Anda di halaman 1dari 20

KEBIJAKAN PENDIDIKAN INDONESIA

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi Tugas Tutorial 1


Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Dasar

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. C. Rudy Prihantoro, M.Pd.

Oleh :
R Jefri Nurdin Abdul Jalil

530078691

MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS TERBUKA BOGOR
2022

i.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam dan segala
isinya, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurah kepada panutan kita Nabiyullah Muhammad SAW. Berkat curahan Rahmat dan kasih
sayang Allah SWT jugalah, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tugas tutorial 1
“Kebijakan Pendidikan Indonesia” telah selesai dikerjakan.
Sehubungan dengan itu, pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima
kasih kepada Bapak Prof. Dr. C. Rudy Prihantoro, M.Pd. sebagai dosen mata kuliah Filsafat
Pendidikan Dasar, kepada keluarga dan semua pihak yang turut memberikan dukungan dan
motivasi sehingga terselesaikannya makalah ini, penyusun ucapkan terima kasih.
Makalah ini tidak terlepas dari kekurangan maupun kesalahan. Kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak sangat bermanfaat bagi penyusun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah yang telah dibuat ini dapat berguna dan menambah wawasan
bagi pembaca.

Bogor, April 2022

Penyusun

ii. i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………… 2
C. Tujuan …………………………………………………………………….. 2
BAB II KAJIAN TEORITIK …………………………………………………… 4
A. Pembelajaran …………………………………………………………….... 4
B. Kurikulum ………………………………………………………………… 4
BAB III PEMBAHASAN ……………………………………………………….. 6
A. Masalah Utama dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka di Masa
Pandemi …………………………………………………………………… 6
B. Pandangan Guru Mengenai Kurikulum Prototipe ………………………… 7
C. Pandangan guru mengenai kebijakan pemerintah untuk melaksanakan
kurikulum prototipe di sekolah …………………………………………… 9
D. Dampak Kurikulum Prototipe Terhadap Siswa …………………………… 10
E. Program Guru Penggerak Bermanfaat Bagi Guru ………………………… 11
F. Keberhasilan Kurikulum Prototipe 2022 Harus Didukung Oleh Eksistensi
Guru Dengan Paradigma Baru Yaitu Guru Penggerak …………………… 12
G. Keterkaitan Kebijakan Pelaksanaan Kurikulum Prototype dan Guru
Penggerak Dengan Prinsip Dasar Filosofis dan Sosiologis-Anthropologis
Serta Prinsip Dasar Psikologis Dan Pedagogis …………………………… 13
BAB IV PENUTUP ……………………………………………………………… 16
Kesimpulan …………………………………………………………………... 16
Saran …………………………………………………………………………. 16
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 17

ii. ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting untuk memajukan suatu
bangsa. Melalui pendidikan yang baik, diperoleh hal-hal baru sehingga dapat digunakan
untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Apabila suatu bangsa memiliki
sumber daya manusia yang berkualitas, tentunya mampu membangun bangsanya menjadi
lebih maju. Oleh karena itu, setiap bangsa seharusnya memiliki pendidikan yang baik dan
berkualitas.
Dalam rangka menyelamatkan pendidikan Indonesia dari dampak pandemi
Covid-19, Kemendikbud-Ristek terus berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga
terkait. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan untuk memfasilitasi anak-anak supaya dapat
belajar dengan layak. Salah satunya adalah dengan kebijakan pembelajaran tatap muka.
Pembelajaran tatap muka menjadi pilihan terbaik berdasarkan hasil evaluasi dan penelitian
banyak pihak. Pembelajaran tatap muka sangat berpengaruh terhadap kualitas belajar
peserta didik, terlebih dalam hal pendidikan karakter. Penyelenggaraan pembelajaran tatap
muka harus berdasarkan SKB 4 Menteri. Yaitu wajib memenuhi syarat daftar periksa,
diantaranya mewajibkan ketersediaan sarana prasarana, sanitasi atau toilet sekolah yang
bersih dan layak pakai, ada sarana cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air mengalir,
serta melakukan penyemprotan disinfektan secara berkala di sekolah.
Dalam suatu sistem pendidikan kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu
dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan
tantangan zaman. Meskipun demikian, perubahan dan pengembanganya harus dilakukan
secara sistematis, terarah, dan tidak asal berubah. Pengembangan kurikulum merupakan
dinamika yang dapat memberi respon terhadap tuntutan perubahan struktural pemerintahan,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun globalisasi. Pengembangan
kurikulum sangat dipengaruhi oleh sumber daya pendukung, yaitu SDM memiliki peran
yang sangat dominan terhadap keberhasilan pengembangan kurikulum, untuk itu
pengembangan dan pembinaan SDM harus dilakukan secara berkesinambungan, baik
melalui jalur formal maupun nonformal.

ii. 1
Selain perubahan kurikulum, pemerintah terutama kemendikbud menggalakan
program guru penggerak yang diharapkan mencetak pemimpin- pemimpin pendidikan di
masa depan yang mewujudkan generasi unggul Indonesia. Guru Penggerak akan bertugas
menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya. Seorang
guru penggerak juga menjadi pengajar praktik bagi rekan guru lain terkait pengembangan
pembelajaran di sekolah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah pada makalah ini
sebagai berikut :
1. Apa masalah utama dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka di masa pandemi?

2. Apa pandangan guru mengenai kurikulum prototipe?

3. Bagaimana pandangan guru mengenai kebijakan pemerintah untuk melaksanakan


kurikulum prototipe di sekolah?

4. Apakah kurikulum prototipe memberi peluang bagi siswa menjadi lebih "merdeka"
dalam mengembangkan diri dan memenuhi kebutuhan belajar?

5. Apakah program guru penggerak bermanfaat bagi guru?

6. Apakah keberhasilan Kurikulum Prototipe2022 harus didukung oleh eksistensi guru


dengan paradigma baru yaitu Guru Penggerak?

7. Bagaimana keterkaitan kebijakan pelaksanaan kurikulum prototype dan guru


penggerak dengan prinsip dasar filosofis dan sosiologis-anthropologis serta
prinsip dasar Psikologis dan Pedagogis?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan pembahasan pada makalah ini
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui masalah utama dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka di masa
pandemi.
2. Untuk mengetahui pandangan guru mengenai kurikulum prototipe.

3. Untuk mengetahui pandangan guru mengenai kebijakan pemerintah untuk


melaksanakan kurikulum prototipe di sekolah.
ii. 2
4. Untuk mengetahui dampak kurikulum prototipe terhadap siswa.

5. Untuk mengetahui manfaat program guru penggerak bagi guru.


6. Untuk mengetahui pengaruh Guru Penggerak terhadap keberhasilan Kurikulum
Prototipe 2022.

7. Untuk memahami keterkaitan kebijakan pelaksanaan kurikulum prototipe dan guru


penggerak dengan prinsip dasar filosofis dan sosiologis-anthropologis serta prinsip dasar
Psikologis dan Pedagogis.

ii. 3
BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Pembelajaran
Menurut Dimyati dan Mudjiono pembelajaran ialah kegiatan pendidik secara
terprogram melalui desain instruksional agar peserta didik bisa belajar dengan aktif dan
lebih menekankan pada sumber belajar yang telah disediakan.
Pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan si pembelajar yang
telah direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis supaya pembelajar
bisa mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien. Komalasari
(2013:3).
Menurut Oemar, pembelajaran ialah kombinasi yang tersusun dari segala unsur
manusiawi, fasilitas, prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan dari
pembelajaran. Selain itu, Oemar Hamalik juga mengemukakan tiga (3) rumusan yang
dianggap penting tentang pembelajaran, yaitu pembelajaran ialah usaha dalam
mengorganisasikan lingkungan pendidikan untuk menciptakan situasi dan kondisi
belajar bagi siswa, Pembelajaran adalah usaha penting untuk mempersiapkan siswa
agar menjadi warga masyarakat yang baik dan diharapkan, dan Pembelajaran adalah
suatu proses untuk membantu siswa dalam menghadapi kehidupan atau terjun di
lingkungan masyarakat.
Pembelajaran yakni sebuah sistem yang kompleks yang keberhasilannya bisa
dilihat dari dua (2) aspek yaitu aspek produk dan aspek proses. Keberhasilan
pembelajaran jika dilihat dari sisi produk yakni keberhasilan siswa mengenai hasil yang
didapat dengan mengabaikan proses pembelajaran. Sanjaya (2011:13-14).
Sedangkan menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal
1 Ayat 20 Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik
dan juga sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.

B. Kurikulum

Menurut Kerr, J. F (1968) Kurikulum ialah semua pembelajaran yang dirancang


dan dilaksanakan secara individu ataupun secara kelompok, baik di sekolah maupun di
luar sekolah. Sedangkan menurut Inlow, Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang
dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil pembelajaran

ii. 4
yang sudah ditentukan.
Kurikulum Menurut Beauchamp (1968) adalah dokumen tertulis yang
mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada peserta didik melalui berbagai mata
pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan menurut Good V. Carter Kurikulum yaitu kumpulan kursus ataupun urutan
pelajaran yang sistematik.
Pengertian Kurikulum Menurut UU No. 20 Tahun 2003 adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dalam mencapai
tujuan pendidikan nasional.

ii. 5
BAB III

PEMBAHASAN

A. Masalah Utama dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka di Masa Pandemi


Wabah Coronavirus 2019 sangat mengguncang masyarakat dunia. Menurut World
Health Organitazation (WHO), hingga saat ini terkonfirmasi 200 Negara di Dunia terjangkit
wabah Covid-19 termasuk Indonesia. Hampir seluruh sektor kehidupan terkena dampak dari
wabah Covid-19, tidak terkecuali di sektor pendidikan (P. Ayu Suci & Gunawan, 2020)
(Siahaan, 2020) (Syah, 2020).
Penerapan pembelajaran tatap muka tergantung warna zona suatu daerah. Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menyatakan bahwa
pembelajaran tatap muka pada zona hijau tidak bisa langsung dilakukan secara normal. Pada
masa transisi seperti sekarang ini, pembelajaran tatap muka kapasitasnya dibagi menjadi
50% dari kapasitas normal. Siswa yang masuk ke sekolah, dibagi menjadi beberapa sesi.
Sesi 1 kapasitasnya 50% dari jumlah siswa, begitupun untuk sesi 2. Hal ini, dikarenakan
agar siswa dapat jaga jarak selama di sekolah dan tidak menimbulkan kerumunan di
lingkungan sekolah.
Dalam melaksanakan pembelajaran tatap muka di masa transisi new normal, orang
tua atau wali murid tetap dilibatkan untuk menentukan sistem pembelajaran yang
diinginkan, baik mengikuti pembelajaran secara daring ataupun pembelajaran secara tatap
muka.
Para guru untuk tidak mengejar ketertinggalan materi sekaligus di awal saat
pelaksanaan PTM terbatas. Ia mengatakan, di awal pembukaan sekolah, guru diimbau untuk
membangun karakter dan kesenangan anak akan sekolah, agar mentalnya siap. Secara
psikologis, diberi motivasi tentang kesehatan dan dipastikan anak-anak kita mematuhi
protokol kesehatan. Ketika anak-anak di sekolah, akan lebih mudah dikontrol karena sehari
hanya empat jam waktu pembelajaran dan jumlahnya sedikit.
Hampir dua tahun Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan kendala-kendalanya,
euforia dan kebahagian dirasakan para siswa, guru dan orang tua ketika diberlakukan PTM
terbatas bertahap sampai 100 persen ketika awal pembelajaran 2022. Selain alasan untuk
menghindari learning loss juga sebagai upaya untuk merelaksasi siswa dan menjadi masa
transisi dari pembelajaran daring ke pembelajaran tatap muka secara penuh.
Dalam pelaksanaannya ternyata masih terdapat banyak masalah yang muncul dalam

ii. 6
Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT), diantaranya:
1. Pelanggaran prokes untuk masker, kerumunan siswa, kantin dan ketuntasan vaksinasi
guru dan siswa.
2. Terdapat banyak sekolah-sekolah yang belum bahkan tidak memenuhi standar
kesiapan fisik sekolah yang telah ditetapkan oleh Kemendikbudristek sebagai syarat
protokol kesehatan di lingkungan sekolah.
3. Kesulitan adaptasi pembelajaran 50 persen, shift dan efektifitas waktu belajar untuk
praktek di bengkel atau lab dan kegiatan pengganti ekstrakurikuler.
4. Masih rendahnya kemampuan guru-guru untuk mengajar menggunakan teknologi dan
menguasai metode pembelajaran campuran (blended learning) yang digunakan saat
ini.
5. Siswa merasa terbebani dalam situasi pembelajaran karena masih banyak para guru
yang belum menggunakan kurikulum darurat sebagai pilihan pembelajaran di masa
pandemi.
Dari kelima masalah dalam Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) di atas
yang ditemukan di sekolah adalah masih rendahnya kemampuan guru-guru untuk mengajar
menggunakan teknologi dan menguasai metode pembelajaran campuran (blended learning)
yang digunakan saat ini. Solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan cara sharing atau
berbagi pengalaman oleh guru yang sudah bisa menerapkan pembelajaran dengan
menggunakan teknologi kepada guru yang masih belum mahir menggunakan teknologi.
Bisa juga dengan cara memanfaatkan teknologi yang sudah terbiasa digunakan oleh guru
misalkan dengan menggunakan aplikasi Whatsapp, Zoom, ataupun Google Meet.

B. Pandangan Guru Mengenai Kurikulum Prototipe

Menteri Nadiem mengatakan, merujuk berbagai macam studi Nasional maupun


Internasional, krisis pendidikan di Indonesia sudah berlangsung dan belum membaik dari
tahun ke tahun. Krisis Pendidikan di Indonesia terus meningkat karena pandemi Covid 19
yang menyebabkan hilangnya pembelajaran (Learning Loss) serta meningkatnya
kesenjangan pendidikan. Untuk literasi, learning loss ini setara dengan enam (6) bulan
belajar. Untuk numerasi, learning loss tersebut setara dengan lima (5) bulan belajar.
Kurikulum prototipe merupakan kelanjutan dari kebijakan pembelajaran sebagai
respon dari pandemi Covid-19. Kurikulum prototipe merupakan kurikulum berbasis
kompetensi untuk mendukung pemulihan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran

ii. 7
berbasis proyek (Project Based Learning) untuk mendukung pengembangan karakter sesuai
dengan Profil Pelajar Pancasila. Penerapan kurikulum prototipe ini nantinya akan
dilaksanakan di jenjang pendidikan TK, SD, SMP dan SMA/SMK.
Di jenjang TK, penerapan kurikulum prototipe lebih terfokus pada aktivitas
bermain siswa sebagai proses pembelajaran yang utama. Pembentukan karakter untuk
memperkuat Profil Pelajar Pancasila melalui literasi buku-buku yang digemari siswa, yang
semula pada kurikulum 13 pembelajaran siswa berbasis tema. Di jenjang SD, adanya
penggabungan mata pelajaran IPA dan IPS menjadi IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan
Sosial) untuk memahami lingkungan sekitar, yang semula terpisah di kurikulum 2013.
Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran pilihan bagi siswa dengan bertumpu pada
pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) untuk meningkatkan Profil Pelajar
Pancasila. Di jenjang SMP, kurikulum prototipe mewajibkan mata pelajaran informatika,
dimana mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran pilihan di kurikulum 2013. Mata
pelajaran informatika menjadi mata pelajaran wajib untuk menyesuaikan kemajuan
teknologi digital yang diselaraskan dengan Profil Pelajar Pancasila. Sementara di jenjang
SMA adanya penghilangan penjurusan IPA, IPS, Bahasa, dan sebagai gantinya siswa kelas
X akan mengikuti mata pelajaran yang sama dengan SMP, sementara kelas XI dan XII bisa
memiih kombinasi mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan cita-citanya.
Pada dasarnya kurikulum prototipe merupakan paradigma baru kurikulum di
Indonesia yang selaras dengan program merdeka belajar. Kurikulum ini memusatkan
pembelajaran pada siswa, di mana diberlakukan secara terbatas dan bertahap melalui
program sekolah penggerak yang saat ini sedang dijalankan oleh pemerintah. Walaupun
sekarang, kurikulum prototipe masih sebuah opsi yang kembali bisa diambil oleh setiap
satuan pendidikan, namun pada akhirnya nanti, kurikulum prototipe akan diterapkan pada
setiap satuan pendidikan yang ada diseluruh Indonesia. Karenanya setiap satuan pendidikan
hendaknya sudah harus mulai mempersiapkan diri dalam penerapan kurikulum prototipe ini
pada satuan pendidikan masing-masing.
Beberapa pihak menyatakan jika kurikulum baru ini memberi peluang bagi siswa
menjadi lebih "merdeka" dalam mengembangkan diri dan memenuhi kebutuhan belajar
mereka karena kurikulum dirancang lebih fokus dan fleksibel. Sebagian pihak mengkritik
pengembangan kurikulum jelas perlu dasar teoretik yang kuat dan naskah akademik sedang
dibuat dan menunggu uji coba kurikulum prototipe hingga jelang 2024.
Dalam rangka mensukseskan penerapan kurikulum prototipe, satuan pendidikan
harus mempersiapkan beberapa tahapan yang diantaranya adalah Sebagai berikut:
ii. 8
1. Pendaftaran dan pendataan. Hal ini dilakukan karena penerapan kurikulum prototipe
ini merupakan opsi, sejalan dengan program sekolah penggerak yang sedang berjalan.
2. Bagaimana sekolah mampu membuat Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan
(KOSP) dengan mengacu pada Profil Pelajar Pancasila, kerangka kurikulum sekolah
harus bisa mengembangkan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) untuk dapat
meningkatkan kinerja siswa dengan pembelajaran berbasis proyek (Project Based
Learning) yang dapat disesuaikan dengan visi misi dari setiap satuan Pendidikan.
3. Kesiapan guru dalam proses pembelajaran yang lebih inovatif untuk pengembangan
karakter siswa yang berpijak pada Profil Pelajar Pancasila dengan pembelajaran
berbasis proyek (Project Based Learning).
Dampak positif dari penerapan kurikulum prototipe ini adalah pembelajaran yang
tidak hanya bertumpu pada target materi, namun pembelajaran berbasis proyek (Project
Based Learning) dengan menitikberatkan pada materi yang lebih esensial. Pembelajaran
menjadi lebih baik dengan meningkatnya karakter siswa. Potensi siswa bisa lebih tergali
dengan berbagai kesempatan belajar yang menyenangkan, dengan berjuta harapan learning
loss dapat dicegah sebagai dampak pandemi Covid-19 yang berkelanjutan.

C. Pandangan Guru Mengenai Kebijakan Pemerintah Untuk Melaksanakan Kurikulum


Prototipe di Sekolah
Kurikulum prototipe hanya akan diterapkan pada sekolah yang bersedia
melaksanakan. Kurikulum prototipe yang mengusung Merdeka Belajar diharapkan
memberikan kepada guru kemerdekaan merancang, melaksanakan, sampai dengan
mengevalusi pembelajaran.
Mayoritas guru yang selama mengajar hanya mengandalkan acuan ataupun
contoh yang sudah ada. Guru tidak berani menuangkan kreativitas dengan pemikiran takut
menyalahi aturan dan tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah. Tidak kita pungkiri sampai
saat ini banyak guru yang masih menggunakan perangkat pembelajaran yang bukan
karyanya sendiri. Perangkat pembelajaran masih dianggap sebagai sekadar dokumen yang
perlu dimiliki guru dan bukan merupakan satu kesatuan utuh dengan pelaksanaan
pembelajaran dan evaluasinya. Akibatnya, terjadi ketidaksesuaian antara dokumen yang
dimiliki guru dengan pelaksanaan pembelajaran dan evaluasinya.
Salah satu hal baru yang ada pada struktur kurikulum prototipe adalah tentang
pembelajaran proyek sebagai alternatif pengembangan soft skill peserta didik sehingga
mencerminkan profil pelajar Pancasila. Untuk mewujudkan hal tersebut guru harus
ii. 9
memiliki keberanian untuk keluar dari zona nyamannya. Pembelajaran proyek juga bukan
sesuatu yang baru karena telah dianjurkan pemerintah pada kurikulum 2013 atau yang
dikenal dengan model Project Based Learning. Hanya saja belum banyak guru yang sukses
menerapkan pembelajaran proyek. Bahkan kebanyakan guru yang belum mau menerapkan
dengan alasan membutuhkan waktu yang lama, susah dalam pelaksanaan, dan
membutuhkan biaya lebih. Padahal pelaksanaan pembelajaran proyek dapat disesuaikan
dengan situasi dan kondisi yang ada.
Untuk meminimalisir hal-hal tersebut, salah satu alternatif yang bisa diterapkan
guru adalah pembelajaran proyek dilakukan secara kolaboratif tematik antar mata pelajaran.
Berikut cara yang dapat dilakukan guru, diantaranya:
1. Mendiskusikan capaian pembelajaran. Guru berbeda mata pelajaran melakukan
brainstorming tentang capaian pembelajaran agar ditemukan benang merah antar
mata pelajaran sebagai dasar penentuan tema.
2. Menentukan tema. Guru berdiskusi memilih tema yang sesuai dan mendukung
capaian pembelajaran masing-masing mata pelajaran.
3. Menentukan proyek. Guru menyepakati satu proyek berdasar tema yang telah
ditetapkan dengan menentukan jadwal pelaksanaan, pembagian tugas, dan strategi
pembelajarannya dengan mengacu konsep MIKiR (Mengalami, Interaksi,
Komunikasi, Refleksi).
4. Menentukan teknik dan alat penilaian. Guru menentukan teknik dan alat penilaian
yang akan digunakan disesuaikan dengan capaian pembelajaran masing-masing mata
pelajaran baik penilaian proses maupun penilaian produk dalam ranah pengetahuan,
sikap, dan keterampilan.

D. Kurikulum Prototipe Memberi Peluang Bagi Siswa Menjadi Lebih "Merdeka"


Dalam Mengembangkan Diri dan Memenuhi Kebutuhan Belajar
Beberapa pihak menyatakan bahwa kurikulum prototipe memberi banyak
peluang bagi siswa menjadi lebih "merdeka" dalam mengembangkan diri dan memenuhi
kebutuhan belajar mereka. Kurikulum dirancang lebih fokus dan fleksibel. Wujudnya, target
kurikulum dikunci dalam rentang tahun, bukan minggu dan bulan seperti sebelumnya, di
Sekolah Menengah Atas (SMA) siswa bebas memilih mata pelajaran favoritnya karena tiada
lagi penjurusan, dan Kompetensi Dasar (KD) yang dalam Kurikulum 2013 sangat banyak
dan terbagi-bagi menjadi sikap, pengetahuan, dan keterampilan diringkas jadi lebih ramping
dan fokus. Selain itu beberapa pihak menyatakan jika kurikulum baru ini memberi banyak
ii. 10
peluang bagi siswa menjadi lebih "merdeka" dalam mengembangkan diri dan memenuhi
kebutuhan belajar mereka karena kurikulum dirancang lebih fokus dan fleksibel.
Konsep merdeka belajar merupakan tawaran dalam merekonstruksi system
pendidikan nasional. Penataan ulang sistem pendidikan dalam rangka menyongsong
perubahan dan kemajuan bangsa yang dapat menyesuaikan dengan perubahan zaman.
Dengan cara, mengembalikan hakikat dari pendidikan yang sebenarnya yaitu pendidikan
untuk memanusiakan manusia atau pendidikan yang membebaskan. Dalam konsep merdeka
belajar, antara guru dan siswa merupakan subyek di dalam sistem pembelajaran. Artinya
guru bukan dijadikan sumber kebenaran oleh siswa, namun guru dan siswa berkolaborasi
penggerak dan mencari kebenaran. Artinya posisi guru di ruang kelas bukan untuk
menanam atau menyeragamkan kebenaran menurut guru, namun menggali kebenaran, daya
nalar dan kritisnya siswa melihat dunia dan fenomena. Peluang berkembangnya internet dan
teknologi menjadi momentum kemerdekaan belajar. Karena dapat meretas sistem
pendidikan yang kaku atau tidak membebaskan. Termasuk mereformasi beban kerja guru
dan sekolah yang terlalu dicurahkan pada hal yang administratif. Oleh sebabnya kebebasan
untuk berinovasi, belajar dengan mandiri, dan kreatif dapat dilakukan oleh unit pendidikan,
guru dan siswa.

E. Program Guru Penggerak Bermanfaat Bagi Guru


Guru penggerak dirancang untuk dapat mencetak sebanyak mungkin agen-agen
transformasi dalam ekosistem pendidikan. Melalui Program Guru Penggerak,
Kemendikbud memberikan kesempatan kepada para guru terbaik bangsa untuk
menghadirkan perubahan nyata bagi Pendidikan Indonesia melalui pendaftaran menjadi
Guru Penggerak. Guru Penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh
kembang murid secara holistik, aktif, dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya
untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid. Selain itu, guru
penggerak juga menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk
mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.
Program Guru Penggerak mempunyai manfaat penting bagi Guru, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan Kompetensi dalam Lokakarya Bersama
2. Meningkatkan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran yang berpusat pada murid
3. Pengalaman belajar mandiri dan kelompok terbimbing, terstruktur, dan
menyenangkan
ii. 11
4. Pengalaman belajar bersama dengan rekan guru lain yang sama-sama lolos seleksi
program guru penggerak
5. Pengalaman mendapatkan bimbingan/mentoring dari pengajar praktik (pendamping)
pendidikan guru penggerak
6. Mendapatkan komunitas belajar baru
7. Mendapatkan sertifikat pendidikan 306 JP dan Piagam Guru Penggerak

F. Keberhasilan Kurikulum Prototipe 2022 Harus Didukung Oleh Eksistensi Guru


Dengan Paradigma Baru Yaitu Guru Penggerak
Kurikulum paradigma baru atau lebih dikenal dengan kurikulum prototipe 2022
sebenarnya revisi dari kurikulum 2013 dan diberikan sebagai opsi tambahan bagi satuan
pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024 sebagai akibat
dari pandemi Covid-19 yang telah menyebabkan kemunduran proses akademik,
pengetahuan dan keterampilan, baik itu secara umum atau spesifik (learning loss).
Kebijakan kurikulum nasional ini akan dikaji ulang pada 2024 berdasarkan evaluasi
selama masa pemulihan pembelajaran.
Sejalan dengan konsep merdeka belajar, kurikulum prototipe 2022 mendorong
pembelajaran yang sesuai dengan minat, gaya belajar dan kemampuan siswa, serta
memberi ruang lebih luas pada pengembangan karakter dan kompetensi dasar. Kurikulum
ini memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
1. Pembelajaran berbasis projek (project-based learning) untuk pengembangan soft
skills dan karakter (iman, taqwa, dan akhlak mulia; gotong iroyong; kebinekaan
global; kemandirian; nalar kritis; kreativitas). Kemendikbudristek menyediakan 7
tema utama yang perlu dikembangkan menjadi modul dengan topik dan tujuan yang
lebih spesifik, yaitu: Bangunlah Jiwa dan Raganya; Berekayasa dan Berteknologi
untuk Membangun NKRI; Bhinneka Tunggal Ika; Gaya Hidup Berkelanjutan;
Kearifan Lokal; Kewirausahaan; dan Suara Demokrasi.
2. Fokus pada materi esensial (focus on essential materials) sehingga ada waktu
kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi. Pembelajaran yang mendalam
(diskusi, kerja kelompok, pembelajaran berbasis problem dan projek, dll.) perlu
waktu. Materi yang terlalu padat akan mendorong guru untuk menggunakan ceramah
satu arah atau metode lain yang cepat dalam mengejar ketuntasan penyampaian
materi.
3. Fleksibilitas (flexibility) bagi guru untuk melakukan pembelajaran right level dan
ii. 12
melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal. Berbeda dari kerangka
kurikulum 2013 mengunci tujuan pembelajaran per tahun dan jam pelajaran per
minggu, kurikulum prototipe 2022 menetapkan tujuan belajar per fase (2-3 tahun)
untuk memberi fleksibilitas bagi guru dan sekolah dalam menyusun kurikulum dan
pembelajaran.
Keberhasilan kurikulum prototipe 2022 tentunya harus didukung oleh eksistensi
guru dengan paradigma baru yaitu Guru Penggerak yang memiliki peran strategis
menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya, menjadi
pengajar praktik bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah,
mendorong peningkatan kepemimpinan murid di sekolah, membuka ruang diskusi positif
dan ruang kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, dan menjadi pemimpin pembelajaran yang
mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah.

G. Keterkaitan Kebijakan Pelaksanaan Kurikulum Prototype dan Guru Penggerak


Dengan Prinsip Dasar Filosofis dan Sosiologis-Anthropologis Serta Prinsip Dasar
Psikologis dan Pedagogis
Pemerintah melalui kemendikbud telah mengeluarkan kebijakan pelaksanaan
Kurikulum prototipe dan program Guru Penggerak. Kebijakan kurikulum prototipe dan
guru penggerak dilihat dari prinsip dasar filosofis yaitu diperlukan dasar ontologis dari
ilmu pendidikan. Aspek realitas yang dijangkau teori dan ilmu pendidikan melalui
pengalaman pancaindra, yaitu dunia pengalaman manusia secara empiris. Objek materil
ilmu pendidikan ialah manusia seutuhnya, manusia yang lengkap aspek-aspek
kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak mulia dalam situasi pendidikan atau
diharapkan melampaui manusia sebagai makhluk sosial mengingat sebagai warga
masyarakat ia mempunyai ciri warga yang baik (good citizenship atau kewarganegaraan
yang sebaik-baiknya). Dasar epistemologis diperlukan oleh pendidikan atau pakar ilmu
pendidikan demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab.
Kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga
diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses
pembudayaan manusia secara beradab. Oleh karena itu, nilai ilmu pendidikan tidak hanya
bersifat intrinsik sebagai ilmu seperti seni untuk seni, melainkan juga nilai ekstrinsik dan
ilmu untuk menelaah dasar-dasar kemungkinan bertindak dalam praktek melalui kontrol
terhadap pengaruh yang negatif dan meningkatkan pengaruh yang positif dalam
ii. 13
pendidikan.
Kurikulum prototipe dan program guru penggerak lebih cenderung masuk
kedalam landasan filosofis idealisme, dikarenakan Kurikulum Pendidikan Idealisme
berisikan pendidikan liberal dan pendidikan vokasional/praktis. Pendidikan liberal
dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan-kemampuan rasional dan moral, adapun
pendidikan vokasional untuk pengembangan kemampuan suatu kehidupan/pekerjaan.
Kurikulumnya diorganisasi menurut mata pelajaran dan berpusat pada materi pelajaran
(subject imatter icentered). Karena masyarakat dan yang absolut mempunyai peranan
menentukan bagaimana seharusnya individu hidup, maka isi kurikulum tersebut harus
merupakan nilai-nilai kebudayaan yang esensial dalam segala zaman. Sebab itu, mata
pelajaran atau kurikulum pendidikan itu cenderung berlaku sama untuk semua siswa.
Peranan Guru para filsuf Idealisme mempunyai harapan yang tinggi. Guru harus unggul
(excellent) supaya menjadi teladan bagi para siswanya, baik secara moral maupun
intelektual. Tidak ada satu unsur pun yang lebih penting di dalam sistem sekolah selain
guru. Guru harus unggul dalam pengetahuan dan memahami kebutuhan-kebutuhan serta
kemampuan-kemampuan para siswa; dan harus mendemonstrasikan keunggulan moral
dalam keyakinan dan tingkah lakunya. Guru harus juga melatih berpikir kreatif dalam
mengembangkan kesempatan bagi pikiran siswa untuk menemukan, menganalisis,
memadukan, mensintesa, dan menciptakan aplikasi-aplikasi pengetahuan untuk hidup dan
berbuat (Callahan and Clark, 1983). Karena itu guru hendaknya bertanggung jawab
menciptakan lingkungan pendidikan bagi para siswa. Adapun siswa berperan bebas
mengembangkan kepribadian dan bakat-bakatnya (EdwardJ. Power, s1982).
Cara pandang sosiologis-antropologis adalah cara melihat pendidikan dasar dari
fungsi proses pendidikan dasar dalam proses sosialisasi atau pendewasaan peserta didik
dalam konteks kehidupan bermasyarakat, dan proses enkulturasi atau pewarisan nilai dari
generasi tua kepada peserta didik yang sedang mendewasa dalam konteks pembudayaan.
Dilihat secara sosiologis dan antropologis masyarakat dan bangsa Indonesia sangatlah
heterogen dalam segala aspeknya. Oleh karena itu, walaupun kita secara konstitusional
menganut konsepsi satu sistem pendidikan nasional, instrumentasi atau pengelolaan sistem
pendidikan itu tidaklah mungkin dilakukan secara homogen penuh. Masyarakat dan
bangsa Indonesia memiliki fenomena yang bersifat pluralistik atau berbhinneka tetapi
terikat oleh komitmen satu kesatuan tanah air, kebangsaan, dan bahasa persatuan.
Berdasarkan cara pandang sosiologis-antropologis kurikulum prototipe dan program guru
penggerak sangat erat kaitannya dengan prinsip dasar sosiologis-antropologis.
ii. 14
Kaitan kurikulum prototipe dan program guru penggerak dengan prinsip
Psikologis dan Pedagogis ditinjau dari kurikulum yang menekankan pendidikan yang
berpusat pada anak (students’ centered) serta pendidikan kebangsaan untuk
mengembangkan jiwa nasionalisme peserta didik. Pendidikan karakter dihidupkan
Kembali dengan profil Pelajar Pancasila. Kurikulum prototipe juga mengandung prinsip-
prinsip yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan secara umum dan juga dapat
diterapkan bukan hanya di sekolah tetapi juga di tempat lain, seperti di rumah (lingkungan
keluarga) dan di masyarakat, diantaranya:
1. Pendidikan adalah proses kehidupan itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup yang
akan datang.
2. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat.
3. Pendidikan harus berdasarkan kekeluargaan.
4. Pendidikan hendaknya diselenggarakan melalui kerja sama antara keluarga, sekolah,
dan masyarakat (tri pusat pendidikan).
5. Potensi anak harus dikembangkan secara utuh, yang mencakup cipta, rasa, karsa
(kognitif, afektif, skill atau keterampilan), bukan hanya terfokus pada kemampuan
kognitif.

ii. 15
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelaksanaan kurikulum prototipe adalah salah satu upaya pemerintah untuk
menyempurnakan kurikulum 2013 mengingat kondisi saat ini sejak terjadinya pandemi
Covid-19 dan ketakutan adanya Learning Loss pada siswa. Kurikulum prototipe sejalan
dengan adanya guru penggerak karena guru penggerak mempunyai fungsi sebagai
teladan dan agen transformasi ekosistem Pendidikan untuk mewujudkan Profil Pelajar
Pancasila.
Penerapan kurikulum prototipe diharapkan menjadi solusi untuk mengatasi
masalah kependidikan yang terjadi saat ini. Karena beberapa pihak beranggapan bahwa
kurikulum prototipe memberi peluang banyak bagi siswa menjadi lebih "merdeka"
dalam mengembangkan diri dan memenuhi kebutuhan belajar mereka. Kurikulum
dirancang lebih fokus dan fleksibel. Keterlaksanaan kurikulum prototipe perlu didukung
oleh semua pihak, baik itu pemerintah, guru, masyarakat, serta stake holder yang peduli
terhadap Pendidikan.

B. Saran
Dalam penerapan kurikulum prototipe diperlukan adanya sosialisasi dan pelatihan
kepada guru-guru maupun pihak sekolah sehingga tidak terjadi salah pemahaman
mengenai kebijakan kurikulum tersebut. Program guru penggerak seharusnya menjadi
motivasi bagi guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
meningkatkan dan memajukan Pendidikan di Indonesia.

ii. 16
DAFTAR iPUSTAKA
Wardani, I.G.A.K., Dodi Sukmayadi., Trini Prastati. (2016). Filsafat Pendidikan Dasar.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Thabrani, Abdul Muis. (2015). FilsafatiDalam Pendidikan. Jember: IAIN Jember Press

Widjaya, Asep Totoh. (2022). Resolusi (Terbaik) Pendidikan.


https://retizen.republika.co.id/posts/33445/resolusi-terbaik-pendidikan
Nissa, Siti Faizatun., Akhmad Haryanto. (2020). Implementasi Pembelajaran Tatap Muka
Di Masa PandemiiCovid-19. https://unars.ac.id/ojs/index.php/pgsdunars/index

Sumarsih. (2020). Kurikulum.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dra.%20Sumarsih,

%20M.Pd./Materi%20Kakubuteks%20Akuntansi.pdf

Natalia, Krisma., Niwayan Sukraini. (2021). Pendekatan Konsep “Merdeka Belajar”


Dalam Pendidikan Era Digital. https://prosiding.iahntp.ac.id/index.php/seminar-
nasional/article/view/93

25 Pengertian Pembelajaran Menurut Para Ahli [Lengkap]. (11 September 2021).


https://materibelajar.co.id/pengertian-pembelajaran-menurut-para-ahli/

Hananta, Rafi. (2022). Pandangan Guru dan Siswa terhadap Kurikulum Prototipe.
https://www.kompasiana.com/rafihananta3443/62333be0bb44861877561053/pand
angan-guru-dan-siswa-terhadap-kurikulum-prototipe

UNS, HUMAS. (2022). Menguak Paradigma Baru Kurikulum Prototipe (2022).


https://uns.ac.id/id/uns-opinion/menguak-paradigma-baru-kurikulum-prototipe-
2022.html

Harususilo, Yohanes Enggar. (2022). Siapkah Guru Indonesia Melaksanakan Kurikulum


Prototipe?. https://www.kompas.com/edu/read/2022/01/04/154233471/siapkah-
guru-indonesia-melaksanakan-kurikulum-prototipe?page=all

Subkhan, Edi. (2022). Kurikulum Baru, antara Keterbukaan dan Apatisme.


https://news.detik.com/kolom/d-5894471/kurikulum-baru-antara-keterbukaan-dan-
apatisme

7 Manfaat Penting Program Guru Penggerak Bagi Pendidik. (2 Apr 2021).


https://blog.kejarcita.id/7-manfaat-penting-program-guru-penggerak-bagi-pendidik/

Nurahman, Unu. (2022). Kurikukum Prototipe, Guru Penggerak, Sekolah Penggerak dan
Transformasi Pendidikan. https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/cerita/kurikukum-
prototipe-guru-penggerak-sekolah-penggerak-dan-transformasi-pendidikan/
ii. 17

Anda mungkin juga menyukai