Anda di halaman 1dari 9

PERUBAHAN PARADIGMA PERAN Community (EEC), North American Free Trade Area

(NAFTA), dan Asia Pasific Economic Cooperation (APEC)


GURU merupakan bentuk nyata perdagangan global yang bebas dan
makin terbuka. Hal ini akan membawa implikasi bahwa pasar
domestik akan menjadi bagian dari pasar dunia sehingga gejolak
yang terjadi dalam ekonomi global berpengaruh pada pasar
domestik. Untuk menghadapi persaingan yang makin ketat
haruslah didukung kualitas sumber daya manusia yang unggul
dan komitmen terhadap nilai-nilai.(Idris, J. 2005).
Akibat pengaruh globalisasi menghadirkan problem baru
berupa kesenjangan antara kemajuan IPTEK sekarang dengan
kurikulum sekolah. Dilain pihak motivasi dan minat belajar

1. Tantangan Pendidikan di era Perubahan siswa masih rendah mengakibatkan kualitas lulusan sebagai

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi yang hasil pendidikan cenderung merendah pula. Wacana mutu

sangat cepat selama ini membawa dampak terhadap terhadap pendidikan yang tak menggembirakan itu terindikasi pada

jarak antar bangsa didunia sehingga fenomena ini bersifat tahun 2000 lalu sebuah organisasi dunia International

global. Perkembangan dan tatanan ekonomi dunia sedang Association of Educational Evaluation in Achievemnt (IEA)

merobah kearah perdagangan dan investasi bebas. General menerbitkan hasil survei prestasi belajar matematika dan IPA

Agreement of Tariff and Trade (GATT) yang selanjutnya bagi siswa sekolah Usia 13 tahun pada 42 negera menempatkan

berkembang menjadi World Trade Organization (WTO), serta negara kita berada pada posisi yang kurang menggembirakan.

dibentuknya perdagangan regional seperti European Economics


Pelaksanaan pendidikan kita selama ini telah berkomunikasi secara efektif dengan siswanya yang selalu
menempatkan kata-kata dan semboyan baku yang bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu dan
mengagumkan namun seperti apa dan bagaimana manusia yang hubungan dari apa yang mereka pelajari. Bagaimana guru dapat
cerdas dan seutuhnya justru tidak ditemukan dalam paham membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh siswa
pendidikan kita. Kehampaan visi dan filosofi tersebut membuat sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan cara
fokus perhatian hanya tertuju pada masalah metodologi mengaitkannya dengan kehidupan nyata, sehingga dapat
sedangkan inti yang sebenarnya (ruh pendidikan) belum membuka berbagai pintu kesempatan selama hidupnya. Hal ini
tersentuh. merupakan tantangan yang dihadapi guru setiap hari dan
Mutu hanya terwujud jika proses pendidikan di sekolah tantangan bagi pengembangan kurikulum.
benar-benar menjadikan siswa belajar dan belajar sebanyak
mungkin. Mutu pendidikan harus dilihat dari kemampuan 2. Reorientasi Paradigma pendidikan yang Diinginkan
belajar siswa secara mandiri. Pengetahuan apapun yang mereka Untuk menjawab perubahan-perubahan yang terjadi
kuasai adalah hasil belajar yang mereka lalukan sendiri (Novak dalam persaingan global sekarang ini maka seyogyanya
& Gowin, 1984, Arend, 2001 dalam Jalaluddin). perubahan perkembangan kehidupan diikuti pula dengan
Persoalannya sekarang adalah bagaimana menemukan perubahan orientasi pendidikan hal ini penting dilakukan
pendekatan yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep sebagai langkah antisipasi dan tindakan adaptasi guna
yang diajarkan di dalam mata pelajaran tertentu sehingga semua mempertahankan eksisitensi dalam persaingan global. Untuk itu
siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep perubahan paradigma pendidikan yang diperlu diperhatikan
tersebut. Bagaimana setiap individual mata pelajaran dipahami seperti (1) dari schooling ke learning dimana implikasinya kearah
sebagai bagian yang saling berhubungan dan membentuk satu belajar siswa aktif sehingga perlu membuat suasana belajar
pemahaman yang utuh bagaimana seorang guru dapat inovatif dan kreatif dan juga harus mampu menguasai umlti
medote/multi media untuk mendorong siswa bereksplorasi, raga dimaksudkan menabguna manusia dengan basis fisik yang
belajar dari mengamati ke menjelaskan; (2). Dari knowledge based tangguh, kalau fisik tidak sehat, tidak bugar, bagaimana bisa
learning ke comptenesi based learning dimana pembelajaran tidak memiliki produktivitas yang tinggi karenanya olah ragapun
disadarkan pada pencapaian perolehan produk pengetahuan menjadi penting di dalam pendidikan. Jadi pendidikan yang
tetapi pada penguasaan keterampilan sehingga tidak menerima diinginkan sekarang ini mengembangkan manusia yang
pengetahuan tetapi membangun pengetahuan; (3). Dari komprehensif, mempunyai kecerdasan komprehensif, cerdas
instructive ke facilitative terjadi perubahan dari ekspositorik ke hati, cerdas rasa, cerdas pikir,m cerdas rasa dan cerdas raga.
penemuan, inkuiri dan problem solving. (Pengarahan Mentri Pendidikan nasional pada kegiatan rakor
Paradigma pendidikan Indonesia saat ini adalah ingin pembanguan dan evaluasdi pendidikan Riau Kamis 15
membangun manusia seutuhnya sehingga proses pendidikan Desember 2005 Koran Berita)
mengarah pada empat macam olah yaitu pertama : potensi olah Mencermati hal demikian maka pendidik bukan lagi
hati dimaksudkan membangun manusia indonesia yang sekedar pengajar tetapi pendidik adalah agen pembelajaran yang
beriman dan bertaqwa yang baik memiliki asas yang mulia dan membantu peserta didik yang secara mandiri mengembangkan
berbudi pekertiluhur, Kedua : olah pikir dimana melalui olah potensi dirinya melalui olah bathin, olah pikir, olah rasa dan
pikir diharapkan bisa dibangun manusia yang intelektual secara olah raga. Sehingga pemerintah menetapkan perntahapan
akademis, menguasai ilmu poengetahuan dan teknologi, ketiga : dalam dunia pendidikan dari tahun 2005 sampai tahun 2025
olah rasa dimaksudkan untuk membangun manusia yang halus antara lain tahun 2005 – 2010 adalah pentahapan modernisasi
perasaan, bisa berapresitif, bisa mensyukuri dan bisa dan peningkatan kapasitas pendidikan, tahun 2010-2015
mengekspresikan keindahan sehingga pendidikan dengan peningkatan kapasistas dan mutu pendidikan, tahun 2015 -2020
keindahan (pendidikan seni) menjadi sama pentingnya dengan peningkatan mutu, relevansi dan kompetitif dan tahun 2020 –
pendidikan hati dengan pendidikan pikir dan Keempat : olah 2025 pematangan. Pentahapan tersebut sinergi dengan
kebijakan pokok pendidikan indonesia yaitu pertama menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam
meningkatkan dan memeratakan partisipasi atau akses membangun identitas budaya dan bangsanya.
pendidikan maksudnya untuk menciptakan keadilan dan Sejalan dengan pengembangan kurikulum tersebut maka
pendidikan dengan memeratakan dan meningkatkan akses fondasi pendidikan yang dijadikan pilar pendidikan pada era
pendidikan; Kedua mewujudkan pendidikan masyarakat yang reformasi dan jaringan dalam meraih dan merebut pasar
bermutu, berdaya saing, relevan dengan kebutuhan masyarakat internasional yaitu Learning to know (belajar mengetahui),
mengadung makna bahwa out put pendidikan yang dihasilkan learning to do (belajar melakukan), learning to beacame (belajar
haruslah bermutu, relevan, dan berdaya saing, Ketiga menjadi diri sendiri) dan learning togather (belajar hidup dalam
mewujudkan sistem pengelolaan pendidikan yang efektif, kebersamaan).
efisien, akuntabel dengan menekankan pada peranan 3. Hakekat Belajar Mengajar dalam KBK
desentralisasi dan otonomi pendidikan pada setiap jenjang Selama ini mengajar dianggap sebagai upaya
pendidikan dimasyarakat dan meningkatkan citra publik. memberikan informasi atau upaya untuk meragakan cara
Strategi yang harus dilakukan demi terwujudnya visi dan menggunakan sesuatu, atau untuk memberi pelajaran melalui
misi pendidikan nasional antara lain dengan pengembangan dan mata pelajaran tertentu. Kegiatan belajar mengajar mirip seperti
pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan proses kegiatan menjual dan membeli. Artinya, kegiatan menjual baru
pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Kompetensi berlangsung kalau ada kegiatan membeli. Begitu juga dengan
dikembangkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian kegiatan mengajar – belajar. Guru baru mengajar kalau siswa
bertahan hidup dalam perubahan, pertentangan, belajar. mengacu pada pandangan constructivism, belajar adalah
ketidakmenentuan, ketidakpastian, dan kerumitan dalam peristiwa dimana pebelajar secara terus menerus membangun
kehidupan. Kurikulum berbasis kompetensi ditujukan untuk gagasan baru atau memodifikasi gagasan lama dalam struktur
kognitif yang senantiasa disempurnakan. Pandangan ini sejalan
dengan pandangan Raka Joni (1993), ahli pendidikan ke ‘membangun pengetahuan’ dan kegiatan ‘mengajar’ bergeser
Indonesia, yang mengungkapkan titik pusat hakekat belajar dari ‘mentransfer informasi’ ke ‘mengkondisikan sehingga
sebagai ‘pengetahuan-pemahaman’ yang terwujud dalam bentuk peristiwa belajar berlangsung’. Kalau begitu, pernyataan guru
pemberian makna secara konstruktivistik oleh pebelajar kepada tentang ‘seberapa jauh kurikulum sudah disajikan (target
pengalamannya melalui berbagai bentuk pengkajian yang kurikulum)’ lebih tepat diganti dengan ‘seberapa jauh kurikulum
memerlukan pengerahan berbagai keterampilan kognitif di sudah dikuasai, dipahami, dan ‘dibangun’ siswa (target
dalam mengolah informasi yang diperoleh melalui alat indera. pemahaman)’.
Kalau begitu, dengan pandangan progresif ini, Implikasi pandangan ini, kegiatan mengajar yang lazim
peristiwa ‘belajar’ tidak cukup sekedar dicirikan dengan perlu dimodifikasi dan diubah. Misalnya pada kegiatan
menggali informasi temuan ilmuwan (baca mengkaji materi mengajar sains, tidak cukup hanya melalui telling science tetapi
sejumlah mata pelajaran) tetapi siswa perlu dikondisikan supaya perlu mengembangkan kegiatan yang bersifat doing science atau
berperilaku seperti ilmuwan dengan senantiasa menggunakan kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa untuk
metoda ilmiah dan memiliki sikap ilmiah sewaktu mengembangkan thinking skill dan bahkan tidak hanya
menyelesaikan masalah. Dengan demikian, peristiwa belajar memperluas wawasan kognitif tetapi juga menyentuh ranah
meliputi membaca, mendengar, mendiskusikan informasi afektif, psikomotor, dan juga metakognitif. Ranah yang terakhir
(reading and listening to science), dan melakukan kegiatan ilmiah ini para ahli pendidikan sering menyebutnya sebagai
(doing science) termasuk melakukan .kegiatan pemecahan kemampuan tentang ‘belajar bagaimana belajar’ (learn how to
masalah. learn).
Ini berarti, hakekat ‘mengajar’ dan ‘belajar’ bergeser dari 4. Pendekatan Pembelajaran sebagai Fokus Perhatian Guru
kutub dengan makna tradisional ke kutub dengan makna Pendekatan pembelajaran harus menciptakan suasana
progresif. Kegiatan ‘belajar’ bergeser dari ‘menerima informasi’ teaching-learning yang dapat menumbuhkan rasa dari tidak tahun
menjadi tahu dan guru memposisikan diri sebagai pelatih dan model, penelitian, memecahkan masalah dan menemukan
fasilitator. Kehadiran KBK mengharuskan guru untuk lebih gagasan baru.
berbenah diri mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan Perubahan peran guru akan bisa dilakukan bilama guru
dengan tugasnya sebab berdasarkan pengamatan selama ini memahami hakekat pembelajaran yang dinginkan dalam
proses belajar disekolah lebih ditandai oleh proses mengajar kurikulum berbasis kompetensi misalnya pembelajaran bisa
guru melalui ceramah dan proses belajar siswa melalui terjadi di dalam dan diluar kelas dengan metode yangn
menghafal. Dalam konteks pembelajaran yang berorietnasi pada bervariasi, maknanya pembelajaran dengan pola ini berdasarkan
KBK fokus perhatian guru tidak lagi sebagai destroyer pada kompetensi dasar yang harus dicapai sehingga pendekatan
(pengganggu peristiwa belajar) tetapi sebagai fasilitator pembelajaran dalam kurikulum berbasis kompetensi menuntut
(Mempermudah peristiwa belajar) yang lebih dicirikan dengan guru untuk memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
disediakannya peluang seluas-luasnya bagi anak untuk a. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran
mengembangkan gagasan kreatif supaya anak selalu aktif perkembangan mental (developmentally appropriate) siswa.
menyempurnakan gagasan miskonsepsi sambil membangun Hubungan antara isi kurikulum dan metodologi yang
pengetahuan yang lebih ilmiah. Sejalan dengan itu guru digunakan dalam pembelajaran. Hubungan antara isi
senantiasa melatih anak untuk memliki keterampilan dan sikap kurikulum dan metodelogi yang digunakan dalam
tertentu agar dirinya mampu dan mau belajar sepanjang hayat. pembelajaran harus didasarkan pada kondisi sosial
Kebiasaan siswa selama ini masih menganut budaya konsumtif emosional dan perkembangan intelektual siswa. Jadi usia
dinatarnya kebiasaan siswa menerima informasi secara pasif siswa dan karakteristik individual lainya serta kondisi
seperti mencacat, mendengar, meniru yang seharusnya akan sosial dan lingkungan budaya siswa haruslah menjadi
diubah pada pola budaya produktif dimana siswa terbiasa untuk perhatian didalam merencanakan pembelajaran.
menghasilkan gagasan/karya seperti merancang/membuat
b. Membetnuk group belajar yang saling berbagai keragamannya misalnya latar belakang suku
tergantung(interdependent learning group). Siswa saling bangsa, status sosial ekonomi, bahasa utama yang
belajar dari sesamanya di dalam kelompok kecil dan dipakai dirumah dan berbagai kekurangan yang mungkin
bekerjasama dalam tim lebih besar merupakan bentuk mereka miliki.
kerjasama yang diperlukan oleh orang dewasa di tempat e. Memperhatikan multi-intelegensi (multiple intelegensi)
kerja dan konteks lain. siswa. Dengan penggunakan pendekatan pembelajaran,
c. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran cara siswa berpartisipasi di dalam kelas harus
mandiri (self regulated learing) yang memiliki tiga mempertimbangkan delapan latar kecerdasanya yaitu :
karakteristik yaitu kesadaran berpikir , penggunaan Liguistic, logical-matematical, spatial bodily-kinaesthetic,
strategi dan motivasi berkelanjutan. Berdasarkan hasil misical, interpersoanl dan intrapersonal. Untuk itu guru
penelitian bahwa siswa usia 5 – 16 tahun secara bertahap harus memadukan berbagai strategi pendekatan
mengalami perkembangan kesadaran terhadap keadaan pembelajaran yang tentunya mengurangi dominasi guru.
pengetahuan yang dimilikinya, karakteristikl tugas-tugas f. Menggunakan teknik-teknik bertanya yang meningkatkan
yang mempengaruhi pembelajarannya secara individual pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah
dan startegi belajarnya. Guru harus menciptakan suatu dan keterampilan tingkat tinggi.
lingkungan dimana siswa dapat merefleksikan bagaimana g. Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment)
mereka belajar, menyelesaikan tugas-tugas sekolah, penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan
menghadapi hambatan dan bekerjasama secara harmonis dan berpikir kompleks seorang siswa, dari pada hanya
dengan yang lain sekedar hafalan informasi factual. Kondisi alamiah
d. Mempertimbangkan keragaman siswa (diversity of pembelajaran secara kontekstual memerlukan penilaian
student) didalam kelas guru harus mengajar siswa dengan interdisipliner yang dapat mengukur pengetahuan dan
keterampilan lebih dalam dan dengan cara yang diiringi dengan berbagai program kerja pembaruan menuju
bervariasi dibandingkan dengan pembelajaran yang berkualitas (Bafadal I, 2003).
5. Visi dan Kompetensi Guru Keberadaan visi bagi guru sangat penting dalam
Guru harus memiliki visi yang tepat dan berbagai aksi menapaki pekerjaan yang lebih baik. Ketercapaian predikat
inovatif. Visi tanpa aksi adalah bagaikan sebuah impian, aksi guru yang profesional tidak serta merta diperoleh begitu saja
tanpa visi bagaikan perjalanan tanpa tujuan dan membuang- paling tidak guru harus memiliki perspektif atau cara pandang
buang waktu saja. Visi dan aksi dapat mengubah dunia. Guru tentang tugas dan tanggung jawabnya sebagi guru yang lebih
dengan visi yang tepat memiliki pandangan yang tepat tentang komprehensif, hal ini berarti visi guru harus mengikuti irama
pembelajaran yaitu (1) pembelajaran merupakan jantung dalam perkembangan dan perubahan yang terjadi. Secara sederhana
proses pendidikan, sehingga kualitas pendidikan terletak pada ada tiga visi yang harus dimiliki guru antara lain pertama visi
kualitas pembelajarannya, dan sama sekali bukan pada aksesoris jangka panjang yang selalu berorientasi pada tujuan akhir dalam
sekolah, (2) pembelajaran tidak akan menjadi baik dengan setiap langkah yang diperbuat. Melakukan sesuatu secara
sendirinya, melainkan melalui proses inovasi tertentu, sehingga optimal dan sungguh-sungguh, memiliki kendali diri dan sosial
guru dituntut melakukan berbagai pembaruan dalam hal karena telah memiliki kesadaran akan adanya tujuan akhir dari
pendekatan, metode, tehnik, strategi, langkah-langkah, media kehidupan ini. Memiliki kepastian akan masa depan dan
pembelajaran mengubah “status quo” agar pembelajaran ketenangan bathiniah yang tinggi yang tercipta oleh keyanian
menjadi lebih berkualitas, dan (3) harus dilaksanakan atas dasar akan adanya tujuan hidup. Kedua Visi jangka menengah, yang
pengabdian, sebagaimana pandangan bahwa pendidikan selalu berorietnasi pada keberhasilan atas segala yang diperbuat,
merupakan sebuah pengabdian, bukan sebagai sebuah proyek. keinginan untuk mencapai prestasi yang terbaik selalu menjadi
Guru dengan aksi inovatif dan mandiri memiliki pandangan cita-cita dan tujuan guru. Ketiga visi jangka pendek yang selalu
sebuah harapan tidak akan berarti apa-apa bilamana tidak berorientasi pada setiap waktu untuk melakukan kegiatan yang
terbaik demi memajukan peserta didik dan meraih keberhasilan pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik
dan prestasi yang dicita-citakan. dan mayarakat sekitar.
Untuk nopang ketercapaian visi tersebut, guru harus Kompetensi itu dipandang perlu sebagai bagian atau
harus mempunyai kompetensi yang dipersyaratkan guna komponen yang tidak terpisahkan dari eksistensi guru dalam
melaksanakan profesinya agar mencapai hasil yang melaksanakan profesinya sebab pekerjaan guru tidak gampang
memuaskan. Kompetensi tersebut diantaranya pertama dan tidak sembarangan dilaksanakan melainkan harus
kompetensi paedagogik adalah kemampuan guru dalam memenuhi beberapa persyaratan sebagai pendung dan
mengelola pembelajaran peserta didik yang penunjang pelaksanaan profesi. Jika guru tidak mempunyai
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan kompetensi yang dipersyaratkan sangat mustahil akan terwujud
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pelaksanaan kegiatan proses pendidikan di sekolah akan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai menjadi lebih baik dan terarah. Kompetensi tersebut merupakan
potensi yang dimilikinya; kedua kompetensi kepribadian adalah modal dasar bagi guru dalam membina dan mendidik peserta
karakteristik pribadi yang harus dimiliki guru sebagai individu didik sehingga tercapai mutu pendidikan yang akan
yang mantap, stabil, dewasa, arif dan beribawa, menjadi menghasilkan peserta didik yang memiliki pengetahuan, sikap
tauladan bagi peserta didik, dan berahlak mulia; dan keterampilan yang paripurna.
ketiga kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam
menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan mereka membimbing peserta didik dalam
menguasaoi nateri yang diajarkan; keempat kompetensi sosial
adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul
secara efektif, berinteraksi dengan peserta didik, sesama

Anda mungkin juga menyukai