Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

HAKIKAT SAINS

Disusun Oleh :
Muhammad Harizaldo
ACB 118 018

Dosen Pengampu : Yoan Theasy, S.Pd., M.Pd

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
2021
Kata Pengantar

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Hakikat Sains” dengan baik dan lancar.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Eksperimen Fisika Sekolah sebagai salah satu syarat mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Terwujudnya makalah ini, juga tidak terlepas dari hasil bimbingan berbagai pihak.
Untuk itu, saya menyampaikan rasa hormat dan terima kasih. Saya menyadari bahwa
makalah ini masih mempunyai kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan di masa
yang akan datang.
Akhir kata, saya mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada pihak-
pihak yang membacanya.

Palangka Raya, 17 Maret 2021

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ......................................................................................... i


Daftar Isi ................................................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................................2
C. Tujuan Makalah .............................................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN ......................................................................... 3
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ................................................................3
B. Hakikat Sains ..................................................................................................................4
C. Kedudukan ilmu pengetahuan alam (IPA) ................................................................6
D. Hakekat Sains dan Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar .....................................6
E. Sains dalam kurikulum Sekolah Dasar ......................................................................7
F. Hakekat Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat .........................................8
G. Implementasi Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat dalam
Pembelajaran Biologi......................................................................................................... 11
H. Hakekat Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam........................................................ 14
I. Manfaat Ilmu Pengetahuan Alam ............................................................................. 15
BAB III: PENUTUP ............................................................................... 17
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis untuk menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Hal ini tentu
saja berimplikasi terhadap kegiatan pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA tidak hanya
sekedar pengetahuan yang bersifat ilmiah saja, melainkan terdapat muatan IPA,
keterampilan proses dan dimensi yang terfokus pada karakteristik sikap dan watak ilmiah.

Berbagai permasalahan dalam implementasi pendidikan IPA yang sesuai dengan


hakikatnya sangat kompleks, karena itu pemikiran-pemikiran masih terus disumbangkan
untuk memecahkan permasalahan itu. Pendidikan IPA dihadapkan dengan permasalahan
diantaranya perangkat pembelajaran IPA yang mampu mengintegrasikan berbagai
disiplin ilmu melalui tema tertentu, antar konsep dalam satu mata pelajaran dengan
konsep mata pelajaran yang lain. Sehingga guru dan peserta didik memiliki bekal
kompetensi dari berbagai disiplin ilmu. Permasalahan mendasar adalah pembelajaran IPA
belum berorientasi pada keterampilan proses sains seutuhnya, sehingga kemampuan
berpikir dan berinkuiri belum optimal.

Keterampilan berinkuiri peserta didik perlu dikembangkan, karena karakteristik


pembelajaran IPA harus dilakukan dengan inkuiri ilmiah. Hal ini dapat dilakukan dengan
menerapkan pembelajaran terpadu yang menekankan pada keterampilan proses dan
produk. Depdiknas (2008), menyatakan bahwa kecenderungan pembelajaran IPA di
Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran hanya berorientasi pada hasil tes/ujian, pengalaman belajar yang


diperoleh di kelas, tidak utuh dan tidak berorientasi pada pencapaian standar
kompetensi dasar.
2. Pembelajaran bersifat teacher centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai
produk dan peserta didik menghafal informasi faktual.

1
3. Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah, peserta
didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya.
4. Evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada produk yang berkaitan dengan
domain kognitif.
Oleh karena itu, seorang guru perlu dibekali kemampuan pedagogi, kompetensi
mengenai hakikat dan nilai-nilai IPA, serta pengetahuan integrasi IPA dalam tataran
disiplin itu sendiri, maupun relasinya dengan berbagai ilmu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian IPA sebagai ilmu?
2. Apa saja hakikat sains?
3. Bagaimana kedudukan IPA?
4. Bagaimana hakekat sains dan pembelajaran sains di Sekolah Dasar?
5. Bagaimana sains dalam kurikulum Sekolah Dasar?
6. Bagaimana hakekat pendekatan sains, teknologi dan masyarakat?
7. Bagaimana implementasi pendekatan sains, teknologi dan masyarakat dalam
pembelajaran?
8. Apa saja hakekat pendidikan ilmu pengetahuan alam?
9. Apa saja manfaat ilmu pengetahuan alam?

C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian IPA
2. Mengetahui apa saja hakikat sains
3. Mengetahui kedudukan IPA
4. Mengetahui hakekat sains dan pembelajaran sains di sekolah
5. Mengetahui sains dalam kurikulum Sekolah Dasar
6. Mengetahui hakekat pendekatan sains, teknologi dan masyarakat
7. Mengetahui implementasi pendekatan sains, teknologi dan masyarakat dalam
pembelajaran
8. Mengetahui hakekat pendidikan ilmu pengetahuan alam
9. Mengetahui manfaat ilmu pengetahuan alam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)


Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang
arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus
Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains
merupakan kumpulan pengetahuan dan proses.

H.W. Powler mendefinisikan pengertian tentang ilmu pengetahuan alam adalah


sebagai “Systematic and formulated knowledge dealing with material phenomena and
based mainly on observation and induction“. Artinya adalah, “Ilmu yang sistematis
dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan
terutama atas pengamatan induksi“.

Robert B Sund mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis atau


tersusun secara teratur berlaku umum dan berupa kumpulan data hasil observasi dan
eksperimen.

Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan


pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu.
Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is
both product and process, inseparably Joint".

Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan


untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-
gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhirnya
menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah
kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.

Ilmu pengetahuan alam atau sains adalah ilmu yang mempelajari tentang sebab
akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA dapat juga didefinisikan sebagai
kumpulan pengetahuan yang sistematik dari gejala-gejala alam.

3
Unsur utama yang terdapat dalam IPA yaitu sikap manusia, proses, dan produk
yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Rasa ingin tahu pada masalah yang terjadi
di alam merupakan sikap manusia; manusia kemudian mencoba memecahkan
masalah yang dihadapinya, pada tahapan digunakan proses atau metode dengan cara
menyusun hipotesis, melakukan kegiatan untuk membuktikan kebenaran
hipotesisnya, dan mengevaluasi apa yang telah dilakukannya. Hasil atau produk dari
kegiatan yang telah dilakukannya tersebut berupa fakta-fakta, prinsip-prinsip, atau
teori-teori.

B. Hakikat Sains
1. Sains sebagai proses
Pengertian IPA sebagai proses maksudnya adalah bagaimana cara
mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut. Pengertian mendapatkan pengetahuan
untuk siswa dapat berupa konsep-konsep yang sedang dipelajarinya. Penekanan
dari hakekat IPA sebagai proses adalah pada bagaimana seorang siswa
menemukan sendiri apa yang sedang dipelajarinya. Yang dimaksud dengan
menemukan sendiri disini bukan berarti konsep yang sedang dipelajarinya adalah
murni hasil pemikiran siswa tersebut. Dalam hal ini, siswa masih tetap
mempelajari konsep-konsep yang sudah ditemukan oleh para ahli IPA, tetapi yang
menjadi titik berat adalah bagaimana urutan-urutan atau tahapan-tahap yang
dilakukan siswa pada saat mempelajari konsep tersebut. Jika siswa dalam
memahami suatu konsep sesuai dengan urutan atau langkah yang seharusnya,
maka berarti siswa tersebut telah memahami hakekat IPA sebagai proses.
Sebagai contoh akan dijelaskan bagaimana seorang siswa memahami
konduktor dan isolator. Siwa tidak menghafal definisi konduktor dan isolator
tetapi siswa mengerti apa yang dimaksud dengan konduktor dan isolator setelah
siswa tersebut melakukan kegiatan dengan menggunakan baterai, kabel, bola
lampu, dan benda-benda yang akan diselidikinya. Mula-mula siswa mencoba
membuat rangkaian dengan menggunakan apa yang sudah disiapkannya,
kemudian mereka mencoba mengganti hubungan kabel dengan benda-benda yang
sedang diselidikinya satu-persatu. Setelah semua benda diselidiki, ternyata ada
dua kelompok benda yang sifatnya berbeda yaitu kelompok pertama terdiri atas

4
kayu, karet, kaca, dan kertas tidak dapat menyalakan bola lampu; sedangkan
kelompok kedua terdiri atas besi, aluminium, tembaga, dan seng dapat
menyalakan lampu.

Selanjutnya diharapkan siswa dapat menggeneralisasikan sendiri benda-benda


lainnya yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dan benda-benda lainnya
yang dapat menghantarkan arus listrik. Dari kegiatan yang dilakukannya tersebut,
siswa dapat mengelompokan sendiri benda yang termasuk isolator dan benda yang
termasuk konduktor. Kegiatan seperti itu mencerminkan hakekat IPA sebagai
proses; karena siswa pada saat mempelajari konsep isolator dan konduktor siswa
dapat menemukan sendiri apa yang sedang dipelajarinya.

2. Sains sebagai Produk

Pengertian IPA sebagai produk maksudnya adalah lebih menekankan pada


memahami apa yang sudah dihasilkan oleh IPA itu sendiri misalnya, prinsip-
pinsip, hukum-hukum, dan rumus-rumus. Usaha pemahaman siswa terhadap
prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan penggunaan rumus-rumus yang berlaku
dalam IPA menunjukkan hakekat IPA sebagai produk. Pemahaman yang
dilakukan siswa terhadap prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan rumus-rumus tidak
memerlukan urutan atau tahapan tertentu. Siwa cukup memahami isi kandungan
dari prinsip atau hukum yang sedang dipelajarinya itu; atau bagaimana caranya
menggunakan rumus untuk memecahkan soal yang sedang dibahasnya.

Jika siswa hanya mempelajari prinsip-prinsip, hukum-hukum, rumus-rumus


dengan cara seperti itu, berarti siswa hanya mempelajari apa yang sudah
dihasilkan (produk) oleh para ahli tanpa memikirkan/mengetahui bagaimana
caranya prinsip-prinsip, hukum-hukum, rumus-rumus itu ditemukan. Kegiatan
yang dilakukan siswa seperti itu berarti telah mengganggap IPA hanya sebagai
produk saja.

3. Sains sebagai Sikap/Nilai

Sains diyakini dapat melatih atau menanamkan sikap dan nilai positif dalam
diri siswa. Jujur, dapat bekerja sama, teliti, tekun, hati-hati, toleran, skeptis,

5
merupakan sikap dan nilai yang dapat terbentuk melalui pembelajaran sains.
Pembelajaran sains yang dapat terlaksana dengan baik, akan dapat membentuk
sikap dan nilai positif dalam diri siswa sebagai bekal yang diperlukannya dalam
mengatasi permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan. Tentunya hal
tersebut dapat tercapai jika pembelajaran sains dipandang sebagai proses tidak
hanya sekedar mempelajari produknya saja.
Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para
ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang
gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan
hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan
akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar
dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.
C. Kedudukan ilmu pengetahuan alam (IPA)
Ilmu berkembang dengan pesat, yang pada dasarnya ilmu berkembang dari dua
cabang utama yaitu filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the
natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam ilmu-ilmu
sosial (the social sciences). Ilmu-ilmu alam dibagi menjadi dua kelompok yaitu ilmu
alam (the physical sciences) dan ilmu hayat (the biological sciences). Ilmu alam ialah
ilmu yang mempelajari zat yang membentuk alam semesta sedangkan ilmu hayat
mempelajari makhluk hidup di dalamnya. Ilmu alam kemudian bercabang lagi
menjadi fisika (mempelajari massa dan energi), kimia (mempelajari substansi zat),
astronomi (mempelajari benda-benda langit dan ilmu bumi (the earth sciences) yang
mempelajari bumi kita.

D. Hakekat Sains dan Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar


Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau Sains dalam arti sempit telah dijelaskan diatas
merupakan disiplin ilmu yang terdiri dari physical sciences (ilmu fisik) dan life
sciences (ilmu biologi). Yang termasuk physical sciences adalah ilmu -ilmu
astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika, sedangkan life science
meliputi anatomi, fisiologi, zoologi, citologi, embriologi, mikrobiologi.

IPA (Sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan


kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia

6
yang tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu,
serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan Sains semakin luas dan
lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi adalah lebar. Namun dari waktu jarak
tersebut semakin lama semakin sempit, sehingga semboyan " Sains hari ini adalah
teknologi hari esok" merupakan semboyan yang berkali-kali dibuktikan oleh sejarah.
Bahkan kini Sains dan teknologi manunggal menjadi budaya ilmu pengetahuan dan
teknologi yang saling mengisi (komplementer), ibarat mata uang, yaitu satu sisinya
mengandung hakikat Sains (the nature of Science) dan sisi yang lainnya mengandung
makna teknologi (the meaning of technology).

IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang
didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal
ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Wina-putra, 1992:122)
bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan
kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa
kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen.

E. Sains dalam kurikulum Sekolah Dasar


Dari uraian di atas Sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai Obyek,
menggunakan metode Ilmiah sehingga perlu diajarkan di Sekolah Dasar. Setiap guru
harus paham akan alasan mengapa sains perlu diajarkan di sekolah
dasar. Ada berbagai alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasuk ke
dalam kurikulum suatu sekolah. Usman Samatowa menegemukakan empat Alasan
sains dimasukan dikurikulum Sekolah Dasar yaitu:

1. Bahwa sains berfaedah Bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan
panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada
kemampuan bangsa itu dalam bidang sains, sebab sains merupakan dasar
teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan.
Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah sains. Orang tidak menjadi Insinyur
elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas
mengenai berbagai gejala alam.
2. Bila diajarkan sains menurut cara yang tepat, maka sains merupakan suatu mata
pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis; misalnya sains diajarkan

7
dengan mengikuti metode "menemukan sendiri". Dengan ini anak dihadapkan
pada suatu masalah; umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian".
Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?" Anak diminta untuk mencari dan
menyelidiki hal ini.
3. Bila sains diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh
anak. Maka sains tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.
4. Mata pelajaran ini mempunyai: nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi
yang dapat membentuk keprbadian anak secara keseluruhan.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan
standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi
acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK
dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan,
bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.

F. Hakekat Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat


Pendekatan Sains, Teknologi dan masyarakat (STM) adalah peng-Indonesiaan
dari Science-Technology-Society (STS) yang pertama kali dikembangkan di Amerika
Serikat pada tahun 1980-an, dan selanjutnya berkembang di Inggris dan Australia.
National Science Teacher Association atau NSTA, mendefinisikan pendekatan ini
sebagai belajar/mengajar sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia.
Dengan volume informasi dalam masyarakat yang terus meningkat dan kebutuhan
bagi penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan hubungannya dengan kehidupan
masyarakat dapat menjadi lebih mendalam, maka pendekatan STM dapat sangat
membantu bagi anak. Oleh karena, pendekatan ini mencakup interdisipliner konten
dan benar-benar melibatkan anak sehingga dapat meningkatkan kemampuan anak.
Pendekatan ini dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara kemajuan
iptek, membanjirnya informasi ilmiah dalam dunia pendidikan, dan nilai-nilai iptek
itu sendiri dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) dalam pandangan ilmu-ilmu


sosial dan humaniora, pada dasarnya memberikan pemahaman tentang kaitan antara
sains teknologi dan masyarakat, melatih kepekaan penilaian peserta didik terhadap
dampak lingkungan sebagai akibat perkembangan sains dan teknologi. Menurut Raja,

8
keputusan yang dibuat oleh masyarakat biasanya memerlukan penggunaan teknologi
untuk melaksanakannya. Bahkan, masyarakat dan ilmu pengetahuan menggunakan
teknologi sebagai sarana untuk menyimpan informasi. Peranan penting yang dimiliki
oleh teknologi dapat berfungsi sebagai sarana tindakan dan penyidikan dalam
pendekatan STM. Data juga menyiratkan sifat ilmu pengetahuan sebagai sebuah
bidang di semua masyarakat.

Sains merupakan suatu tubuh pengetahuan (body of knowledge) dan proses


penemuan pengetahuan. Teknologi merupakan suatu perangkat keras ataupun
perangkat lunak yang digunakan untuk memecahkan masalah bagi pemenuhan
kebutuhan manusia. Sedangkan masyarakat adalah sekelompok manusia yang
memiliki wilayah, kebutuhan, dan norma-norma sosial tertentu. Sains, teknologi dan
masyarakat satu sama lain saling berinteraksi. Menurut Widyatiningtyas, pendekatan
STM dapat menghubungkan kehidupan dunia nyata anak sebagai anggota masyarakat
dengan kelas sebagai ruang belajar sains. Proses pendekatan ini dapat memberikan
pengalaman belajar bagi anak dalam mengidentifikasi potensi masalah,
mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah, mempertimbangkan solusi
alternatif, dan mempertimbangkan konsekuensi berdasarkan keputusan tertentu.

Pendidikan sains pada hakekatnya merupakan upaya pemahaman, penyadaran,


dan pengembangan nilai positif tentang hakekat sains melalui pembelajaran. Sains
pada hakekatnya merupakan ilmu dan pengetahuan tentang fenomena alam yang
meliputi produk dan proses. Pendidikan sains merupakan salah satu aspek pendidikan
yang menggunakan sains sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
secara umum dan tujuan pendidikan sains secara khusus, yaitu untuk meningkatkan
pengertian terhadap dunia alamiah.

Untuk penyusunan materi pendidikan sains, hendaknya merupakan akumulasi


dari konten, proses, dan konteks. Konten, menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan
fakta, definisi, konsep, prinsip, teori, model, dan terminologi. Proses, berkaitan
dengan metodologi atau keterampilan untuk memperoleh dan menemukan konten.
Konteks, berkaitan dengan kepentingan sosial baik individu maupun masyarakat atau
kepentingan-kepentingan lainnya yang berhubungan dengan perlunya pengembangan
dan penyesuaian pendidikan sains untuk menghadapi tantangan kemajuan zaman.

9
Benneth et. al. melaporkan, bahwa pendekatan STM merupakan pendekatan
berbasis konteks yang memiliki peranan yang sangat penting dalam memotivasi anak
dan mengembangkan keaksaraan ilmiah mereka berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan terhadap anak laki-laki dan perempuan yang berkemampuan rendah.
Dengan demikian, tujuan pendekatan STM adalah untuk membentuk individu yang
memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah
masyarakat dan lingkungannya. Menurut Rusmansyah, pendekatan STM dilandasi
oleh tiga hal penting yaitu:

1. Adanya keterkaitan yang erat antara sains, teknologi dan masyarakat.


2. Proses belajar-mengajar menganut pandangan konstruktivisme, yang pada
pokoknya menggambarkan bahwa anak membentuk atau membangun
pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan.
3. Dalam pengajarannya terkandung lima ranah, yang terdiri atas ranah
pengetahuan, ranah sikap, ranah proses sains, ranah kreativitas, dan ranah
hubungan dan aplikasi.
Program pembelajaran dengan pendekatan STM pada umumnya mempunyai
karakteristik, sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah-masalah setempat.
2. Penggunaan sumber daya setempat yang digunakan dalam memecahkan masalah.
3. Keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi untuk memecahkan
masalah.
4. Perpanjangan pembelajaran di luar kelas dan sekolah.
5. Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.
6. Isi dari pembelajaran bukan hanya konsep-konsep saja yang harus dikuasai siswa
dalam kelas.
7. Penekanan pada keterampilan proses di mana siswa dapat menggunakan dalam
memecahkan masalah.
8. Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi.
9. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara identifikasi
bagaimana sains dan teknologi berdampak di masa depan.
10. Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar.

10
G. Implementasi Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat dalam
Pembelajaran
Menurut Poedjiadi, pelaksanaan pendekatan STM dapat dilakukan melalui tiga
macam strategi, yaitu:
1. Strategi pertama, menyusun topik-topik tertentu yang menyangkut konsep-
konsep yang ingin ditanamkan pada peserta didik. Pada strategi ini, di awal
pembelajaran (topik baru) guru memperkenalkan atau menunjukkan kepada
peserta didik adanya isu atau masalah di lingkungan anak atau menunjukkan
aplikasi sains atau suatu produk teknologi yang ada di lingkungan mereka.
Masalah atau isu yang ada di lingkungan masyarakat dapat pula diusahakan agar
ditemukan oleh anak sendiri setelah guru membimbing dengan cara-cara tertentu.
Melalui kegiatan eksperimen atau diskusi kelompok yang dirancang oleh guru,
akhirnya dibangun atau dikonstruksi pengetahuan pada anak. Dalam hal ini,
pengetahuan yang berbentuk konsep-konsep.
2. Strategi kedua, menyajikan suatu topik yang relevan dengan konsep-konsep
tertentu yang termasuk dalam standar kompetensi atau kompetensi dasar. Pada
saat membahas konsep-konsep tertentu, suatu topik relevan yang telah dirancang
sesuai strategi pertama dapat diterapkan dalam pembelajaran. Dengan demikian
program STM merupakan suplemen dari kurikulum.
3. Strategi ketiga, mengajak anak untuk berpikir dan menemukan aplikasi konsep
sains dalam industri atau produk teknologi yang ada di masyarakat di sela-sela
kegiatan belajar berlangsung. Contoh-contoh adanya aplikasi konsep sains, isu
atau masalah, sebaiknya diperkenalkan pada awal pokok bahasan tertentu untuk
meningkatkan motivasi peserta didik mempelajari konsep-konsep selanjutnya,
atau mengarahkan perhatian peserta didik kepada materi yang akan dibahas
sebagai apersepsi.
Untuk mengimplementasikan pendekatan STM dalam pembelajaran, Dass
(1999) dalam Raja (2009) mengemukakan empat langkah kegiatan kelas yang secara
komprehensif merupakan upaya mengembangkan pemahaman murid dan
pelaksanaan suatu proyek STM yang berhubungan preservice guru. Keempat langkah
pembelajaran tersebut adalah fase invitasi atau undangan atau inisiasi, eksplorasi,
mengusulkan penjelasan dan solusi, dan mengambil tindakan.

11
1. Fase Invitasi
Pada Preservice teachers (PSTs) tahap ini, guru melakukan brainstorming dan
menghasilkan beberapa kemungkinan topik untuk penyelidikan. Topik dapat bersifat
global atau lokal, tetapi harus merupakan minat siswa dan memberikan wilayah yang
cukup untuk penyelidikan bagi siswa. Menurut Aisyah, Apersepsi dalam kehidupan
juga dapat dilakukan, yaitu mengaitkan peristiwa yang telah diketahui siswa dengan
materi yang akan dibahas. Dengan demikian, tampak adanya kesinambungan
pengetahuan, karena diawali dengan hal-hal yang telah diketahui siswa sebelumnya
dan ditekankan pada keadaan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
2. Eksplorasi
Pada tahap ini, guru dan siswa mengidentifikasi daerah kritis penyelidikan. Data-
data dan informasi dapat dikumpulkan melalui pertanyaan-pertanyaan atau
wawancara, kemudian menganalisis informasi tersebut. Data dan informasi dapat
pula diperoleh melalui telekomunikasi, perpustakaan dan sumber-sumber dokumen
publik lainnya. Dari sumber-sumber informasi, siswa dapat mengembangkan
penyelidikan berbasis ilmu pengetahuan untuk menyelidiki isu-isu yang berkaitan
dengan masalah ini. Pemahaman tentang hujan asam, misalnya, dilakukan dalam
laboratorium untuk menyelidiki sifat-sifat asam dan basa. Penyelidikan ini
memberikan pemahaman dasar untuk pengembangan, pengujian hipotesis, dan
mengusulkan tindakan.
Menurut Aisyah, tahap kedua ini merupakan proses pembentukan konsep yang
dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan dan metode. Misalnya pendekatan
keterampilan proses, pendekatan sejarah, pendekatan kecakapan hidup, metode
demonstrasi, eksperimen di labolatorium, diskusi kelompok, bermain peran dan lain-
lain. Pada akhir tahap kedua, diharapkan melalui konstruksi dan rekonstruksi siswa
menemukan konsep-konsep yang benar atau konsep-konsep para ilmuan. Selanjutnya
berbekal pemahaman konsep yang benar siswa melanjutkan analisis isu atau masalah
yang disebut aplikasi konsep dalam kehidupan.
3. Fase Mengusulkan Penjelasan dan Solusi
Pada tahap ini, siswa mengatur dan mensintesis informasi yang mereka telah
kembangkan sebelumnya dalam penyelidikan. Proses ini termasuk komunikasi lebih
lanjut dengan para ahli di lapangan, pengembangan lebih lanjut, memperbaiki, dan

12
menguji hipotesis mereka, dan kemudian mengembangkan penjelasan tentatif dan
proposal untuk solusi dan tindakan. Hasil tersebut kemudian dilaporkan dan disajikan
kepada rekan-rekan kelas untuk menggambarkan temuan, posisi yang diambil, dan
tindakan yang diusulkan.
Menurut Aisyah, apabila selama proses pembentukan konsep dalam tahap ini
tidak tampak ada miskonsepsi yang terjadi pada siswa, demikian pula setelah akhir
analisis isu dan penyelesaian masalah, guru tetap harus melakukan pemantapan
konsep melalui penekanan pada konsep-konsep kunci yang penting diketahui dalam
bahan kajian tertentu. Hal ini dilakukan karena konsep-konsep kunci yang ditekankan
pada akhir pembelajaran akan memiliki retensi lebih lama dibandingkan dengan
kalau tidak dimantapkan atau ditekankan oleh guru pada akhir pembelajaran.
4. Fase Mengambil Tindakan
Berdasarkan temuan yang dilaporkan dalam fase ketiga (mengajukan penjelasan
dan solusi), siswa menerapkan temuan-temuan mereka dalam beberapa bentuk aksi
sosial. Jika tindakan ini melibatkan masyarakat sebagai pelaksana, misalnya
membersihkan daerah berbahaya anak dapat menghubungi pejabat publik yang dapat
mendukung pikiran dan temuan mereka. Anak menyajikan informasi ini kepada
rekan-rekan kelas mereka. Proposal ini akan dimasukkan sebagai tindakan follow up.
Untuk mengungkap penguasaan pengetahuan sains dan teknologi anak selama
pembelajaran, dapat dilakukan melalui suatu evaluasi. Evaluasi merupakan suatu
pengukuran atau penilaian terhadap sesuatu prestasi atau hasil yang telah dicapai.
Mengingat penguasaan sains dan teknologi dalam hal ini merupakan penguasaan sains
dan teknologi yang berkaitan dengan aspek masyarakat, maka kriteria pengembangan
evaluasinya dapat mengacu kepada pengembangan evaluasi dalam unit STM.
Menurut Varella dalam Widyatiningtyas, evaluasi dalam STM meliputi ruang
lingkup aspek:
1. Pemahaman konsep sains dalam pengalaman kehidupan sehari-hari.
2. Penerapan konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sains untuk masalah-
masalah teknologi sehari-hari.
3. Pemahaman prinsip-prinsip sains dan teknologi yang terlibat dalam alat-alat
teknologi yang dimamfaatkan masyarakat.

13
4. Penggunaan proses-proses ilmiah dalam pemecahan masalah-masalah yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pembuatan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan kesehatan, nutrisi,
atau hal-hal lain yang didasarkan pada konsep-konsep ilmiah.
Menurut Yagger, penilaian terhadap proses pembelajaran yang menggunakan
pendekatan STM dapat dilakukan dengan menggunakan lima domain, yaitu:
1. Konsep, yang meliputi penguasaan konsep dasar, fakta dan generalisasi.
2. Proses, penggunaan proses ilmiah dalam menemukan konsep atau penyelidikan.
3. Aplikasi, penggunaan konsep dan proses dalam situasi yang baru atau dalam
kehidupan.
4. Kreativitas, pengembangan kuantitas dan kualitas pertanyaan, penjelasan, dan tes
untuk mevalidasi penjelasan secara personal.
5. Sikap, mengembangkan perasaan positif dalam sains, belajar sains, guru sains dan
karir sains.

H. Hakekat Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam


Tujuan Pendidikan Nasional Negara Indonesia adalah: “Untuk membentuk
manusia-manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan membentuk manusia
Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan terampil
dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap
demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasaan yang tinggi
dan disertai dengan budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai
sesama manusia sesuai dengan ketentuan-ketentuan UUD 1945“.
Tujuan Pendidikan Nasional tersebut kemudian dijabarkan lagi kedalam
kurikulum untuk setiap mata pelajaran. Tentunya setiap mata pelajaran mampunyai
perannya sendiri dalam mencapai tujuan nasional yang telah dirumuskan oleh
pemerintah. IPA telah dinilai mempunyai peran yang sangat besar dalam usaha
mengsejahterakan dan mencerdaskan kehidupan suatu bangsa. Hal ini disebabkan
IPA merupakan dasar dari teknologi; sedangkan teknologi itu sendiri merupakan
tulang punggung kemajuan suatu negara. Pada hakekatnya Pendidikan IPA di
Indonesia bertujuan untuk:
1. Memberi pengetahuan sebagai bekal hidup kepada anak tentang dunia dimana
mereka hidup, agar anak tidak keliru terhadap alam sekitar.

14
2. Memberi bekal pengetahuan praktis , agar anak dapat menyongsong dan
menghadapi kehidupan modern yang serba praktis dan tepat.
3. Menanamkan sikap hidup yang ilmiah; seperti sikap objektif, tidak tergesa-gesa
dalam mengambil kesimpulan, terbuka, dapat membedakan antara fakta dan opini,
bersifat hati-hati, dan mempunyai rasa ingin menyelidiki.
4. Memberikan keterampilan yang dapat digunakan dalam mengatasi segala
permasalahan yang ditemukan dalam kehidupannya.
5. Menanamkan rasa hormat dan menghargai kepada penemu-penemu IPA, yang
telah banyak berjasa bagi kesejahteraan dunia dan manusia.
6. Menanamkan rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan
keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Hakekat pendidikan IPA yang diuraikan di atas baru akan dapat tercapai jika
semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan bahu membahu dalam usaha
mencerdaskan manusia Indonesia. Tentunya semua itu baru dapat berjalan dengan
baik jika ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Jika sarana dan
prasaran penunjang tidak baik, maka usaha mencerdaskan manusia Indonesia
seutuhnya akan sulit terwujud.

I. Manfaat Ilmu Pengetahuan Alam


1. Dalam Penyediaan Pangan.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi dalam bidang
penyediaan pangan melahirkan Panca Usaha Tani yang merupakan Program
Pemerintah. Panca Usaha Tani meliputi varitas unggul, pupuk, pestisida, pola
tanam dan pengairan.
a. Varitas unggul adalah pilihan utama dari bibit yang pada penanaman
diharapkan akan diperoleh buah yang bermutu unggul pula.
b. Pupuk, yang merupakan bahan makanan pokok dari tanaman, yang
merupakan hasil dari perkembangan Ilmu Pengetahuna Alam dan teknologi
adalah Urea, Z.A, Superfosfat, Pupuk kompos, Pupuk kandang, dan lain-lain.
c. Pestisida merupakan bahan kimia yang dipakai untuk memberantas hama dan
penyakit yang merusak tanaman sehubungan dengan usaha-usaha
mempertinggi hasil produksi. Beberapa pestisida antara lain : Insektisida,
Herbisida, Fungisida.

15
d. Pola tanam yang teratur akan mempermudah pengawasan dan pemeliharaan
terhadap tanaman.
e. Pengairan adalah adanya bendungan atau waduk penampungan air beserta
saluran primer, sekunder, dan drainase untuk mengairi lahan pertanian.
2. Penyediaan Sandang
Setelah adanya kemajuan Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi, telah
dikembangkan jenis-jenis serat seperti nylon, rayon, tetoron, dakron, poliester,
dan tetrek. Hal ini dikarenakan serat-serat sintetis dengan suatu katalisa yang
cocok mempunyai sifat mekanik yang tinggi dan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
3. Penyediaan Papan
Dewasa ini, para ilmuwan berusaha untuk memanfaatkan lautan dan ruang
angkasa sebagai pemukiman. Mereka membuat pulau-pulau disertai peternakan
dan perkebunan laut. Sedangkan dalam jangka panjang, pemukiman diantariksa
sedang dalam penelitian, walaupun untuk mewujudkan itu semua merupakan
tantangan yang berat, namun mengingat kemampuan dan usaha manusia yang
tinggi, kemungkinan yang dipaparkan di atas bukan lagi suatu impian kosong.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahwa sains berfaedah Bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan
panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada
kemampuan bangsa itu dalam bidangsains, sebab sains merupakan dasar teknologi,
sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar
untuk teknologi ialah sains. Orang tidak menjadi Insinyur elektronika yang baik, atau
dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai berbagai gejala alam.
Bila diajarkan sains menurut cara yang tepat, maka sains merupakan suatu mata
pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis; misalnya sains diajarkan
dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”. Dengan ini anak dihadapkan pada
suatu masalah; umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian”. Dapatkah
tumbuhan hidup tanpa daun?” Anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini.
Bila sains diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh
anak. maka sains tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.
Mata pelajaran ini mempunyai: nilai–nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang
dapat membentuk keprbadian anak secara keseluruhan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Asy’ari, Muslichach. 2006. Penerapan pendekatan sains-teknologi masyarakat dalam


pembelajaran sains. Jakarata: Depdiknas.

Bundu, Patta. 2006. Penilaian keterampilan proses dan sikap ilmiah. Jakarta: Depdiknas.

Collette, Alfred T. & Chiappetta Eugene L. 1994. Science Instruction in the middle and
secondary schools, third edition. Macmillan Publishing company. New York.

Iskandar, Sarin. M. 1997. Pendidikan ilmu pengetahuan alam. Depdikbud.

Lukum, Astin. 2015. Sains untuk semua. Repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/420/sains-


untuk-semua.pdf

R. Rohadi. 1997. Memberdayakan anak melalui pendidikan sains-makalah. Dalam buku


kumpulan tulisan, pendidikan sains yang humanistis. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.

Subiyanto, M.Sc, Dr. 1998. Pendidikan ilmu pengetahuan alam. Depdikbud: Jakarta.

Sudjana. 1997. Penilaian proses belajar mengajar. Bandung: PT. Remaja.

Thursinawati. 2012. Penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan


penguasaan konsep dan pemahaman hakikat sains siswa, Volume III. Nomor 1.
Januari-Juni 2012: 2.

Trianto. 2010. Model pembelajaran terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksa.

18

Anda mungkin juga menyukai