09:07).
Mulyana, A. (2018). Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018 Tentang Penerimaan
Peserta Didik Baru TK SD SMP SMA SMK dan Sederajat.
https://ainamulyana.blogspot.com/2018/05/permendikbud-nomor-14-
tahun-2018.html#:~:text=Peraturan%20Menteri%20Pendidikan%20dan
%20Kebudayaan,atau%20bentuk%20lain%20yang%20sederajat. (diakses
pada 14 Mei 2021 pukul 09:35)

Anda mungkin juga menyukai