HAKIKAT SAINS
Disusun Oleh :
Muhammad Harizaldo
ACB 118 018
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Hakikat Sains” dengan baik dan lancar.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Eksperimen Fisika Sekolah sebagai salah satu syarat mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Terwujudnya makalah ini, juga tidak terlepas dari hasil bimbingan berbagai pihak.
Untuk itu, saya menyampaikan rasa hormat dan terima kasih. Saya menyadari bahwa
makalah ini masih mempunyai kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan di masa
yang akan datang.
Akhir kata, saya mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada pihak-
pihak yang membacanya.
Penulis
i
Daftar Isi
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis untuk menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Hal ini tentu
saja berimplikasi terhadap kegiatan pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA tidak hanya
sekedar pengetahuan yang bersifat ilmiah saja, melainkan terdapat muatan IPA,
keterampilan proses dan dimensi yang terfokus pada karakteristik sikap dan watak ilmiah.
1
3. Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah, peserta
didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya.
4. Evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada produk yang berkaitan dengan
domain kognitif.
Oleh karena itu, seorang guru perlu dibekali kemampuan pedagogi, kompetensi
mengenai hakikat dan nilai-nilai IPA, serta pengetahuan integrasi IPA dalam tataran
disiplin itu sendiri, maupun relasinya dengan berbagai ilmu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian IPA sebagai ilmu?
2. Apa saja hakikat sains?
3. Bagaimana kedudukan IPA?
4. Bagaimana hakekat sains dan pembelajaran sains di Sekolah Dasar?
5. Bagaimana sains dalam kurikulum Sekolah Dasar?
6. Bagaimana hakekat pendekatan sains, teknologi dan masyarakat?
7. Bagaimana implementasi pendekatan sains, teknologi dan masyarakat dalam
pembelajaran?
8. Apa saja hakekat pendidikan ilmu pengetahuan alam?
9. Apa saja manfaat ilmu pengetahuan alam?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian IPA
2. Mengetahui apa saja hakikat sains
3. Mengetahui kedudukan IPA
4. Mengetahui hakekat sains dan pembelajaran sains di sekolah
5. Mengetahui sains dalam kurikulum Sekolah Dasar
6. Mengetahui hakekat pendekatan sains, teknologi dan masyarakat
7. Mengetahui implementasi pendekatan sains, teknologi dan masyarakat dalam
pembelajaran
8. Mengetahui hakekat pendidikan ilmu pengetahuan alam
9. Mengetahui manfaat ilmu pengetahuan alam
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ilmu pengetahuan alam atau sains adalah ilmu yang mempelajari tentang sebab
akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA dapat juga didefinisikan sebagai
kumpulan pengetahuan yang sistematik dari gejala-gejala alam.
3
Unsur utama yang terdapat dalam IPA yaitu sikap manusia, proses, dan produk
yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Rasa ingin tahu pada masalah yang terjadi
di alam merupakan sikap manusia; manusia kemudian mencoba memecahkan
masalah yang dihadapinya, pada tahapan digunakan proses atau metode dengan cara
menyusun hipotesis, melakukan kegiatan untuk membuktikan kebenaran
hipotesisnya, dan mengevaluasi apa yang telah dilakukannya. Hasil atau produk dari
kegiatan yang telah dilakukannya tersebut berupa fakta-fakta, prinsip-prinsip, atau
teori-teori.
B. Hakikat Sains
1. Sains sebagai proses
Pengertian IPA sebagai proses maksudnya adalah bagaimana cara
mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut. Pengertian mendapatkan pengetahuan
untuk siswa dapat berupa konsep-konsep yang sedang dipelajarinya. Penekanan
dari hakekat IPA sebagai proses adalah pada bagaimana seorang siswa
menemukan sendiri apa yang sedang dipelajarinya. Yang dimaksud dengan
menemukan sendiri disini bukan berarti konsep yang sedang dipelajarinya adalah
murni hasil pemikiran siswa tersebut. Dalam hal ini, siswa masih tetap
mempelajari konsep-konsep yang sudah ditemukan oleh para ahli IPA, tetapi yang
menjadi titik berat adalah bagaimana urutan-urutan atau tahapan-tahap yang
dilakukan siswa pada saat mempelajari konsep tersebut. Jika siswa dalam
memahami suatu konsep sesuai dengan urutan atau langkah yang seharusnya,
maka berarti siswa tersebut telah memahami hakekat IPA sebagai proses.
Sebagai contoh akan dijelaskan bagaimana seorang siswa memahami
konduktor dan isolator. Siwa tidak menghafal definisi konduktor dan isolator
tetapi siswa mengerti apa yang dimaksud dengan konduktor dan isolator setelah
siswa tersebut melakukan kegiatan dengan menggunakan baterai, kabel, bola
lampu, dan benda-benda yang akan diselidikinya. Mula-mula siswa mencoba
membuat rangkaian dengan menggunakan apa yang sudah disiapkannya,
kemudian mereka mencoba mengganti hubungan kabel dengan benda-benda yang
sedang diselidikinya satu-persatu. Setelah semua benda diselidiki, ternyata ada
dua kelompok benda yang sifatnya berbeda yaitu kelompok pertama terdiri atas
4
kayu, karet, kaca, dan kertas tidak dapat menyalakan bola lampu; sedangkan
kelompok kedua terdiri atas besi, aluminium, tembaga, dan seng dapat
menyalakan lampu.
Sains diyakini dapat melatih atau menanamkan sikap dan nilai positif dalam
diri siswa. Jujur, dapat bekerja sama, teliti, tekun, hati-hati, toleran, skeptis,
5
merupakan sikap dan nilai yang dapat terbentuk melalui pembelajaran sains.
Pembelajaran sains yang dapat terlaksana dengan baik, akan dapat membentuk
sikap dan nilai positif dalam diri siswa sebagai bekal yang diperlukannya dalam
mengatasi permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan. Tentunya hal
tersebut dapat tercapai jika pembelajaran sains dipandang sebagai proses tidak
hanya sekedar mempelajari produknya saja.
Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para
ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang
gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan
hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan
akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar
dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.
C. Kedudukan ilmu pengetahuan alam (IPA)
Ilmu berkembang dengan pesat, yang pada dasarnya ilmu berkembang dari dua
cabang utama yaitu filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the
natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam ilmu-ilmu
sosial (the social sciences). Ilmu-ilmu alam dibagi menjadi dua kelompok yaitu ilmu
alam (the physical sciences) dan ilmu hayat (the biological sciences). Ilmu alam ialah
ilmu yang mempelajari zat yang membentuk alam semesta sedangkan ilmu hayat
mempelajari makhluk hidup di dalamnya. Ilmu alam kemudian bercabang lagi
menjadi fisika (mempelajari massa dan energi), kimia (mempelajari substansi zat),
astronomi (mempelajari benda-benda langit dan ilmu bumi (the earth sciences) yang
mempelajari bumi kita.
6
yang tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu,
serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan Sains semakin luas dan
lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi adalah lebar. Namun dari waktu jarak
tersebut semakin lama semakin sempit, sehingga semboyan " Sains hari ini adalah
teknologi hari esok" merupakan semboyan yang berkali-kali dibuktikan oleh sejarah.
Bahkan kini Sains dan teknologi manunggal menjadi budaya ilmu pengetahuan dan
teknologi yang saling mengisi (komplementer), ibarat mata uang, yaitu satu sisinya
mengandung hakikat Sains (the nature of Science) dan sisi yang lainnya mengandung
makna teknologi (the meaning of technology).
IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang
didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal
ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Wina-putra, 1992:122)
bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan
kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa
kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen.
1. Bahwa sains berfaedah Bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan
panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada
kemampuan bangsa itu dalam bidang sains, sebab sains merupakan dasar
teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan.
Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah sains. Orang tidak menjadi Insinyur
elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas
mengenai berbagai gejala alam.
2. Bila diajarkan sains menurut cara yang tepat, maka sains merupakan suatu mata
pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis; misalnya sains diajarkan
7
dengan mengikuti metode "menemukan sendiri". Dengan ini anak dihadapkan
pada suatu masalah; umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian".
Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?" Anak diminta untuk mencari dan
menyelidiki hal ini.
3. Bila sains diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh
anak. Maka sains tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.
4. Mata pelajaran ini mempunyai: nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi
yang dapat membentuk keprbadian anak secara keseluruhan.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan
standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi
acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK
dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan,
bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.
8
keputusan yang dibuat oleh masyarakat biasanya memerlukan penggunaan teknologi
untuk melaksanakannya. Bahkan, masyarakat dan ilmu pengetahuan menggunakan
teknologi sebagai sarana untuk menyimpan informasi. Peranan penting yang dimiliki
oleh teknologi dapat berfungsi sebagai sarana tindakan dan penyidikan dalam
pendekatan STM. Data juga menyiratkan sifat ilmu pengetahuan sebagai sebuah
bidang di semua masyarakat.
9
Benneth et. al. melaporkan, bahwa pendekatan STM merupakan pendekatan
berbasis konteks yang memiliki peranan yang sangat penting dalam memotivasi anak
dan mengembangkan keaksaraan ilmiah mereka berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan terhadap anak laki-laki dan perempuan yang berkemampuan rendah.
Dengan demikian, tujuan pendekatan STM adalah untuk membentuk individu yang
memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah
masyarakat dan lingkungannya. Menurut Rusmansyah, pendekatan STM dilandasi
oleh tiga hal penting yaitu:
10
G. Implementasi Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat dalam
Pembelajaran
Menurut Poedjiadi, pelaksanaan pendekatan STM dapat dilakukan melalui tiga
macam strategi, yaitu:
1. Strategi pertama, menyusun topik-topik tertentu yang menyangkut konsep-
konsep yang ingin ditanamkan pada peserta didik. Pada strategi ini, di awal
pembelajaran (topik baru) guru memperkenalkan atau menunjukkan kepada
peserta didik adanya isu atau masalah di lingkungan anak atau menunjukkan
aplikasi sains atau suatu produk teknologi yang ada di lingkungan mereka.
Masalah atau isu yang ada di lingkungan masyarakat dapat pula diusahakan agar
ditemukan oleh anak sendiri setelah guru membimbing dengan cara-cara tertentu.
Melalui kegiatan eksperimen atau diskusi kelompok yang dirancang oleh guru,
akhirnya dibangun atau dikonstruksi pengetahuan pada anak. Dalam hal ini,
pengetahuan yang berbentuk konsep-konsep.
2. Strategi kedua, menyajikan suatu topik yang relevan dengan konsep-konsep
tertentu yang termasuk dalam standar kompetensi atau kompetensi dasar. Pada
saat membahas konsep-konsep tertentu, suatu topik relevan yang telah dirancang
sesuai strategi pertama dapat diterapkan dalam pembelajaran. Dengan demikian
program STM merupakan suplemen dari kurikulum.
3. Strategi ketiga, mengajak anak untuk berpikir dan menemukan aplikasi konsep
sains dalam industri atau produk teknologi yang ada di masyarakat di sela-sela
kegiatan belajar berlangsung. Contoh-contoh adanya aplikasi konsep sains, isu
atau masalah, sebaiknya diperkenalkan pada awal pokok bahasan tertentu untuk
meningkatkan motivasi peserta didik mempelajari konsep-konsep selanjutnya,
atau mengarahkan perhatian peserta didik kepada materi yang akan dibahas
sebagai apersepsi.
Untuk mengimplementasikan pendekatan STM dalam pembelajaran, Dass
(1999) dalam Raja (2009) mengemukakan empat langkah kegiatan kelas yang secara
komprehensif merupakan upaya mengembangkan pemahaman murid dan
pelaksanaan suatu proyek STM yang berhubungan preservice guru. Keempat langkah
pembelajaran tersebut adalah fase invitasi atau undangan atau inisiasi, eksplorasi,
mengusulkan penjelasan dan solusi, dan mengambil tindakan.
11
1. Fase Invitasi
Pada Preservice teachers (PSTs) tahap ini, guru melakukan brainstorming dan
menghasilkan beberapa kemungkinan topik untuk penyelidikan. Topik dapat bersifat
global atau lokal, tetapi harus merupakan minat siswa dan memberikan wilayah yang
cukup untuk penyelidikan bagi siswa. Menurut Aisyah, Apersepsi dalam kehidupan
juga dapat dilakukan, yaitu mengaitkan peristiwa yang telah diketahui siswa dengan
materi yang akan dibahas. Dengan demikian, tampak adanya kesinambungan
pengetahuan, karena diawali dengan hal-hal yang telah diketahui siswa sebelumnya
dan ditekankan pada keadaan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
2. Eksplorasi
Pada tahap ini, guru dan siswa mengidentifikasi daerah kritis penyelidikan. Data-
data dan informasi dapat dikumpulkan melalui pertanyaan-pertanyaan atau
wawancara, kemudian menganalisis informasi tersebut. Data dan informasi dapat
pula diperoleh melalui telekomunikasi, perpustakaan dan sumber-sumber dokumen
publik lainnya. Dari sumber-sumber informasi, siswa dapat mengembangkan
penyelidikan berbasis ilmu pengetahuan untuk menyelidiki isu-isu yang berkaitan
dengan masalah ini. Pemahaman tentang hujan asam, misalnya, dilakukan dalam
laboratorium untuk menyelidiki sifat-sifat asam dan basa. Penyelidikan ini
memberikan pemahaman dasar untuk pengembangan, pengujian hipotesis, dan
mengusulkan tindakan.
Menurut Aisyah, tahap kedua ini merupakan proses pembentukan konsep yang
dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan dan metode. Misalnya pendekatan
keterampilan proses, pendekatan sejarah, pendekatan kecakapan hidup, metode
demonstrasi, eksperimen di labolatorium, diskusi kelompok, bermain peran dan lain-
lain. Pada akhir tahap kedua, diharapkan melalui konstruksi dan rekonstruksi siswa
menemukan konsep-konsep yang benar atau konsep-konsep para ilmuan. Selanjutnya
berbekal pemahaman konsep yang benar siswa melanjutkan analisis isu atau masalah
yang disebut aplikasi konsep dalam kehidupan.
3. Fase Mengusulkan Penjelasan dan Solusi
Pada tahap ini, siswa mengatur dan mensintesis informasi yang mereka telah
kembangkan sebelumnya dalam penyelidikan. Proses ini termasuk komunikasi lebih
lanjut dengan para ahli di lapangan, pengembangan lebih lanjut, memperbaiki, dan
12
menguji hipotesis mereka, dan kemudian mengembangkan penjelasan tentatif dan
proposal untuk solusi dan tindakan. Hasil tersebut kemudian dilaporkan dan disajikan
kepada rekan-rekan kelas untuk menggambarkan temuan, posisi yang diambil, dan
tindakan yang diusulkan.
Menurut Aisyah, apabila selama proses pembentukan konsep dalam tahap ini
tidak tampak ada miskonsepsi yang terjadi pada siswa, demikian pula setelah akhir
analisis isu dan penyelesaian masalah, guru tetap harus melakukan pemantapan
konsep melalui penekanan pada konsep-konsep kunci yang penting diketahui dalam
bahan kajian tertentu. Hal ini dilakukan karena konsep-konsep kunci yang ditekankan
pada akhir pembelajaran akan memiliki retensi lebih lama dibandingkan dengan
kalau tidak dimantapkan atau ditekankan oleh guru pada akhir pembelajaran.
4. Fase Mengambil Tindakan
Berdasarkan temuan yang dilaporkan dalam fase ketiga (mengajukan penjelasan
dan solusi), siswa menerapkan temuan-temuan mereka dalam beberapa bentuk aksi
sosial. Jika tindakan ini melibatkan masyarakat sebagai pelaksana, misalnya
membersihkan daerah berbahaya anak dapat menghubungi pejabat publik yang dapat
mendukung pikiran dan temuan mereka. Anak menyajikan informasi ini kepada
rekan-rekan kelas mereka. Proposal ini akan dimasukkan sebagai tindakan follow up.
Untuk mengungkap penguasaan pengetahuan sains dan teknologi anak selama
pembelajaran, dapat dilakukan melalui suatu evaluasi. Evaluasi merupakan suatu
pengukuran atau penilaian terhadap sesuatu prestasi atau hasil yang telah dicapai.
Mengingat penguasaan sains dan teknologi dalam hal ini merupakan penguasaan sains
dan teknologi yang berkaitan dengan aspek masyarakat, maka kriteria pengembangan
evaluasinya dapat mengacu kepada pengembangan evaluasi dalam unit STM.
Menurut Varella dalam Widyatiningtyas, evaluasi dalam STM meliputi ruang
lingkup aspek:
1. Pemahaman konsep sains dalam pengalaman kehidupan sehari-hari.
2. Penerapan konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sains untuk masalah-
masalah teknologi sehari-hari.
3. Pemahaman prinsip-prinsip sains dan teknologi yang terlibat dalam alat-alat
teknologi yang dimamfaatkan masyarakat.
13
4. Penggunaan proses-proses ilmiah dalam pemecahan masalah-masalah yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pembuatan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan kesehatan, nutrisi,
atau hal-hal lain yang didasarkan pada konsep-konsep ilmiah.
Menurut Yagger, penilaian terhadap proses pembelajaran yang menggunakan
pendekatan STM dapat dilakukan dengan menggunakan lima domain, yaitu:
1. Konsep, yang meliputi penguasaan konsep dasar, fakta dan generalisasi.
2. Proses, penggunaan proses ilmiah dalam menemukan konsep atau penyelidikan.
3. Aplikasi, penggunaan konsep dan proses dalam situasi yang baru atau dalam
kehidupan.
4. Kreativitas, pengembangan kuantitas dan kualitas pertanyaan, penjelasan, dan tes
untuk mevalidasi penjelasan secara personal.
5. Sikap, mengembangkan perasaan positif dalam sains, belajar sains, guru sains dan
karir sains.
14
2. Memberi bekal pengetahuan praktis , agar anak dapat menyongsong dan
menghadapi kehidupan modern yang serba praktis dan tepat.
3. Menanamkan sikap hidup yang ilmiah; seperti sikap objektif, tidak tergesa-gesa
dalam mengambil kesimpulan, terbuka, dapat membedakan antara fakta dan opini,
bersifat hati-hati, dan mempunyai rasa ingin menyelidiki.
4. Memberikan keterampilan yang dapat digunakan dalam mengatasi segala
permasalahan yang ditemukan dalam kehidupannya.
5. Menanamkan rasa hormat dan menghargai kepada penemu-penemu IPA, yang
telah banyak berjasa bagi kesejahteraan dunia dan manusia.
6. Menanamkan rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan
keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Hakekat pendidikan IPA yang diuraikan di atas baru akan dapat tercapai jika
semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan bahu membahu dalam usaha
mencerdaskan manusia Indonesia. Tentunya semua itu baru dapat berjalan dengan
baik jika ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Jika sarana dan
prasaran penunjang tidak baik, maka usaha mencerdaskan manusia Indonesia
seutuhnya akan sulit terwujud.
15
d. Pola tanam yang teratur akan mempermudah pengawasan dan pemeliharaan
terhadap tanaman.
e. Pengairan adalah adanya bendungan atau waduk penampungan air beserta
saluran primer, sekunder, dan drainase untuk mengairi lahan pertanian.
2. Penyediaan Sandang
Setelah adanya kemajuan Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi, telah
dikembangkan jenis-jenis serat seperti nylon, rayon, tetoron, dakron, poliester,
dan tetrek. Hal ini dikarenakan serat-serat sintetis dengan suatu katalisa yang
cocok mempunyai sifat mekanik yang tinggi dan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
3. Penyediaan Papan
Dewasa ini, para ilmuwan berusaha untuk memanfaatkan lautan dan ruang
angkasa sebagai pemukiman. Mereka membuat pulau-pulau disertai peternakan
dan perkebunan laut. Sedangkan dalam jangka panjang, pemukiman diantariksa
sedang dalam penelitian, walaupun untuk mewujudkan itu semua merupakan
tantangan yang berat, namun mengingat kemampuan dan usaha manusia yang
tinggi, kemungkinan yang dipaparkan di atas bukan lagi suatu impian kosong.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa sains berfaedah Bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan
panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada
kemampuan bangsa itu dalam bidangsains, sebab sains merupakan dasar teknologi,
sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar
untuk teknologi ialah sains. Orang tidak menjadi Insinyur elektronika yang baik, atau
dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai berbagai gejala alam.
Bila diajarkan sains menurut cara yang tepat, maka sains merupakan suatu mata
pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis; misalnya sains diajarkan
dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”. Dengan ini anak dihadapkan pada
suatu masalah; umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian”. Dapatkah
tumbuhan hidup tanpa daun?” Anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini.
Bila sains diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh
anak. maka sains tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.
Mata pelajaran ini mempunyai: nilai–nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang
dapat membentuk keprbadian anak secara keseluruhan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Bundu, Patta. 2006. Penilaian keterampilan proses dan sikap ilmiah. Jakarta: Depdiknas.
Collette, Alfred T. & Chiappetta Eugene L. 1994. Science Instruction in the middle and
secondary schools, third edition. Macmillan Publishing company. New York.
Subiyanto, M.Sc, Dr. 1998. Pendidikan ilmu pengetahuan alam. Depdikbud: Jakarta.
18