Anda di halaman 1dari 18

MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah tugas mata kuliah Desain Pembelajaran yang
diampu oleh Bu Risa Triarisanti, M.Pd.

Oleh:

Disha Damayanti 1507007

Enang Abdurrahman 1700511

Rio Abdu Rojak 1706064

Ricky Triandika Pratama 1703048

Vinka Tiara Aliyya Nurfatwa 1700787

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA KOREA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan bismillahirahmanirahim puji syukur kami panjatkan


kehadirat Allah SWT yang telah mencurah limpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah Desain Pembelajaran
dengan judul “Merumuskan Tujuan Pembelajaran”. Karena tujuan pembelajaran
berfungsi sebagai acuan dari semua komponen rancangan atau desain instruksional,
maka tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara tepat/jitu sesuai dengan tingkah
laku/kemampuan aktual yang harus dimiliki oleh pembelajar setelah selesai belajar
untuk kebulatan bahan ajar tersebut.

Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Desain Pembelajaran yang diampu oleh Ibu Risa Triarisanti,
S.Pd., M.Pd. Maka dari itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu kami memohon kritik dan saran yang membangun demi makalah
yang lebih baik lagi.

Bandung, 9 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2

1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2

1.4 Manfaat ................................................................................................... 2

BAB II .................................................................................................................... 3

KAJIAN TEORI ...................................................... Error! Bookmark not defined.

2.1 Pengertian Pembelajaran ...................................................................... 3

2.2 Tujuan Pembelajaran ............................................................................ 4

2.3 Klasifikasi Tujuan Pembelajaran Khusus ........................................... 6

2.4 Aspek-Aspek Tujuan Pembelajaran Khusus ....................................... 8

BAB III ................................................................................................................. 12

PENUTUP ............................................................................................................ 12

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Guru yang professional menurut Subijanto (dalam Sudaryono, 2012: 5)
diyakini sebagai salah satu faktor yang menentukan terhadap keberhasilan
pembelajaran peserta didik. Guru sebagai pendidik, pengajar, dan pembimbing
senantiasa dituntut untuk secara professional melaksanakan tugas utamanya
sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan dan mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kualitas guru yang ditunjang oleh
kinerja yang professional merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan pendidikan secara nasional. Oleh karena itu,
kedudukan dan peranan guru sebagai pendidik sangat besar pengaruhnya
terhadap perubahan tingkah laku para peserta didik.
Menurut (Hidayat, Samsul 2: 01) seorang guru atau pengajar dalam
merencanakan pembelajaran dituntut untuk dapat merumuskan tujuan
pembelajaran secara jelas dan tegas. Perumusan tujuan pembelajaran dapat
memberikan manfaat tertentu bagi pengajar maupun siswa. Tujuan
pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam
perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
Menurut penulis terkadang istilah tujuan dan fungsi memiliki kerancuan
makna didalamnya. Kata tujuan dan fungsi sendiri memiliki kaitan yang erat.
Namun, hal ini bukan berarti bahwa keduanya tidak dapat dibedakan. Perbedaan
definisi antara keduanya sebenarnya sudah cukup memberikan alasan mengenai
adanya perbedaan tersebut. Tujuan berhubungan dengan sesuatu yang ingi
dicapai, sedangkan fungsi merupakan kedudukan dinamis dalam usaha
mencapai tujuan.
Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan salah satu tugas
penting guru dalam memproses pembelajaran siswa. Dalam perspektif
kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendiknas RI No. 52
tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa salah satu komponen

1
2

dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaarn (RPP) yaitu adanya


tujuan pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan proses dan hasil belajar
yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi
dasar. Oleh karena itu, lewat makalah ini penulis berharap dapat memberikan
pemahaman tentang tujuan pembelajaran kepada guru dan calon guru agar dapat
merumuskan tujuan pembelajaran yang tegas dan jelas.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa pengertian tujuan pembelajaran?
b) Apa saja klasifikasi tujuan pembelajaran khusus?
c) Apa saja aspek-aspek tujuan pembelajaran khusus?
d) Bagaiman cara merumuskan tujuan pembelajaran?
1.3 Tujuan
a) Menguraikan pengertian tujuan pembelajaran.
b) Memahami klasifikasi tujuan pembelajaran khsusus.
c) Menjelaskan aspek-aspek tujuan pembelajaran khusus.
d) Menguraikan cara merumuskan tujuan.
1.4 Manfaat
a) Menambah wawasan mengenai tujuan pembelajaran
b) Sebagai sumber pengetahuan tentang tujuan pembelajaran.
c) Mempermudah dalam pembuatan RPP.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu
dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses
pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di
manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip
dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.
Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik menjadi
kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang
yang membantu. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Syaiful Sagala, 2011: 62)
pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar.
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah Proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Menurut Zayadi (2004:8), menyatakan bahwa kata pembelajaran berasal
dari bahasa inggris “instruction” yang berarti usaha untuk membelajarkan
kepada seseorang atau kelompok orang, melewati beragam usaha (effort) dan
beragam strategi, metode dan pendekatan yang mengarah pada pencapaian
tujuan yang sudah ditetapkan.
Menurut Sagala (2006:61), bahwa pembelajaran ialah proses dalam suatu
lingkungan yang secara sengaja dikelola guna memungkinkan keikutsertaan
dan dalam tingkah laku tertentu, submset khusus dari pendidikan adalah
pembelajaran.

3
4

Sementara menurut Dr. Oemar Hamalik dalam bukunya “Kurikulum dan


Pembelajaran”, menyatakan bahwa pembelajaran ialah suatu kombinasi yang
disusun mencakup beberapa unsur manusiawi, fasilitas, perlengkapan,
material, serta prosedur yang saling berpengaruh guna mencapai sebuah tujuan
pembelajaran.

Dari beragam ulasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian


pembelajaran ialah suatu sistem pendidikan dengan melibatkan beragam
komponen yang saling berhubungan secara terprogram yang mencakup
pendidik, peserta pendidik serta tenaga kependidikan dan seluruhnya yang
berkaitan dengan terlaksananya pendidikan baik secara strategi, materi,
metode, perlengkapan dan prosedur yang saling berpengaruh supaya tujuan
yang sudah ditentukan dalam pendidikan bisa tercapai secara efektif dan juga
efisien
2.2 Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau
kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Tujuan tersebut dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang
spesifik. Yang menarik untuk digaris bawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan
David E. Kapel bahwa perumusan. Tujuan pembelajaran harus diwujudkan
dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan
pembelajaran seyogyanya dibuat secara tertulis (written plan).
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat
tertentu, baik bagi guru maupun siswa.
Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari
tujuan pembelajaran, yaitu:
1) Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar
mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan
belajarnya secara lebih mandiri;
2) Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar;
3) Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media
pembelajaran
5

4) Memudahkan guru mengadakan penilaian.


Dalam pendekatan masalah khusus dalam pembelajaran atau sering di kenal
dengan istilah SME, mendeskripsikan bahwa pendekatan ini akan menciptakan
pembelajaran yang spesifik sesuai dengan bidangnya. Pendekatan ini lebih
mempertimbangkan apa yang harus dipelajari tentang materi tersebut. Tidak
bisa dipungkiri bahwa identifikasi tujuan pembelajaran melalui pendekatan
masalah khusus dalam pembelajaran, mengandung makna sebagai
pengetahuan dan pengertian berdasarkan informasi yang diterima.
Pendekatan berikutnya yaitu pendekatan penguraian isi pembelajaran.
Pendekatan ini lebih menetapkan berdasarkan fakta-fakta dari masalah yang di
tampilkan, tapi sebuah asumsi menyatakan bahwa frekuensi akan
mempengaruhi masalah seperti siswa yang berada dalam kelas unggul tetapi
tidak belajar dengan tipe yang benar atau yidak sesuia dengan isi pembelajaran.
Pendekatan ini sering terjadi jika “tipe yang benar dan sesuai dengan isi
pembelajaran” sesuai denga isi standar kurikulum dan bagan kerja, perangkat
pembelajaran, pelatihan manual, dan lain sebagainya. Masalah pada
pendekatan ini, harus sesuai dengan standar isi dimana tidak banyak yang
sesuai atau tidak ada jalan keluar yang cukup mampu untuk organisasi atau
kebutuhan sosial.
Tujuan khusus melalui pendekatan tugas akan valid jika melalui
perencanaan yang tepat dan melalui latihan dengan petugas yang ahli dalam
pelatihan tersebut atau jika pendesain pembelajaran dapat melatih pemahaman
dan kecakapan untuk mengkonfirmasi atau mengubah tujuan pembelajaran
setelah menemukan fakta. Pendekatan yang keempat yaitu pendekatan pada
teknologi penampilan, dimana dalam tujuan pembelajaran disusun dalam
menanggapi masalah atau kesempatan dalam sebuah struktur. Tidak ada
pertimbangan atas gagasan sebelumnya dari apa yang harus dipelajari dari apa
yang akan termasuk dalam tujuan pembelajaran atau dalam kenyataan adanya
kebutuhan untuk semua pembelajaran. Pendesain terlibat dalam analisis
pelaksanaan dan proses asesmen kebutuhan untuk mengidentifikasi masalah
dengan tepat, dimana hal tersebut bukanlah tugas yang mudah.
6

Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan salah satu tugas


penting guru dalam memproses pembelajaran siswa. Dalam perspektif
kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendiknas RI No.
52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa salah satu komponen
dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu adanya
tujuan pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan proses dan hasil
belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan
kompetensi dasar.
2.3 Klasifikasi Tujuan Pembelajaran Khusus
Gagne dan Briggs (Bronson :1983) mengklasifikasikan tujuan-tujuan
pembelajaran kedalam lima kategori, yaitu Verbal Information, Attitudes,
Intelectual Skills, Motor Skills and Cognitive Strategy. Hiward Kingsleys
(Nana Sudjana :1988) membaginya menjadi tiga kategori yaitu keterampilan
dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Sementara itu
yang dijadikan dasar perumusan tujuan dalam sistem pendidikan di Indonesia
adalah klasifikasi yang dikemukakan oleh S. Bloom dkk, dalam bukunya
Tacsonomy of Educational Obejctive.

Bloom (Gulo, 2005) membagi tujuan menjadi tiga kawasan atau ranah yaitu:

1) kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek


intelektual atau berfikir/nalar, di dalamnya mencakup: pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (evaluation);

2) kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek


emosional, seperti perasaan, minat, sikap, di dalamnya mencakup: penerimaan
(receiving/attending), sambutan (responding), penilaian (valuing),
pengorganisasian (organization), dan karakterisasi (Characterization); dan

3) kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek


keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular
system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari: kesiapan (set), peniruan
(imitation), membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaptation), dan
menciptakan (organization).
7

Tujuan pada level pembelajaran (instruksional) dirumuskan secara


khusus/spesifik dan mendalam. Pada level ini tujuan dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran umum dan khusus.

a) Tujuan Pembelajaran Umum


Tujuan umum menurut Robert H. Davis (1974: 29) adalah An instructional
goal descrives in general terms, the new knowledge, skill, activities and
attitudes that the teacher esfects the student aqquire as a result of his
instruction some example of instructional goal are to understand the theory of
evaluation, to know the principles of administration, to have a feeling
mathematics. Tujuan pembelajaran umum lebih luas karena perlu dan harus
dijabarkan lagi pada tujuan-tujuan yang lebih spesifik. Kata kerja yang
digunakan untuk merumuskan tujuan pembelajaran umum adalah: memahami,
mengetahui, mengenal, dan sebagainya. Tujuan umum di sekolah-sekolah
misalnya SD, SMP, SMA tidak perlu dirumuskan oleh guru karena ada dalam
GBPP. Tujuan pembelajaran umum tingkat pencapaiannya mungkin
memerlukan beberapa kali proses ajar dan mungkin dapat dicapai setelah dua
atau tiga kali mengajar.
b) Tujuan Pembelajaran Khusus
Istilah tujuan pembelajaran khusus menurut Briggs dan RF. Mager adalah
Behavioral Objectives dan menurut Groudhud – performance learning
outcames, measurable objectives. Tujuan pembelajaran khusus adalah tujuan
yang dirumuskan oleh guru. Tujuan tersebut harus dapat dicapai siswa setelah
mengikuti satu kali kegiata pembelajaran. Tujuan pembelajaran khusus
menurut Robert H. Davis (1974: 29) disebut “Learning Objectives”
maksudnya “A learning objective is descrption of the behavior espected of a
learner after instruction”. Lebih lanjut Davis menggambarkan bahwa tujuan
pembelajaran khusus memiliki komponen-komponen yaitu:
i) Terminal Behavior, menggambarkan pernyataan atau deskripsi hasil
belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
ii) Condition, menggambarkan kondisi yang diperlukan siswa untuk
mendemonstrasikan perilakunya.
8

iii) Standar, menggambarkan tingkatan minimal dari performance yang


dapat diterima sebagai bukti bahwa siswa telah mencapai tujuan.

2.4 Aspek-Aspek Tujuan Pembelajaran Khusus


1) Kriteria Perumusan TPK
TPK harus merupakan penjabaran khusus dari Tujuan Umum, dimana
dalam perumusannya harus operasional, menunjukkan perilaku yang dapat
diamati, dan dapat diukur. Menurut Mager (Romizowski, 1981) dalam
bukunya Designing Instructional System, hal-hal yang harus ada dalam
rumusan tujuan pembelajaran khusus adalah:
a) Statement of what student should be able to do at the end of the learning
session (The terminal behavior)
b) The conditions under which he should be able to exhibit the terminal
behavior.
c) The standard to which should be able to perform (the criteria)
Oleh karena itu, menurut Mager ada tiga komponen pokok dalam rumusan
tujuan pembelajaran khusus, yaitu: Behavior, Standard, and External
Condition. (Romizowski, 1981)
Kriteria merumuskan TPK:
a) Rumusan TPK harus spesifik dalam arti bahwa perilaku yang
terkandung di dalamnya sudah dibatasi lingkupnya.
b) Operasional, kata kerja yang digunakan untuk mendeskripsikan perilaku
harus konkrit sehingga dapat diamati dan diukur.
c) Sebaiknya mengandung unsur A, B, C dan D.
d) Jangan menggunakan kata kerja ganda atau dalam satu rumusan TPK
terdapat dua perilaku yang diamati.

Menurut Suparman (2004), merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


merupakan:
9

a) Dasar dan pedoman bagi seluruh proses pengembangan tujuan


pembelajaran selanjutnya (perumusan TPK merupakan titik permulaan
sesungguhnya dari proses pengembangan pembelajaran);

b) Alat untuk menguji validitas isi tes (isi pelajaran yang akan diajarkan
disesuaikan dengan apa yang akan dicapai);

c) Arah proses pengembangan pembelajaran karena di dalamnya tercantum


rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai peserta
didik pada akhir proses pembelajaran.

2) Aspek-aspek Tujuan Pembelajaran Khusus

Menurut Knirk dan Gustafson dalam Hernawan (2005) dalam merumuskan


tujuan intruksional khusus hendaknya harus mencakup unsur-unsur atau
komponen yang dikenal dengan ABCD (Audience, Behavior, Condition,
dan Degree).

Berikut penjelasan tentang perumusan tujuan intruksional khusus.

a) Audience = A
Yaitu siswa yang belajar untuk mencapai tujuan. Artinya tujuan yang
dirancang untuk siswa bukan guru. Oleh sebab itu, komponen siswa
harus selalu ada pada setiap perumusan TIK. Dalam hal ini pada TIK
perlu dijelaskan siapa siswa yang akan belajar. Keterangan tentang
siswa yang akan belajar tersebut harus dijelaskan secara spesifik
mungkin, agar seseorang yang berada di luar populasi yang ingin
mengikuti pelajaran tersebut dapat menempatkan diri seperti siswa
yang menjadi sasaran dalam sistem intruksional tersebut. (Hernawan,
2005)
Contohnya: siswa kelas X.

b) Behavior = B
Yaitu kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti
pembelajaran atau perilaku yang spesifik yang akan dimunculkan
oleh siswa setelah selesai mengikuti pembelajaran. Komponen ini
10

terdiri atas kata kerja yang menunjukan kemampuan yang harus


ditampilkan siswa dan materi yang dipelajari siswa. Kemampuan
tersebut dinyatakan dalam kata kerja operasional seperti
menjelaskan, memberi, menyusun, membuat, merakit, menunjukkan,
mengenal dan sebagainya. (Hernawan, 2005)
Contohnya: menunjukkan letak pulau besar di Indonesia.

c) Condition = C
Yaitu batasan yang dikenakan kepada siswa atau alat yang
digunakan siswa ketika ia tes. Kondisi ini dapat memberikan
gambaran kepada pengembang tes tentang kondisi atau keadaan
bagaimana siswa diharapkan dapat mendemonstrasikan perilaku saat
ini di tes. (Suparman, 2012)
Contohnya: “diberikan sejumlah data, siswa dapat.” (ini berarti
bahwa pada saat kita meminta siswa menunjukkan kemampuan
tersebut kita harus menyediakan data) atau “dengan menggunakan
rumus ABC, siswa dapat.” ini berati siswa dianggap sudah
menguasai kemampuan tersebut apabila siswa melakukannya
dengan rumus ABC. Apabila tidak menggunakan rumus tersebut
artinya siswa belum menguasai tujuan tersebut. (Suparman, 2012)

d) Degree= D
Yaitu keberhasilan siswa dalam mencapai perilaku tersebut. Tingkat
keberhasilan ditunjukan dengan batas minimal dari penampilan suatu
perilaku yang dianggap dapat diterima. Apabila menurut analisis
intruksional merupakan perilaku prasyarat yang harus dikuasai
terlebih dahulu sebelum meneruskan mempelajari perilaku yang lain,
kedudukan komponen D dan TIK yang bersangkutan menjadi sangat
penting. (Suparman, 2012)
Contohnya: “siswa dapat menjelaskan lima karakteristik pemimpin
yang demokratis.” berarti siswa dianggap belum menguasai tujuan
tersebut jika hanya mampu menjelaskan dua atau tiga karakteristik
11

tersebut atau “siswa dapat menjelaskan dua alasan penting


transmigrasi.” Berarti siswa dianggap belum menguasai tujuan
tersebut bila siswa hanya mampu menjelaskan satu alasan saja.
(Suparman, 2012)

Contoh komponen ABCD


1) Siswa kelas X dapat menunjukkan 3 tempat penemuan manusia purba di
Indonesia dengan menggunakan gambar peta.
Apabila diuraikan rumusan tersebut ke dalam komponen-komponen
ABCD, maka:
a. Siswa kelas X = merupakan komponen Audiens (A)
b. Menunjukkan tempat penemuan manusia purba = merupakan
komponen Behavior (B)
c. Dengan menggunakan gambar peta= merupakan komponen
Condition (C)
d. 3 tempat = merupakan komponen Degree (D)

Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa siswa dikatakan telah mencapai
tujuan apabila siswa tersebut:
a. Telah mampu menunjukkan 3 tempat manusia purba; apabila siswa
hanya mampu menunjukan dua bagian saja, maka siswa tersebut
belum dapat dianggap telah menguasai tujuan tersebut.
b. Menggunakan gambar peta, ini berarti bahwa pada saat kita
menuntut siswa untuk mendemonstrasikan kemampuan
menunjukkan 3 tempat manusia purba, sebagai guru harus
menyediakan peta negara Indonesia.

Menurut Suparman (2012) dalam perumusaan TIK, komponen ABCD


dalam penerapannya terkadang tidak tersusun secara berurutan atau dapat
dibalik-balikan. Dalam praktek sehari-hari perumusan TIK terkadang hanya
mencantumkan dua komponen saja, yaitu A dan B sehingga ketika diukur
tidak memilki kepastian dalam menyusun tes.
12

 Contoh Rumusan TPU dan TPK:


(1) TPU: Siswa dapat memahami tentang konsep pencemaran.
(2) TPK: (a) Siswa dapat menyebutkan jenis-jenis pencemaran.
(b) Siswa dapat membandingkan pengaruh pencemaran
udara dan air terhadap kehidupan manusia.
 Contoh TPK yang lengkap (ada unsur A, B, C, dan D)
(1) Tanpa diberi contoh siswa SPK dapat memasang infus dalam waktu
kurang dari 15 menit.
(2) Keterangan:
C: Tanpa diberi contoh
A: Siswa SPK
B: Dapat memasang infus
D: Kurang dari 15 menit
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari beragam ulasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran
ialah suatu sistem pendidikan dengan melibatkan beragam komponen yang saling
berhubungan secara terprogram yang mencakup pendidik, peserta pendidik serta
tenaga kependidikan dan seluruhnya yang berkaitan dengan terlaksananya
pendidikan baik secara strategi, materi, metode, perlengkapan dan prosedur yang
saling berpengaruh supaya tujuan yang sudah ditentukan dalam pendidikan bisa
tercapai secara efektif dan juga efisien.

Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu,


baik bagi guru maupun siswa.

Perumusan tujuan Instruksional dalam desain pembelajaran merupakan


perumusan yang jelas dimana memuat pernyataan tentang kemampuan dan tingkah
laku peserta didik setelah mengikuti suatu program pengajaran tertentu untuk satu
topik atau subtopik tertentu.

Dalam merumuskan tujuan instruksional, harus menetapkan jenis hasil belajar


yang dapat dibedakan menjadi tiga domain yaitu domain kognitif, afektif dan
psikomotorik.

Tujuan instruksional ini dapat dibedakan menjadi tujuan instruksional umum


(TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK).

Dalam merumuskan tujuan instruksional khusus hendaknya harus mencakup


unsur-unsur/komponen yang dikenal dengan singkatan ABCD (Audience,
Behavior, Condition, Degree).

Langkah-langkah dalam merumuskan tujuan instruksional secara garis besar


adalah: (1) merumuskan tujuan instruksional umum yang merupakan hasil belajar
yang diharapkan (2) merinci tujuan-tujuan instruksional umum menjadi tujuan-
tujuan instruksional khusus (3) memeriksa tujuan-tujuan instruksional untuk
kejelasan dan kesesuaian

12
13

DAFTAR PUSTAKA

Davis, Robert. (1974). Learning System Design. New York: Mc Graw-Hall Book

Company.

Hamalik, Oemar. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Hernawan, Asep Herry. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Hidayat, Samsul. (2011). Tujuan Pembelajaran sebagai Komponen Penting

dalam Pembelajaran.

Kemp, J.E, Morrison, G.R., and Ross, S.M. (1994). Designing


EffectiveInstruction.

New York: Maxwell Macmilan International.

Mager, Robert. (1962). Preparing Instructional Objectives. California: Pearon

Publisher, Lear Sieger inc. Education Divition.

Majid, Abdul. (2008). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nana Syaodih Sukmadinata. (2002). Pengembaangan Kurikulum. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.
Romizowski. (1981). Learning System Design. New York: Nicholes Publishing.

Sagala, Syaiful. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sudaryono. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Suparman, M Atwi. (2012). Desain Intruksional Modern. Jakarta: Erlangga

W, Gulo. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo

13
14

Anda mungkin juga menyukai