Anda di halaman 1dari 116

Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.

Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Materi Tehnik Laboraturium

MUHAMMAD FIRDAUS,SKH.M.PD

BAHAN AJAR
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM

Pendahuluan
Laboratorium kimia merupakan kelengkapan sebuah program studi yang digunakan
untuk meningkatkan ketrampilan penggunaan dan pemakaian bahan kimia maupun peralatan
analisis (instrumentasi). Dalam penggunaan lanjut, laboratorium merupakan sarana untuk
melaksanakan kegiatan penelitian ilmiah. Laboratorium kimia dengan segala kelengkapan
peralatan dan bahan kimia merupakan tempat berpotensi menimbulkan bahaya kepada para
penggunanya jika para pekerja di dalamnya tidak dibekali dengan pengetahuan mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofi adalah suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan
keselamatan dan kesehatan kerja maka para pengguna diharapkan dapat melakukan pekerjaan
dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja
tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekejaan dikatakan nyaman jika para
pekerja yang bersangkutan dapat melakukan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak
mudah capek.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga
kerja dengan cara penerapan teknologi pengendalian segala aspek yang berpotensi
membahayakan para pekerja. Pengendalian juga ditujukan kepada sumber yang berpotensi
menimbulkan penyakit akibat dari jenis pekerjaan tersebut, pencegahan kecelakaan dan
penserasian peralatan kerja/ mesin/ instrumen, dan karakteristik manusia yang menjalankan
pekerjaan tersebut maupun orang-orang yang berada di sekelilingnya. Dengan menerapkan
teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan
mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu
keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan ksenyamanan kerja dan
keselamatan kerja yang tinggi.
Perkembanan ilmu pengetahuan melalui berbagai penelitian dan percobaan di
laboratorium sudah sedemikian pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat ini sangat
bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. Akan tetapi perkembangan yang sedemikian pesat
juga dikhawatirkan akan berpotensi meningkatkan bahaya dalam industri. Kalau prinsip
keseimbangan dan keserasian dipegang teguh oleh para ilmuwan dan para pengusaha, niscaya
kekhawatiran tersebut dapat diminimalkan. Peningkatan kemampuan dalam membuat alat
dengan teknologi baru haruslah diimbangi dengan penciptaan alat pengendali yang lebih canggih
dan kemampuan tenaga yang makin beertambah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menghadapi bahaya yang mungkin timbul akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi antara lain menyangkut ukuran alat, alat pengendali, kemampuan dan ketrampilan
pekerja, alat penanggulangan musibah, dan pengawasan yang dilakukan.
Dari segi ekonomi pemakaian alat yang berkapasitas besar adalah lebih
menguntungkan, akan tetapi bahaya yang mungkin ditimbulkan juga akan besar. Dengan
demikian penentuan ukuran reaktor harus didasarkan pada keuntungan dari segi ekonomi dan
bahaya yang mungkin ditimbulkan. Salah satu langkah pengamanan yang dilakukan dalam
rancang bangun adalah penggunaan safety factor atau over design factor pada perhitungan
perancangan masing-masing alat dengan kisaran 10 – 20 %. Alat pengendali harus lebih canggih
dan lebih dapat diandalkan. Alat pengamanan yang terkait dengan alat produksi dan alat
perlindungan bagi pekerja harus ditingkatkan. Biaya untuk membangun keselamatan dan
kesehatan kerja, biaya untum membeli alat-alat pengamanan memang cukup besar. Akan tetapi
keselamatan dan kesehatan kerja juga akan lebih terjamin. Kemampuan dan ketrampilan pekerja
harus ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan sehingga dapat mengikuti laju
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Alat penanggulangan musibah harus
ditingkatkan agar malapetaka yang diakibatkan oleh penerpan teknologi maju tidak sampai
meluas dan merusak. Pengawasan terhadap alat maupun terhadap pekerja harus dilakukan
secara teratur dan berkesinambungan.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Pentingnya Investigasi Kecelakaan Kerja


Keselamatan dan pencegahan kecelakaan kerja harus mendapat perhatian yang sangat
besar dari pihak manapun yang melaksankan pekerjaan, baik di laboratorium maupun di industri-
industri, ataupun tempat kerja yang lain. Beberapa alasan yang dapat dikemukakan adalah, salah satu
diantaranya, karena angka kecelakaan kerja ternyata cukup mengejutkan. Sebagai contoh di Amerika
dalah satu tahun terakhir ada lebih dari 6200 orang meninggal atau di atas 6,5 juta terluka akibat
kecelakaan kerja. Ini berarti lebih dari 8 kasus per 100 pekerja mengalami kecelakaan pada saat
bekerja. Bahkan beberapa ahli keselamatan kerja yakin bahwa angka sesungguhnya justru lebih besar
dari angka yang dilaporkan. Oleh karena itu banyak kecelakaan kerja yang terjadi dan tidak dilaporkan.
Angka-angka di atas menujukkan betapa penderitaan keryawan, keluarga karyawan, serta
biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak manajemen atau pengelola tempat kerja tersebut. Di negara
Amerika misalnya untuk satu kasus kecelakaan serius biasanya memerlukan biaya lebih dari $
23.000,-. Hal itu belum lagi memperhitungkan implikasi hukum yang diakibatkan oleh adanya
kecelakaan kerja.
Kata “accident” dalam bahasa indonesia berarti kebetulan atau kecelakaan. Pemberian arti
ini sebenarnya tidaklah tepat karena tidak ada sesuatu di tempat kerja yang terjadi secara kebetulan
atau accident. Pada jaman Romawi kuno barang kali hal ini benar karena pada waktu itu hukum yang
mengatur tentang sebab akibat memang belum dikenal oleh masyarakat dan pemerintahannya.
Sehingga dipercayai bahwa kejadian-kejadian fisik (termasuk kecelakaan kerja) dikendalikan oleh para
dewa. Tetapi memasuki milenium ketiga, pemahaman manusia tentang kejadian-kejadian fisik
berkembang terlampau cepat. Akibatnya keyakinan masyarakat bahwa suatu “accident” tidaklah terjadi
secara kebetulan begitu saja. Masyarakat sudah mulai sadar bahwa kecelakaan dan kebetulan tersebut
dikarenakan oleh adanya faktor-faktor yang menjadi penyebab. Faktor-faktor penyebab tersebutlah
yang mendorong terjadinya suatu kecelakaan. Atau dengan kata lain suatu kecelakaan terjadi karena
ada alasan-alasan yang jelas dan dapat diperkirakan sebelumnya (predictable). Sebagian besar
kecelakaan muncul akibat dari faktor-faktor yan dapat diidentifikasi. Itulah sebabnya investigasi dan
identifikasi alasan-alasan terjadinya kecelakaan menjadi signifikan dalam rangka menghindari
kecelakaan serupa di kemudian hari.

Laporan Kecelakaan Kerja


Perusahaan yang mempekerjakan 11 orang atau lebih karyawan harus membuat laporan
tentang cidera dan sakit yang diakibatkan oleh kerja. Baik cidera atau sakit yang diakibatkan oleh
kecelakaan kerja, ini harus dilaporkan. Sakit yang dimaksud disini adalah setiap kondisi
abnormal atau kesalahan fungsi tubuh (disorder) yang diakibatkan oleh kecelakaan karyawan
pada saat bekerja atau di lingkungan kerja. Termasuk dalam kategori ini adalah sakit akut atau
kronis yang mungkin diakibatkan karena menghirup, menyerap, mencerna, atau kontak langsung
dengan senyawa-senyawa beracun dan berbahaya.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Perusahaan atau pengelola tempat kerja berkewajiban untuk selalu menanamkan


kepada karyawannya agar mereka menyukai bekerja secara aman. Meminimalkan bahaya atau
resiko adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Akan tetapi seaman apapun tempat
kerja, jika karyawan tidak membudayakan keinginan untuk bekerja dan betindak secara aman,
maka kecelakaan akan terus terjadi. Pengamatan dari para manajer tingkat atas seketat apapun
tidak akan berjalan jika keinginan karyawan untuk bekerja dengan aman tidak ada. Peraturan
keselamatan dan kesehatan kerja hanyalah merupakan pelengkap demi terwujudnya kerja yang
aman dan nyaman.
Para ahli keselamatan kerja telah sepakat bahwa keselamatan kerja dimulai dari
komitmen manajer tingkat atas. Mengapa tingkat kecelakaan kerja di Du Pont’s jauh lebih
rendah dibanding perusahaan kimia lainnya adalah barangkali dapat dijadikan contoh tentang
pentingnya komitmen para majemen tingkat atas. Setiap pagi di perusahaan Du Pont’s poliester
dan nilon, para direktur dan para karyawannya melakukan pertemuan yang isinya mengkaji apa-
apa yang terjadi selama 24 jam terakhir. Yang mereka diskusikan pertama kali adalah bukan soal
kapasitas produksi melainkan tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Barulah setelah mereka
mencermati laporan tentang kecelakaan kerja dan puas terhadap tindakan-tindakan koreksi yang
telah dilakukan, mereka akan membicarakan tentang produksi, kualitas produk, dan biaya.
Sebagai kesimpulan, tanpa adanya komitmen penuh dari semua tingkatan manajemen, maka
setiap usaha ke arah pengurangan tindakan-tindakan yang tidak aman yang dilakukan karyawan
akan kurang membuahkan hasil. Supervisor atau penyelia lini pertama merupakan bagian krusial
dari mata rantai manajemen. Jika para supervisor tidak menganggap keselamatan kerja sebagai
hal yang serius, maka orang-orang yang ada di bawahnya juga akan berbuat hal yang sama.

Peraturan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


Setiap negara biasanya mempunyai peraturan tentang keselamatan dan kesehatan keja
sendiri-sendiri yang intinya untuk memastikan bahwa setiap karyawan baik laki-laki maupun
perempuan yang bekerja di suatu perusahaan berada dalam kondisi aman dan terlindungi. Satu-
satunya perusahaan yang tidak terkena peraturan ini adalah perusahaan yang mempekerjakan
dirinya sendiri atau keluarga dekatnya. Pada prinsipnya peraturaan keselamatan dan kesehatan
kerja didasarkan pada standar umum yang menyatakan , “bahwa setiap perusahaan harus
menyediakan bagi masing-masing karyawannya pekerjaan dan tempat bekerja yang bebas
dari hal-hal yang diketahui dapat menyebabkan atau diduga dapat menyebabkan kematian
atau cacat fisik yang serius bagi pekerjanya”.
Keselamatan kerja dan Hiperkes merupakan lapangan ilmu dan sekaligus praktik
dengan pendekatan multidisipliner yang berupaya untuk menerapkan dan mengembangkan
teknologi pengendalian dengan tujuan tenaga kerja sehat, selamat, dan produktif, serta
dicapainya tingkat keselamatan yang tinggi untuk mencegah kecelakaan.
Beberapa ketentuan perundang-undangan yang berkaitan dengan hiperkes dan
keselamatan kerja antara lain:
1. Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja.
“Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan,
kesusilaan, dan pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat
manusia dan moral agama”.
2. Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-undang ini
mengatur tentang keselamatan kerja di segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah,
di permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan
hukum Republik Indonesia. Di dalam peraturan ini tercakup tentang ketentuan dan
syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan,
peredaran, perdagangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan, dan penyimpanan
bahan, produk teknis, dan alat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan
bahaya kecelakaan. Tujuan umum dari dikeluarkannya undang-undang ini adalah agar
setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja mendapat perlindungan
atas keselamatannya, dan setiap sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan
secara aman dan efisien sehingga akan meningkatkan produksi dan produktifitas kerja.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor Per-01/MEN/1979 tentang Pelayanan Kesehatan
Kerja. Tujuan pelayanan kesehatan kerja adalah:
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

a. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri dengan


pekerjaanya.
b. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari
pekerjaan atau lingkungan kerja.
c. Meningkatkan kesehata badan, kondisi mental, dan kemapuan fisik tenaga kerja.
d. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang
menderita sakit.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor Per-02/MEN/1979 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja meliputi:
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja.
b. Pemeriksaan kesehatan berkala
c. Pemeriksaan kesehatan khusus.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor Per-01/MEN/1976 tentang kewajiban latihan
Hiperkes bagi dokter perusahaan.
6. Undang-undang nomor 7 tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagaan dan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja nomor 03/MEN/1984 tentang mekanisme pengawawan
ketenagakerjaan.

Manajemen Keselamatan Kerja


Proses produksi dengan mengoperasikan berbagai peralatan pada umumnya tidak sama
sekali terbebas dari resiko bahaya. Hal ini harus mejadikan perhatian dari pihak manajemen dan
unit-unit teknis dan secara khusus bertanggungjawab terhadap keselamatan kerja. Dengan
demikian keselamatan kerja akan merupakan bagian yang selalu dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan sehingga upaya pencegahan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja telah dimulai seja perencanaan. Pada setiap perusahaan diharuskan berdiri
Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3), berdasarkan pada undang-undang
nomor 1 tahun 1970. Dengan pendekatan demikian, maka diharapkan manajemen perusahaan
mengambil sikap nyata yang mencakup:
a. mengidentifikasi setiap proses dan peralatan pengendalian kerugian sebagai
sumber resiko bahaya,
b. mengestimasi rencana program pengendalian kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
c. menyusun rencana program pengendalian kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
d. menyusun sistem komunikasi yang diperlukan, dan
e. menyiapkan sarana dan peralatan beserta personil yang terlaith dan profesional.
Manajemen keselamatan kerja harus mampu mencari dan mengungkapkan kelemahan
operasional yang memungkinkan terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan. Kebijaksanaan
manajerial yang dijabarkan dalam pelaksanaan operasional dengan tingkat segi manajemen yang
sangat esensial bagi kelangsungan proses produksi dan keselamatan kerja yang mengarahkan
pada partisipasi semua pihak dalam sistem manajemen dan organisasi, akan dapat menciptakan
suasana kerja yang nyaman sebagai landasa kuat untuk kontinuitas usaha dan pengaman
investasi dalam pembangunan.
Hiperkes dan keselamatan kerja haruslah dipandang sebagai upaya teknis manajerial
yang sangat besar fungsi dan peranannya dalam:
1. Mengamankan investasi.
2. Memelihara kelestarian dan kontinuitas usaha.
3. Mengembangkah potensi ekonomi.
4. Meningkatkan manfaat perangkat produksi.
5. Memelihara dan meningkatkan daya produktivitas kerja dari tenaga kerja.
Mutu sumberdaya manusia ditingkatkan melaui tiga jalur dalam peningkatan mutu
pengetahuan dan ketrampilan, yaitu:
1. jalur pendidikan formal,
2. jalur latihan kerja, dan
3. jalur pengalaman kerja.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut sangat penting bukan saja untuk
meningkatkan kemampuan kerja secara teknis operasional, akan tetapi juga kemampuan kerja
secara aman serta kemampuan menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang aman dan sehat.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Hal-Hal Yang Dapat Menyebabkan Kecelakaan


Ada tiga dasar penyebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu:
1. Terjadi secara kebetulan.
Dianggap sebagai kecelakaan dalam arti asli (genuine accident) sifatnya tidak dapat
diramalkan dan berada di luar kendali manejemen perusahaan. Misalnya, seorang karyawan
tepat berada di depan jendela kaca ketika tiba-tiba seseorang melempar jendela kaca
sehingga mengenainya.
2. Kondisi kerja yang tidak aman.
Kondisi kerja yang tidak aman merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kecelakaan.
Kondisi ini meliputi faktor-faktor sebagai berikut:
a. Peralatan yang tidak terlindungi secara benar.
b. Peralatan yang rusak.
c. Prosedur yang berbahaya dalam, pada, atau di sekitar mesin atau peralatan gudang yang
tidak aman (sumpek dan terlalu penuh).
d. Cahaya tidak memadai, suram, dan kurang penerangan.
e. Ventilasi yang tidak sempurna, pergantian udara tidak cukup, atau sumber udara tidak
murni.
Pemulihan terhadap faktor-faktor ini adalah dengan meminimalkan kondisi yang tidak
aman, misalnya dengan cara membuat daftar kondisi fisik dan mekanik yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan. Pembuatan cheklist ini akan membantu dalam menemukan masalah yang
menjadi penyebab kecelakaan. Meskipun kecelakaan dapat terjadi di mana saja dan kapan saja,
akan tetapi ada tempat-tempat tertentu yang mempunyai tingkat kecelakaan kerja tinggi. Kira-
kira sepertiga dari kecelakaan industri maupun laboratorium terjadi di sekitar truk forklift, kereta
dodorng, dan tempat-tempat angkat junjung barang.

Tiga Faktor Lain yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja.


Di samping kondisi kerja yang tidak aman masih ada tiga faktor lain yang
mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Ketiga faktor tersebut
yaitu sifat dari kerja itu sendiri, jadwal kerja, dan iklim psikologis di tempat kerja.
1. Sifat kerja.
Menurut kajian para ahli keselamatan, sifat kerja mempengaruhi
tingkat kecelakaan. Sebagai contoh, karyawan yang bekerja sebagai operator
crane (derek) akan memiliki resiko kecelakaan kerja yang lebih tinggi
dibandingkan mereka yang bekerja sebagai supervisor/ penyelia.
2. Jadwal kerja.
Jadwal kerja dan kelelahan kerja juga mempengaruhi kecelakaan kerja.
Tingkat kecelakaan kerja biasanya stabil pada jam 6 – 7 jam pertama di hari
kerja. Akan tetapi pada jam-jam sesudah itu, tingkat kecelakaan kerja akan
lebih tinggi. Hal ini dimungkinkan karena karyawan atau tenaga kerja sudah
melampaui tingkat kelelahan yang tinggi. Kenyataan di lapangan juga
membuktikan bahwa kerja malam mempunyai resiko kecelakaan lebih tingi
dari pada kerja pada siang hari.
3. Iklim psikologis tempat kerja.
Iklim psikologis di tempat kerja juga berpengaruh pada kecelakaan kerja. Karyawan
atau tenaga kerja yang bekerja dibawah tekanan stes atau yang merasa pekerjaan
mereka terancam atau yang merasa tidak aman akam mengalami lebih banyak
kecelakaan kerja dari pada mereka yang tidak mengalami tekanan .

Tindakan Tidak Aman yang Dilakukan oleh Tenaga Kerja.


Adalah tidak mungkin menghilangkan kecelakaan kerja hanya dengan
mengurangi keadaan yang tidak aman, karena pelaku kecelakaan kerja adalah manusia.
Para ahli belum dapat menemukan cara yang benar-benar jitu untuk menghilangkan
tidakan karyawan yang tidak aman. Tindakan-tindakan tersebut adalah:
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

a. Melempar atau membuang material.


b. Mengoperasikan dan bekerja pada kecepatan yang tidak aman, apakah itu
terlalu cepat ataupun terlalu lambat.
c. Membuat peralatan keselamatan dan keamanan tidak beroperasi dengan
cara memindahkan, mengubah setting, atau memasangi kembali.
d. Memakai peralatan yang tidak aman atau menggunakannya secara tidak
aman.
e. Menggunakan prosedur yang tidak aman saat mengisi, menempatkan,
mencampur, dan mengkombinasikan material.
f. Berada pada posisi tidak aman di bawah muatan yang tergantung.
Menaikkan lift dengan cara yang tidak benar.
g. Pikiran kacau, gangguan penyalahgunaan, kaget, dan tindakan kasar lain.
Tindakan-tindakan seperti ini dapat menyebabkan usaha perusahaan atau
tempat kerja meminimalkan kondisi kerja yang tidak aman menjadi sia-sia. Oleh karena
itu kita harus mengidentifikasi penyebab tindakan-tindakan di atas. Hal-hal berikut ini
dapat dipakai sebagai alat bantu dalam mengidentifikasi tindakan-tindakan di atas:
a. Karakteristik pribadi karyawan.
b. Karyawan yang mudah mengalami kecelakaan (accident prone).
c. Daya penglihatan karyawan.
d. Usia karyawan
e. Persepsi dan ketrampilan gerak karyawan
f. Minat karyawan.

Cara Mencegah Kecelakaan


Setelah mencermati sebab-sebab terjadinya kecelakaan di tempat kerja, maka dalam
prakteknya, pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan dua aktivitas dasar yaitu:
a. Mengurangi kondisi kerja yang tidak aman.
Mengurangi kondisi kerja yang tidak aman menjadi lini depan perusahaan
atau laboratorium dalam mencegah kecelakaan kerja. Penanggungjawab
keselamatan kerja harus merancang tugas sedemikian rupa untuk menghilangkan
atau mengurangi bahaya fisik. Gunakan risk assesment atau checklist inspeksi alat
untuk mengidentifikasi dan menghilankan bahaya-bahaya yang potensial.
b. Mengurangi tindakan karyawan yang tidak aman.
Tindakan-tindakan karyawan yang tidak aman (atau tidak sesuai prosedur kerja)
dapat dikurangi dengan berbagai aktivitas/ cara, yaitu:
1) seleksi dan penempatan
2) propaganda, kampanye, atau mengenai keselamatan kerja
3) pelatihan mengenai prosedur kerja dan keselamatan kerja sera dorongan
positif (positive reinforcement)
4) komitme dari manajer tingkat atas (top management).

Menghindari Kecelakaan Kerja


Untuk mengendalikan suatu proses diperlukan alat penujuk, alat pengendali, dan supaya bahaya
dapat diperkecil dibutuhkan juga alat pengaman. Dalam rangka mengendalikan suatu proses, variabel
penting yang mudah dikendalikan meliputi, suhu, tekanan, dan konsentrasi. Untuk penunjuk faktor bahaya
yang lain, seperti adanya kebocoran gas yang mudah terbakar, gas beracun, atau cairan yang mudah
merusak, umumnya masih digunakan panca indera manusia. Kebocoran gas yang mudah terbakar atau
berbahaya diketahui dari bau yang khas, atau dapat dipantau dengan menempatkan binatang percobaan
seperti tikus, kelinci, dan lain-lainnya.
Alat pengendali proses dalam industri berkait langsung dengan keselamatan kerja. Dengan
adanya alat pengendali proses, bahaya kebakaran, peledakan, dan keracunan dapat ditekan sampai batas
yang sekecil-kecilnya. Meskipun demikian peran manusia sebagai pengendali masih tetap diperlukan
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

terutama untuk mengawasi faktor-faktor bahaya yang belum diketemukan cara pengendaliannya seperti gas
beracun atau gas mudah terbakar lainnya yang bocor dari reaktor.
Alat pengaman diperlukan agar kemungkinan timbulnya bahaya dapat diperkecil. Alat pengaman
dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu pengaman alat berbahaya dan pengaman manusia yang melayani
alat itu. Proses produksi barang dan jasa dapat mengakibatkan kondisi kritis yang membahayakan sehingga
timbul malapetaka major accident dengan dampak yang luas dan sulit ditanggulangi.
Dikenal istilah 5 K akibat kecelakaan, yaitu:
1. Kerusakan dan kerugian materi.
2. Kekacauan dan disorganisasi.
3. Keluhan dan kesedihanl.
4. Kelainan dan cacat.
5. Kematian.

Ringkasan Cara-Cara Menanggulangi Kecelakaan


1. Periksa dan hilangkan kondisi-kondisi kerja yang tidak aman. Gunakan daftar periksa
(checklist) untuk identifikasi masalah. Jika bahaya tidak dapat dihilangkan, berjaga-jagalah
(misalnya dengan pagar pengaman) atau bila perlu gunakan peralatan pelindung seperti topi,
kaca mata, helm, atau sepatu pengaman.
2. Melalui seleksi, cobalah memilah/mengeluarkan karyawan yang mungkin mudah
mendapatkan kecelakaan untuk pekerjaan yang sedang dalam penyelidikan.
3. Buatlah suatu kebijakan keselamatan kerja yang menekankan bahwa perusahaan akan
melakukan usaha maksimal untuk menekan angka kecelakaan kerja dan menekankan
pentingnya mencegah kecelakaan dan cedera kerja pada perusanaan atau laboratorium.
4. Tetapkanlah suatu tujuan yang terkendali/terkontrol yang tidak boleh gagal. Analisis jumlah
kecelakaan kerja dan insiden keselamatan kerja, kemudian tetapkan target yang ingin
dicapai, misalnya dalam bentuk rasio kecelakaan kerja per jumlah karyawan atau tenaga
kerja.
5. Dorong dan latihlah karyawan agar sadar akan pentingnya keselamatan kerja, tunjukkan
kepada mereka bahwa manajemen tingkat atas (top management) perusahaan dan
supervisor punya perhatian yang serius terhadap keselamata dan kesehatan kerja.
6. Tegakkanlah aturan keselamatan kerja yang mendukung upaya-upaya menekan angka
kecelakaan dan cedera akibat kerja.
7. Adakan pemeriksaan keselamatan dan kesehatan kerja secara teratur. Juga lakukan
investigasi terhadap kecelakaan kerja dan yang nyaris menimbulkan kecelakaan kerja.
Buatlah suatu sistem di tempat kerja tersebut yang memungkinkan karyawan dapat
mengingatkan pihak manajemen tentang adanya keadaan-keadaan bahaya atau yang
berpotensi menimbulkan bahaya.

Sumber-Sumber Kecelakaan Kerja


Sumber-sumber yang menimbulkan bahaya dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain:
1. Keadaan mesin, pesawat, alat kerja, dan bahan.
2. Lingkungan kerja.
3. Sifat pekerjaan.
4. Cara kerja.
5. Proses produksi atau tempat pelaksanaan pekerjaan.
Keselamatan dan kesehatan kerja dapat dicapai apabila para karyawan atau tenaga
kerja:
1. Mengetahui prosedur kerja yang benar.
2. Mengetahui baha yang menjadi obyek kerja.
3. Mengetahui peralatan kerja.
4. Mengetahui cara praktek keselamatan kerja.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Manajemen resiko (risk management) adalah proses yang mendefinisikan ruang


lingkup kerja, mengidentifikasi sumber kecelakaan kerja yang potensial dan akhirnya
menentukan langka atau kontrol untuk mengurangi resiko. Penerapan manejemen resiko melalui
beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Penentuan ruang lingkup proyek atau pekerjaan dengan menentukan tujuan proyek, dimana,
kapan, dan bagaimana akan dikerjakan serta siapa yang mengerjakan dengan disertai
kualifikasi menyangkut pengetahuan, ketrampilan, dan keahlian masing-masing personel.
2. Mengidentifikasi bahan dan proses yang digunakan.
3. Menentukan sumber kecelakaan kerja yang menyertai proses yang akan dilakukan dengan
mencari informasi tentang bahan yang digunakan, bahaya, dan kemungkinan kesalahan kerja
yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
4. Evaluasi tingkat resiko kerja.
5. Penentuan langkah dan kontrol yang harus diambil, seperti penanganan khusus terhadap
bahan, proteksi alat kerja, dan penggunaan prosedur khusus penanganan proses.
6. Pengawasan dan pelaporan seluruh proses juga jika terjadi perubahan bahan, proses, atau
prosedur kerja.
Faktor-faktor yang besar pengaruhnya terhadap timbulnya bahaya dalam proses
industri maupun laboratorium meliputi suhu, tekanan, dan konsentrasi zat-zat pereaksi. Suhu
yang tinggi diperlukan dalam rangka menaikkan kecepatan reaksi kimia dalam industri, hanya
saja ketahanan alat terhadap suu harus dipertimbangkan. Tekanan yang tinggi diperlukan untuk
mempercepat reaksi, akan tetapi kalau tekanan sistem melampaui batas yang diperkenankan
dapat terjadi peledakan. Apalagi jika proses dilakukan pada suhu tinggi dan reaktor tidak kuat
lagi menahan beban. Konsentrasi zat pereaksi yang tinggi dapat menyebabkan korosif terhadap
reaktor dan dapat mengurangi umur peralataan. Selain itu sifat bahan seperti bahan yang mudah
terbakar, mudah meledak, bahan beracun, atau dapat merusak bagian tubuh manusia.
Beberapa sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dapat
dikategorikan sebagai berikut:
1. Bahan Kimia.
Meliputi bahan mudah terbakar, bersifat racun, korosif, tidak stabil, sangat reaktif, dan
gas yang berbahaya. Penggunaan senyawa yang bersifat karsinogenik dalam industri maupun
laboratorium merupakan problem yang signifikan, baik karena sifatnya yang berbahaya
maupun cara yang ditempuh dalam penanganannya. Beberapa langkah yang harus ditempuh
dalam penanganan bahan kimia berbahaya meliputi manajemen, cara pengatasan,
penyimpanan dan pelabelan, keselamatan di laboratorium, pengendalian dan pengontrolan
tempat kerja, dekontaminasi, disposal, prosedur keadaan darurat, kesehatan pribadi para
pekerja, dan pelatihan. Bahan kimia dapat menyebabkan kecelakaan melalui pernafasan
(seperti gas beracun), serapaan pada kulit (cairan), atau bahkan tertelan melalui mulut
untuk padatan dan cairan.
Bahan kimia berbahaya dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori yaitu, bahan
kimia yang eksplosif (oksidator, logam aktif, hidrida, alkil logam, senyawa tidak stabil secara
termodinamika, gas yang mudah terbakar, dan uap yang mudah terbakar). Bahan kimia yang
korosif (asam anorganik kuat, asam anorganik lemah, asam organik kuat, asam organik
lemah, alkil kuat, pengoksidasi, pelarut organik). Bahan kimia yang merusak paru-paru
(asbes), bahan kimia beracun, dan bahan kimia karsinogenik (memicu pertumbuhan sel
kanker), dan teratogenik.
2. Bahan-bahan Biologis.
Bakteri, jamur, virus, dan parasit merupakan bahan-bahan biologis yang sering
digunakan dalam industri maupun dalam skala laboratorium. Pada golongan ini bukan hanya
organisme saja, tetapi juga semua bahan biokimia, termasuk di dalamnya gula sederhana,
asam amino, dan substrat yang digunakan dalam proses industri. Penanganan dalam
penyimpanan, proses, maupun pembuangan bahan biologis ini perlu mendapatkan ketelitian
dan kehati-hatian, mengingat gangguan kontaminasi akibat organisme dapat menyebabkan
kerusakan sel-sel tubuh yang serius pada karyawan atau tenaga kerja.
3. Aliran Listrik
Penggunaan peralatan dengan daya yang besar akan memberikan kemungkinan-
kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa faktor yang harus diperhatikan
antara lain:
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

a. Pemakaian safety switches yang dapat memutus arus listrik jika penggunaan
melebihi limit/batas yang ditetapkan oleh alat.
b. Improvisasi terhadap peralatan listrik harus memperhatikan standar keamanan dari
peralatan.
c. Penggunaan peralatan yang sesuai dengan kondisi kerja sangat diperlukan untuk
menghindari kecelakaan kerja.
d. Berhati-hati dengan air. Jangan pernah meninggalkan perkeraan yang
memungkinkan peralatan listrik jatuh atau bersinggungan dengan air. Begitu juga
dengan semburan air yang langsung berinteraksi dengan peralatan listrik.
e. Berhati-hati dalam membangun atau mereparasi peralatan listrik agar tidak
membahayakan penguna yang lain dengan cara memberikan keterangan tentang
spesifikasi peralatan yang telah direparasi.
f. Pertimbangan bahwa bahan kimia dapat merusak peralatan listrik maupun isolator
sebagai pengaman arus listrik. Sifat korosif dari bahan kimia dapat menyebabkan
kerusakan pada komponen listrik.
g. Perhatikan instalasi listrik jika bekerja pada atmosfer yang mudah meledak. Misalnya
pada lemari asam yang digunakan untuk pengendalian gas yang mudah terbakar.
h. Pengoperasian suhu dari peralatan listrik akan memberikan pengaruh pada bahan
isolator listrik. Temperatur sangat rendah menyebabkan isolator akan mudah patah
dan rusak. Isolator yang terbuat dari bahan polivinil clorida (PVC) tidak baik
digunakan pada suhu di bawah 0 oC. Karet silikon dapat digunakan pada suhu –50
oC. Batas maksimum pengoperasian alat juga penting untuk diperhatikan. Bahan

isolator dari polivinil clorida dapat digunakan sampai pada suhu 75 oC, sedangkan
karet silikon dapat digunakan sampai pada suhu 150 oC.
4. Ionisasi Radiasi
Ionisasi radiasi dapat dikeluarkan dari peralatan semacam X-ray difraksi atau radiasi
internal yang digunakan oleh material radioaktif yang dapat masuk ke dalam badan manusia
melalui pernafasan, atau serapan melalui kulit. Non-ionisasi radiasi seperti ultraviolet, infra
merah, frekuensi radio, laser, dan radiasi elektromagnetik dan medan magnet juga harus
diperhatikan dan dipertimbangkan sebagai sumber kecelakaan kerja.
5. Mekanik.
Walaupun industri dan laboratorium moderen lebih didominasi oleh peralatan yang
terkontrol oleh komputer, termasuk didalamnya robot pengangkat benda berat, namun
demikian kerja mekanik masih harus dilakukan. Pekerjaan mekanik seperti transportasi
bahan baku, penggantian peralatan habis pakai, masih harus dilakukan secara manual,
sehingga kesalahan prosedur kerja dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Peralatan
keselamatan kerja seperti helmet, sarung tangan, sepatu, dan lain-lain perlu mendapatkan
perhatian khusus dalam lingkup pekerjaan ini.
6. Api.
Hampir semua laboratorium atau industri menggunakan bahan kimia dalam berbagai
variasi penggunaan termsuk proses pembuatan, pemformulaan atau analisis. Cairan mudah
terbakar yang sering digunakan dalam laboratorium atau industri adalah hidrokarbon.
Bahan mudah terbakar yang lain misalnya pelarut organik seperti aseton, benzen, butanol,
etanol, dietil eter, karbon disulfida, toluena, heksana, dan lain-lain. Para pekerja harus
berusaha untuk akrab dan mengerti dengan informasi yang terdapat dalam Material Safety
Data Sheets (MSDS). Dokumen MSDS memberikan penjelasan tentang tingkat bahaya dari
setiap bahan kimia, termasuk di dalamnya tentang kuantitas bahan yang diperkenankan
untuk disimpan secara aman.
Sumber api yang lain dapat berasal dari senyawa yang dapat meledak atau tidak stabil.
Banyak senyawa kimia yang mudah meledak sendiri atau mudah meledak jika bereaksi
dengan senyawa lain. Senyawa yang tidak stabil harus diberi label pada penyimpanannya.
Gas bertekanan juga merupakan sumber kecelakaan kerja akibat terbentuknya atmosfer dari
gas yang mudah terbakar.
7. Suara (kebisingan).
Sumber kecelakaan kerja yang satu ini pada umumnya terjadi pada hampir semua
industri, baik industri kecil, menengah, maupun industri besar. Generator pembangkit listrik,
instalasi pendingin, atau mesin pembuat vakum, merupakan sekian contoh dari peralatan
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

yang diperlukan dalam industri. Peralatan-peralatan tersebut berpotensi mengeluarkan suara


yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan kerja. Selain angka
kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin, para pekerja harus memperhatikan berapa lama
mereka bekerja dalam lingkungan tersebut. Pelindung telinga dari kebisingan juga harus
diperhatikan untuk menjamin keselamatan kerja.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

MIKROSKOP

Mikroskop merupakan alat utama yang sering digunakan di laboratorium mikrobiologi. Dengan pertolongan
mikroskop kita dapat mengamati bakteri yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroskop
berfungsi untuk membesarkan benda yang dilihat sehingga membantu untuk mengamati benda yang renik.
Mata telanjang tidak dapat membedakan benda dengan diameter <0.1 mm.

Mikroskop Medan Terang


Pada mikroskop medan terang terdapat dua unsur yang berperan dalam menghasilkan gambar yang jelas
yaitu sistem lensa dan sumber cahaya. Leeuwenhoek menggunakan lilin sebagai sumber cahaya. Pada
saat ini digunakan cahaya karena mudah diatur sehingga memmbantu dalam menghasilkan gambar yang
jelas. Pembesaran yang dapat dicapai mikroskop medan terang adalah sekitar 1000 kali. Bila pembesaran
ini melebihi kemampuan mikroskop maka gambar yang dihasilkan menjadi kabur. Berdasarkan lensa yang
digunakan, mikroskop medan terang dipilah menjadi mikroskop sederhana atau ganda. Mikroskop
sederhana menggunakan satu lensa pembesaran di antara mata dan benda yang diamati. Miksorkop
sederhana ini serupa dengan kaca pembesar yang dipegang dengan tangan. Sebaliknya, mikroskop ganda
menggunakan dua lensa atau lebih diantara mata dan benda yang diamati.

Mikroskop ganda yang mempunyai dua buah okuler disebut mikroskop binkuler, sedangkan mikroskop
monokuler hanya mempunyai satu okuler. Berikut ini akan diperlihatkan bagian-bagian mikroskop beserta
penggunaannya (gambar 1.1.).

Bagian-Bagian Mikroskop
Okuler` : Lensa yang membesarkan 6. 8 atau 10 kali
Pemutar Obyektif : Dapat diputar untuk mengubah pembesaran lensa
Obyektif : Didapatkan tiga pembesaran lensa obyektif
- Obyektif lemah : 10 kali
- Obyektif kuat : 45 kali
- Obyektif minyak imersi : 100 kali
Diafragma : Dapat dibuka atau ditutup untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk
Kondensor : Menyatukan cahaya yang masuk serta mengukur intensitas cahaya dengan
menaikkan atau menurunkan kondensor
Cermin : Memantulkan cahaya dari sumber cahaya ke kondensor
Pengatur Kasar : menggerakkan batang mikroskop dengan cepat untuk mengatur fokus
Pengatur halus : Menggerakkan batang mikroskop dengan perlahan-lahan untuk mengatur
fokus dengan tepat.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

1.1. Daya Pisah Mikroskop


Salah satu kelemahan mikroskop medan terang adalah daya pisahnya dan bukan daya
besarnya. Daya pisah ialah kemampuan untuk membedakan dua titik yang berdekatan sebagai titik
yang jelas dan terpisah. Peningkatan ukuran tanpa diserta gambar yang jelas tidak bermanfaat bagi
seseorang yang menggunakan mikroskop. Ini berarti tidak ada gunanya mendapatkan gambar yang
besar tetapi kabur.
Hubungan antara daya pisah, gelombang cahaya dan NA ialah :
λ
d=
2 NA
d = daya pisah
λ = panjang gelombang cahaya antara spesimen dan lensa obyektif
NA = n sin α
Θ = ½ kali sudut apertra (α)
n = Indeks refraksi
Makin kecil d, makin besar kekuatan daya pisah suatu mikroskop.
Salah satu cara untuk meningkatkan kekuatan daya pisah mikroskop ialah dengan menaikkan
indeks refraksi antara spesimen dan obyektif. Ini dapat diperoleh dengan menempatkan minyak imersi
antara spesimen dan lensa obyektif. Bila digunakan lensa obyektif 1000 kali dengan minyak imersi,
maka indeks refraksinya 1.5.
Dengan menggunakan minyak imersi maka sudut apertura dibesarkan oleh karena jarak
antara lensa obyektif dengan spesimen diperpendek (gambar 1.3, tabel 1.1.).

Gambar 1.2. Penggunaan minyak imersi meningkatkan jumlah cahaya yang masuk ke dalam lensa
obyektif.

Daya pisah lensa minyak imersi


(100x) dapat ditingkatkan dengan menempatkan
minyak imersi diantara spesimen dan lensa obyektif.
Minyak imersi menghilangkan refraksi cahaya
sehingga cahaya yang masuk kedalam lensa lebih
banyak dan menyebabkan sesimen terlihat jelas.
Gambar 1.3. Pengaruh minyak imersi pada
daya pisah
Daya pisah mikroskop medan
terang sebanding dengan panjang gelombang yang
digunakan dan berbanding terbalik dengan apertura
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

numerikal lensa. Besarnya apertura numerikal tergantung pada besarnya indeks refraksi (n), radius
lensa (r) dan jarak kerja (w).

Tabel 1.1. Lensa Obyektif Mikroskop


Lensa Pembesaran Jarak fokus Jarak kerja Apertura Daya pisah
obyektif (mm) (mm) Numerikal (um)
Rendah 10x 16 5.4 0.25 1.3
Tinggi 40x 4.9 0.39 0.65 0.52
Minyak 100x 1.8 0.12 1.30 0.26
Imersi

Lambang n sin α seringkali ditulis sebagai apertura numerikal (NA). Pada umumnya
mikroskop mempunyai apertura numerikal antara 1.2-1.4. Daya pisah mikroskop dengan apertura
numerikal 1.25 yang menggunakan cahaya dengan panjang gelombang 500 nm adalah 0.2 um.
Daya pisah mata telanjang pada jarak 25 cm adalah 0.1 mm.

Perhatikan bahwa jarak kerja lensa obyektif menurun dengan meningkatkya pembesaran lensa
obyektif (gambar 1.4 Tabel 1.1.).

1.2. Berbagai jenis mikroskop


Dibawah ini diterangkan secara singkat mengenai mikroskop lainnya yang dapat digunakan
untuk mengamati mikroorganisme.
a. Mikroskop medan gelap
Pada mikroskop biasa, spesimen terlihat gelap dengan latar belakang terang. Sebaliknya
pada mikroskop medan gelap dengan spesimen yang terang. Ini terjadi karena pada mikroskop
lapangan gelap digunakan kondensor khusus yang memiliki sudut apertura lebih besar dari lensa
obyektif.
Cahaya yang masuk ke dalam lensa obyektif hanyalah cahaya yang didifraksikan oleh
spesimen sehingga spesimen akan terlihat terang dengan latar belakang gelap.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

b. Mikroskop kontras fase


Dasar mikroskop fase ialah cahaya yang masuk melalui suatu spesimen sebanding dengan indeks
refraksinya. Ada mikroskop ini diadakan modifikasi lensa, sehingga perbedaan derajat terang
tembus dari struktur sel dengan lingkungan sekitarnya terlihat lebih jelas. Modifikasi lensa terletak
pada kondensor dan lensa obyektif.

c. Mikroskop ultra violet


Seperti sudah diterangkan sebelumnya kekuatan daya pisah mikroskop dapat
ditingkatkan dengan menggunakan cahaya bergelombang pendek yaitu ultra volet (2000-400nm).
Beberapa bahan kimia tertentu dapat mengabsoprsi sinar u.v. dan dipantulkan kembali
sebagai cahaya yang bergelombang lebih panjang. Contoh bahan tersebut adalah fluoresein dan
akridin.

d. Mikroskop elektron
Pada mikroskop ini figunakan gelombang eletromagnetik yang mempunyai panjang 0.04 nm.
Selainitu spesimen harus kering dan sangat tipis (<100nm). Hal ini disebabkan elektron bekerja
pada keadaan “hampa udara” dan kemampuan penetrasing sangat rendah.

1.3. Teknik penggunaan minyak imersi


Pengamatan mikroorganisme yang diwarnai menggunakan lensa obyektif minyak imersi
(100x). Lazimnya preparat langsung diperiksa dengan menggunakan lensa obyektif 100x tanpa
didahului penggunaan lensa obyektif 10x atau 45x. Dibawah diterangkan cara mengerjakan
penggunaan lensa obyektif secara langsung.
1. Bersihkan lensa okuler dengan kain halus
2. Tempatkan meja obyek pada posisi
3. Naikkan kondensor sampai menyentuh meja obyek
4. Letakkan 1 tetes minyak imersi di kaca obyek
5. Lensa obyektif 100% diturunkan dengan pengatur kasar sehingga menyentuh minyak imersi
6. Fokus diatur dengan pengatur halus
7. Kontras bakteri dengan sekeliling diperoleh dengan mengatur diafragma
Setelah selesai menggunakan mikroskop atau meninggalkan laboratorium, haruslah di ingat butir-butir
berikut :
1. Turunkan kaca obyek dari meja obyek
2. Bersihkan obyektif dengan kapas yang diberi xylol
3. Tempatkan lensa obyektif 10x pada posisi diatas kondensor
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Gambar. 1.5. Daya Pisah dan Pembesaran Lensa


(a) Difraksi cahaya sangat kecil bila menggunakan lensa obyektif 50x.
(b) Pada pembesaran lensa obyektif 100x, terjadi sedikit difraksi karena pembesaran. Benda yang
diamati terlihat kurang jelas. Namun dengan penggunaan minyak imersi daya pisah ditingkatkan.
(c) Pada pembesaran 150x terjadi difraksi cahaya sehingga benda tidak dapat diamati dengan baik
karena daya pisah yang rendah, achaya berdisfusi sehingga menghasilkan bayangan yang kabur.

1.4. PENGUKURAN SEL MIKROORGANISME


Pengamatan dan identifikasi mikroorganisme seringkali memerlukan dimensi dan ukuran
mikroorganisme. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan menggunakan mikrometer okuler yang telah
dikalibrasikan. Lazimnya, pengukuran dilakukan berdasarkan sistem metrik (Tabel 1.2).
Kilometer km 1000 m 103 m
Meter m 1 m 1 m
Desimeter dm 0.1 m 10-1 m
Sentimeter cm 0.01 m 10-2 m
Milimeter mm 0.001 m 10-3 m
Mikrometer um 0.000001 m 10-6 m
Nanometer nm 0.00000001 m 10-9 m
Angstrom A 0.0000000001 m 10-10 m

Mikrometer okuler dapat diandalkan sebagai penggaris “mini” yang tergugat pada lensa
okuler. Mikrometer okuler ditempatkan dibawah lensa okuler dan gambar ukuran garis terlihat sewaktu
melihat melalui lensa okuler. Mikrometer okuler dibesarkan oleh magnifikasi lensa obyektif sehingga
ukuran satuan garis mempunyai nilai berbeda bagi setiap pembesaran, berarti terdapat keragaman
mikroskop juga keragaman bagi jenis mikrometer yang digunakan. Berdasarkan keragaman ini,
mikrometer harus dikalibrasikan mikroskop yang akan digunakan.
Untuk memproleh nilai kalibrasi bagi mikrometer okuler diperlukan mikrometer lainnya yang
ditempatkan pada meja mikroskp. Mikrometer ini berupa penggaris “mini” dengan satuan ukuran dalam
um (mikrometer) yang tergugat pada kaca obyek. Kaca obyek dengan guratan satuan ukuran ini
ditempatkan pada meja obyek. Dengan menyatukan garis yang terdapat pada mikrometr okuler dan
mikrometer kaca obyek kita dapat menentukan nilai dari satuan mikrometer okuler (gambar 1.6).
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Ukuran sel yang dikeringkan, difiksasikan dan diwarnai pada sediaan pewarnaan berkurang
sebanyak 10%-20% bila dibandingkan dengan sel hidup. Alasan ini pula yang menyebabkan ukuran sel
yang benar diterapkan pada preparat basah atau tetes bergantung. (gambar .2.2).
Bahan yang diperlukan :
Biakan mikroorganisme
Mikrometer okuler
Mikrometr kaca obyek

Cara mengerjakan :
1. Lepskan lensa okuler, kemdian masukkan mikrometer okuler. Perhatikan bahwa guratan pada
mikrometer okuler terletak di sebelah bawah.
2. Tempatkan mikrometer kaca obyek pada meja mikroskop. Fokuskan mikrometer dengan
menggunakan lensa obyekktif 10x dengan memutar pengatur kasa dan pengatur halus (gambar
1.1.).
Pada saat ini harus dapat dilihat garisan pada mikrometer okuler maupun mikro meter kaca obyek.
3. Gerakkan mikrometer kaca obyek, sehingga garis pada mikrometer okuler terletak sejajar dengan
garis pada mikrometer kaca obyek. Mikrometer okuler dapat diputar sehingga letak kedua garis
pad akedua mikrometer sejajar.
4. Gerakkan mikrometer kaca obyektif hingga salah satu garis pada mikrometer okuler berhimpitan
dengan garsmikrometer kaca obyek.
5. Perhatikan dan tentukan dimana letak garis ini berhimpitan lagi
6. Tentukan jumlah atuan mikrometer okuler (x OU) dan satuan mikrometer kaca obyek (y SU) yang
terdapat di antara kedua garis yang berhimpitan. (x) (OU)=(y) (SU).
Satuan unit mikrometer kaca obyek dengan pembesaran obyektif 10x adalah 10 um (SU=10um),
sehingga (x) (OU)=(y) (10 um).
Dapat digunakan untuk menentuka nilai 1 (satu) unit mikrometer okuler.
Jika 49 unit mikrometer okuler sama dengan 51 unit mikrometer kaca obyek, maka,
(49) (OU) = (51) (10 um)
1 OU = 10.5 um
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

7. Ulangi prosedur 1-6 dengan menggunakan lensa obyektif 40x dan 100x. Tentukan besarnya unit
mikkrometer okuler untuk setiap pembesaran.
Setelah dilakukan kalibrasi mikrometer okuler, maka ukuran lebar maupun panjang sel dapat
ditentukan.
8. Lepaskan mikrometer kaca obyek dan ganti dengan sediaan yang telah disiapkan. Cari
mikroorgaisme yang ingin diukur, dan letakkan sejajar diantara garis pada mikrometer okuler
(gambar 1.6)
9. Tentukan ukuran panjang dan lebar mikroorganisme. Perhatikan bahwa nilai satuan mikrometer
okuler yang telah dikalibrasi tergantung pada lensa obyektif yang digunakan.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

PENGAMATAN
MIKROORGANISME HIDUP
Pengamatan mikroorganisme yang hidup memberikan ciri-ciri yang membantu dalam
klasifikasi. Cara mikroorganisme memperoleh dan mencerna bahan makanan, serta pergerakan
hanya dapat dilihat sewaktu mikroorganisme hidup. Dalam praktikum diamati pergerakan
mikroorganisme yang merupakan salah satu ciri yang digunakan dalam identifikasi.
Bakteri dipilahkan menjadi kelompok yang tidak bergerak (non-motil) dan bergerak
(motil). Kelompok bakteri yang tidak bergerak ini dalam cairan terlihat bergerak setempat:
gerakan ini disebut gerakan Brown. Gerakan Brown disebabkan benturan molekul air dengan
bakteri. Makin kecil ukuran bakteri makin kuat gerakan Brown. Bakteri yang berukuran besar
jarang memperlihatkan gerakan Brown.
Pergerakan aktif bakteri disebabkan oleh flagela (gambar 4.4.). Bakteri yang bergerak ini
seakan-akan terlihat seperti meluncur dengan gerakan melenggak-lenggok atau meloncat-loncat
dalam cairan. Gerakan yang aktif ini menunjukkan mempunyai flagela.

2.1. Preparat Basah


Cara membuat preparat basah
1. Kaca obyek dibersihkan dengan alkohol
2. Pindahkan 2 mata ose suspensi ke atas kaca obyek (gambar 2.1) preparat basah
digunakan diatas kaca
3. Tutuplah dengan kaca penutup
4. Periksa dengan pembesar 45x
5. Laporkan hasil pengamatan

2.2. PREPARAT TETES BERGANTUNG


Dalam mempelajari morfologi mikroba dapat digunakan preparat tetes bergantung, preparat
basah atau preaprat yang diwarnai. Pada preaprat tetes bergantung atau preparat basah diamati
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

mikroba yang hidup, sedangkan pada preparat yang diwarnai mikroba tersebut mati. Preparat tetes
bergantung lebih menguntungkan dibandingkan preparat basah oleh karena tidak cepat kering.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

PENGENALAN BAHAN KIMIA BERACUN DAN BERBAHAYA

A. PENGENALAN BAHAN B3 SERTA TEKNIK PREPARASI BAHAN


1. Petunjuk umum untuk menangani buangan sampah.
Semua bahan buangan atau sampah seharusnya dikumpulkan menurut jenis bahan tersebut.
Bahan-bahan tersebut ada yang dapat didaur ulang dan ada pula yang tidak dapat didaur ulang. Bahan
yang termasuk kelompok bahan buangan/sampah yang dapat di daur ulang antara lain gelas, kaleng, botol
baterai, sisa-sisa konstruksi bangunan, sampah biologi seperti tanaman, buah-buahan, kantong the dan
beberapa jenis bahan-bahan kimia. Sedangkan bahan-bahan buangan yang tidak dapat didaur ulang atau
yang sukar didaur ulang seperti plastik hendaknya dihancurkan. Karena belum ada aturan yang jelas dalam
cara pembuangan jenis sampah di Indonesia, maka sebelum sampah dibuang harus berkonsultasi terlebih
dahulu dengan pengurus atau pengelola laboratorium yang bersangkutan.
2. Bahan-bahan buangan yang umum terdapat di laboratorium.
1. Fine chemicals.
Fine chemicals hanya dapat dibuang ke saluran pembuangan atau tempat sampah jika :
a. Tidak bereaksi dengan air.
b. Tidak eksplosif (mudah meledak).
c. Tidak bersifat radioaktif.
d. Tidak beracun.
e. Komposisinya diketahui jelas.
2. Larutan basa.
Hanya larutan basa dari alkali hidroksida yang bebas sianida, ammoniak, senyawa organik, minyak
dan lemak dapat dibuang kesaluran pembuangan. Sebelum dibuang larutan basa itu harus dinetralkan
terlebih dahulu. Proses penetralan dilakukan pada tempat yang disediakan dan dilakukan menurut
prosedur mutu laboratorium.
3. Larutan asam.
Seperti juga larutan basa, larutan asam tidak boleh mengandung senyawa-senyawa beracun dan
berbahaya dan selain itu sebelum dibuang juga harus dinetralkan pada tempat dan prosedur sesuai
ketentuan laboratorium.

4. Pelarut.
Pelarut yang tidak dapat digunakan lagi dapat dibuang ke saluran pembuangan jika tidak mengandung
halogen (bebas Fluor, Clorida, Bromida, dan Iodida). Jika diperlukan dapat dinetralkan terlebih dahulu
sebelum dibuang ke saluran air keluar. Untuk pelarut yang mengandung halogen seperti kloroform
(CHCl3) sebelum dibuang harus dilakukan konsultasi terlebih dahulu dengan pengurus atau pengelola
laboratorium tempat dimana bahan tersebut akan dibuang.
5. Bahan mengandung merkuri.
Untuk bahan yang mengandung merkuri (seperti pecahan termometer merkuri, manometer, pompa
merkuri, dan sebagainya) pembuangan harus ekstra hati-hati. Perlu dilakukan konsultasi terlebih
dahulu dengan pengurus atau pengelola laboratorium sebelum bahan tersebut dibuang.
6. Bahan radiokatif.
Sampah radioaktif memerlukan penanganan yang khusus. Otoritas yang berwenang dalam
pengelolaan sampah radioaktif di Indonesia adalah Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).
7. Air pembilas.
Air pembilas harus bebas merkuri, sianida, ammoniak, minyak, lemak, dan bahan beracun serta bahan
berbahaya lainnya sebelum dibuang ke saluran pembuangan keluar.
3. Penanganan Kebakaran dan Simbol-simbol Bahaya.
Beberapa bahan kimia seperti eter, metanol, kloroform, dan lain-lain bersifat mudah terbakar dan
mudah meledak. Apabila karena sesuatu kelalaian terjadi kecelakaan sehingga mengakibatkan kebakaran
laboratorium atau bahan-bahan kimia, maka kita harus melakukan usaha-usaha sebagai berikut:
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

a. Jika apinya kecil, maka lakukan pemadaman dengan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
b. Matikan sumber linstrik/ gardu utama agar listrik tidak mengganggu upaya pemadaman
kebakaran.
c. Lokalisasi api supaya tidak merember ke arah bahaan mudah terbakar lainnya.
d. Jika api mulai membesar, jangan mencoba-coba untuk memadamkan api dengan APAR.
Segera panggil mobil unit Pertolongan Bahaya Kebakaran (PBK) yang terdekat.
e. Bersikaplah tenang dalam menangani kebakaran, dan jangan mengambil tidakan yang
membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
4. Bahan-bahan Berbahaya serta Karsinogenik.
Tabel di bawah memuat daftar beberapa bahan-bahan kimia beerbahaya dan karsinogenik yang
sering dijumpai di laboratorium-laboratorium kimia baik di Indonesia maupun di luar negeri.

B. TEKNIK PREPARASI
Preparasi merupakan teknik laboratorium yang sangat penting dikuasai oleh setiap kimiawan.
Tanpa pengetahuan dan ketrampilan yang memadahi dalam teknik preparasi ini, maka akan sangat sulit
untuk menjalankan eksperimen/percobaan kimia secara baik dan benar di laboratorium. Menjalankan
eksperimen dengan baik dan benar juga menyangkut efisiensi dan tidak membahayakan bagi diri sendiri
maupun orang lain baik yang ada disekitarnya maupun yang berada di tempat lain. Bagai mahasiswa
pemula agar mereka kelak dapat melakukan eksperimen kimia secara baik dan benar maka perlu dibekali
dengan pengetahuan dan ketrampilan teknik preparasi. Tulisan ini akan memaparkan beberapa
penegetahuan penting yang harus dikuasai oleh para pemula dalam disiplin ilmu kimia.
1. Konsentrasi Larutan.
Beberapa jenis konsentrasi yang perlu diketahui dan yang sering digunakan di laboratorium
antara lain:
1. Molaritas (M).
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut yang terdapat di dalam satu liter larutan.
Misal akan di buat larutan NaOH 0,1 M sebanyak 1000 mL.
Diketahui bahwa Mr NaOH = 40
Maka ini berarti bahwa 1 mol NaOH massanya adalah 40 g.
Sehingga untuk 0,1 mol NaOH massanya adalah 4 g. Untuk membuat larutan NaOH 0,1 M
sebanyak 1000 mL, maka sebanyak 4 gram kristal NaOH dilarutkan ke dalam akuades
sedemikian rupa sehingga volume larutannya adalam 1000 mL atau 1 L.
2. Normalitas (N).
Normalitas menyatakan banyaknya gram ekuivaleen (grek) zat terlarut yang terdapat dalam
satu liter larutan.
3. Molalitas (m).
Molalitas adalah menyatakan banyaknya mol zat terlarut yang terdapat dalam satu kilogram
pelarut.
4. Fraksi mol (X).
Fraksi mol adalah perbandingan antara jumlah mol zat terlarut dalam larutan terhadap
jumlah mol total zat-zat yang ada dalam larutan (pelarut dan zat terlarut)..
5. Persen (%).
Ada beberapa macam penyataan persentase yang sering digunakan di laboratorium, antara
lain:
a. persen volume/volume (v/v), menyatakan banyaknya spesies kimia yang ada di dalam
larutan yang dinyatakan dalam satuan mL per 100 mL larutan.
b. Persen berat/volume (b/v), menyatakan banyaknya spesien kimia yang ada di dalam
larutan yang dinyatakan dalam satuan berat (gram) per 100 gram larutan.
c. Persen berat/berat, menyatakan banyaknya spesies kimia yang ada di dalam larutan
atau campuran/padatan yang dinyatakan dalam satuan gram per 100 gram larutan atau
campuran atau padatan.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

2. Penyiapan Alat.
Alat yang akan digunakan dalam eksperimen atau percobaan kimia harus disesuaikan dengan
jenis dari bahan yang akan ditangani. Bahan-bahan tersebut dapat berupa cairan, padatan, atau gas.
a. Bahan-bahan berupa cairan.
Untuk menangani bahan berupa cairan diperlukan alat-alat gelas seperti Gelas Ukur, Pipet
Gondok, Labu Takar, Erlenmeyer, Corong, dan lain-lainnya.
b. Bahan-bahan berupa padatan.
Untuk menangani bahan berupa padatan, terutama padatan dalam bentuk serbuk
dibutuhkan alat-alat sebagai berikut: Alat Timbang, Gelas Arloji, Spatula/Sendok Sungu,
Corong, dan Erlenmeyer.
c. Bahan-bahan berupa gas.
Untuk menangani bahan-bahan berupa gas diperlukan alat-alat dengan spesifikasi standar
yang telah ditentukan untuk setiap jenis gas. Hal ini dikarenakan setiap jenis gas
mempuynyai karakteristik dan resiko yang dihadapi oleh pengguna lebih tinggi daripada bila
menangani bahan-bahan cair maupun padatan.

3. Hasil Reaksi atau Isolasi.


Kebanyakan penelitian kimia eksperimental bertujuan untuk mengisolasi suatu senyawa dari
suatu bahan atau memproduksi/ sintesis seuatu senyawa. Produk isolasi atau sintesis tersebut umumnya
belum dalam keadaan murni, sehingga perlu dilakukan pemurnian terhadap zat hasil. Beberapa teknik
pemurnian yang banyak dipakai dalam kimia eksperimental akan dibahas dalam pokok bahasan berikut.
4. Teknik Pemurnian.
a. Kristalisasi dan Rekristalisasi.
Kristalisasi adalah suatu teknik untuk mendapatkan bahan murni suatu senyawa. Dalam sintesis
kimia banyak senyawa-senyawa kimia yang dapat dikristalkan. Untuk mengkristalkan senyawa-senyawa
tersebut, biasanya dilakukan terlebih dahulu penjenuhan larutan kemudian diikuti dengan penguapan
pelarut serta perlahan-lahan sampai terbentuk kristal. Pengkristalan dapat pula dilakukan dengan
mendinginkan larutan jenuh pada temperatur yang sangat rendah di dlam lemari es atau freezer.
Rekristalisasi adalah suatu teknik pemurnian bahan kristalin. Seringkali senyawa yang diperoleh
dari hasil suatu sintesis kiia memiliki kemurnian yang tidak terlalu tinggi. Untuk memurnikan senyawa
tersebut perlu dilakukan rekristalisasi. Untuk merekristalisasi suatu senyawa kita harus memilih pelarut yang
cocok dengan senyawa tersebut. Setelah senyawa tersebut dilarutkan ke dalam pelarut yang sesuai
kemudian dipanaskan (direfluks) sampai semua senyawa tersebut larut sempurna. Apabila pada temperatur
kamar, senyawa tersebut sudah larut secara sempurna di dalam pelarut, maka tidak perlu lagi dilakukan
pemanasan. Pemanasan hanya dilakukan apabila senyawa tersebut belum atau tidak larut sempurna pada
keadaan suhu kamar. Setelah senyawa/solut tersebut larut sempurna di dalam pelarut baik dengan
pemanasan maupun tanpa pemanasan, maka kemudian larutan tersebut disaring dalam keadaan panas.
Kemudian larutan hasil penyaringan terssebut didinginkan perlahan-lahan sampai terbentuk kristal.
Salah satu faktor penentu keberhasilan proses kristalisasi dan rekristalisasi adalah pemilihan zat
pelarut. Pelarut yang digunakan dalam proses kristalisasi dan rekristalisasi sebaiknya memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki gradient temperatur yang besar dalam sifat kelarutannya.
2) Titik didih pelarut harus di bawah titik lebur senyawa yang akan di kristalkan.
3) Titik didih pelarut yang rendah sangat menguntungkan pada saat pengeringan.
4) Bersifat inert (tidak bereaksi) terhadap senyawa yang akan dikristalkan atau direkristalisasi.
Apabila zat atau senyawa yang akan kita kritalisasi atau rekristalisasi tidak dikenal secara pasti,
maka kita setidak-tidaknya kita harus mengenal komponen penting dari senyawa tersebut. Jika senyawa
tersebut adalah senyawa organik, maka yang kita ketahui sebaiknya adalah gugus-gugus fungsional
senyawa tersebut. Apakah gugus-gugus tersebut bersifat hidrofobik atau hidrofilik. Dengan kata lain kita
minimal harus mengetahui polaritas senyawa yang akan kita kristalkan atau rekristalisasi. Setelah polaritas
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

senyawa tersebut kita ketahui kemudian dipilihlah pelarut yang sesuai dengan polaritas senywa tersebut.
Tabel berikut ini memuat beberapa pelarut yang biasa digunakan dalam proses kristalisasi maupun
rekristalisasi.
Tabel 1. Polaritas beberapa pelarut.
No Polaritas Pelarut/Solvent

Petroleum eter,
1 Polaritas rendah
Toluene.

Dietil eter,
2 Polaritas sedang
Aseton

Etanol,
3 Polaritas tinggi
Air

b. Sublimasi.
Sublimasi adalah peristiwa penguapan secara langsung padatan kristalin ke dalam fasa uap.
Contoh klasik sublimasi adalah penguapan kamfer (kapus barus). Sublimasi dapat digunakan sebagai
metode pemurnian padatan kristalin. Beberapa senyawa kimia dapat menyublim pada temperatur dan
tekanan kamar, namun banyak yang beru dapat menyublim apabila tekanan diturunkan. Untuk
mendapatkan bahan murni, fasa uap bahan tersublim didinginkan secara perlahan-lahan sehingga
terbentuk kristal.

c. Destilasi.
Destilasi juga merupakan salah satu teknik memurnikan senyawa kimia. Senyawa yang akan
dimurnikan harus berupa cairan. Destilasi bekerja berdasarkan perbedaan titik didih senyawa-senyawa di
dalam larutan. Senyawa-senyawa yang dimurnikan akan terpisah berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Senyawa-senyawa dengan titik didih rendah akan terpisah terlebih dahulu diikuti dengan senyawa-senyawa
yang memiliki titik didih yang lebih tinggi.

5. Uji Kkemurnian.
Untuk mengetahui kemurnian suatu senyawa hasil pemurnian seperti yang telah dijelaskan di
atas, maka digunakan beberapa teknik uji kemurnian bahan yang relatif sederhana seperti uji titik leleh, uji
indeks bias, uji berat jenis, uji titik didih, dan uji kekentalan (viskositas).

1. Uji titik leleh.


Uji titik leleh merupakan salah satu teknik uji kemurnian bahan padat yang cukup akurat terutama jika
titik leleh bahan telah diketahui sebelumnya. Titik leleh bahan murni dapat dilihat pada table spesifikasi
bahan yang tersedia di perpustakaan laboratorium. Akan tetapi untuk bahan-bahan yang sama sekali
baru, teknik ini juga dapat digunakan. Bahan-bahan murni umumnya memiliki interval titik leleh yang
sempit.

2. Uji indeks bias.


Indeks bias suatu cairan dapat digunakan sebagai faktor penentu kemurnian bahan. Namun demikian
seperti juga metode titik leleh, metode uji indeks bias ini lebih tepat untuk digunakan sebagai tes uji
kemurnian bahan yang indeks bias bahan murninya telah diketahui dengan pasti terelbih dahulu. Untuk
bahan-bahan yang sama sekali baru, maka metode uji indeks bias ini juga dapat diterapkan dengan
hati-hati.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

3. Uji berat jenis.


Uji berat jenis merupakan salah satu teknik uji kemurnian yang cukup akurat. Archimedes menguji
kemurnian emas mahkota raja berdasarkan prinsip uji berat jenis ini. Setiap zat murni mempunyai berat
jenis yang spesifik yang dapat digunakan sebagai dasar pengujian bahan.
4. Uji titik didih.
Uji titik didih juga dapat digunakan untuk mengetahui kemurnian suatu bahan. Uji ini dapat diterapkan
pada senyawa berujud cairan yang bahan cair murninya telah diketahui titik didihnya secara pasti. Uji
titik didih senyawa murni dapat dilihat pada tabel di buku katalog di perpustakaan laboratorium. Untuk
bahan-bahan lain yang titik didik murninya belum diketahui secara pasti, uji titik didih ini dapat
dilakukan dengan hati-hati.
5. Uji kekentalan.
Uji kekentalan dapat dilakukan untuk mengetahui kemurnia suatu bahan. Bahan-bahan cair yang dalam
keadaan murni memiliki kekentalan yang khas dan berbeda dari senyawa yang lain. Uji ini dapat
dilakukan untuk senyawa/ bahan cair yang kekentalannya telah diketahui secara pasti. Data kekentalan
berbagai bahan murni dapat dilihat pada buku katalog bahan di perpustakaan laboratorium. Untuk
bahan-bahan lain yang kekentalannya belum diketahui secara pasti maka uji ini dapat dilakukan secara
hati-hati.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

TEKNIK PERCOBAAN BERBAHAYA

Percobaan-percobaan dalam laboratorium dapat meliputi berbagai jenis pekerjaan diantaranya mereaksikan
bahan-bahan kimia, destilasi, ekstraksi, memasang peralatan, dan sebagainya. Masing-masing teknik
dapat mengandung bahaya yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Tentu saja bahan tersebut
sangat berkaitan dengan penggunaan bahan dalam percobaan, sehingga susah untuk memisahkan bahaya
antara teknik dan bahan. Walaupun demikian, dapat kiranya diuraikan secara tersendiri dan bersifat umum
dari bahaya berbagai macam teknik dan bahan, sehingga memungkinkan untuk memperkecil dan
memperkirakan bahaya yang dapat timbul dalam kaitanyya dengan teknik dan bahan yang digunakan.

A. Reaksi Kimia
Semua reaksi kimia menyangkut perubahan energi yang diwujudkan dalam bentuk panas.
Kebanyakan reaksi kimia disertai dengan pelepasan panas (reaksi eksotermis), meskipun adapula
beberapa reaksi kimi yang menyerap panas (reaksi endotermis). Bahaya dari suatu reaksi kimia terutama
adalah karena proses pelepasan energi (panas) yang demikian banyak dan dalam kecepatan yang sangat
tinggi, sehingga tidak terkendalikan dan bersifat destruktif (merusak) terhadap lingkungan, termasuk
operator/orang yang melakukannya.
Banyak kejadian dan kecelakaan di dalam laboratorium sebagai akibat reaksi kimia yang hebat
atau eksplosif (bersifat ledakan). Namun kecelakaan tersebut pada hakikatnya disebabkan oleh kurangnya
pengertian atau apresiasi terhadap faktor-faktor kimia-fisika yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan suatu reaksi kimia adalah konsentrasi pereaksi,
kenaikan suhu reaksi, dan adanya katalis.
Sesuai denga hukum aksi masa, kecepatan reaksi bergantung pada konsentrasi zat pereaksi.
Oleh karena itu, untuk percobaan-percobaan yang belum dikenal bahayanya, tidak dilakukan dengan
konsetrasi pekat, melainkan konsentrasi pereaksi kira-kira 10% saja. Kalau reaksi telah dikenal bahayanya,
maka konsetrasi pereaksi cukup 2 – 5 % saja sudah memadahi. Suatu contoh, apabila amonia pekat
direaksikan dengan dimetil sulfat, maka reaksi akan bersifat eksplosif, akan tetapi tidak demikian apabila
digunakan amonia encer.
Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi kimia dapat diperkirakan dengan persamaan
Arhenius, dimana kecepatan reaksi bertambah secara kesponensial dengan bertambahnya suhu. Secara
kasar apabila suhu naik sebesar 10 oC, maka kecepatan reaksi akan naik menjadi dua kali. Atau apabila
suhu reaksi mendadak naik 100 oC, ini berarti bahwa kecepatan reaksi mendadak naik berlipat 210 = 1024
kali. Di sinilah pentingnya untuk mengadakan kendali terhadap suhu reaksi, misalnya dengan pendinginan
apabila reaksi bersifat eksotermis. Suatu contoh asam meta-nitrobenzensulfonat pada suhu sekitar 150 oC
akan meledak akibat reaksi penguraian eksotermis. Campuran kalium klorat, karbon, dan belerang menjadi
eksplosif pada suhu tinggi atau jika kena tumbukan, pengadukan, atau gesekan (pemanasan pelarut).
Dengan mengetahui pengarauh kedua faktor di atas maka secara umum dapatlah dilakukan pencegahan
dan pengendalian terhadap reaksi-reaksi kimia yang mungkin bersifat eksplosif.

B. Pemanasan.
Pemanasan dapat dilakukan dengan listrik, gas, dan uap. Untuk laboratorium yang jauh dari
sarana tersebut, kadang kala dipakai pula pemanas kompor biasa. Pemanasan tersebut biasanya
digunakan untuk mempercepat reaksi, pelarutan, destilasi, maupun ekstraksi.
Untuk pemanasan pelarut-pelarut organik (titik didih di bawah 100 oC), seperti eter, metanol,
alkohol, benzena, heksana, dan sebagainya, maka penggunaan penangas air adalah cara termurah dan
aman. Pemanasan dengan api terbuka, meskipun dengan bagaimana api sekecil apapun, akan sangat
berbahaya karena api tersebut dapat menyambar (meloncat) ke arah uap pelarut organik. Demikian juga
pemanasan dengan hot plate juga berbahaya, karena suhu permukaan dapat jauh melebihi titik nyala
pelarut organik.
Pemanasan pelarut yang bertitik didih lebih dari 100 oC, dapat dilakukan dengan aman apabila
memakai labu gelas borosilikat dan pemanas listrik (heating matle). Pemanas tersebut ukurannya harus
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

sesuai besarnya labu gelas. Penangas minyak dapat pula dipakai meskipun agak kurang praktis. Walaupun
demikian penangas pasir yang dipanaskan dengan terbuka, tetap berbahaya untuk bahan-bahan yang
mudah teerbakar. Untuk keperluan pendidikan, pemanas bunsen dengan dilengkapi anyaman kawat (wire
gause) cukup murah dan memadahi untuk bahan-bahan yang tidak mudah terbakar.
C. Destruksi.
Dalam analisis kimia terutama untuk mineral, tanah, atau makanan, diperlukan destruksi contoh
agar komponen-komponen yang akan dianalisis terlepas dari matriks (senyawa-senyawa lain). Biasnya
reaksi destruksi dilekukan dengan asam seperti asam sulfat pekat, asam nitrat, asam klorida tanpa atau
ditambah atau ditambah peroksida seperti persulfat, perklorat, hidrogen peroksida, dan sebagainya. Selain
itu, biasanya reaksi juga harus dipanaskan untuk mempermudah proses destruksi. Jelas dalam pekerjaan
destruksi terkumpul beberapa faktor bahaya sekaligus, yaitu bahan berbahaya (eksplosif) dan kondisi suhu
tinggi yang menambah tingkat bahaya.
Oleh karena itu, destruksi harus dilakukan amat berhati-hati, diantaranya adalah dengan:
1. Pelajari dan ikuti prosedur kerja secara seksama, termasuk pengukuran jumlah reagen
secara tepat dan cara pemanasannya.
2. Percobaan dilakukan dalam almari asam. Hati-hati dalam membuka dan menutup pintu
almari asam pada saat proses destruksi berlangsung.
3. Lindungi diri dengan kacamata/pelindugn muka dan sarung tangan pada setiap kali bekerja.
4. Terutama bagi para pekerja baru atau yang belum berpengalaman, diperlukan supervisi atau
konsultasi dengan yang lebih berpengalaman.
Dengan cara di atas akan dapat dicegah terjadinya ledakan yang dapat mengakibatkan luka oleh
pecahan kaca atau percikan bahan-bahan kimia yang panas dan korosif.
D. Destilasi.
Destilasi merupakan proses gabungan antara pemanasan dan pendinginan uap yang terbentuk
sehingga diperoleh cairan kembali yang murni. Bahaya pemanasan cairan dapat dihindari dengan
memperhatikan sub-bab pemanasan. Dalam pemanasan cairan biasanya ditambahkan batu didih (boililng
chips), untuk mencegah pendidihan yang mendadak (bumping). Batu didih yang berpori perlu diganti setiap
kali akan melakukan destilasi kembali. Untuk destilasi hampa udara (vacum destilation), aliran udara melalui
kapiler ke dalam bagian bawah labu dapat merupakan pengganti batu didih.
Bahaya yang sering timbul dalam pendingin Leibig adalah kurang kuatnya selang air baik dari
keran maupun yang menuju pipa pendingin. Lepasnya selang air dapat menyebabkan banjir dan proses
pendinginan tidak berjalan dan uap cairan berhamburan ke dalam ruangan laboratorium. Oleh karena itu,
terutama untuk destilasi yang terus-menerus atau sering ditinggalkan, hubungan selang dengan keran dan
pipa pendingin perlu diikat dengan kawat.
Labu didih yang terbuat dari gelas perlu dipilih yang kuat. Labu didih bekas atau yang telah lama
dipakai, diperiksa terlebih dahulu terhadap kemungkinan adanya keretakan atau scratch. Hal ini penting,
terlebih-lebih untuk destilasi vakum. Apabila pemanasan yang dipakai adalah penangas air, maka perlu
diingat bahwa suhu permukaan bak penangas yang terbuat dari logam, dapat melebihi titik nyala dari
pelarut yang dalam labu. Dengan demikian, harus dapat dihindarkan kontak antara cairan dengan
permukaan penangas, baik pada saat mengisi labu destilasi dengan cairan maupun pemasangan atau
pembongkaran peralatan destilasi.
E. Refluks.
Refluks juga merupakan gabungan anrara pemanasan cairan dan pendinginan uap, tetapi
kondensat yang terbentuk dikembalikan ke dalam labu didih. Karena prosesnya mirip dengan destilasi,
maka bahaya teknik tersebut serrta cara pencegahannya adalah sama dengan teknik destilasi.
F. Pengukuran Volume Cairan
Memipet cairan atau larutan dalam volume tertentu dengan pipet, secara umum tidak
diperkenankan memakai mulut untuk menghindari bahaya tertelan dan kontaminasi. Uap dan gas beracun
dapat larut dalam air ludah (saliva). Memakai pompa karet (rubber bulb) untuk mengisi pipet merupaian
cara yang paling aman dan praktis, meskipun memerlukan sedikit latihan. Sedangkan untuk cairan yang
korosif dapat dilakukan dengan pipet isap (hypodermic syringe).
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Apabila menuangkan cairan korosif dari sebuah botol, lindungi label botol terhadap kerusakan
oleh tetesan cairan. Untuk menuangkan cairan ke dalam gelas ukur bermulut kecil, perlu dipakai corong
gelas agar tidak tumpah.
G. Pendinginan.
Karbon dioksida padat (dry ice) dan nitrogen cair adalah pendingin yang sering dipakai.
Keduanya dapat membakar atau “menggigit” kulit, sehingga dalam penanganannya harus memakai sarung
tangan dan pelindung mata. Karbon dioksida dapat dipakai bersama-sama dengan pelarut organik untuk
menambah pendinginan. Karena banyak terbentuk gas (penguapan) maka pelarut yang digunakan harus
nontoksik dan tidak mudah terbakar. Propana-2-ol lebih baik daripada pelarut organik terklonisasi atau
aseton yang mudah terbakar.
Notrogen cair biasa dipakai sebagai “trap” uap air dalam destilasi vakum, agar air tidak merusak
pompa. Dalam pendinginan tersebut udara dapat pula tersublimasi menjadi padat, termasuk oksigen dan
hal ini berbahaya bila bercampur dengan bahan organik. Labu Dewar tempat nitrogen cair perlu pula
dilindungi dengan logam agar tidak berbahaya bila pecah.
Baik karbon dioksida mapun nitrogen mempunyai berat jenis yang lebih berat daripada udara,
sehingga dapat mendesak udara untuk pernafasan. Oleh karena itu, bekerja dengan kedua pendingin
tersebut perlu dalam ruang yang berventilasi baik atau di ruang terbuka. Dalam transportasi di gedung
bertingkat, keduanya sama sekali tidak boleh diangkut melewati lift penumpang. Kemacetan lift yang dapat
terjadi sewakti-waktu, dapat berakibat fatal karena gas tersebut akan mendesak oksigen dan kematian tidak
dapat dihindarkan.
H. Perlakuan Terhadap Silika.
Silika dalam bentuk partikel-partikel kecil yang terserap ke dalam paru-paru dapat menimbulkan
penyakit silikosis. Percobaan-percobaan dalam kromatorgrafi lapis tipis, banyak memakai bubuk halus silika
gel. Hindarkanlah bubuk halus tersebut, karena dapat terjadi hamburan di dalam ruang udara pernafasan
kita.
Asbes juga merupakan sumber partikel silika dan dengan panjang serat sebesar 5 mikron sangat
berbahaya. Asbes sebagai bahan isolasi panas dalam laboratorium perlu dilapisi lagi dengan bahan yang
dapat mencegah partikel halus beterbangan di udara tempat kita bernafas.
Glass wool apabila tidak hancur tidaklah berbahaya bagi paru-paru. Akan tetapi serat-serat glass
wool tersebut sangat halus dan tajam serta dapat masuk ke dalam kulit apabila dipegang langsung oleh
tangan kita. Ini akan menimbulkan gatal-gatal atau sakit dan oleh karena itu memegang glass wool harus
dengan penjepit dari logam atau plastik.

I. Perlakuan Terhadap Air Raksa.


Percobaan-percobaan dengan manometer atau polarografi selalu memakai air raksa yang cukup
berbahaya karena sifat racunnya (NAB = 0,05 mg/m3). Tetesan-tetesan air raksa dapat melenting atau
meloncat tanpa dapat dilihat oleh mata kita, dan pecah berhamburan di atas meja kerja. Partikel-partikel
kecil ini juga sukar kita lihat apalagi kalau sampai masuk ke celah-celah atau retakan-retakan meja. Apabila
tidak hati-hati, maka ruang di mana kita bekerja dapat jenuh dengan uap air raksa. Udara ruangan yang
jenuh dengan uap air raksa berarti telah jauh melebihi nilai ambang batas (NAB) uap air raksa tersebut.
Untuk menghindari bahaya tesebut di atas, daerah kerja dengan air raksa perlu dipasang dulang
(tray) yang diisi air, agar percikan air raksa dapat dikumpulkan. Ventilasi yang baik sangat diperlukan, dan
apabila tidak ada, maka bekerja dalam ruangan yang terbuka jauh lebih aman daripada dalam ruangan
tertutup.
J. Bekerja Dengan Peralatan Sinar Ultraviolet dan Sinar X.
Banyak pekerjaan yang dilakukan dengan peralatan yang memancarkan cahaya ultraviolet (UV)
seperti spektrofotometer atau kromatografi lapis tipis (TLC). Cahaya ultraviolet dapat merusak, dan
terutama kerusakan pada korena mata. Oleh karena itu, harus dapat dihindarkan keterpaan cahaya
ultraviolet pada mata, baik pada saat membuka peralatan spektrofotometer maupun pada saat menyinari
noda-noda kromatografi lapis tipis (TLC) dengan cahaya ultraviolet.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Peralatan yang memakai sinar-X, seperti fluoresensi atau difraksi sinar-X, lebih berbahaya lagi
bila tidak dilakukan dengan hati-hati. Sinar-X mempunyai daya tembus yang kuat dan dapat merusak sel-sel
tubuh. Usaha untuk menghindari serta melindungi diri terhadap kemungkinan keterpaan radiasi sinar-X
(yang tak dapat dilihat oleh mata) merupakan suatu keharusan dalam bekerja dengan peralatan tersebut.
Dengan sendirinya, hal yang sama pula dilakukan bila kita bekerja dengan peralatan yang
memancarkan sinar gamma yang lebih kuat daripada snar-X.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

DIAGNOASA LABORATORIUM

Diagnosa laboratorium yang beri hasil yang baik memerlukan prosedur pemeriksaan tertentu,
seperti teknik mikroskop, penyediaan bahan untuk pemeriksaan dan pengenalan sifat-sifat dari parasit
secara umum. Pemeriksaan dipusatkan pada identifikasi parasit, telur atau larva dalam feses, darah, cairan
limfe, jaringan urine dan sekresi induk semang.
Pada beberapa penyakit diagnosa dapat dibuat dengan uji serologis yang spesifik. Terdapatnya
eosinofilis dan anemia sering diduga infeksi parasit. Perlu diingat bahwa penderita dapat menahan
beberapa parasit oleh sebab itu tanpa pemeriksaan yang sempurna spesies yang paling penting dapat
terlampaui.

PENGUMPULAN BAHAN TINJA


Bila memungkinkan feses segar, feses yang sudah lama dapat menjadikering. Membuat suspensi
menjadi sulit didiagnosa. Paling sedikit beberapa gram feses dikumpulkan untuk pemeriksaan. Karena
kandungan bahan kasar yang tinggi dari herbivora. Jika defekasi tidak mencukupi maka feses dapat diambil
secara langsung dari rektum atau defekasi dapat dipengaruhi dengan memasukan batang sabun keanus.
Jika tinja harus dikirimkan dan memerlukan waktu yang agak lama, tinja tersebut harus terlebih
dahulu diawetkan dengan formalin 10%. Penyimpanan pada alat pendingin atau termos es dapat menahan
bahan dalam keadaan baik selama beberapa hari. Bahan tinja yang akan dikirim melalui pos, kapal, titipan
kilat dsb, harus dalam tempat yang tidak bocor disertai label yang jelas dari masing-masing bahan.

PEMERIKSAAN SECARA MIKROSKOPIS


Teknik pemeriksaan secara mikroskopis meliputi beberapa cara seperti :
a. Metode ulasan sederhana
b. Metode konsentrasio kualitatif, dan
c. Metode pemeriksaan kuantitatif.
A. Metoda Ulasan Sederhana Tinja
Metode ini digunakan hanya apabila sedikit sekali bahan yang tersedia atau waktu yang tidak
mencukupi untuk pemeriksaan yang lebih lanjut. Metoda ini dilakukan sebagai berikut:
I. Bahan Pelarut Aquades
Prosedur Pemeriksaan
1. Letakan satu gelas obyek diatas kertas Koran
2. Tetesan satu tetes aqudes ditengah-tengah gelas obyek.
3. Dengan tusuk gigi atau lidi bersih yang diruncingkan ambil sedikit tinja yang hendak diperiksa
4. Aduk bahan tinja dengan aquades diatas gelas obyek sampai homogen seperti kabut tetapi
tidak terlalu banyak sehingga tulisan pada Koran yang dibawahnya dapat terbaca. Bila ada
butiran atau kotoran yang tidak diperlukan buang dengan menggunakan pinset runcing.
5. Tutup secara hati-hati dengan gelas penutup.
6. Periksa secara sistematis dimulai dengan pembesaran objektif kecil (10x) bila tidak jelas
pergunakan objektif yang lebih besar (45x)
II. Bahan Pelarut Eosin 2 %
Dengan menggunakan Eosin 2% sebagai pelarut maka dapat diketahui apakah protozoa
masih hidup atau sudah mati.
Jika masih hidup maka protoplasma tetap bening tidak mengambil warna merah dari Eosin.
Sebaliknya apabila prozoa sudah mati, protoplama menjadi berwarna merah karena mengambil
zat warna merah karena mengambil zat warna merah dari Eosin.
Produk Pemeriksaan :
1. Teteskan satu sampai dua tetes larutan Eosin 2% diatas gelas obyek.
2. Sedikit tinja tersangka diambil dengan tusuk gigi lalu disuspensikan dengan Eosin hingga
keruh
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

3. Tutup dengan gelas penutup.


4. periksa dengan mikroskop. Pergunakan denga pembesaran objektif kecil (10x), dan apabila
kurang jelas pergunakan objek yang lebih besar (45x).
III. Bahan pelarut dengan larutan Lugol (Weigert)
Larutan lugol dibuat dengan mencampur bahan-bahan sbb:
1. Teteskan satu sampai dua tetes larutan lugol di atas geles obyek.
2. Sediki tinja tersangka disuspensikan dengan larutan lugol sampai homogen.
3. Tutup dengan gelas penutup.
4. Periksa dengan mikroskop dengan pembesaran objektif 10x atau 45x.
5. Dengan cara ini protozoa akan mati segera sehingga pemeriksa dapat mengamati organel-
organel protozoa itu lebih baik, antara lain dinding sel, inti nukleolus, dan organel lain.
B. Metoda Konsentrasi Kualitatif
Teknik ini memberi hasil yang paling baik dalam diagnosa klinis secara rutin, karena akan
memeriksa sebagian besar parasit saluran, pencernaan. Metode ini cukup cepat dan dapat
kegunaannya cukup tinggi dalam diagnosa veteriner.
Untuk mengkonsentrasikan telur atau ookista dalam tinja dengan satu cairan dimana berat jenis
cairan lebih besar dari pada yang hendak diperiksa. Jadi bentuk-bentuk parasit timbul kepermukaan
dan proses ini dipercepat dengan sentrifuse.
Cairan untuk mengapungkan dapat dari berbagai komposisi. Paling banyak dianjurkan termasuk
larutan air garam, sukrosa, gliserin, sengsulfat, atau magnesium sulfat. Tetapi tidak satupun dari
larutan ini yang baik untuk protozoa. Gliserin terlalu kental mengakibatkan pengapungan sangat
lambat. Larutan air garam tidak kental tetapi cenderung menghidratasi sel sehingga merusak bentuk
protozoa. Larutan yang berat jenisnya tinggi (B.D.=1,4) akan mengapungkan terlalu banyak kotoran jadi
menggaggu pemeriksaan. Seather (1923) menganjurkan larutan gula jenuh untuk teknik pengapungan.
Berat jenis gula sheather berkisar antara 1,2 -1,3 suatu cairan pengapung yang paling baik untuk
pemeriksaan tinja secara rutin dengan metoda konsentrasi kualitatif.
Pembuatan gula SHEATHER
1. Bahan; gula pasir 454 gram
Air suling 355 ml
Fenol cair 6,7 ml.
2. Larutkan gula pasir dalam air yang disediakan sambil diaduk dan dipanaskan.
3. tambahkan cairan fenol yang diperlukan. Cairan fenol berfungsi sebagai bahan pengawet dan
mencegah tumbuhnya jamur.
I. Metoda pengapungan dengan gula (sugar flotation)
1. Buatlah suspensi 1 gram tinja dalam gelas piala dengan sedikit air, suspensi larutan sampai bisa
dituangkan.
2. Suspensi ini disaring dengan dua lapis kain kasar atau alat penyaring. Kotoran yang tertinggal
pada alat penyaring dibuang dan alat penyaring segera dibersihkan sebelum kotoran mengering.
3. Hasil saringan sesudah diaduk dengan baik dituangkan kedalam tabung sentrifuse sampai ½
volume.
4. Kepada tabung pada nomor 3 tambahkan gula sheather kira-kira 5 mm dari pinggir permukaan
atas tabung.
5. Campur kedua cairan tersebut dengan menutup tabung memakai keping penutup plastic atau jari
tangan yang bersih. Kemudian bolak-balik lima sampai enam kali atau sampai isinya homogen.
6. Tambahkan gula sheather sampai permukaan cembung lalu tutup tabung dengan gelas penutup.
Jagalah waktu menambahkan larutan gula sheather tidak ada cairan yang tumpah.
7. Letakkan tabung kealat sentrifuse. Kalau jumlah ganjil harus dibuat pengimbangannya. Sentrifuse
kira-kira 5 atau 10 menit dengan 1500 rpm. Akan lebih menyenangkan kalau alat sentrifuse
bekerja secara otomatis dan berhenti sesuai dengan waktu yang ditentukan.
8. Angkat gelas penutup itu dan letakkan diatas gelas obyek.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

9. Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran objektif kecil (10x), bila tidak jelas pergunakan
objektif yang lebih besar (45x).
II. Metoda pengapungan dengan ZnSO4
1. Buatlah suspensi kira-kira 1 gram tinja dalam gelas piala dengan air.
2. Saring suspensi dengan dua lapis kain kasar
3. Kira-kira 4 ml hasil saringan dimasukkan kedalam tabung sentrifuse, kemudian tambahkan air kran
sampai kira-kira 1 cm dari pinggir permukaan atas tabung.
4. Campur kedua cairan tersebut (lihat metoda pengampunan dengan gula), lalu sentrifuse selama 5
atau 10 menit dengan 1500 rpm.
5. Keluarkan cairan supernatanya.
6. Tambahkan sedikit larutan ZnSO4 33%
7. Campur larutan ZnSO4 dengan gelas pengaduk atau dengan lidi bersih, lalu tambahkan lagi larutan
ZnSO4 sampai kira-kira 5mm dari permukaan atas tabung, kemudian kocok (lihat metoda
pengampunan dengan gula).
8. Tambahkan larutan ZnSO4 sampai permukaan cembung, lalu tutup tabung tersebut dengan gelas
penutup. Jagalah waktu menambah larutan ZnSO4 tidak ada cairan yang tumpah.
9. Sentrifuse selama 5 menit dengan 1500 rmp.
10. Angkat gelas penutup itu dan letakkan diatas gelas obyek.
11. Priksa dibawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10x atau 45x.
Larutan ZnSO4 33% dibuat dengan mencampur bahan-bahan sbb:
ZnSO4. 7H2O 331 gr.
Air suling 1000 ml
(B.D. Larutan ini sebesar 1.18)
III. Metoda pengapungan dengan NaCl jenuh
1. Buatlah suspensi kira-kira 1 gr tinja dalam gelas piala dengan air
2. Saring suspensi dengan dua lapis kain kasar dan tampung hasil saringan kedalam gelas piala lain.
3. Biarkan selama beberapa jam atau lebih baik selama satu malam.
4. Supernatan dari endapan secara hati-hati diambil dengan pipet hingga tinggal kira-kira 0,5 61 cm
di atas endapan
5. Endapan dan sisa supernatan itu diaduk hingga homogen kemudian dituangkan kepada beberapa
tabung sentrifuse selanjutnya disentifuse selama 3 menit dengan 1500rmp
6. Supernatan kemudian dibuang.
7. Tuangkan kedalam masing-masing tabung sentrifuse larutan NaCl jenuh dan aduk hingga
homogen, sentrifuse kembali selama 3 menit dengan 1500 rpm.
8. Ambil supernatant paling atas dengan pipet dan letakkan dalam gelas piala.
9. Diamkan selama satu malam.
10. Supernatan dari endapan diambil pelan-pelan pada pagi harinya.
11. Endapan yang ada pada dipusing selama 3 menit dengan kecepatan 1500 rpm.
12. Endapan yang terjadi adalah kista protozoa yang terkumpul dan dapat diperiksa secara
mikroskopis.
C. Metoda Pemeriksaan Kuantitatif
Berbagai metoda telah disarankan untuk menghitung jumlah telur-telur parasit atau dalam
menentukan pengaruh percobaan dalam pemakaian obat untuk mengeluarkan parasit seluruh
pencernaan. Metoda ini kurang memuaskan, dalam menentukan diagnosa klinis.

Pemeriksaan Dengan Pewarna


Berdasarkan dengan cara langsung, pada pemeriksaan ini protozoa terlebih dahulu difiksasi
kemudian dilakukan proses pewarnaan. Beberapa cara akan diuraikan disini terutama yang telah
banyak dilakukan di laboratorium dengan maksud agar sediaan (preparat) yang dihasilkan bagus dan
tahan lama antara lain:
1. Pewarna dengan HEMATOXILIN menurut HEIDENHAINS
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Prosedur Pemeriksaan:
1) Buat sediaan ulas di atas gelas penutup, kemudian keringkan.
2) Masukkan kedalam Sublimat alkohol (Schaudin) suhu 50-60oC selama 10 menit.
3) Pindahkan kedalam alkohol 70% selama 30 menit.
4) Pindahkan kedalam jod-alkohol selama 15 menit (Alkohol 70%) ditambah jodium sampai
warnanya coklat kemerah-merahan).
5) Pindahkan kedalam alkohol 70% selama 30 menit.
6) Pindahkan kedalam Sulfas Ammonico Ferricus 3% selama 60 menit.
7) Pindahkan kedalam air suling selama 15 menit.
8) Masukkan kedalam cairan zat warna Heidenhains Hematoxylin 11/2% selama 15,30 dan 60
menit (sesuai dengan bahannya).
9) Cuci dalam air mengalir selama 15 menit.
10) Masukkan ke dalam sulfas Amonico Fercicus 1/1/2% selama 2 menit (kalau warnanya terlalu
gelap).
11) Cuci dalam air mengalir selama 15 menit sampai bersih
12) Pindahkan ke dalam alkohol 70% sebentar.
13) Pindahkan ke dalam alkohol 80% sebentar.
14) Pindahkan ke dalam alkohol 96% sebentar 2x.
15) Pindahkan ke dalam alkohol 100% sebentar 2x.
16) Pindahkan ke dalam xylol 2x7 menit.
17) Dengan Canada Balsam letakan di atas gelas obyek.
2. Pewarnaan dengan perendaman perak kering menurut KLEIN (1926)
1) Buat sediaan ulas di atas gelas penutup, kemudian keringkan di udara
2) Masukkan dalam perak nitrat (AgNO3) 2% selama 6-8 menit.
3) Cuci dengan air suling sampai bersih.
4) Biarkan dalam porselen putih berisi air suling selama 2-8 jam supaya kena sinar matahari.
5) Sambil dikontrol tiap-tiap kali dibawah mikroskop
6) Kemudian cuci bersih dan keringkan diudara.
7) Dengan Canada Balsam letakan di atas gelas obyek.
3. Pewarna dengan perendaman perak basah, modifikasi CELEI dan HOWATH (1931)
1) Dalam tabung sentrifuse letakan ciliate ditambah larutan sublimate formaldehyde (95 ml
sublimate jenuh ditambah 5 ml formaldehid) selama 5-10 menit.
2) Cuci bahan tersebut dua kali:
a. Dengan air yang tak mengandung chlor
b. Dengan air suling
1
3) Masukan bahan tersebut dalam larutan perak nitrat (AgNO3) 1 − 2% selama 5-20 menit.
2
4) Tampa dicuci biarkan larutan tadi kena sinar matahari selama 10-60 menit dalam air suling.
5) Cuci bahan tersebut dengan air suling 4-6 kali, satu menit tiap kali mencuci.
6) Masukan ke dalam alkohol 10% selama 10 menit.
Masukan ke dalam alkohol 20% selama 10 menit.
Masukan ke dalam alkohol 50% selama 15 menit.
Masukan ke dalam alkohol 70% selama 5 menit.
Masukan ke dalam alkohol 80% selama 5 menit.
Masukan ke dalam alkohol 90% selama 15 menit.
Masukan ke dalam alkohol 100% selama 15 menit.
Masukan ke dalam Xylol selama 10 menit.
7) Dengan Canada Balsam tutupkan di atas gelas obyek
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

PEMERIKSAAN BAHAN DARAH

Perubahan dalam butir-butir darah merah dan komposisi kimia darah dan reaksi serologi dapat membantu
dalam mendiagnosa infeksi parasit dan dalam mengevaluasi kondisi umum pasien. Bebagai metode teknik
yang dilakukan dalam penentuan hemoglobin, jumlah butir-butir darah, hemolysis, koagulasi sifat kimia
darah diberikan dalam buku standart hematologi dan kimia darah. Pemeriksaan darah untuk menemukan
infeksi parasit mensyaratkan suatu pengetahuan teknin yang diperlukan dan morfologi normal dan abnormal
darah.

Paling banyak perubahan dalam morfologi darah adalah reduksi dalam hemoglobin dan jumlah eritrosit dan
menaiknya jumlah eosinofil.

Pemeriksaan darah segar bertujuan untuk memeriksa trypanosome yang hidup dan pengamatan ini akan
lebih baik apabila digunakan mikroskop fase kontras. Usapan darah harus diwarnai dengan salah satu
pewarnaan darah apabila organisme banyak usapan darah tipis diperlukan dan mngkinkan pemeriksaan
yang lebih memuaskan. Gelas obyek harus benar-benar bersih dan usapan darah disebar dengan merata
dan tipis usapan darah tebal memungkinkan butir-butir darah merah lebih banyak diperiksa tetapi
memerlukan perhatian yang lebih khusus usapan darah tebal tidak dapat dilakukan dengan darah unggas
atau onta karena eritrosit berinti usapan darah tebal dilakukan dehemoglobinisasi sebelum diwarnai dan ini
dapat dilakukan dengan meletakkan usapan darah dalam air suling sampai warnanya menghilang usapan
darah ini kemudian difikasasi dengan methanol dan dapat diwarnai dengan pewarnaan tertentu untuk
memeriksa hasil yang baik atur pH zat warna untuk darah mamalia pH 7,2 sedang untuk darah unggas pH
6,8.

Pengambilan sample darah


Umumnya diperlukan sedikit darah untuk pemeriksaan parasit protozoa atau perhitungan butir-butir
darah untuk ini dapat diambil dari telinga atau ekor apabila diperlukan dalam jumlah yang banyak maka
dilakukan pengambilan darah melalui pena pengambilan darah trifer yang diambil dari telinga atau ekor
maka orang tersebut dibersihkan dari kotoran atau kerak-kerak dengan alkohol dan biarkan kering
kemudian bluh darah dibendung lalu dilakukan tusukan kepada pena atau kerataan pada buluh darah
dipena ekor dengan pisau operasi stril.

Bahan Darah Untuk Pemeriksaan


Sediaan darah yang baik adalah penting dalam identifikasi parasit protozoa dalam darah segar parasit
protozoa dapat diketahui dengan gerakan parasit atau dengan goncangan eritrosit usapan tipis yang
diwarnai memungkinkan diferensiasi thesis usapan darah tebel menghasilkan konsentrasi parasit yang
lebih tinggi oleh karena itu sangat behrguna apabila usapan tipis negatif usapan dari darah yang
disentrifuse juga menghasilakn konsentrasi parasit yang lebih tinggi pada umumnya untuk diagnosa
yang baik perlu membuat satu atau dua sediaan darah segar untuk dipriksa secara langsung dua atau
tiga usapan tipis yang paling sedikit usapan tebal untuk setiap pemeriksaan usapan darah yang
diwarnai dapat mengandung benda-benda yang dapat disalahkan dengan protozoa terutama parasit
malaria butir-butir darah putih dengan melakukan pinggir yang teratur berwarna ungu dan kadang-
kadang penonjolan bersifat filament dapat diklirukan dengan protozoa flagelata dan tidak jarang apabila
terletak pada butir-butir darah merah dikacaukan dengan plasmodia usapan darah dapat mengandung
bahan luar dari gelas obyek yang kotor kulit pasien endapan zat warna dan dari debu yang
mengandung bakteri jamur dan tepung sari endapan zat warna butiran leukosit yang mengalami
regenerasi dapat membingungkan dengan parasit malaria. Butir-butir darah putih dengan lekukan
pinggir dengan teratur berwarna ungu dan kadang-kadang penonjolan bersifat filament dapat diklirukan
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

dengan protozoa flagelata dan tidak jarang apabila terletak pada butir-butir darah merah dikacaukan
dengan plasmedia usapan darah dapat mengandung bahan luar dari gelas objek yang kotor kulit
pasien endapan gas warna dan dari debi yang mengandung bakteri jamur dan tepung sari endapan zat
warna butiran leukosit yang mengalami regenerasi dapat membingungkan dengan parasit malaria.
Pemeriksaan Langsung Darah Segar
Sediaa darah segar berguna untuk memeriksa parasit tripanosoma malaria larfa mikrofilaria dan larfa
cacing lain pemeriksaan ini dilakukan :
1. Letakkan satu tetes darah segar diatas gelas obyek jika tetesan dapat diambil langsung dari
pasien glas obyek tidak menyentuh kulit
2. Tutup dengan gelas penutup tekan sedikit sehingga bagian tengah sediaan tipis hampir tidak
berwarna
3. Periksa dengan menggunakan pembesaran objektif 10x atau 45x.
a. Usapan darah tipis
Sediaan ucapan darah tipis apabila diwarnai memungkinkan pemeriksaan morfologi darah dan
parasit protozoa diagnosa penyakit seperti tripanosoma, anaplasma, theileria, babesia, dan
malaria didasarkan pada penelitian morfologi parasit dan hubungannya dengan butir-butir
darah merah metoda membuat usapan darah tipis adalah sbb:
1) Sentuhan ujung gelas objek yang bersih kepada tetesan darah yang kecil dari telinga dan
dijaga tidak menyentuh kulit
2) Letakkan gelas obyek dengan posisi mendatar dan pegang kuat diantara ibu jari dengan
jari telunjuk tangan kiri.
3) Pilih gelas obyek mengulas yang pinggir ujungnya halus sentuhkan pingir kaca penyebar
terhadap bagian tetesan darah pada gelas obyek pertama sehingga darah akan
menyebar sepanjang garis kontak diantara kedua gelas obyek.

a.d. Usapan darah tipis


a. Kaca alas penyebar dengan tetesan darah di ujungnya
b. Letakkan kaca penyebar pada kaca alas yang lain dengan sudut miring, dan
darah menyebar pada garis persentuhan.
c. Buat usapan dengan mendorong penyebar seperti pada arah panah
d. Usapan darah tipis sudah sempurna

e.f. Usapan darah tebal


e. Tetesan darah letakkan pada kaca alas.
f. Sebarkan darah dengan sudut kaca alas menjadi usapan darah tebal.
g.h. Usapan darah tebel dan tipis digabung pada satu kaca alas.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

4) Dengan gerakan tetap yang cepat dorng penyebar panjang gelas obyek pertama dengan
posisi 30-45o dengan cara ini darah ditarik penyebar dalam ulasan yang tipis dan berhenti
bergerak sebelum mencapai ujung gelas obyek (Gb.2,1)
5) Keringkan usapan diudara yang bebas debu. Parasit dan leucocyt biasanya lebih banyak
diujung ulasan.

b. Metode Kaca Penutup


1) Letakkan satu tetes kecil darah pada gelas penutup pertama. Pegang dengan ibu jari dan
telunjuk tangan kiri
2) Turunkan gelas penitup kedua secara mendatar kepada gelas penutup pertama dengan
jari yang sama dari tangan kanan tumbuh sampai darah menyebar diantara kedua gelas
penutup
3) Pisahkan dengan menarik secara perlahan-lahan yang arahnya sejajar dengan
permukaan gelas penutup hasilnya terbentuk dua usapan darah tipis.
c. Usapan Darah Tebal
Usapan darah tebal adalah berguna apabila jumlah parasit sedikit dan usapan darah tipis
hasilnya negatif terutama berguna untuk memeriksa plasmodium dan survei penyakit malaria
juga berguna untuk memeriksa tripanosoma anaplasma theilaria, babesia, lapisan tebal tidak
berarti tetesan tebal tetapi usapan darah dengan ketebalan 50 mikron atau kurang tetapi
masih transparan untuk pemeriksaan secara mikroskopis apabila hemoglobin dikeluarkan.
Metode membuat usapan darah tebal adalah sebagai berikut:
1) Letakkan satu tetes penut darah pada obyek gelas yang bersih.
2) Sebarkan darah secara mendatar dengan diameter kira-kira 10 mm dengan sudut gelas
obyek, jarum, tusuk gigi atau alat lain dengan gerakan memusat. Jika darah diperoleh
dengan pipa kapiler maka usapan darah ukuran dan kekebalan yang diinginkan dapat
dibuat pembiatan ini harus segera dilakukan
3) Biarkan usapan mengiring selama 1/12 jam dalam inkubator 37oC atau selama satu
malam pada suhu kamar yang bebas debu usapan harus dikeringkan dalam waktu yang
cukup lama supaya melekat kepada gelas obyek. Didaerah tropis yang lembab waktu
pengeringan dapat diperpanjang
4) Untuk metoda pewarnaan Giemsa, hemolisis dari butir-butir darah merah dan pewarnaan
berlangsung secara bersamaan.

Metoda Pewarnaan Usapan Darah


Pewarnaan Romanowsky adalah bisa digunakan untuk mewarnai parasit protozoa dan
butir-butir darah senyawa warna ini mengandung asma dan sifat-sifat dasar pewarnaan, yaitu
larutan methyl alkholik yang penting dari methyllene blue lusianat suatu gabungan methyllene blue
khlorida dasar (warna) dan sodium eosinat (pewarna asam) berbagai modifikasi pewarna
Romanowski yang umum digunakan pewarna wringht leishman dan Giemsa pewarna ini akan baik
sekali hasilnya apabila pH pelarut berkisar 7,0. Sifat zat warna bersifat asam berwarna merah dan
dalam pewarnaan dan dalam pencucuian zat warna spesimen buffer dapat dipersiapkan dalam
beberapa nilai pH sekitar netral dengan mencampur stok larutan M/15 Na2HPO4 0,9% dan M/15
Na+O4H2O 0,92% dalam perbandingan sebagai berikut :
Ph Na2 H PO4 Na H2 PO4 H2O Air suling
6,8 49,6 ml 50,4 ml 900 ml
7,0 61,1 ml 38,9 ml 900 ml
7,2 72,0 ml 28,0 ml 900 ml
7,4 80,3 ml 19,7 ml 900 ml
1. Metoda pewarnaan dengan Giemsa untuk usapan darah tipis
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Metoda pewarnaan dengan Giemsa memberi hasil yang paling memuaskan untuk plasmodia,
theileria, babesia dan trypanosoma. Pewarnaan yang kuat dengan mencuci akan membaeri hasil
yang paling baik, karena kontras warna tergantung pada lamanya pencucian akhir. Keseimbangan
warna juga tergantung pada pH larutan buffer.
Prosedur:
1. Buat preparat ulas yang tipis kemudian keringkan diudara.
2. fixasi dalam methyl alcohol selama 3 menit
3. kaca alas tanpa dikeringkan masukkan kedalam zat warna giemsa 10% selama 30 menit
4. cuci dengan cairan buffer atau air kran dan keringkan dengan mendirikan pada salah satu sisi
ujungnya.
5. periksa dibawah mikroskop dengan menggunakan olimersi

cara pembuatan larutan Giemsa 10%


larutan paket Giemsa 1ml
buffer pH 7,0 9ml

larutan yang dipakai harus selalu yang baru dan segera digunakan.
2. metode pewarnaan dengan giemsa untuk usapan darah tebal
dalam pewarnaan darah tebal, lisis dan pewarnaan adalah bersamaan, walaupun di
dehemoglobinisasi dapat diwarnai. Usapan tidak boleh difiksasi dan harus benar-benar
kering, dapat dikeringkan lebih lama didaerah tropis yang lembab

prosedur :
1. buat usapan darah tebal kemudian keringkan diudara selama 4-8 jam lindungi dari
serangga dan debu
2. susun kaca alas yang bertolak belakang dalam botol pewarnaan (staining jar)
3. tuangkan larutan giemsa 10% dalam larutan buffer fosfat PH antara 7,0-7,2 dan
warna selama 30 menit.
4. kelurkan kaca alas satu demi satu dan cuci dengan mengayunkan secara perlahan-
lahan dalam air bersih selama 2 sampai 3 detik sehingga usapan tidak hilang.
Dilarang mencuci usapan darah tebal dibawah air kran mengalir
5. dirikan kaca alas satu demi satu pada ujungnya supaya mongering. Kipas angin
dapat pengeringan.
3. pewarnaan dengan giemsa may grunwald
prosedur :
1. sedian ulas yang telas dikeringkan diudara tuangkan diatasnya beberapa tetes cairan
may grunwald, diamkan selam 3 menit kemudian teteskan air suling selama 1 menit
2. buang cairannya
3. tuangkan diatasnya cairan giemsa 10% selama 15 menit
4. cuci dengan air biasa, keringkan dengan cara mendirikan pada salah satu ujungnya.
Cara membuat cairan may grunwald
1. bahan : may grunwald kristal farbstoff 0,25 gram
Methyl alcohol 100 ml
2. campur kedua bahan tersebut kemudian panaskan diatas penggasair suhu 60oC
3. dinginkan, kemudian disaring dan disimpan dalam botol bewarna coklat.

4. pewarnaan dengan larutan Wright


prosedur :
1. usapan darah yang telah kering tutup dengan larutan wright diamkan selama 1 menit
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

2. tambahkan diatasnya air suling atau larutan buffer (pH 6,8)sama banyaknya dengan
larutan wright tadi dengan tetes demi tetes sampai kotoran bewarna metalik
kehijauan timbul kepermukaan. Pewarnaan biasanya berlangsung selama 3 menit,
tetapi waktu pewarnaan bergam sesuai dengan umur zat warna.
3. cuci dengan membanjiri dengan air suling, larutan buffer, atau air kran kira-kira 20
detik
4. keringkan dengan mendirikan gelas obyek pada salah satu ujungnya.
5. jika sediaan pada gelas penutup, maka dengan canda balsam tutupkan diatas gelas
obyek.
6. pada pewarnaan usapan darah tebal tetesi buffer pH 7,8 sampai terjadi lisis
selanjutnya bilas dengan air suling secara pelan-pelan dan kemudian ikuti teknik
yang sama seperti untuk usapan tipis.
Cara membuat larutan wright
Bahan : bubuk zat warna wright……………………………….…0,3 gram
Glycerol, C.P., netral …………………………….…… 3 ml
Methyl alcohol, absolute dan bebas aseton……….97ml
Gerus bubuk wright dengan glyseroi dalam lumpang, kemudian tambahkan methyl alcohol.
Campuran simpan dalam botol berwarna coklat bertutup rapat pada suhu dikamar ditempat gelap selama
satu minggu sedikit disaring sebanyak yang diperlukan. Zat warna ini semakin baik jika umurnya semakin
tua.

Metode konsentrasi untuk trypanosome


Prosedur :
1. tambahkan 9 ml darah kepada satu ml sodium sitrat 5 % dalam NaCl phisiologis untuk mencegah
penggumpalan.
2. sering melalui kain kasa kedalam tabung sentrifuse.
3. sentrifuse selama 10 menit dengan 1500 rpm (rotasi/menit).
4. keluarkan dan periksa specimen dari lapisan yang kekuning-kuningan antara butir-butir darah
supernatant, atau pindahkan seluruh lapisan leukosit yang berwarna krim dan supernatant
ketabung lain dan sentrifus selama 20 menit dengan 2.000 rpm.
5. keluarkan supernatan dan periksa sedimen, atau hemolisa butir-butir darah merah dengan
menambahkan air suling atau 2% asam asetat dan sentrifuse lagi.
6. buat preparat ulas dari sedimen dan warnai dengan giemsa

metoda sentrifuse untuk tripanosoma dalam cairan cerebrospinal


prosedur :
1. sentrifuse 5 ml cairan spinal selama 15 menit dengan 1500 rpm.
2. langsung periksa sedimen
3. buat preparat ulas dan warnai dengan giemsa

artifak
perlu hati-hati pada benda-benda yang membingungkan seperti jamur, tanaman, atau sel jaringan
dengan amoeba. Beberapa artifak yang bisa diperkirakan ditemukan dalam fses dapat dilihat
dalam gambar 2.2 dan 2.3
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Gb.2.2 Struktur tanaman yang terlihat dalam fases; 1,2, Kumpulan butiran tepung; 3, rambut
tanaman; 4,6, baha tanaman yang tidak berbentuk, terlihat dari luar menyerupai telur atau
kista protozoa:
5, spiral tanaman (Markell & Voge 1981)

Gb. 2.3. Berbagai struktur yang dapat dilihat banyak sediaan fases; 1,2,4,
Blastocystis hominis; 3, 5, 6, 7, 8 berbagai jamur; 9, 11,
sel-sel yang lepas dari mukosa rektal; 10, makrofag yang rusak
tanpa inti; 12, 13, leukosit berinti polymorph; 14, 15, tepung
sari (Markell & Voge, 1981)
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

PENGUMPULAN SAMPEL DARAH


Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomy yang berarti proses
mengeluarkan darah. Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah,
yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri atau
nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy
sering dikaitkan dengan venipuncture.
PENGAMBILAN DARAH VENA

Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya


diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak
dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak
memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture
pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri
brachialis dan syaraf median.
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat
dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat
hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.
Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :
• Lengan pada sisi mastectomy
• Daerah edema
• Hematoma
• Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
• Daerah bekas luka
• Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular
• Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah menjadi lebih
encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual dilakukan
dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum
(vacutainer).

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :
• Pemasangan turniket (tali pembendung)
o pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan hemokonsentrasi
(peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat (protein
total, AST, besi, kolesterol, lipid total)
o melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma
• Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan masukknya udara
ke dalam tabung dan merusak sel darah merah.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

• Penusukan
o penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga
dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga
berpotensi menyebabkan hematoma.
o tutukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor
dengan akibat hematoma
• Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat kontaminasi
oleh alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan
penusukan.

Pengambilan Darah Vena dengan Syring

Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring) merupakan cara yang masih lazim
dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah
sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum.
Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran terbesar sampai dengan terkecil adalah
: 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G.

Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien dengan vena
yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil).

Prosedur :
• Persiapkan alat-alat yang diperlukan : syring, kapas alkohol 70%, tali pembendung (turniket),
plester, dan tabung. Untuk pemilihan syring, pilihlah ukuran/volume sesuai dengan jumlah sampel
yang akan diambil, pilih ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan jarum terpasang dengan erat.
• Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin.
• Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
• Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat
tertentu, tidak puasa dsb.
• Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
• Minta pasien mengepalkan tangan.
• Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
• Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan
posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena
tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5
menit daerah lengan.
• Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering.
Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
• Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum telah masuk ke
dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam semprit (dinamakan flash). Usahakan sekali
tusuk kena.
• Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan
tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan
untuk pemeriksaan.
• Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa sat
lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.

Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum


Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD (Becton-Dickinson) di bawah nama
dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir
ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.

Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum pada
sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior ditancapkan pada tabung. Jarum
posterior diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir keluar.
Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum pada sebuah holder dan memudahkan pada saat
mendorong tabung menancap pada jarum posterior.

Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah, tak perlu membagi-bagi sampel darah ke dalam
beberapa tabung. Cukup sekali penusukan, dapat digunakan untuk
beberapa tabung secara bergantian sesuai dengan jenis tes yang
diperlukan. Untuk keperluan tes biakan kuman, cara ini juga lebih
bagus karena darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke
dalam tabung yang berisi media biakan kuman. Jadi, kemungkinan
kontaminasi selama pemindahan sampel pada pengambilan
dengan cara manual dapat dihindari.
Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil,
bayi, atau jika vena tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika
pasien gemuk. Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa digunakan
jarum bersayap (winged needle).

Jarum bersayap atau sering juga


dinamakan jarum “kupu-kupu” hampir sama dengan jarum vakutainer seperti yang disebutkan di atas.
Perbedaannya adalah, antara jarum anterior dan posterior terdapat dua buah sayap plastik pada pangkal
jarum anterior dan selang yang menghubungkan jarum anterior dan posterior. Jika penusukan tepat
mengenai vena, darah akan kelihatan masuk pada selang (flash).
Prosedur :
• Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum, kapas alkohol 70%, tali pembendung (turniket),
plester, tabung vakum.
• Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
• Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin.
• Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
• Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat
tertentu, tidak puasa dsb.
• Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
• Minta pasien mengepalkan tangan.
• Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
• Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan
posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5
menit daerah lengan.
• Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering.
Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
• Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan tabung ke dalam
holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan
mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir. Jika memerlukan
beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu
seterusnya.
• Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-
kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
• Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa sat
lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.

Menampung Darah Dalam Tabung

Beberapa jenis tabung sampel darah yang digunakan dalam praktek laboratorium klinik adalah sebagai
berikut :
• Tabung tutup merah. Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi beku dan
serum dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah,
imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test)
• Tabung tutup kuning. Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang fungsinya
memisahkan serum dan sel darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel
dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah,
imunologi dan serologi
• Tabung tutup hijau terang. Tabung ini berisi gel separator (plasma separator tube/PST) dengan
antikoagulan lithium heparin. Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan sel
darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.
• Tabung tutup ungu atau lavender. Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch)
• Tabung tutup biru. Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan
koagulasi (mis. PPT, APTT)
• Tabung tutup hijau. Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk
pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.
• Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya digunakan untuk
pemeriksaan trace element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.
• Tabung tutup abu-abu terang. Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat, digunakan
untuk pemeriksaan glukosa.
• Tabung tutup hitam ; berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED (ESR).
• Tabung tutup pink ; berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan imunohematologi.
• Tabung tutup putih ; potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler/PCR dan bDNA.
• Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas ; berisi media biakan, digunakan untuk
pemeriksaan mikrobiologi - aerob, anaerob dan jamur
Beberapa hal penting dalam menampung sampel darah adalah :
• Darah dari syring atau suntikan harus dimasukkan ke dalam tabung dengan cara melepas jarum
lalu mengalirkan darah perlahan-lahan melalui dinding tabung. Memasukkan darah dengan cara
disemprotkan, apalagi tanpa melepas jarum, berpotensi menyebabkan hemolisis. Memasukkan
darah ke dalam tabung vakum dengan cara menusukkan jarum pada tutup tabung, biarkan darah
mengalir sampai berhenti sendiri ketika volume telah terpenuhi.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

• Homogenisasi sampel jika menggunakan antikoagulan dengan cara memutar-mutar tabung 4-5
kali atau membolak-balikkan tabung 5-10 kali dengan lembut. Mengocok sampel berpotensi
menyebabkan hemolisis.
• Urutan memasukkan sampel darah ke dalam tabung vakum adalah : pertama - botol biakan
(culture) darah atau tabung tutup kuning-hitam kedua - tes koagulasi (tabung tutup biru), ketiga -
tabung non additive (tutup merah), keempat - tabung tutup merah atau kuning dengan gel
separator atau clot activator, tabung tutup ungu/lavendet (EDTA), tabung tutup hijau (heparin),
tabung tutup abu-abu (NaF dan Na oksalat)

PENGAMBILAN DARAH KAPILER

Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang berarti proses pengambilan
sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang digunakan untuk pengambilan darah kapiler adalah :
• Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga.
• Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick) pada 1/3 bagian tepi telapak kaki atau ibu jari
kaki.
• Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan peredaran, seperti vasokonstriksi
(pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti atau sianosis setempat.
Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang memerlukan sampel dengan volume kecil,
misalnya untuk pemeriksaan kadar glukosa, kadar Hb, hematokrit (mikrohematokrit) atau analisa gas darah
(capillary method).

Prosedur
• Siapkan peralatan sampling : lancet steril, kapas alcohol 70%.
• Pilih lokasi pengambilan lalu desinfeksi dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering.
• Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
• Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga darah tidak harus diperas-peras keluar.
Jangan menusukkan lancet jika ujung jari masih basah oleh alkohol. Hal ini bukan saja karena
darah akan diencerkan oleh alkohol, tetapi darah juga melebar di atas kulit sehingga susah
ditampung dalam wadah.
• Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan memakai kapas kering, tetes berikutnya
boleh dipakai untuk pemeriksaan.
• Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama dan jangan diperas-peras untuk mencegah
terbentuknya jendalan.

Pengambilan Darah Arteri

Pengambilan darah arteri umumnya menggunakan arteri radialis di daerah pergelangan tangan. Jika tidak
memungkinkan dapat dipilih arteri brachialis di daerah lengan atau arteri femoralis di lipat paha.
Pengambilan darah harus dilakukan dengan hati-hati dan oleh tenaga terlatih.
Sampel darah arteri umumnya digunakan untuk pemeriksaan analisa gas darah.

Prosedur
• Siapkan peralatan sampling di tempat/ruangan dimana akan dilakukan sampling.
• Pilih bagian arteri radialis.
• Pasang tali pembendung (tourniquet) jika diperlukan.
• Lakukan palpasi (perabaan) dengan jari tangan untuk memastikan letak arteri.
• Desinfeksi kulit yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering. Kulit yang telah
dibersihkan jangan dipegang lagi.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

• Tekan bagian arteri yang akan ditusuk dengan dua jari tangan lalu tusukkan jarum di samping
bawah jari telunjuk dengan posisi jarum tegak atau agak miring. Jika tusukan berhasil darah
terlihat memasuki spuit dan mendorong thorak ke atas.
• Setelah tercapai volume darah yang dikehendaki, lepaskan/tarik jarum dan segera letakkan kapas
pada tempat tusukan lalu tekan kapas kuat-kuat selama ±2 menit. Pasang plester pada bagian ini
selama ±15 menit.
PENGECATAN GRAM
Pengecatan Gram merupakan salah satu teknik pengecatan yang dikerjakan di laboratorium mikrobiologi
untuk kepentingan identifikasi mikroorganisme. Morfologi mikroskopik mikroorganisme yang diperiksa dan
sifatnya yang khas terhadap pengecatan tertentu (pengecatan Gram) dapat digunakan untuk identifikasi
awal. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan biaya murah serta, dalam kasus tertentu, dapat
membantu dokter untuk memulai terapi suatu penyakit tanpa menunggu hasil kultur. Metode pengecatan
tersebut pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884. Dengan metode pengecatan Gram,
bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi
atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding
selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak
mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp.

PERSIAPAN

Sebelum dilakukan pengecatan Gram, tentu harus disiapkan bahan (spesimen) yang akan diperiksa. Bahan
yang akan diperiksa, dapat berasal dari : 1) langsung dari penderita dapat berupa sputum (dahak), pus
(nanah), discharge telinga, discharge hidung, urin dan cairan serebrospinal.

Spesimen yang akan dicat, sebelumnya dibuat sediaan atau preparat (smear) terlebih dulu. Pengertian
preparat adalah sampel spesimen yang diletakkan atau dioleskan pada permukaan gelas obyek (object
glass) atau slides, dengan atau tanpa pewarnaan, yang selanjutnya dapat diamati di bawah mikroskop.
Pembuatan preparat

Alat dan bahan yang diperlukan adalah :


Alat :
Ose atau kapas lidi steril
Gelas obyek
Lampu spiritus
Bahan :
Bahan yang akan diperiksa.

Untuk bahan yang berbeda, memerlukan cara pembuatan preparat yang berbeda pula. Berikut cara
pembuatan preparat untuk berbagai sumber bahan.

a.1. Bahan langsung dari penderita


Bahan disentrifuge terlebih dulu, kemudian endapannya dibuat preparat. Bahan yang
berupa endapan (pellet) hasil sentrifuge tersebut diambil dengan ose steril atau kapas lidi steril
kemudian digoreskan pada gelas obyek setipis mungkin. Panaskan gelas obyek di atas nyala api
lampu spiritus sambil diayunkan secukupnya (jarak preparat sampai nyala api kira-kira 20 cm),
sampai preparat tersebut kering. Setelah kering, teteskan formalin 1 % tunggu selama 5 menit dan
keringkan sekali lagi. Setelah betul-betul kering, preparat siap dicat.

a.2. Bahan dari biakan cair


Ambil gelas obyek yang bersih dan steril, bebaskan dari lemak dengan memanaskan di
atas nyala api spiritus. Ambil kuman dari biakan cair (yang sebelumnya telah diaduk secara steril)
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

dengan menggunakan ose steril, ratakan pada gelas obyek sehingga membentuk diameter kira-
kira 1-2 cm. Preparat yang sudah dibuat kemudian dikeringkan dan ditetesi formalin dengan cara
seperti pembuatan preparat langsung.

a.3. Bahan dari media pertumbuhan padat


Ambil gelas obyek yang bersih dan steril, bebaskan dari lemak dengan memanaskan di
atas nyala api spiritus. Teteskan satu ose kaldu atau NaCl pada gelas obyek tersebut. Dengan ose
steril, ambil satu koloni kuman dan ratakan pada gelas obyek sehingga membentuk diameter 1 – 2
cm, campur dengan kaldu tadi sampai homogen kemudian tipiskan. Selanjutnya dikerjakan
sebagaimana membuat preparat dengan bahan berasal dari penderita.

Prinsip yang selalu harus diingat dan dipatuhi adalah : Selalu mensterilkan ose, pada saat akan dipakai dan
setelah dipakai. Letakkan ose pada tempatnya, jangan diletakkan di sembarang tempat (misal di atas meja)
Jangan memegang mata (ujung) ose dengan tangan. Usahakan tidak banyak bicara pada saat kerja.

Cat Gram
Cat Gram yang digunakan terdiri dari 4 macam, yaitu cat Gram A, B, C dan D. Masing-masing mempunyai
komposisi dan fungsi yang berbeda. Komposisi dan fungsi masing-masing cat Gram, adalah sebagai berikut
:
Cat Gram A
Cat ini terdiri atas :
Kristal violet : 2 gram
Etil alkohol 95 : 20 ml
Ammonium oksalat : 0,8 gram
Akuades : 80 ml

Cat Gram A berwarna ungu (karena mengandung kristal violet). Cat Gram A merupakan cat primer yang
akan memberi warna mikroorganisme target. Pada saat diberi cat ini, semua mikroorganisme akan
berwarna ungu sesuai warna cat Gram A.

Cat Gram B

Cat ini terdiri atas :


Yodium : 1 gram
Kalium Yodida : 2 gram
Akuades : 300 ml

Cat Gram B berwarna coklat. Cat Gram B merupakan cat Mordan, yaitu cat atau bahan kimia yang
berfungsi memfiksasi cat primer yang diserap mikroorganisme target. Akibat pemberian cat Gram B, maka
pengikatan warna oleh bakteri akan lebih baik (lebih kuat).

Cat Gram C
Cat ini terdiri atas :
Aseton : 50 ml
Etil alkohol 95 % : 50 ml

Cat Gram C tidak berwarna. Cat ini berfungsi untuk melunturkan cat sebelumnya. Akibat pemberian cat C
akan terjadi 2 kemungkinan :
Mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna ungu, karena tahan terhadap alkohol. Ikatan antara cat
dengan bakteri tidak dilunturkan oleh alkohol. Bakteri yang bersifat demikian disebut bakteri Gram positif.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Bakteri akan tidak berwarna, karena tidak tahan terhadap alkohol. Ikatan antara cat dengan bakteri
dilunturkan oleh alkohol. Bakteri yang bersifat demikian dikelompokkan sebagai bakteri Gram negatif.

Cat Gram D
Cat Gram D terdiri atas :
Safranin : 0,25 gram
Etil alkohol 95 % : 10 ml
Akuades : 90 ml

Cat ini berwarna merah. Cat ini merupakan cat sekunder atau kontras. Cat ini berfungsi untuk memberikan
warna mikroorganisme non target. Cat sekunder mempunyai spektrum warna yang berbeda dari cat primer.
Akibat pemberian cat Gram D, akan terjadi 2
kemungkinan :

Bakteri Gram positif akan tetap berwarna ungu, karena telah jenuh mengikat cat Gram A sehingga tidak
mampu lagi mengikat cat Gram D. Bakteri Gram negatif akan berwarna merah, karena cat sebelumnya
telah dilunturkan oleh cat Gram C maka akan mampu mengikat cat Gram D.

Dasar teori cat Gram


Berdasarkan sifat terhadap cat Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu bakteri Gram positif dan
Gram negatif. Terdapat dua teori yang dapat menjelaskan dasar perbedaan ini yaitu :

Teori Salton
Teori ini berdasarkan kadar lipid yang tinggi (20 %) di dalam dinding sel bakteri Gram negatif. Zat lipid ini
akan larut selama pencucian dengan alkohol. Pori-pori pada dinding sel membesar, sehingga zat warna
yang sudah diserap mudah dilepaskan dan bakteri menjadi tidak berwarna. Bakteri Gram positif mengalami
denaturasi protein pada dinding selnya akibat pencucian dengan alkohol. Protein menjadi keras dan beku,
pori-pori mengecil sehingga kompleks kristal yodium yang berwarna ungu dipertahankan dan bakteri akan
tetap berwarna ungu.

Teori permeabilitas dinding sel


Teori ini berdasarkan tebal tipisnya lapisan peptidoglikan dalam dinding sel. Bakteri Gram positif
mempunyai susunan dinding yang kompak dengan lapisan peptidoglikan yang terdiri dari 30 lapisan.
Permeabilitas dinding sel kurang, dan kompleks kristal yodium tidak dapat keluar.

Bakteri Gram negatif mempunyai lapisan peptidoglikan yang tipis, hanya 1 – 2 lapisan dan susunan dinding
selnya tidak kompak. Permeabilitas dinding sel lebih besar sehingga masih memungkinkan terlepasnya
kompleks kristal yodium.

CARA PENGECATAN GRAM

Sebelum melakukan pengecatan Gram, siapkan alat dan bahan yang diperlukan. Pastikan semua alat dan
bahan yang diperlukan serta tempat untuk mencuci terletak di tempat yang terjangkau. Jangan sampai
terlalu jauh sehingga menyulitkan dan memakan waktu.

Alat dan bahan yang diperlukan adalah :


Alat :
Rak pengecatan
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Kran/sumber air yang mengalir


Bahan :
Cat Gram A, B, C dan D
Preparat yang telah siap untuk dicat

Skema cara pengecatan Gram :

Preparat yang telah siap dicat, digenangi dengan cat Gram A selama 1 – 3 menit Cat dibuang, lalu preparat
dicuci dengan air mengalir Preparat digenangi cat Gram B selama 0,5 – 1 menit Cat dibuang, lalu preparat
dicuci dengan air mengalir Preparat ditetesi dengan cat Gram C sampai warna cat tepat dilunturkan. Cat
dibuang, lalu preparat dicuci dengan air mengalir Preparat digenangi dengan cat Gram D selama 1 – 2
menit Sisa cat dibuang lalu preparat dikeringkan di udara Preparat siap diamati dibawah mikroskop

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENGECATAN GRAM

Kelebihan :
Pengecatan Gram penting sebagai pedoman awal untuk memutuskan terapi antibiotik, sebelum tersedia
bukti definitif bakteri penyebab infeksi (kultur dan tes kepekaan bakteri terhadap antibiotik). Hal ini karena
bakteri Gram positif dan negatif mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap berbagai jenis antibiotika.

Kadang-kadang morfologi bakteri yang telah dicat Gram mempunyai makna diagnostik. Misalnya pada
pemeriksaan Gram ditemukan Gram negatif diplococci intraseluler dari spesimen pus (nana) uretral, maka
memberikan presumptive diagnosis untuk penyakit infeksi gonore.

Kekurangan :

Pengecatan Gram memerlukan mikroorganisme dalam jumlah banyak yakni lebih dari 104 per ml. Sampel
yang cair dengan jumlah kecil mikroorganisme misalnya cairan serebrospinal, memerlukan prosedur
sentrifuge dulu untuk mengkonsentrasikan mikroorganisme tersebut. Pellet (endapan hasil sentrifuge)
kemudian dilakukan pengecatan untuk diperiksa secara mikroskopis.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

ANTI KOAGULANSIA

Beberapa antikoagulansia dapat digunakan untuk mencegah pembekuan darah.


Pemilihan serta jumlah antikoagulansia yang digunakan sangat penting diperhatikan, kekurangan
antikoagulansia menyababkan masih terdapat beberapa darah yang menggumpal dan apabila
kelebihan antikoagulansia akan menyababkan kerusakan sel-sel darah. Oleh karena itu berikut ini
diuraikan beberapa jenis antoagulansia yang umum digunakan. Dari semua antikoagulansia
tersebut yang paling umum digunakan adalah EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetat), heparin dan
sodium sitrat.

EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetat)


Yang digukan disini adalah garam Na dan K dari EDTA. Komposisi dari antikoagulansia
ini adalah 1,00 gram garam potasium dari EDTA dan 100 ml larutan saline 0,07%. EDTA baik
untuk pemeriksaan morfologi sel-sel darah. EDTA secara umum digunakan pada konsetrasi 0,5 –
2 mg per ml darah. Untuk EDTA dalam bentuk larutan diperlukan 0,10 ml/ml darah.
Kelebihan EDTA menyebabkan penyusutan eritrosit dan mempengaruhi validitas PCV
(Packed Cell Volume) pada tes hematokrit, misalnya kelebihan EDTA pada darah kucing akan
enyebabkan penurunan PCV 5-10%. Karenanya akan mempengaruhi validitas MCV (Mean
Corpuscular Volume) dan MCHC (Mean Corpuscular haemoglobin Volume). Sedangkan terhadap
nilai hemoglobin kelebihan EDTA tidak berpengaruh.
EDTA juga baik untuk pemeriksaan jumlah trombosit, untuk pembuatan hapusan darah,
penentuan nitrogen urea darah, protein plasma total, fiobrinogen plasma dan glukosa darah
dengan metode “Dipstick”.

Heparin
Heparin merupakan antikoagulansia alami yang terdapat pada berbagai jaringan dan
dijumpai dalam jumlah yang berlebihan pada hati. Kelebihan heparin tidak berpebngaruh terhadap
volume darah, tetapi kurang bagus dipakai untuk pemeriksaan morfologi sel-sel darah. Sehingga
penggunaan heparin tidak disarankan penggunaannya apabila darah tersebut digunakan untuk
pembuatan hapusan darah, terutama leokositnmya akan kelihayan tidak jelas.
Penggunaan heparin juga tidak disarankan pada pememriksaan pembekuan darah karma
penghambat kerja trombin dan beberapa factor pembekuan yang lain, tetapi penggunaannya baik
untuk tes fragilitas osmotic.
Heparin digunakan sebagia larutan 1,0% (1.000 USP unit/ml). pada konsentrasi 0,1 ml
cukup untuk mencegah pembekuan 5,0 ml darah (0,2 mg atau 20 unit/ml darah). Penggunaan
heparin hanya efektif selama 10 – 12 jam.

Sodium Sitrat
Komposisi dari antikoagulansia ini dalah 3,80 gram trisodium sitrat dilarutkan pada
aquadest 100 ml. jumlah sodium sitrat yang dibutuhkan adalah satu bagian sodium sitrat pada
larutan 3,8% dengan sembilan bagian darah (10%). Penggunaannya tidak disarankan pada
pemeriksaan darah lengkap. Namun antikoagulansia ini baik untuk pemeriksaan morfologi
trombosit atau fuingsinya seperti pemeriksaan “prothrombin time”.

Oksalat
Antikoagulansia oksalat terdiri dari 1,20 gram ammonium oksalat dan 0,80 gram potasium
oksalat dilarutkan dalam 100 ml aquadest. Jumlah yang diperlukan untuk mencegah pembekuan
darah adalah 0,10 ml/ml darah. Penggunaannya tidak disarankan untuk perhitungan trombosit dan
penentuan nitrogen.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Larutan ACD (Acid Citrat Dextrose)


Komposisi larutan ACD adalah 2,20 gram trisodium sitrat, 0,80 gram asam sitrat dan 2,45
gram dextrose. Untuk pemeriksaan jumlah trombosit digunakan 0,15 ml/ml darah, sedangkan
untuk transfusi darah jumlah yang siperlukan adalah 25 ml larutan ACd untuk 100 ml darah (14,7
gram dextrose, 13,2 gram trisodium sitrat, 4,4 gram asam sitrat dilarutkan dalam 1000 ml
aquadest).

Sodium Flourida dan Thymol


Untuk mencegah pembekuan darah diperlukan 100 mg sodium flourida dan 10 mg thymol
untuk 10 ml darah. Antikoagulansia ini baik untuk pemeriksaan glukosa darah, namun dapat
mempengaruhi nilai urea darah.

Ammomium dan potassium oksalat


Jumlah antikoagulansia ini yang diperlukan untuk mencegah pembekuan darah adalah 1
ml untuk 10 ml darah dan 20 mg untuk sedian kering untuk temperature tidak lebih dari 600C (1,2
gram ammonium oksalat, 0,8 gram patasium oksalat dialrutkan dalam 100 ml aquadest). Dapat
digunakan untuk semua pemeriksaan hematologi, sedikit menyebabkan kerusakan dan hemolisa
sel darah merah dibandingkan dengan oksalat-oksalat yang lainnya.
Selain antikoagulansia yang disebutkan diatas masih ada beberap antikoagulansia yang
jarang digunakan seperti litium oksalat dan litium sitrat. Diasamping itu untuk transfortasi darah
dapi dapat digunakan formalin yang mengandung antikoagulan (Titriplex IV) yang merupakan
antikoagulansia yang baik untuk stabilaitas leukosit. Titriplex IV terdiri dari 22,5% dipotasium
EDTA, 25 ml formalin (larutan 36%), 0,1 asam asetil oksalat dan 225 ml aquadest.
Penggunaannya 0,1 ml/ml darah.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

PENENTUAN NILAI HEMATOKRIT

Hematokrit terdiri dari kata haime (darah) kreanin (memisahkan). Jadi hematokrit
pemisahan darah dengan melakukan pemusingan (centrifugalation) menjadi tiga bagian yaitu :
a. Sel darah merah (eritrosit) yang terdapat paling bawah yang disebut dengan PCV
(Packed Cell Volume)
b. Lapisan putih kelabu yang terdiri dari leukosit dan trombosit yang terdapat teapt
diataas eritrosit yang disebut dengan “buffy coat”.
c. Plasma darah, cairan paling atas. Plasma yang diperoleh pada pemeriksaan
hematokrit dapat digunakan untuk pemeriksaan-pemeriksaan yang lain seperti :
- Pemeriksaan konsentrasi plasma dengan refraktometer
- Penentuan konsentrasi fibrinogen plasma dengan refraktometer dan
presifitasi panas.
- Menentukan transfaransi warna plasma. Plasma normal pada anjing dan
kucing adalah jernih dan tidak berwarna, pada kuda dan sapi agak
kekuningan, plasma icterus berwarna kuning dan jernih, plasma
hemoglobinemia berwarna pink, merah dan jernih sedangkan plasma
lipemik berwarna keputihan dan kusam.
- Mikrofilaria dapat ditemukan dengan pemeriksaan dibawah mikroskop tepat
diatas buffy coat.
Penentuan nilai hemotokrit daapt enggunakan metode wintrobe (makrohematokrit) dan
metode mikrohematokrit. Disamping itu penentuan nilai hematokrit dapat ditentukan dengan
menghitung sel darah yang otomatis yang dikalkulasikan setelah penentuan jumlah sel darah
merah dan MCV, namun tingkat kesalahan dengan metode ini lebih tinggi.

2.1. METODE WINTROBE


Metode ini menggunakan tabung wintrobe dengan diameter mm, tabung tersebut
dikalibrasi pada dua sisinya yaitu sisi kanan dan sisi kiri dengan skala 10 cm dengan pembagian
mm.skla bagian kiri dibaca dari atas ke bawah dan skala bagian kanan dibaca dari bawah ke atas.

Teknik Pemeriksaan
1. Tabung wintrobe diisi dengan darah yang berisi antikoagulansia sampai tanda
dtambahkan satu tetes versine menggunakan pipet hematokrit.
2. Tabung wintrobe tersebut dimasukkan kedalam alat pemusing standart kemudian
dipasangkan dengan kecepatan 3000 rpm, selama 30 menit.
3. Kadar PCV dibaca dengan skala cm dan mm dari hasil tersebut dikalikan 10
menunjukkan nilai PCV per 11. pembacaan ini tepat dibawah buffy coat.
Derajat kesalahan dengan menggunakan metode ini sekitar 1,13%.

2.2. METODE MIKROHEMATOKRIT


Metode ini menggunakan pipet mikrohematokrit kapiler dengan panjang 7 cm, dan
diameter 1,0 mm. pipet tersebut sudah dilengkapi dengan antkoagulan sehingga dapat
langsung digunakan melalui penusukan kapiler. Metode ini mempunyai beberapa
keuntungan bila dibandingkan dengan metode makrohematokrit, keuntungan-keuntungan
tersebut antara lain :
1 Jumlah darah yang diperlukan lebih sedikit
2 Membutuhkan waktu yang lebih singkat
3 Mempunyai nilai yang lebih akurat dan dapat dibuat beberapa ulangan
4 Menggunakan pipet kapiler yang disposable
Disamping itu metode ini mempunyai kelemahan antara lain :
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

1. Memerlukan alat baca khusus


2. Tidak dapat untuk menentukan laju endap darah, buffy coat dan indek icterus.

Teknik Pemeriksaan
1. Darah dengan antikoagulansia dimasukkan kedalam pipet mikrohematokrit sekitar
6/7 bagian pipet.
2. Tutup ujung masuknya darah dengan penutup khusus atau malam.
3. Letakkan pipet mikrohematokrit pada pemusing mikrohematokri yang mempunyai
kecepatan tinggi.
4. Pusingkan dengan kecepatan 10.000 sampai 13.000 rpm, selama 5 menit atau
dengan kecepatan 16.000 rpm,selama 2 menit.
5. Baca nilai PCV yang diperoleh pada alat baca khusus (Mikrohematokrit reader).
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

PENENTUAN KADAR HEMOGLOBIN

Hemoglobin merupakan protein yang mengandung zat besi yang terkonjugasi ( heme +
globin ) yang mempunyai fungsi fisiologi sebagai pengangkut oksigen dan karbon dioksida.
Kandungan zat besi pada hemoglobin adalah 0,335% atau 3,35 mg/gram hemoglobin. Ada
beberapa yang digunakan untuk penentuan hemoglobin. Metode yang paling akurat adalah
metode yang berdasarkan alas pengukuran secara kimiawi kandungan zat besi atau kapasitas
pengankutan oksigen.
Metode-metode yang digunakan untuk penentuan kadar hemoglobin didasarkan pada:
1. Pencocokan langasung ( Direct Matching ) warna merah pada darah dengan standar
buatan.
2. pengubahan hemoglobin menjadi asam/alkaline hematin, kemudian mencocokkan warna
coklat dengan glas standart.
3. pengukuran serapan cahaya dari oksihemoglobin, cyanometheglobin atau
karboksihmoglobin dengan menggunakan “Photoelektro colorimeter” atau
spectrophotometer.

METODE DIRECT MATCHING


Cara ini pertama kali diperkenalkan oleh Tallqvist dan Dare pada awal tahun 1900,
mereka menentukan kwantitas hemoglobin pada darah dengan membandingkan secara langsung
setetes darah pada kertas penyerap warna dengan standart-standart warna pada litografi. Metide
ini sekarang jarang digunakan karena kurang akurat dan sulit dalam mencocokkan warna merah
pada darah dengan warna standart buatan.
Hemoglobin pada darah berwarna merah, kepekatan warna tersebut secara langsung
menunjukkan proporsi dari zat besi pada hemoglobin.
Metode inimempunyai tingkat kesalahan 10 – 40%.

METODE HEMATIN
Metode ini juga mempunyai tingkat kesalahan yang cukup tinggi, kesalahan-kesalahan ini
disebabkan karma :
1. Kesalahan dalam mencocokkan warna asam atau alkalin hematin dengan gelas berwarna
dari warna standart.
2. Pelarutan yang kurang tepat.
3. tranformasi yang lengkap dari hemoglobin mejadi asam atau alkalin hematin perlu waktu
yang cukup lama.
4. Asam hematin bersifat tidak stabil sehingga warnanya dipengaruhi oleh warna plasma.
5. khusus untuk hemoglobin fetus bersifat resistan terhadap asam maupun basa.
Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh sahli yang digunakan untuk menentukan
kadar hemoglobin yang digunakan dalam berbagai modifikasi antara lain :Hemoglobimeter Sahli
Adams, Sahli Haden, Haden Hausser dan Newcomer.
Pada metode ini darah ditambahkan dengan HCl 0,1 N, asam tersebut memisahkan
globin dari molekul hemoglobin menghasilkan asam hematin yang berwarna coklat. Warna yang
maksimum hanya dicapai dalam waktu 40 menit, setelah itu warna memudar.
Beberapa hemoglobinometer yang memakia metode asam hematin menggunakan gelas
standart berwarna coklat yang diatur menurut intensitas warna setelah waktu tertentu. Pada
pemeriksaan yang teliti , pemeriksaan ini mempunyai tingkat kesalahan 5-20%.
Hemoglobinometer (hemometer) dari Sahli Adam terdiri dari :
1. Gelas standart berwarna coklat
2. Tabung hemometer dengan skala gram dan %.
3. Pipet Sahli berupa kapiler dengan volume 20 mm3.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

4. Pengaduk dari gelas


5. Pipet Pasteur.
Sedangkan reagen yang digunakan adalah HCl 0,1 N dan aquadest.

Teknik Pemeriksaan
1. tabung hemometer diisi dengan larutan HCl 0,1 N sampai tanda 2 gram %
2. Darah dengan antikoagulansia diisap dengan pipet sahli sampai tepat pada tanda 20
mm
3. Bagian luar dari p[ipet dibersihkan dengan kertas tissue dengan catatan tidak sampai
menghisap darah dalam pipet.
4. Darah segera dimasukkan denganhati-hati kedalam tabung hemometer yang berisi
larutan HCl 0,1 N tampa menimbulkan gelembung udara.
5. Sebelum dikeluarkan, pipet dibilas dengan menghisap dan meniup HCl yang ada
dalam tabung beberapa kali. Bagian luar pipet juga dibilas dengan beberapa tetes
aquadest.
6. Ditunggu 10 menit untuk pembentukan asam hematin (95%).
7. Asam hematin ini diencerkan dengan aquadest tetes demi tetes sambil diaduk
sampai warnanya sama dengan warna coklat pada gelas standart.
8. Miniuskus dari larutan dibaca dalam skala 9%.

METODE STANOMETHEMOGLOBIN
Metode ini menggunakan Spektrofotometer yang merupakan salah satu metode yang
cukup akurat untuk menentukan kadar hemoglobin. Pada metode ini semua derivate hemoglobin
dirubah oleh ferrisianida menjadi methemoglobin, selanjutnya oleh ion sianida dirubah menjadi
komponen merah yang stabil (siano-methemoglobin).
Reagensia yang digunakan dalam metode ini adalah larutan Drabkin’s yang terdiri dari :
NaHCO3………………………….. 1 gram
KCN……………………………… 0,05 gram
K3Fe(CN)6……………………….. 0,02 gram
Aquadest add………………………1 liter

Teknik Pemeriksaan
1. Isi secara hati-hati 5 ml larutan Drabkin’s pada kuvet yang bersih dan kering.
2. Ukur 20 ml darah menggunakan pipet sahli kemudian masukkan ke kuvet, bilaslah
pipet beberapa kali sehingga perbandingan darah dengan reagen menjadi 1 : 251.
3. Campuran tersebut dibiarkan selama 10 menit supaya terbentuk
cyanomethemoglobin.
4. Baca densitas cahaya (optical density) spektrofotometer pada panjang gelombang
540 mn dengan menggunakan 5 ml larutan drabkin’s sebagai “Blank”.
5. Kadar hemoglobin dapat dikalkulasikan dengan rumus :

Hb (9%) = Optical density sample x konsentrasi Hb standart


Optical density standart
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

PEMERIKSAAN HB MENURUT SAHLI

Pemeriksaan Hb menurut Sahli digolongkan kepada metoda colorimetri.


Prinsipnya, Hb darah diubah menjadi Hematin chlorida, yang warnanya menjadi coklat tua (tengguli). warna
yang terjadi diencerkan dengan aquadest sampai dengan warna standart Hematin chlorida.

Peralatan :
Alatnya disebut "HAEMOMETER" yang terdiri dari :
1. Sepasang cylinder glass berisi larutan standart warna, kita sebut saja pembanding warna.
2. Tabung pengukur (tabung pengencer) yang mempunyai garis-garis, skala yang menunjukan kadar
Hb. Skala yang terendah adalh angka 2.
3. Pipet darah kapiler (Pipet Hemoglobin) seukuran yang mempunyai volume 20 mm3 pada garis
batasnya.
4. Pipet pasteur untuk aquadest
5. Batang glas pengaduk
Reagen yang diperlukan : HCl 0,1 N dan Aquadestilata

Tehnik Pemeriksaan :
1. Siapkan tabung dan isilah dengan HCl 0,1 N hingga garis yang terendah (pada angka )
2. Kemudian buatlah luka kapiler pada jari sedemikian rupa hingga darah keluar dengan baik tanpa
memijat-mijat jari.
3. Hisaplah dengan pipet kapiler Hemoglobin (slang penghisap dibibir pemeriksa) darah peripher tsbt.
hingga garis batas 20 mm3.
4. Bersihkan, disapu dengan kertas saring, darah yang terdapt dibagian luar ujung pipet. Hati-hati
jangan sampai darah dalam kapiler turut keluar.
5. Masukkan pipet kapiler tsbt. kedalam tabung pengukur hingga tercelup didalam HCl 0,1 N dan
hembuskan perlahan-lahan. Isap dan hembuskan lagi supaya isi tabung tercampur dengan baik.
Letakkan tabung pengukur tsbt. diantara dua telapak tangan dan kocoklah beberapa saat,
Tunggulah 1-2 menit. Terjadi warna coklat tua.
6. Ambilah Aquadest dengan pasteur pipet dan teteskan tetes demi tetes kedalam larutan Hematin
chlorida yang berwrna coklat tua itu dan aduk dengan batang gelas pengaduk. Dengan melatakkan
kedalam celah diantara cylinder warna standart kita samakan isi tabung perngukur itu. Bila masih
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

terlalu tua warnanya tetesi lagi aquadest. Bila terlampau banyak aquadest dan warna menjadi lebih
muda maka pemeriksaanharus diulang dari awal.
7. Setelah tercapai warna yang sama, kita perhatikan garis batas mana yang dicapai oleh permukaan
larutan, menumjukan skala atau kadar Hb. dalam gr%.
1. Misalnya : pada angka 13 >>> jadi kadar Hb = 13 gr%

Kesalahan-kesalahan bisa disebabkan karena beberapa faktor :


- Peralatan : pipet darah, tabung pengukur tidak kering sebelumnya.
- Adanya sisa-sisa darah diluar pipet kapiler, yang tidak diisap lebih dulu.
- Tidak sempurna mencampurkan darah dengan HCl 0,1 N.
- Tidak dapat membedakan warna.
- Pembanding warna sudah rusak.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

PERHITUNGAN ERITROSIT DAN LEUKOSIT

Prinsip perhitungan sel darah adalah dengan pengenceran dan pengecatan dengan
pelarut khusus yang menggunakan pipet khusus, kemudian dihitung pada kamar hitung. Ntuk
penghitungan sel darah dapat menggunakan hemositometer dan coulter counter.

4.1. HEMOSITOMETER
Hemositometer terdiri dari :
Pipet pengencer
Pipet pengencer dari thoma merupakan pipet kapiler yang berskala dan membesar pada
salah satu ujungnya seperti bola. Pipet thoma untuk pengencer eritrosit, didalam bola tersebut terdapat
sebutir kaca berwarna merah dan pada pertengahan pipa diatas bola terdapat skala 101.
Pipet thoma untuk pengencer leukosit bentuknya sama seperti pipet untuk pengencer
eritrosit, tetapi pada bola terdapat sebutir kaca putih dan diatas bola terdapat skala 11.
Kedua pipet tersebut dilengkapi dengan selang karet yang dihubungkan dengan bagian atas dari pipet
tersebut, selang karet tersebut berguna untuk menghisap darah dan larutan pengencer.

Larutan Pengencer
Larutan pengencer untuk leukosit bersifat asam yang dapat melisiskan erotrosit, untuk itu
yang digunakan HCL 1%, asam asetat 2% atau larutan turk. Larutan turk terdiri dari :
Asam asetat glasial………………………..3 ml
Gentian violet 1 %.......................................1 ml
Aquadest add……………………………...100 ml
Larutan pengencer untuk eritrosit bersifat isotonis, larutan yang umum digunakan adalah :
1. Larutan Hayem yang terdiri dari :
Merkuri klorida…………………………….0,5 gram
Sodium sulfat……………………………….5,0 gram
Sodium klorida……………………………...1,0 gram
Aquadest…………………………………….2000 ml
Larutan Hayem’s dapat menyebabkan aglutinasi pada darah tertentu akibat dari efek
merkuri terhadap protein-protein plasma. Algutinasi ini sering terjadi pada darah sapi, domba dan
kambing.
2. Larutan gower’s yang terdiri dari :
Sodium silfat………………………………...12,5 gram
Asam asetat glacial…………………………..23,3 ml
Aquadest add…………………………………200 ml
Larutan gower’s mempunyai keuntungan mencegah algutinasi. Jika terjadi algutinasi
sebagai pelarut dapat digunakan saline fisiologis. Kejelekan dari larutan gower’s adalah menimbulkan
endapan warna coklat pada pipet apabila digunakan secara kontinu. Untuk menghilangkan endapan
tersebut dapat menggunakan pembersih hipoklorat (Clorax).
3. Larutan fisiologis yang terdiri dari :
Sodium klorida……………………………..0,85 gram
Aquadest add……………………………….100 ml

Kamar Hitung
Kamar hitung yang baik dipakai adalah kamar hitung yang memakai garis bagi “improved
neubaeuer”. Luas seluruh bidang yang dibagi adalh 9 mm2, dan bidang tersebut dibagi menjadi
sembilan bidang besaryang lusanya masing-masing 1 mm2. Bidang besar dibagi menjadi 16 bidang
sedang dengan luas 1/16 mm2.Bidang besar yang letatnya di tengah-tengah pembagiannya berlainan,
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

ini dibagi menjadi 25 bidang yang luasnya 1/25 mm2,tiap-tiap bidang dibagi menjadi 16 bidang kecil.
Tinggi kamar hitung, yaitu jarak antara permukaan yang bergaris bagi dengangelas penutup yang
terpasang adalah 1/10 mm. (Gambar 4.2).
Kaca penutup yang dipakai adalh kaca penutup khusus yang lebih besar dari kaca
penutup biasa dengan permukaan sangat datar. Hanya dalam keadaan darurat kacapenutup biasa bisa
digunakan,

TEKNIK PERHITUNGAN ERITROSIT


1. Kamar hitung disiapkan, gelas penutup diletakkan diatas kamar hitung sehingga menutupi kedua
daerah penghitung.
2. Darah dengan antikoagulansia diisap dengan pipet eritrosit sampai tanda 0,5. Bila melampaui
batas, darah dikeluarkan dengan menyentuh-nyentuh ujung pipet dengan ujung jari.Bagian luar
pipet dihapus dengan kertas tissue.
3. Segera larutan pengencer diisap sampai tanda 101. Selama penghisapan pipet harus diputar-putar
melalui sumbu panjangnya supaya daerah dengan larutan hayem tercampur dengan baik
4. Kedua ujung pipet ditutup dengan ibu jari dan jari tengah lalu dikocok dengan gerakan tegak lurus
pada sumbu panjangnya selama 2 menit.Diputar/dicampur membentuk angka delapan.
5. Larutan pengencer yang terdapat dibagian dalam kapiler dan yang tidak mengandung darah
dibuang dengan meneteskan sebanyak tiga tetes.
6. Larutan darah dimasukkan kedalam kamar hitung dengan menempatkan ujung pipet pada tepi
gelas penutup. Karena daya kapiler maka larutan darah akan mengalir masuk antara gelas
penutup dengan kamar hitung. Larutan darh tidak boleh terlalu banyak. Bila darah berlebihan
diusap dengan tissue dengan menempatkan tissue pada bagian tepi.
7. Kamar hitung yang sudah berisi larutan darah diletakkan dibawah mikroskop dan perhitungan
dilakukan dengan obyektif 45x.
8. Dilakukan perhitungan sebagai berikut :
- Dihitung jumlah sel darah yang terdapat pada lima bidang yang ditengah dengan luas
masing-masing 1/25 mm2.
- Sela yang menyinggung garis batas sebelah kiri dan sebelah bawah tidak dihitung.
- Cara menghitung harus sistematik.
9. Dilakukan kalkulasi sebagai berikut :
Misalkan jumlah eritrosit yang terdapat pada kelima bidang tersebut adalah N, jumlah volume
kalmia bidang tersebut adalah 5/250 mm3. Jadi tiap-tiap mm3 terdapat :
(1 : 5/250) x N = 250 : 5 N = 50 N eritrosit, dengan pengenceran 200x. Maka jumlah eritrosit tiap
mm3 adalah 50 N kali perhitungan pada kedua kamar hitung.
Kesalahan dengan menggunakan metode ini sekitar 7,8 %.
Sebab-sebab kesalahan :
1. Alat-alat yang digunakan atau reagensia yang tidak sempurna, kamar hitung yang kurang teliti,
pipet yang ujungnya tidak utuh dan larutan pengencer yang kotor.
2. Kesalahan teknik.
3. Teknisi yang sudah lelah
4. terjadi bias.

TEKNIK PEMERIKSAAN LEUKOSIT


1. Darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulansia diisap dengan pipet leukosit sampai
tanda 0,5 kemudian disusul dengan larutan pengencer sampai tanda 11. Dengan demkian
terjadi pengenceran 20 kali.
2. Penghitungan cukup satu kali dengan menggunakan satu pipet, asal dikerjakan dengan teliti.
3. Penghiotungan dilakukan terhadap leukosit-leukosit yang terdapat pada bidang persegi W.
4. Digunakan obyektif 10 kali.
5. Dilakukan kalkulasi sebagai berikut.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Misalkan jumlah leukosit yang didapatkan pada emapt bidang persegi W adalah N,
volume keempat bidang persegi tersebut 4 x 0,1 mm3 = 0,4 mm3. Pengenceran dilakukan 20 kali,
sama jumlah leukosit per mm3 adalah (1 : 0,4) x 20 = 50 N.

4.2. ALAT PENGHITUNG ELEKTRONIK


Alat-alat eloktronik untuk penghitungan sel darah yang otomatis ada beberapa tipe antara lain :
a. Coulter counter (Coulter Elecronic)
b. Celloscope (Nuclear Data Inc)
c. SMA4A / SMA7A dan Hemolog (Technicon Instruments Corp)
d. Autocytometer (Fisher Scientific)
e. Haema Count (General Science Corp)
f. Sanborn-Frommer Cell Counter (Sanborn Division)
g. Haemoscope (Haemoscope Corp)
Coulter counter dan alat penghitung sel alektronik yang lainnya telah dikembangkan untuk
penghitungan sel-sel darah yang didasarkan atas prinsip bahwa sel merupakn penghantar listrik yang
lemah. Dengan prinsip ini dapat ditentukan jumlah dan ukuran suatu partikel.
Pada metode ini, darah dilarutkan dengan larutan isotonis NaCl untuk menghitung eritrosit. Dalam
penghiungan tersebut juaga terhitung leukosit, karma keduanya tercatat selama melewati “aperture” (lubang
untuk memasukkan sample pada alat), dalam penghitungan leukosit ditambahkan saponin uintuk melisiskan
eritrosit.
Jika menggunakan reagen coulter, darah dilarutkan dengan isoton II dan Zapoglobin II untuk
melisiskan eritrosit dalam penghitungan leukosit. Alat ini tidak bisa membedakan sel darah dengan debris,
oleh karna itu alat dan pelarut harus bebas dari kotoran atau partikel lain.
Metode in lebih akurat dan butuh waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan metode
hemositometer dalam penghitungan eritrosit, leukosit dan trombosit. Kesalhan akibat penggunaan alat ini
adalah kurang dari 2 % untuk penghitungan eritrosit, dan 3 % untuk penghitungan leukosit.
Coulter counter dapat dijumpai dalam berbagai mode. Model FN dan model ZBI dugunakan untuk
menghitung leukosit dan eritrosit dan juga dapat digunakan untuk menghitung trombosit dengan mengati
aperture 100 um dengan tabung aperture 70 um. Alat ini juga dilengkapi unit computer untuk penghitungan
Hb, PCV dan MCV. Model yang lain dari alat ini yang sering dijumpai adalah model S, S-plus yang
digunakan untuk menghitung eritrosit, leukosit,hemoglobin dan MCV yang secara otomatis juga menghitung
PCV, MCHC dan MCH.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

PENENTUAN INDEK ERITROSIT

Nilai PCV, jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin adalah data yang diperlukan untuk menentukan
idenx-index eritrosit. Validitas index eritrosit tergantung dari akurasi dari penghitungan ketiga data tersebut
diatas. Index-index ini bermanfaat untuk mengklasifikasikan maorfologi anemia dan evaluasi respon
eritropoetik.

1. MCV (Mean Corpuscular Volume)


Adalah volume rata-rata sel darah merah yang dinyatakan dalam satuan fl (femtoliter). Index ini
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

PCV (ml/dl atau %) x 10


Jumlah eri (juta/ul)

2. MCH (Mean Corpuscular Haemoglobin)


MCH adalah jumlah hemoglobin dalam sel darah yang dinyatakan dengan satuan pg (pico gram)
atau u gram. MCH ditentukan dengan rumus :

Hb (g / dl atau g%) x 10
Jumlah Eri ( juta/ul)

3. MCHC (Mean Cospuscular Haemoglobin Concentration)


Merupakan proporsi hemoglobin pada setiap sel darah yang dinyatakan dalam satuan %. Untuk
mendapatkan index tersebut digunakan rumus :

Hb (g / dl atau g%) x 10
PCV (ml / dl atau %)
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

PENGHITUNGAN TROMBOSIT

Trombosit mempunyai sifat yang cenderung menggumpal dan melekat pada permukaan tabung.
Oleh karma itu sample darah yang digunakan sebaiknya ditampung pada syring plastic dan segera
dicampur dengan antikoagulansia. Ada beberap teknik yang dapat digunakan untuk menghitung trombosit.
Teknik tersebut dapat secara langsung maupun secara tidak langsung.

6.1. METODE TIDAK LANGSUNG


Prinsip dari penghitungan trombosit secara tidak langsung adalah menghitung trombosit pada
hapusan darah kemidian dibandingkan dengan jumlah eritrosit dari hapusan darah tersebut, penghitungan
eritrositnya adalah secara langsung dengan hemositometer.
Pada penghitungan secara tidak langsung terlebih dahulu harus diketahui jumlah eritrosit dengan
metode langsung.

Teknik Penghitungan
1. Darah dengan antikoagulansia dibuat hapusan darah.
2. Hapusan tersebut di cat dengan Wright’s stain
3. Dihitung jumlah trombosit setiap 100 eritrosit dengan menggunakan minyak emersi
4. Dilakukan penghitungan jumlah eritrosit pada sample yang sama dengan hemositometer.
5. Dilakukan kalkulasi sebagai berikut :

Jumlah trombosit
x jumlah Eri / mm3 = jumlah trombosit / mm3
100

6.2. METODE LANGSUNG


Metode ini lebih akurat bila dibandingkan dengan metode tidak langsung. Penghitungan trombosit
secara langsung dapat menggunakan beberapa metode antara lain : Metode Ress-Ecker, Brecher-Cronkite
dan metode Coulter Counter.

1. Metode Ress-Ecker
Pada metode ini penghitungan trombosit dilakukan secara langsung menggunakan hemositometer
dengan pelarut khusus. Pelarut untuk penghitungan trombositdipersipkan terlebih dahulu dan disimpan
dalam refrigerator, formula tersebut disaring beberapa menit sebelum dugunakan. Formula ini
dip[erkenalkan oleh Ress Ecker (1932) sehingga larutan tersebut dikenal dengan nama larutan Ress-Ecker.
Komposisi larutan tersebut adalah sebagai berikut :
Natrium sitrat………………………….. 3,5 gram
Formaldehid 40 %................................... 0,2 ml
Briliant creasil blue…………………….. 0,1 gram
Aquadest add…………………………… 100 ml

Teknik Pemeriksaan
1. Pertama-tama pipet eritrosit dibilas dengan larutan Ress-Ecker,
2. Isap darah dengan antikoagulan sampai tanda 0,5.
3. Isap larutan Ress-Ecker dengan pipet eritrosit yang sudah berisi darah sampai tanda 101.
4. Pipet tersebut digoyang-goyangkan beberapa menit dan dibuang beberapa tetes.
5. Larutan darah tersebut dimasukkan ke kamar hitung dan ditunggu sekitar 10 menit supaya
trombosit mengendap.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

6. hitung jumlah trombosit pada bidang persegi yang ditengah yang mempunyai volume 0,1 mm3.
Penghitungan dilakukan pada kedua kamar hitung tersebut adalah 0,2 mm3. trombosit dapat
dikenali dengan memperhatikan :
- Warna lila
- Bentuk oval, koma atau seprti tongkat
- Diameter 1/7 – ½ kali diameter eritrosit.
7. Dilakukan kalkulasi sebagai berikut :
Volume kedua bdang persegi panjang adalah 0,2 mm3, misalkan jumlah trombosit yang didapat
pada kedua bidang persegi panjang tersebut adalah N maka jumlah trombosit tiap mm3 adalah ( 1 :
0,2) x N. Pengenceran adalah 200 kali, jadi jumlah trombosit tiap mm3 = 200 x ( 1 : 0,2) N = 1000
N.

2. Metode Brecher- Cronkite


Larutan yang digunakan adalah ammonium oksalat 1 % dan aquadest.

Teknik Pemerioksaan
1. Masukkan darah pada syring yang mengandung silicon kemudian taruhpada refrigerator.
2. Isap darah tersebut dengan pipet eritrosit sampai tanda 0,5.
3. Kemudian larutan pengencer (ammonium oksalat 1 % dan aquadest) diisap sampai tanda 101.
4. Pipet digoyangkan selama 3 menit. Buang empat tetes pertama, kemudian isi kamar hitung
yang ditutup dengan cover glas no. 1 dengan darah yang diencerkan tersebut.
5. Taruh kamar hitung tersebut pada telapak Petri yang tertutup, untuk menjaga kelembaban
tutup alasnya dengan kertas saring, diamkan selama 15 menit.
6. Hitung jumlah trombosit dibawah mikroskop pada bidang persegi empat bagian tengah dari
kamar hitung.
7. Lakukan kalkulasi sebagai berikut :

Jumlah sel x pengencer


= jumlah trombosit / mm3 darah
0,04 x jumlah segi empat

3. Metode Coulter Counter


1. Masukkan darah kedalam tabung pengendapan dari plastic.
2. Tunggu sampai terjadi endapan
3. Potong tabung tersebut pada perbatasan sel darah merah dan plasma
4. Hitung suspensi trombosit pada Coulter Counter.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

PEMERIKSAAN KOAGULASI DARAH

Hemostatis melibatkan interaksi antara sifat-sifat pembuluh darah dengan factor-faktor pembekuan
yang merubah fibrinogen yang larut menjadi fibrin yang tidak larut sehingga mencegah pendarahan.

WAKTU PENDARAHAN / BLEEDING TIME


Merupakan tes in vivo terhadap kemampuan fungsional trombosit dan pembuluh darah.
Sedangkan kekurangan-kekurangan factor-faktor pembekuan (factor intrinsic) tidak mempengaruhi waktu
pendarahan, karma luka yang dibuat sedemikian kecil sehingga darah segera terhenti karma pengaruh
pembuluh darah dan trombosit.
Waktu perdarahan merupakan test klinik yang sederhana untuk mengetahui kelainan-kelainan
fungsi trombosit (misalkan penyakit von Willebrand’s). Pada penyakit tersebut terjadi perpanjangan waktu
perdarahan. Disamping itu perpanjangan waktu perdarahan juga dijumpai pada keadaan trombositopenia.
Pada manusia dan marmot perpanjangan waktu perdarahan dujumpai pada penyakit pembuluh darah
seperti defisiensi vitamin C (scorvey), namun keadaan tersebut tidak terjadi pada hewan piaraan.

Teknik Pemeriksaan
1. Bersihkan kuping telinga dengan alcohol 70 % kemudian dikeringkan.
2. Telinga tersebut dipegang antara ibu jari dan telunjuk sedemikian rupa sehingga kulitnya tegang.
3. Tusuk dengan hemolet/lancip steril pada tepi bawah kemudian pegangan dilepaskan.
4. Darah dibiarkan keluar.
5. Ketika darah mulai keluar stop watch dipasang
6. Dengan sehelai kertas saring, sentuhlah darah yang hampir menetes sehingga terhisap oleh
kertas saring tersebut, dengan catatan kertas saring tidak boleh menyentuh luka.
7. Prosedur no.6 dilakukan setiap setengah menit, sehingga darah tidak keluar lagi. Hal ini dapat
dikenali pada kertas saring tidak ditemuakan noda darah.
Waktu antara titik merah mulai terlihat sampai perdarahan berhenti disebut waktu perdarahan. Pada
penentuan waktu perdarahan apabila setelah penusukan tidak terjadi perdarahan, maka dapat diulang pada
telinga yang lain. Sedangkan apabila perdarahan terjadi derah sekali dan lebih dari lima menit maka
perdarahan seger dihentikan, kemudian dibuat pemeriksaan baru pada telinga yang lain.

WAKTU PEMBEKUAN / CLOTTING TIME


Pemeriksaan waktu pembekuan biasanya dilanjutkan setelah pemeriksaan waktu perdarahn.
Penentuan waktu pembekuan merupakan tes klinis yang sederhana untuk mengetahui kelainan-kelainan
factor pembekuan (factor intrinsic). Perpanjangan waktu pembekuan terjadi pada penyakit-penyakit :
hemofilia A, hemofilia B, kekurangan factor-faktor intrinsic dan adanya antikoagulansia pada peredaran
darah.

Teknik Pemeriksan
1. Siapkan tiga tabung kecil dengan ukuran 8 x 75 mm, dalam keadaan kering dan bersih yang
ditempatkan pada rak.
2. Dengan menggunakan spuit 5 cc, darah vena diambil dengan hati-hati dan tepat. Pada saat darah
memasuki spuit stop watch dipasang, kemudian darah diisap kira-kira sampai 5 cc.
3. Darah tersebut dimasukkan kedalam tiga tabung yang telah disiapkan sehingga masing-masing
tabung terisi 1,5 cc darah.
4. Tunggu 5 menit, setiap setengah menit dimiringkan 900 untuk melihat apakah darah sudah
membeku atau belum.
5. Setelah darah pada tabung satu membeku, setengah menit kemudian tabung kedua dimiringkan
sperti pada tabung satu, diulang setiap setengah menit sampai darah membeku.
6. Lakukan hal yang sama pada tabung tiga.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Waktu pembekuan adalah waktu mulai adalah waktu darah memasuki spuit sampai darah
membeku pada tabung tiga.


Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

HAPUSAN DARAH

Pemeriksaan hapusan darah merupakan salah satu pemeriksaan laborotorium hematology, yang
meliputi pembuatan dan pengecatan hapusan darah.

8.1. PEMBUATAN HAPUSAN DARAH


Dalam pembuatan hap[usan darah sebaiknya menggunakan darah segar tampa penambahan
antikoagulansia, akrena antikoagulansia cenderung menyebabkan kerusakan sel-sel darah. Pembuatan
hapusan darah ada dua yaitu metode slide dan metode coverglass.

a. Metode Slide
1. Siapkan glass obyek yang bersih, kering dan tidak mengandung lemak, untuk itu dibersihkan
dengan alcohol 95% kemudian dikeringkan dengan kain atau kapas kering yang bersih.
2. Teteskan darah kapiler atau vena (tampa antikoagulansia) pada salah satu dari ujung glass obyek.
Bila menggunakan darah dengan antikoagulansia EDTA darah hendaknya tercampur dengan baik.
3. Gelas penghapus diletakkan dekat dengan tetesan darah membentuk sudut 300 – 450 dengan
gelas obyek.
4. Gelas penghapus dibuat dengan gelas obyek yang memiliki tepi yang rata dan dihilangkan sudut-
sudutnya.
5. Gelas penghapus digeser ke arah tetesan darah shingga darah tersebar keseluruh permukaan
gelas penghapus.
6. dengan cepat gelas menghapus digeserkan berlawanan dengan arah tadi, dengan demikian
daerah akan merata di atas gelas obyek sebagai lapisan yang tipis.
7. hapusan ini segera dikeringkan dengan menggoyang-goyangkan di udara atau menggunakan
kipas angina. Tetapi tidak boleh ditiup. Mengerinkan hapusan darah tidak boleh menggunakan
panas. Terlambat melakukan pengeringan akan menyebabkan krenasi pada eritrosit, karena air
pada eritrosit akan pindah ke plasma.
8. tebalnya hapusan darah akan tergantung dari besarnya tetesan darah, kecepatan menggeser
gelas penghapus dan sudut antara gelas obyek dengan gelas penghapus.
9. untuk mendapatkan hasil yang baik pewarnaan dilakukan paling lambat 1 jam. Jika tidak dilakukan
pewarnaan segera dilakukan fiksasi dengan methyl alcohol.
b. metode converglass
metode ini lebih disukai bila melakukan pemeriksaan terhadap karakteristik sel. Metode
ini lebih baik karena penybaran leukositnya lebih rata, sehingga lebih cocok untuk penghitungan
leukosit perlapang padang dan pengenalan sel umumnya lebih baik.
Teknik Pembuatan
1. siapkan converglass baru dengan ukuran 22 X 22 mm dengan ketebalan No. 1 atau 1,5.
converglass tersebut dengan hati-hati dicelupkan pada alcohol 95%, kemudian dikeringkan
dengan kain yang lembut dan kering. Waktu melakukan pembersihan pegang bagian
pinggirnya.
2. teteskan setetes darah dengan diameter 2-3 mm pada bagian tengah converglass, apabila
ditutup dengan converglass tidak melebihi converglass.
3. tutup converglass tadi dengan converglass penutup sedemikian rupa sehingga antara
converglass pertama dengan convergalass kedua membentuk gambar bintang segi delapan.
Dengan demikian darah akan segera menyebar.
4. setelah darah menyebar rata, ujung converglass penutup digerakan pelan-pelan sehingga
membentuk segi empat, atau persis menutup convergelass pertama.
5. biarkan hapusan darah tersebut kering, setelah keringsegera dilakukan pewarnaan untuk
memperoleh hasil yang baik.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

8.2. PEWARNAAN HAPUSAN DARAH


Sebelum melakukan pewarnaan terlebih dahulu dilakukan fiksasi dengan :
1. methyl alcohol absolute
2. ethyl alcohol
3. formaldehid
pada pewarnaan yang menggunakan warna Romanowsky fiksasi tidak perlu dilakukan, karena proses
pertama dari pewarnaantersebut sudah ditambah methanol.
Dalam melakukan pewarnaan hapusan darah ada beberapa pewarna serta teknik pewarnaan yang
dapat digunakan, namun yang paling banyak digunakan adalah pewarna dari Romanowsky yaitu wright
s stain dan Giemza.

WRIGHT’ S STAIN
Pewarna ini tersedia dalam bentuk serbuk kering baik dalam jumlah besar maupun vial, kapsul atau
tablet. Disamping itu tersedia dalam bentuk larutan siap pakai. Untuk pewarna dalam bentuk serbuk,
sebelum digunakan terlebih dahulu dibuat larutan dengan dua cara yaitu cara konvensional dan cara
cepat.
Cara Convensional
1. taruh 0,5 gram serbuk Wright’ S Stain kering di dalam mortir
2. tambahkan 300 ml methyl alcohol absolute (bebas aseton dan asam asetat) secara pelan-pelan
pada mortir yang berisi pewarna tersebut. Kemudian ditumbuk sampai hancur. Setelah hancur
dituangkan ke dalam botol yang kering dan berwarna gelap.
3. kocok botol setiap hari selama dua minggu kemidian disaring. Untuk mendapatkan pewarnaan
yang lebih baik, sebaiknya dibuat 2-4 minggu.
Cara Cepat
1. taruh 0,3 gram sebuk Wright’ S Stain di dalam mortir, kemudian tambahkan 3 ml glyserol dan
digiling sampai halus.
2. cuci dengan 100 ml methyl alcohol absolute, kemudian disimpan dalam botol yang gelap.
3. aduk dengan pengaduk magnit tanpa pemanasan.
4. saring sebelum digunakan.

Teknik Pewarnaan
1. hapusan darah yang sudah kering ditetesi dengan Wright’ S Stain pada, sehingga tertutup
seluruhnya. Kemudian diamkan selama 1-3 menit.
2. tambahkan dengan meneteskan larutan buffer (pH 6,6 – 6,8) daengan volume yang sama atau 1,5
kali volume larutan pewarna.
3. buffer dan pewarna segera dicampur dengan meniup beberapa kali. Tunggu 20 menit sehingga
sel-selnya tercat dengan baik.
4. hapusan dicuci dengan aquadest atau air biasa, dengan cara menuangkan air yang cukup banyak
pada hapusan darah yang masih berada di atas rak sehingga semua cat hanyut.
5. hapusan diletakan pada salah satu sisinya dan ditunggu sampai kering. Jangan mengeringkan
hapusan dengan kertas.

Wright’ S Stain Dengan Modifikasi Canco


1. gunakan coplin jar yang berisi Wright’ S Stain 0,5% dalam metyl alcohol absolute, untuk
perendaman hapusan darah hendaknya dalam posisi horizontal.
2. setelah perendaman selama 20 detik pada warna, hapusan darah dipindahkan pada coplin jar
yang lain yang berisi penuh dengan air dan dibiarkan selama 30-60 detik.
3. selama hapusan darah pada coplin jar, siram dengan air kran supaya endapan pada hapusan
benar-benar hilang.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Keuntungan dari metode ini adalah penggunaan warna dan metyl alcohol yang lebih sedikit dan
perlu waktu yang lebih singkat, namun kejelekannya adalah lebih banyak dijumpai endapan.

Wright ‘ S Stin untuk bangsa burung


a. persiapan warna
1. campurkan 3,3 gram Wright’ S Stain dalam 500 ml metyl alcohol absolute.
2. buat larutan formalin 0,25 ml formalin ditambah 500 ml aquadest. Atur pH menjadi 6,8
dengan menambahkan sodium karbonat 0,25% atau asam hidroklorida 0,25%
secukupnya.
b. metode pewarna
1. hapusan darah yang kering ditetesi Wright’ S Stain sampai seluruh hapusan tertutup,
kemudian diamkan selama 8 menit.
2. setelah permukaan hapusan berwarna metalik cuci segera dengan aquadest (atur pH =
6,8).
Cara lain dengn mencelupkan beberapa kali (6-10) dalm metyl alcohol absolute.

Wright’ S Stain untuk Vertebrata berdarah dingin


1. teteskan Wright’S Stain sampai merata pada hapusan darah, diamkan selama 2 menit.
2. tambahkan dalam jumlah yang sama buffer sitrat (pH 6,7) selama 3 menit.
3. cuci dengan aquadest.

Giemza
Pewarna ini baik untuk pemeriksaan parasit-parasit darah dan benda-benda inklusi,
disamping itu pewarnaan ini baik untuk melihat granula-granula berwarna merah atau biru langit,
tetapi kurang baik untuk melihat granula-granula neutrofilik dari eritrosit. Untuk itu biasanya
dikombinasikan dengan pewarna lain seperti Wright’ S Stain-Giemza atau May Grunwald-Giemza.

Teknik Pewarnaan
1. tempatkan hapusan darah kering dalam coplin jar yang mengandung metyl alcohol absolute
selama 3-5 menit.
2. tuangkan alcohol, kemudian biarkan hapusan menjadi kering.
3. pindahkan slide ke coplin jar yang kedua yang mengandung pewarna yang masih segar,
kemudian diamkan selama 15-60 menit.
- satu volume giemza stock dilarutkan dengan 9-25 volume aquadest.
- Pembuatan sediaan warna hendaknya seberapa jam sebelum digunakan.
- Untuk mengetahui adanya inklusi pewarnaan perlu 12-18 jam ; sedangkan untuk darah
yang dicurigai adanya parasit pewarnaan dilakukan 60 menit.

Modifikasi Giemza
1. fiksasi hapusan darah dalam metyl alcohol absolute selama 3 menit.
2. larutkan 2 ml Giemza stock dengan 8 ml aquadest atau larutan buffer (pH 6,8).
3. teteskan larutan pewarna pada hapusan darah yang diletakan pada rak pewarna.
4. biarkan selama 5 menit, kemudian dikeringkan dan diperiksa.

LEISHMAN’ S STAIN
1. pembuatan warna
giling 0,15 gram serbuk warna leishman’ s dengan sedikit metyl alcohol absolute sampai
terbentuk suspensi. Tambahkan methanol sampai 100 ml.
tuangkan kedalam botol yang gelap, siapkan warna beberapa minggu sebelum digunakan.
2. Teknik Pewarnaan
Teteskan pada hapusan darah pewarna leishman’ s kemudian biarkan selama 1-2 menit.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Larutkan pewarna leishman’ s dengan dua volume aquadest kemudian diteteskan pada
hapusan darah dan didiamkan selama 15 menit.
Tiup atau ayun-ayunkan dengan hati-hati supaya tercampur dengan baik.
Bilas dengan aquadest setelah terbentuk warna pink (0,5-2 menit).
Hapus bagian bagian belakang hapusan darah untuk menghilangkan sisa-sisa warna dan
diamkan dengan tempat kering dengan posisi ke atas.

WRIGHT GIEMZA STAIN


1. pembuatan warna
- 300 mg serbuk wright’s kering dan 30 serbuk giemza, digiling dalam mortir dan
ditambahkan metyl alcohol absolute sampai 100 ml.
- Biarkan selam 24-28 jam sebelum dipakai.
- Simpan dengan baik dan tertutup supaya alkoholnya tidak menguap.
- Juga tersedia wright’ s Giemza komersial.
2. Metode pewarnaan sama dengan pewarnaan wraight stain

WRAIGHT’S LEISHMEN STAIN


1. Persiapan
a. Wraight’s Stain (larutan I)
Campur 0,6 gram serbuk wraight’s stain,5 ml gliserol dan 300 ml methyl alcohol absolute dalam
erlemnayer 500 cc. Campuran tersebut dipanaskan sampai mendidih sambil diaduk, dipanaskan
lagi 3-4 menit setelah didinginkan beberapa menit. Saring setelah dingin pada temperature kamar.
b. Leishman’s Stain (larutan II)
Buat larutn II dengan prosedur sama seperti larutan I, dengan mengganti wraight’s stain dengan
leshman’s stain.
c. Larutan I dan larutan II dicampur dengan perbandingan 3 volume larutan I dengan 1 volume
larutan II.

2. Teknik Pewarnaan.
1. Fiksasi hapusan darah atau coverglass dengan methyl alcohol absolute selama 5 menit.
2. Masukkan kedalam coplin jar yang mengandung 1 volume pewarna dan 5 volume buffer, diamkan
selama 3 menit. Atau dengan meneteskan warna pada ha[usan darah yang telah diletakkan dengan
posisi horizontal kemudian ditetesi dengan buffer.
3. Bilas dengan aquadest sebanyak 2 kali.
4. keringkan kemudian diperiksa.

8.3. PEMERIKSAAN HAPUSAN DARAH


Pemeriksaan dengan pembesarn rendah
Pemeriksaan dengan pembesarn rendah (obyektif 10x atau 25x) dapaty dilakukan untuk :
a. Penilaian kualitas hapusan darah, yang perlu diperhatikan adalah :
- Lapisan darah harus tipis (monolayer) sehingga eritrosit-eritrosit jelas terpisah satu dengan yang
lain
- Hapusan tidak mengandung endapan cat.
- Eritrosit-eritrosit dan leukosit harus tercat dengan baik.
- Leukosit-leukosit tidak bergerombol pada bagian akhir hapusan (ujung hapusan). Bila hapusan
tidak memenuhi syarat-syarat diatas, maka perlu dibuat hapusan baru.
b. Penaksiran jumlah leukosit dan sel-sel abnormal
Tiap-tiap perhitungan leukosit harus dikontrol dengan pemeriksaan hapusan darah. Penaksian
jumlah leukosit harus dilakukan pada daerah penghitungan (counting area) yaitu bagian dari hapusan
tempateritrosit-eritrosit berdampingan satu dengan yang lainnya. Tetapi tidak saling bertumpukan, bila
didapatkan 20-30 leukosit per lapang pandang ini kira-kira sesuai dengan jumlah leukosit 5000. Bila
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

didaptkan 40-50 per lapang pandang ini sesuai dengan kira-kira 10.000. Selanjutnya yang perlu
diperhatikan adalah adanya sel-sel yang abnormal pada hapusan darah tersebut.

Pemeriksaan dengan pembesaran sedang


Pemerikssaan dengan pembesaran sedang (obyektif 45x), bertujuan untuk mengetahui tingkat keragaman
ukuran, bentuk dan warna eritrosit.

Variasi ukuran
- Makrositik : Eritrosit yang ukurannya lebih besar dari ukuran eritrosit normal
- Mikrositik : Eritrosit yang ukurannya lebih kecil dari ukuran eritrosit normal
- Normositik: Eritrosit yang ukurannya normal untuk masing-masing spesies.
- Sperosit : Eritrosit yang ukurannya terlalu kecil dan tidak ditemukan adanya central pollar.
- Megalosit : Eritrosit yang terlalu besar yang merupakan istilah untuk eritrosit muda.
- Anisositosis: Eritrosit yang ukurannya tidak sama.
Variasi bentuk
- Poikilositosis : Eritrosit yang bentuknya beraneka ragam, ada yang bulat, langsing, persegi dan
ada yang berbentuk tetesan air.
- Burr Cell : Eritrosit yang mengalami krenasi sehingga tepinya bergerigi.
- Skistosit : Sel fragment-fragment eritrosit
- Eliptosit : Sel-sel eritrosit yang bentuknya oval
- Drepanosit : Sel eritrosit yang berbentuk sabit.
Variasi warna
- Normokromik : Eritrosit yang warnanya normal
- Hipokromik : Eritrosit yang warnanya lebih pucat bila dibandingkan dengan warna eritrosit normal
- Hiperkromik : Eritrosit yang warnanya lebih pekat bila dibandingkan dengan warna eritrosit
normal.
- Polikromasi : Eritrosit yang sitoplasmanya berwarna biru kemerahan, sebagai akibat sisa-sisa
RNA, yang sering terlihat pada eritrosit muda.
- Sel target : Eritrosit dengan penyebaran hemoglobin yang tidak merata sehingga nampak
seperti gelang-gelang.
- Howwell Jolly bodies : Namapk 1-3 titik gelap pada eritrosit yang merupakan sisa-sisa dari
membrane inti.
- Heinz bodies : Bintik-bintik kecil yang muncul 1 atau 2 atau 2 buah didalam sel yang biasanya
terdapat di bagian tepi.

Periksaan dengan minyak emersi


Pemeriksaan ini dilakuka untuk pemeriksaan hitung jenis leukosit, yang dilakukan terhadap 100
leukosit. Dalam pemeriksaan ini yang harus diperhatikan adalah adanya penyebarn leukosit yang tidak
merata, disamping itu adanya netrofil yang cenderung berada disepanjang tepi hapusan darah, limposit
dekat tepid an monositserta eosinofil yang tersebar merata. Untuk itu daerah penghitungan diusahakan
dapat mewakili dari dstribusi leukosit. Menentukan daerah penghitungan ada 3 cara yaitu :
a. Straight-edge method
b. Cross-sectional method
c. Bottlement method
Untuk indentifikasi masing-masing leukosit yang harus diperhatikan adalah :
- Ukuran
- Sitoplasma : Warna, jumlah relative dan granula-granula.
- Inti : Bentuk, warna, struktur kromatin dan nucleoli.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Teknik penghitungan
Penghitungan dimulai dari satu sisi bergerak kesisi yang lain, lalu berpindah sejauh 2-3 lapang
pandang sesuai dengan metode yang digunakan. Setiap lapang pandang kekiri atau kekanan dihitung
jumlah jenis leukosit dengan alat Blond Cell counter, sehingga mendapat jumlah 100. hasilnya yang didapt
ditulis sebagai berikut :
Eo Ba St Sg Li Mo
04 01 05 59 27 04

Untuk identifikasi jenis leukosit, berikut ini diuraikn morfologi jenis leukosit.

Netrofil
Netrofil anjing biasanya mempunyai jarak yang dekat antara lobus inti yang satu dengan yang lain
dan tanpa filament. Sitoplasma berwarna pink dan pucat dan granulasi seperti debu (dislike). Demikian juga
netrofil kucing sama dengan netrofil anjing.
Membrane inti pada netrofil sapi terdapat satu atau lebih lekukan dan tanpa filament. Granula-
granulanya kurang jelas dengan warna sitoplasma orange.
Membrane inti netrofil kuda jelas kelihatan dan tidak beraturan, inti terdiri dari banyak lobus atau
multi lobus.

Monosit
Monosit merupakan sel yang besar, yang perlu dibedakan dengan metamyelosit netrofil dan
lomfosit-limfosit besar.
Kriteria untuk identifikasi monosit adalah sebagai berikut.
1. inti berbentuk oval terdiri dari dua atau tiga lobus dengan kromatin seperti tali sepatu.
2. sitoplasma berwarna abu-abu kebiruan (lebih gelap bila dibandingkan dengan netrofil)
3. terdapat vacuola-vacuola pada sitoplasma yang kelihatan dengan jelas.

Eosinofil
Eosinofil sulit diidentifikasi bila menggunakan pewarnaan new methylene blue, karena granula-
granula tidak terwarnai pada pewarnaan tersebut. Granula-granula eosinofil pada anjing, bentuk ukuran dan
jumlahnya berfariasi dan tidak memenuhi sitoplasma, granula-granula tersebut berwarna orange dan tidak
terang (kabur). Kadang-kadang dijumpai vacuola.
Granula-granula eosinofil pada kucing sangat kecil dan berbentuk elip atau batang. Granula-
granulanya memenuhi sel dengan warna orange dan tidak terang.
Granula-granula eosinofil pada sapi kecil dan bulat, memenuhi sel dan warnanyaorange terang.
Granula-granula eosinofil pada kambing dan domba bentuk dan ukurannya sama dengan pada
sapi, hanya warnanya orange dan tidak terang.
Granula-granula eosinofil pada kuda bentuknya bulat dan besar dengan warna orange mengkilat.

Basofil
Granula-granula basofil berwarna pada anjing berwarna ungu dan biasanya menyebar. Basofil
pada sapid an kuda mengandung sejumlah granula-granula berwarna ungu.

Limfosit
- limfosit pada anjing ukurannya kecil dengan sitoplasma sedikit kebiruan, sel tersebut kadang-
kadang mengandung granulasitoplasmik yang merah gelap. Intinya bulat dengan kromatin
bergerombol. Anak inti biasanya tidak terlihat pada pewarna rutin.
- Limfosit pada kucing, sama dengan pada anjing namun jarang sekali ditemukan granula-granula
sitoplasmik.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

- Limfosit pada sapi paling jelas terlihat. Limfosit kecil pada sapi sama dengan limfosit pad anjing,
sedangkan limfosit besar mempunyai lebih banyak sitoplasma, inti yang jelas dengan kromatin-
kromatin yang jelas.
- Limfosit kuda sama dengan lifosit anjing.
Darah dengan antikoagulan EDTA yang disimpan selama 30-60 menit menyebabkn lobulasi
inti, vacuolisasi sitoplasma dan adanya noda-noda pada hapusan darah.

-
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

PEMERIKSAAN RETIKULOSIT

Prinsip penghitungan retikulosit adalah membandingkan antara jumlah retikulosit dengan eritrosit
pada pewarnaan supravital dari hapusan darah. Pembuatan sedian dan pengecatan ada beberapa cara
yaitu dalam sediaan basah maupun sediaan kering. Cat yang dapat digunakan dalam pewarnaan ini adalah
:
1.Larutan Brilliant creasil blue dalam garam fisiologis, dengan susunan sebagai berikut :
Brilliant creasil blue……………………. 1 gram
NaCl…………………………………….. 0,85 gram
Citras natricus…………………………... 0,4 gram
Aquadest………………………………... 100 ml
2. New Methylene Blue N (Cl 52030)
New Methylene blue……………………. 0,50 gram
NaCL……………………………………. 0,70 gram
Na2C2O4 (natrium oksalat)………………. 0,13 gram
Aquadest…………………………………. 100 ml

Teknik Pemeriksaan
1. Dua tetes darah vena atau darah kapiler dengan antikoagulansia dan dua tetes salah satu cat tersebut
dimasukkan kedalam botol kecil.
2. Dicampur dengan baik kemudian tunggu 15 menit.
3. Sesudah itu dikocok lagi dengan baik kemudian dapat dibuat sediaan basah maupun kering.
4. Sediaan kering
Dibuat seperti membuat hapusan darah biasa. Hapusan ini dapat langsung diperiksa atau di cat
terlebih dahulu dengan Wright’s Stain. Pemeriksaan dilakukan dengan minyak emersi pada daerah
penghitung.
5. Sediaan basah
Satu tetes darah tersebut diteteskan pada gelas obyek kemudian ditutup dengan gelas penutup. Gelas
penutup ditekan sehingga membentuk lapisan yang tipis. Sebelumnya gelas penutup diberi vaselin
untuk menjaga agar gelas penutup tidak kekeringan. Pemeriksaan dilakukan dengan minyak emersi.
6. Dihitung 1000 eritrosit, diantara 1000 eritrosit berapa yang terdapat retikulosit.
7. Hasilnya dinyatakan dalam persen atau permili.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

PEMERIKSAAN SUMSUM TULANG

Indikasi pemeriksaan sumsumtulang :


- Menegakkan diagnosa terhadap leukemia.
- Menntukan apakah defisiensi salah satu tipe sel darah yang disebabkan defisiensi prekursornya pada
sumsum tulang.
- Untuk menentukan penyebab anemia yang sukar diatasi, terutama yang berhubungan dengan
defisiensi vitamin B12 asam folat maupun keracunan timah hitam.
- Untuk menentukan adanya neoplasma metastatik.
- Untuk mendiagnosa penyakit-penyakit yang menyebabkan lesigranulomatous seperti brucellosis,
tuberculosis, histoplasmosis dan toxoplasmosis.
- Untuk mengetahui defisiensi simpanan zat besi pada kasus-kasus tertentu yang di duga anemia
defisiensi besi.
Type sumsum tulang ada dua yaitu :
1. Sumsum merah, aktif dalam memproduksi eritrosit,granulosit dan trombosit. Sumsum merah secara
normal terdapat pada :
a. Tulang-tulang pipih seperti : Tulang rusuk, pelvis dan tulang cranial.
b. Tulang-tulang pendek seperti vertebrae.
c. Ujung-ujung tulang panjang.
2. Sumsum kuning, tidak produktif atau sebagai cadangan, yang menempati ruang-ruang sempit pada
tulang-tulang panjang pada hewan dewasa. Sumsum kuning mengandung :
a. Sel-sel lemak
b. Sel-sel endothelial
c. Sel-sel retikuler

TEKNIK PEMERIKSAAN SUMSUM TULANG


I. Alat-alat yang diperlukan :
- Jarum
- Bone Marrow Set yang terdiri dari spuit 5 cc dan jarum no. 15.
- Gelas obyek
- Obat anti shock.
II. Teknik pemeriksaan
a. Lokasi
Untuk anjing, kucing, babi muda dan hewan percobaan dilakukan pada spina illiaca, ujung proksimal
femur menuju fosa throchanterica.
Untuk kuda, sapi, domba dan kambing dilakukan pada tulang rusuk, tuber coxae, spina illiaca (tidak
disarankan untuk kuda yang lebih tua dan sapi karma sumsum tulang sedikit terdapat pada tempat
tersebut), sternum (sulit dilalkukan karma bantalan otot yang tebal) dan spina vertebrae (bagus untuk
anak sapi).

b. Teknik aspirasi
Pada kucing melalui femur
- Bulu disekitar lokasi dicukur dan didesinfeksi dengan jodium 2% kemudian dilanjutkan dengan
alcohol 70%.
- Setelah dilakukan desinfeksi deberikan anestesi local, seperti xylocain 2% atau procain 2%.
Untuk kucing yang agak buas diperlukan sedative seperti surital atau katamine.
- Dilakukan irisan kecil sepanjang setengah cm.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

- Jarum aspirasi (3/4-1/2 .in. 16-18 G) dimasukkan kedalam tulang cortical dari fosa
throcanterica menuju rongga femur sekitar ½-1 inci. Jarum yang dapat digunakan adalah :
Rosenthal, Vein-silverman, spinal tap needle, stainless steel pin dan salah.
- Setelah jarum mencapai rongga femur stylet dikeluarkan kemudian sumsum dan darah
sinusoid dihisap.
Anjing melalui spina illiaca
- Setelah ditemukan spina illiaca, bulu disekitarnya dicukur dan diberi antiseptic. Kemudian
infiltrasi daerah tersebut dengan xylocain 2% atau procain 2% sebagai anestesi local.
- Buat celah yang sempit pad kulit, biasanya pada sudut antero dorsal dari puncak illiaca.
- Jarum aspirasi dengan stylet dimasukkan pada celah tersebut sampai menusuk otot sehingga
menuju cavum medullaris dengan melakukan tekanan dan gerakan memutar.
- Keluarkan stylet, kemudian dilakukan aspirasi sumsum tulang ke dalam syring 20 cc.
Kuda, sapid an domba melalui tulang rusuk
- Bagian dorsal tulang rusuk ke 8-19 yang ditutupi hanya oleh kulit dan fascia, dilakukan palpasi
sehingga menemukan daerah yang paling tipis.
- Cukur bulu di daerah tersebut serta diberi antiseptic.
- Suntikkan 5-10 ml anestesi local pada daerah tersebut dan periosteum.
- Buat irisan kecil pada kulit. Fascia dan periosteum.
- Dengan melakukan tekanan dan gerakan memutar, jarum aspirasi (1 ½-2 ½ in. 16 G)
ditusukkan sampai menuju kantong sumsum.
- Stylet dikeluarkan kemudian dilakukan aspirsi sumsum, tulang ke dalam syring 10 ml, sekitar 1
ml atau lebih sumsum tulang.
c. Persiapan
Keluarkan darah yang berlebihan, karma darah yang berlebihan akan mempengaruhi kualitas hapusan
sumsum tulang. Untuk itu dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1. Sebelum menggumpal tekan pada slide dengan posisi miring, setelah cairannya turun baru
dibuat hapusan.
2. Sumsuim tulang diletakkan pada obyek gelas kemudian digoyang-goyangkan sampai cairan
menuju ke pinggir.
3. Ambil dengan pipet atau syring 5-10 ml dengan jarum yang lebih besar dari 18 G.
d. Teknik pengecatan
1. Wright’s stain
Pengecatan ini dilakukan untuk pemeriksaan morfologi sel. Setelah dibuat prefarat sumsum
tulang, kemudian dilakukan fiksasi dengan methanol absolute. Setelah dilakukan fiksasi
ditambahkan larutan Wright’s stain dan didiamkan selama 5 menit. Selanjutnya tambahkan
larutan buffer dan diamkan selama 20 menit. Kemudian dibilas dengan air ynag mengalir.
2. Frusian blue
Pengecatan ini dilakukan untuk pemeriksaan sitokimia pada keseimbangn Fe didalam
sumsum tulang. Setelah dibuat prefarat sumsum tulang, dilakukan fiksasi dengan methanol
absolute selama 2 menit. Kemudian tambahkan larutan K Fe CH dan diamkan selama 15
menit. Selanjutnya dibilas dengan aquadest. Setelah itu dilakukan pengecatan kontras dengan
eosin 1% selama 3 menit.
PEMERIKSAAN HAPUSAN
1. Jumlah total, biasanya bukan cara yang tepat.
a. Sel-sel sumsum tulang cenderung mengelompok.
b. Bercampur dengan darah tepi, dan jumlahnya bervariasi, tetesan pertama dari aspirasi
mengandung sel yang paling banyak.
2. Tingkat selularitas
a. Meningkat : Hiperseluler
b. Normal
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

c. Menurun : Hiposeluler. Sel-sel yang besar biasanya tahan terhadap aspirasi atau pecah pada
saat pembuatan hapusan sehingga jumlahnya tidak sesuai dengan proporsi yang ada.
3. Hitung jenis sel, hitung paling sedikit 500 sel dan paling bagus diperiksa pada ujung hapusan.
Rasio Myeloid : Eritrosit (M:E), menunjukkan proporsi total granulosit terhadap eritrosit berinti. Atau
perbandingan antara granulopoetik dengan eritrosit berinti
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

LANJUT ENDAP DARAH

Laju endap darah merupakan pengukuran dalam millimeter pangendapan darah selama 1 jam.
Laju endap darah dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran eriotrosit, konsentrasi eritrosit, komposisi plasma
darah, antikoagulansia yang digunakan, temperature dan keadaan tabung seperti posisi, panjang dan
diameter tabung. Ada beberapa metode untuk menentukan laju endap darah, metode tersebut adalah
metode Wintrobe dan Westegreen.

11.1. METODE WINTROBE


Alat-alat yang digunakan pada metode ini terdiri dari :
1. Tabung Wintrobe yang panjangnya 120 mm san diameternya 2,5 mm. Tabung ini terdapat skala 0-100
pada bagian kiri dan kanan. Skala bagian kiri dari atas ke bawah dan bagian kanan sebaliknya.
2. Pipet wintrobe
3. Rak untuk tabung wintrobe
4. antikoagulansia yang digunakan adalah EDTA (1 mg/ml darah), Heller dan Paul (2 mg/ml darah), serta
ammonium dan pottasium oksalat.
Teknik Pemeriksaan
1. Darah dengan antikoagulansia dimasukkan ke dalam tabung wantrobe. Yang perlu diperhatikan disini
adalah campuran antara antikoagulansia dengan darah harus cepat dan tidak terjadi hemolisa dan
tidak terdapat gelembung udara. Disamping itu tabung yang dipakai harus dalam keadan kering dan
bersih.
2. letakkan tabung wintrobe pada rak wintrobe pada posisi vertical, kemudian diletakkan pada suhu kamar
15-27 0C.
3. Pembacaan dilakukan setelah satu jam atau lebih tergantung spesies hewan yang diperiksa darahnya.

11.2. MOTEDE WESTERGREEN


Alat-alat yang digunakan pada metode westergreen adalah :
1. Tabung westergreen, tabung ini terbuka pada kedua ujungnya dengan panjang 300 mm dan diameter
2,5 mm. tabung ini dilengkapi dengan skala 0-200 mm.
2. Rak westergreen, rak ini digunakan untuk meletakkan tabung westergreen pada posisi vertical. Rak ini
dilengkapi dengan karet pada bagian bawah dan pegas pada bagian atas untuk menekan tabung
kebawah sehingga posisi tabung tetap vertical.
3. antikoagulansia yang digunakan pada metode westergreen adalah EDTA kering (1 mg/ml darah).
Darah yang menggunakan antikoagulansia EDTA perlu diencerkan dengan NaCl fisiologis dengan
perbandingan 1 volume NaCl fisiologis dan 4 volume darah (1 : 4). Disamping itu dapat digunakan
larutan sodium sitrat sebagai antikoagulansia (0,2 ml/0,8 ml darah).

Tenik Pemeriksaan
1. Darah dengan antikoagulansia diisap kedalam tabung westergreen sampai tanda 0.
2. Lubang atas dari tabung ditutup dengan jari, kemudian ditempatkan pada rak westergreen dengan
posisi vertical dan ditempatkan pada suhu kamar (27 0C).
Permukaan atas dari kolom eritrosit dibaca setelah satu jam atau lebih tergantung sample darah yang
diperiksa.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

\
UJI KEHAMILAN (GALLI MAININI)
A. Tujuan Praktikum
A.1 Tujuan Kegiatan
1. Mahasiswa dapat melakukan uji kehamilan (Galli Mainini) dengan menggunakan katak Bufo
Vulgaris jantan
A.2 Kompetensi Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan uji kehamilan (Galli Mainini) dengan menggunakan katak Bufo
Vulgaris jantan

B. Metode Praktikum
B.1 Jenis Kegiatan : Eksperimen.
B.2 Obyek pengamatan : Katak Bufo Vulgaris jantan.
B.3 Bahan dan Alat
Untuk tes kehamilan dengan uji Galli Mainini ini diperlukan alat dan bahan sebagai berikut :
1. Katak bengkerok jantan dewasa 2 ekor.
2. Spuit (pompa suntik) 5 ml.
3. Urine wanita hamil muda.
4. Tempat katak.
5. Mikroskop cahaya.
6. Kaca obyek.
7. Lidi kapas.
B.4 Cara Kerja
Menyediakan dua ekor katak bengkerok (Bufo Vulgaris) jantan dewasa. Ciri-ciri katak jantan
antara lain : pada telapak kaki depan terdapat penebalan berwarna hitam, pada kulit leher bagian
ventral terdapat warna agak merah kekuningan, warna tubuh biasanya agak gelap dibanding
betina.

Merangsang dengan menggunakan lidi berbungkus kapas pada bagian kloakanya kemudian
kalau keluar sesuatu menaruhnya pada kaca obyek dan memeriksa dengan mikroskop. Jika
sesuatu tersebut sperma maka yang harus dilakukan adalah membersihkannya terlebih dahulu.

Menyiapkan 5 ml air kencing wanita yang diduga hamil sekitar 1-3 bulan kemudian gunakan
pompa dan jarum suntik (spuit) untuk menyuntikkan urine tersebut secara sub-kutan (di bawah
kulit) dengan cara mencubit / menarik kulit katak kemudian suntikkan. Biasanya untuk
penyuntikan ini dipilih tempat untuk kulit punggung.

Menyuntik katak yang satu dengan aquadest digunakan sebagai kontrol.

Mengembalikan katak pada tempatnya, kemudian menunggu kurang lebih 30 menit untuk melihat
reaksinya. Setelah itu merangsang bagian kloaka dengan lidi, jika keluar sesuatu kemudian
memeriksanya dengan mikroskop. Apabila sesuatu tersebut adalah sperma maka reaksi positip.
Bagaimana interpretasi anda?
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

UJI SCREENING PADA MASA KEHAMILAN

Uji screening dapat memberitahu mengenai faktor resiko cacat lahir seperti sindroma Down atau spina
bifida. Uji sreening mencari "penanda" yang menunjukan abnormalitas , misalnya kadar zat kimiawi yang
abnormal (tinggi atau rendah). Hsil uji diklasifikasikan sebagai resiko rendah atau tinggi.

1. SCAN ULTRASONOGRAFI : metode ini menggunakan gelombang suara berintensitas tinggi


untuk menghasilkan gambar rahim dan bayi didalamnya pada layar komputer. Scan
ultrasonografi tidak menyakitkan dan tidak mendatangkan resiko. scan triwulan pertama
dilakukan untuk menginformasikan perkiraan hari persalinan. ukuran bayi dari puncak kepala
sampai bokong adalah cara paling akurat untuk memperkirakan tanggal persalinan dan usia
janin. Scan pertama ini juga dapat mengidentifikasi kehamilan kembar, serta mendiagnosis
komplikasi dan masalah tertentu pada kehamilan dan janin anda.

2. SCAN TRANSLUSENSI LIPATAN NUKAL : Uji Screening ini memeriksa lipatan nukal
dibelakang leher bayi. Ultrasonografi digunakan untuk menakar cairan dalam lipatan tersebut.
lalu, sebuah program komputer memperkirakan resiko bayi komputer bayi mengalami sindroma
Down berdasarkan usia ibu hamil dan nilai translulensi Nukal. uji tersebut dilakukan antara
minggu ke-11 dan ke-14 kehamilan dan dianggap 75% akurat. Bila dikombinasikan dengan uji
darah, maka tingkat akurasi meningkat menjadi 90-95%. Hasil scan dapat langsung diperoleh,
namun jika melakukan uji darah pula dapat menunggu beberapa hari.

3. UJI TULANG HIDUNG : sebuah uji screening lain , untuk mengenali resiko sindroma down,
menggunakan ultrasonografi untuk memeriksa keberadaan tuang hidung bayi. penelitian
menunjukan bila tulang hidung terlihat pada scan triwulan pertama maka tidak mungkin bayi
mengalami gangguan kromosomal ini. penalaranya adalah bayi dengan sindroma down memiliki
batang hidung yang datar dan tulang hidung kecil atau berbentuk tak sempurna. Bentuk seperti
ini tidak terlihat pada scan triwulan pertama. walaupun tidak tersedia luas, scan tersebut terbukti
sebagai penanda awal yang baik untuk megkaji resiko sindroma down.

UJI PROGESTERON DAN UJI KEHAMILAN


Uji progesteron bertujuan untuk memeriksa kadar progesteron dalam tubuh kita. Progesteron adalah salah
satu hormon steroid yang dihasilkan tubuh kita. Pada wanita hormon ini berfungsi antara lain pada siklus
menstruasi, untuk menyiapkan rahim untuk implantasi sel telur yang telah dibuahi. Pada siklus menstruasi
normal, kadar progesteron dalam darah sebelum terjadi pelepasan sel telur < 5 ng/mL, kemudian setelah
terjadi pelepasan sel telur akan meningkat > 5 ng/mL, terus meningkat sampai 6-10 hari, untuk kemudian
menurun jika tidak terjadi kehamilan (Oleh karena itu, pada kasus Ibu Diana, pemeriksaan tersebut
dilakukan kapan? Di awal siklus menstruasi, di tengah siklus menstruasi, akhir siklus menstruasi, setelah
telat menstruasi, atau setelah minum obat yang mengandung progesteron?)
Kapan dilakukan uji progesteron? Uji progesteron biasanya dilakukan untuk mengetahui apakah ada siklus
menstruasi normal (terutama bagi mereka yang ingin hamil). Uji progesteron juga sering dilakukan bagi
mereka yang diberi obat untuk merangsang pelepasan sel telur, untuk memantau keberhasilan terapi dan
untuk mengetahui kapan pelepasan sel telur terjadi. Bagi pasutri yang menginginkan kehamilan, informasi
“kapan terjadi pelepasan sel telur” ini sangat penting. Uji progesteron juga dilakukan jika terjadi dugaan
adanya kehamilan di luar kandungan. Untuk mereka yang kehamilannya tergolong resiko tinggi, uji ini
kadang dilakukan untuk memantau perkembangan janin dan plasentanya. Pada wanita yang sedang tidak
hamil, uji ini dapat membantu mengetahui penyebab perdarahan rahim yang dialaminya (Sayang sekali, Ibu
Diana tidak menyertakan keterangan, kenapa beliau melakukan uji progesteron).
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Uji kehamilan mendeteksi keberadaan beta-hCG (human Chorionic Gonadotropin), suatu hormon yang
dihasilkan oleh embrio segera setelah terjadi konsepsi yang kemudian dilanjutkan oleh sel sinsitiotrofoblast
(bagian dari plasenta). Keberadaan hormon hCG hampir selalu mengindikasikan terjadinya kehamilan.
Salah satu fungsi hormon ini adalah membantu menjaga keadaan rahim agar sesuai untuk kehamilan,
dengan antara lain merangsang pengeluaran hormon progesteron (Itulah kenapa, jika terjadi kehamilan,
hormon progesteron akan meningkat sesuai dengan umur kehamilan, dan akan mencapai 100-200 ng/mL
ketika kehamilan akhir).
Uji kehamilan yang paling sering kita temui adalah dengan pemeriksaan urin. Kadar minimal beta-hCG
dalam urin untuk menghasilkan hasil yang positif, sepanjang pengetahuan saya, berkisar antara 20-100
mIU/mL (meskipun tespek tersebut mengatakan mempunyai batas deteksi minimal 5 mIU/mL). Padahal,
sampai 5 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir, kadar beta-hCG dalam urin kadang masih dibawah
20 mIU/mL (meskipun pada beberapa wanita 4 minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir sudah
lebih dari ratusan mIU/mL).

HORMON HCG DAN UJI KEHAMILAN


Dua garis pada alat uji kehamilan, tentunya membuat pasangan yang sudah menanti-nantikan hadirnya
sang buah cinta kontan melonjak gembira. Sebuah metoda tes kehamilan yang mudah, murah dan praktis.
Test pack yang bisa dibeli di hampir setiap apotek ini di dalamnya memiliki zat yang bereaksi dengan
hormon kehamilan, human Chorionic Gonadotropin (hCG), dan berubah warna jika hCG ini terdeteksi
dalam air seni.

Hormon Kehamilan

Kira-kira sepuluh hari setelah sel telur dibuahi sel sperma di saluran Tuba fallopii, telur yang telah dibuahi
itu bergerak menuju rahim dan melekat pada dindingnya. Sejak saat itulah plasenta mulai berkembang dan
memproduksi hCG yang dapat ditemukan dalam darah serta air seni. Keberadaan hormon protein ini sudah
dapat dideteksi dalam darah sejak hari pertama keterlambatan haid, yang kira-kira merupakah hari keenam
sejak pelekatan janin pada dinding rahim.
Kadar hormon ini terus bertambah hingga minggu ke 14-16 kehamilan, terhitung sejak hari terakhir
menstruasi. Sebagian besar ibu hamil mengalami penambahan kadar hormon hCG sebanyak dua kali lipat
setiap 3 hari. Peningkatan kadar hormon ini biasanya ditandai dengan mual dan pusing yang sering
dirasakan para ibu hamil. Setelah itu kadarnya menurun terus secara perlahan, dan hampir mencapai kadar
normal beberapa saat setelah persalinan. Tetapi adakalanya kadar hormon ini masih di atas normal sampai
4 minggu setelah persalinan atau keguguran.
Perkiraan Kadar hCG dalam Darah kehamilan trimester kedua
Kurang dari 5 IU/l (international
Perempuan yang tidak hamil dan laki-laki
units per liter)
24-28 hari setelah haid
5–100 IU/L
Ibu terakhir
hamil: 4-5 minggu (1 bulan) setelah
50–500 IU/L
haid terakhir
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

5-6 minggu setelah haid


100–10.000 IU/L
terakhir
14-16 minggu (4 bulan)
12.000–270.000 IU/L
setelah haid terakhir
3.000-50.000 IU/L
kehamilan trimester ketiga 1.000-50.000 IU/L
Perempuan pasca menopause Kurang dari 10 IU/l
Kadar hCG yang lebih tinggi pada ibu hamil biasa ditemui pada kehamilan kembar dan kasus hamil anggur
(mola). Sementara pada perempuan yang tidak hamil dan juga laki-laki, kadar hCG di atas normal bisa
mengindikasikan adanya tumor pada alat reproduksi. Tak hanya itu, kadar hCG yang terlalu rendah pada
ibu hamil pun patut diwaspadai, karena dapat berarti kehamilan terjadi di luar rahim (ektopik) atau kematian
janin yang biasa disebut aborsi spontan.
Uji Kehamilan
Alat uji kehamilan untuk dipakai di rumah (home pregnancy test, HPT) yang biasa dikenal dengan test pack
merupakan alat praktis yang cukup akurat untuk mendeteksi kehamilan pada tahap awal. Cara
penggunaannya relatif mudah, yaitu mencelupkan ujung alat ke dalam air seni yang ditampung atau
menyentuhkan pada aliran air seni ketika buang air kecil. Biasanya dianjurkan penggunaan air seni pertama
setelah bangun pagi, karena konsentrasi hormon hCG yang tinggi pada saat itu.

Alat uji kehamilan semacam ini biasanya memiliki dua buah “jendela” atau garis. Garis yang pertama
mengisyaratkan bahwa tes dilakukan dengan benar, yang biasa disebut dengan garis kontrol. Garis kontrol
akan tampak bila test packmendapatkan cukup air seni untuk diuji. Sementara garis kedua menunjukkan
hasil tes, yang merupakan bagian alat yang memiliki “antibodi” yang bereaksi dengan hCG dan dapat
berubah warna bila hormon ini terdeteksi. Setipis apapun garis ini, kemunculannya tetap menunjukkan
adanya kehamilan.
Sebagian besar merk test pack yang beredar di pasaran sudah dapat mendeteksi hCG dengan kadar 25
IU/L-50 IU/L, sehingga cukup akurat untuk menentukan ada atau tidaknya kehamilan pada hari pertama
keterlambatan menstruasi (sekitar 28 hari setelah menstruasi terakhir).
Uji kehamilan yang lebih akurat tentunya adalah tes kuantitatif hormon hCG dalam darah. Biasanya yang
diukur adalah jumlah subunit beta hormon hCG (ß-hCG).
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

UJI URIN

Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih,
batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti
diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.

SPESIMEN

Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas. Sekresi vagina, perineum dan uretra
pada wanita, dan kontaminan uretra pada pria dapat mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus,
protein, sel, epitel, dan mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan jaringan sekitarnya.
Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang beberapa millimeter pertama urine sebelum mulai
menampung urine. Pasien perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang
haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung specimen. Kadang-kadang diperlukan
kateterisasi untuk memperoleh spesimen yang tidak tercemar.

Meskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine sewaktu cukup bagus untuk pemeriksaan,
namun urine pertama pagi hari adalah yang paling bagus. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa
asupan cairan yang lama, sehingga unsure-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan.

Gunakan wadah yang bersih untuk menampung spesimen urin. Hindari sinar matahari langsung pada waktu
menangani spesimen urin. Jangan gunakan urin yang mengandung antiseptik.
Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah buang air kecil. Penundaan pemeriksaan terhadap
spesimen urine harus dihindari karena dapat mengurangi validitas hasil. Analisis harus dilakukan selambat-
lambatnya 4 jam setelah pengambilan spesimen. Dampak dari penundaan pemeriksan antara lain : unsur-
unsur berbentuk dalam sedimen mulai mengalami kerusakan dalam 2 jam, urat dan fosfat yang semula larut
dapat mengendap sehingga mengaburkan pemeriksaan mikroskopik elemen lain, bilirubin dan urobilinogen
dapat mengalami oksidasi bila terpajan sinar matahari, bakteri berkembangbiak dan dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan mikrobiologik dan pH, glukosa mungkin turun, dan badan keton, jika ada, akan menguap.

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK

Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopik : warna dan kekeruhan. Urine normal yang
baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan
urobilin. Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urine; urine encer hampir tidak berwarna, urine pekat
berwarna kuning tua atau sawo matang. Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan
urat (dalam urine asam) atau fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular
berlebihan atau protein dalam urin.

Volume urine normal adalah 750-2.000 ml/24hr. Pengukuran volume ini pada pengambilan acak (random)
tidak relevan. Karena itu pengukuran volume harus dilakukan secara berjangka selama 24 jam untuk
memperoleh hasil yang akurat.

Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan kemungkinan adanya infeksi,
dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan
tertentu juga dapat mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat mungkin mewakili jumlah besar protein
dalam urin (proteinuria).
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah :


• Merah : Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin. Penyebab
nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna, bit, rhubab (kelembak), senna.
• Oranye : Penyebab patologik : pigmen empedu. Penyebab nonpatologik : obat untuk infeksi saliran
kemih (piridium), obat lain termasuk fenotiazin.
• Kuning : Penyebab patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin, urobilin. Penyebab nonpatologik :
wotel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin.
• Hijau : Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas). Penyebab nonpatologik :
preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik.
• Biru : tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran.
• Coklat : Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen empedu. Pengaruh obat :
levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
• Hitam atau hitam kecoklatan : Penyebab patologik : melanin, asam homogentisat, indikans,
urobilinogen, methemoglobin. Pengaruh obat : levodopa, cascara, kompleks besi, fenol.

ANALISISDIPSTICK

Dipstick adalah strip reagen berupa strip plastik tipis yang ditempeli
kertas seluloid yang mengandung bahan kimia tertentu sesuai jenis parameter yang akan diperiksa. Urine
Dip merupakan analisis kimia cepat untuk mendiagnosa berbagai penyakit.

Uji kimia yang tersedia pada reagen strip umumnya adalah : glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, pH,
berat jenis, darah, keton, nitrit, dan leukosit esterase.
Prosedur Tes

Ambil hanya sebanyak strip yang diperlukan dari wadah dan segera
tutup wadah. Celupkan strip reagen sepenuhnya ke dalam urin selama dua detik. Hilangkan kelebihan urine
dengan menyentuhkan strip di tepi wadah spesimen atau dengan meletakkan strip di atas secarik kertas
tisu. Perubahan warna diinterpretasikan dengan membandingkannya dengan skala warna rujukan, yang
biasanya ditempel pada botol/wadah reagen strip. Perhatikan waktu reaksi untuk setiap item. Hasil
pembacaan mungkin tidak akurat jika membaca terlalu cepat atau terlalu lambat, atau jika pencahayaan
kurang. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan
dalam pembacaan secara visual.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Pemakaian reagen strip haruslah dilakukan secara hati-hati. Oleh karena itu harus diperhatikan cara kerja
dan batas waktu pembacaan seperti yang tertera dalam leaflet. Setiap habis mengambil 1 batang reagen
strip, botol/wadah harus segera ditutup kembali dengan rapat, agar terlindung dari kelembaban, sinar, dan
uap kimia. Setiap strip harus diamati sebelum digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada perubahan
warna.

Glukosa

Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin (kurang dari 130 mg/24
jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya
reabsorbsi tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat
terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu
dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus.
Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD)
dan zat warna.

Protein

Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal.
Normal ekskresi protein urine biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu
spesimen. Lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria.

Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena perubahan fisiologis. Selama olah raga,
stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan protein dalam jumlah yang
signifikan muncul dalam urin. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan jumlah protein
tinggi.

Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda yang
sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan
hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda
yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.

Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi
kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein.

Bilirubin

Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk (terkonjugasi), karena tidak terkait dengan
albumin, sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urine bila kadar dalam
darah meningkat. Bilirubinuria dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar),
ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik.

Urobilinogen

Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat bakteri
dalam usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sebagian besar urobilinogen berkurang di faeses;
sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah, di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu;
dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan ke dalam urine oleh ginjal.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar menurun atau terdapat kelebihan
urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan
rekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika atau
anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis
hepar, keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis
infeksiosa, anemia sel sabit. Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas,
penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah,
kolelitiasis, diare yang berat.

Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau
sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.

Keasaman (pH)

Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4
menjadi sekitar 6 di final urin. Namun, tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5
– 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu
menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang
lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa jug adapt
mempengaruhi pH urine.

Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH akan berubah menjadi
basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur
mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urine yang basa
sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine dengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan
terjadinya batu asam urat.

Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine :


• pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih (Proteus atau
Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus
ginjal, spesimen basi.
• pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis sistemik (kecuali
pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau metabolic memicu pengasaman urine dan
meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman.

Berat Jenis (Specific Gravity, SG)

Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur konsentrasi zat terlarut)
mengukur kepadatan air seni serta dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan
mengencerkan urin.
Spesifik gravitasi antara 1,005 dan 1,035 pada sampel acak harus dianggap wajar jika fungsi ginjal normal.
Nilai rujukan untuk urine pagi adalah 1,015 – 1,025, sedangkan dengan pembatasan minum selama 12 jam
nilai normal > 1,022, dan selama 24 jam bisa mencapai ≥1,026. Defek fungsi dini yang tampak pada
kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk memekatkan urine.

BJ urine yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi tubulus. Nokturia dengan
ekskresi urine malam > 500 ml dan BJ kurang dari 1.018, kadar glukosa sangat tinggi, atau mungkin pasien
baru-baru ini menerima pewarna radiopaque kepadatan tinggi secara intravena untuk studi radiografi, atau
larutan dekstran dengan berat molekul rendah. Kurangi 0,004 untuk setiap 1% glukosa untuk menentukan
konsentrasi zat terlarut non-glukosa.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Darah (Blood)

Pemeriksaan dengan carik celup akan memberi hasil positif baik untuk hematuria, hemoglobinuria, maupun
mioglobinuria. Prinsip tes carik celup ialah mendeteksi hemoglobin dengan pemakaian substrat peroksidase
serta aseptor oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah menjadi hemoglobin dengan adanya aktivitas
peroksidase. Hal ini memungkinkan hasil tidak sesuai dengan metode mikroskopik sedimen urine.

Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam urine yang disebabkan karena danya hemolisis
intravaskuler. Hemolisis dalam urine juga dapat terjadi karena urine encer, pH alkalis, urine didiamkan lama
dalam suhu kamar. Mioglobinuria terjadi bila mioglobin dilepaskan ke dalam pembuluh darah akibat
kerusakan otot, seperti otot jantung, otot skeletal, juga sebagai akibat dari olah raga berlebihan, konvulsi.
Mioglobin memiliki berat molekul kecil sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresi ke dalam
urine.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :


• Hasil positif palsu dapat terjadi bila urine tercemar deterjen yang mengandung hipoklorid atau
peroksida, bila terdapat bakteriuria yang mengandung peroksidase.
• Hasil negatif palsu dapat terjadi bila urine mengandung vitamin C dosis tinggi, pengawet
formaldehid, nitrit konsentrasi tinggi, protein konsentrasi tinggi, atau berat jenis sangat tinggi
Urine dari wanita yang sedang menstruasi dapat memberikan hasil positif.
Keton

Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat) diproduksi untuk menghasilkan
energi saat karbohidrat tidak dapat digunakan. Asam aseotasetat dan asam β-hidroksibutirat
merupakan bahan bakar respirasi normal dan sumber energi penting terutama untuk otot jantung dan
korteks ginjal. Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan keton sudah mencukupi maka akan
diekskresi ke dalam urine, dan apabila kemampuan ginjal untuk mengekskresi keton telah melampaui
batas, maka terjadi ketonemia. Benda keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam
asetoasetat.
Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat (kelaparan, tidak seimbangnya diet tinggi lemak
dengan rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), gangguan
metabolisme karbohidrat (mis. diabetes), sehingga tubuh mengambil kekurangan energi dari lemak atau
protein, febris.
Nitrit

Di dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein, yang kemudian jika terdapat
bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin (Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella,
Proteus) yang megandung enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi bila urine
telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam. Hasil negative bukan berarti pasti tidak terdapat
bakteriuria sebab tidak semua jenis bakteri dapat membentuk nitrit, atau urine memang tidak mengandung
nitrat, atau urine berada dalam kandung kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu, pada keadaan tertentu,
enzim bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun kemudian nitrit berubah menjadi nitrogen.

Spesimen terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urine pagi dan diperiksa dalam keadaan segar, sebab
penundaan pemeriksaan akan mengakibatkan perkembang biakan bakteri di luar saluran kemih, yang juga
dapat menghasilkan nitrit.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
• Hasil positif palsu karena metabolisme bakteri in vitro apabila pemeriksaan tertunda, urine merah
oleh sebab apapun, pengaruh obat (fenazopiridin).
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

• Hasil negatif palsu terjadi karena diet vegetarian menghasilkan nitrat dalam jumlah cukup banyak,
terapi antibiotik mengubah metabolisme bakteri, organism penginfeksi mungkin tidak mereduksi
nitrat, kadar asam askorbat tinggi, urine tidak dalam kandung kemih selama 4-6 jam, atau berat
jenis urine tinggi.

Lekosit esterase

Lekosit netrofil mensekresi esterase yang dapat dideteksi secara kimiawi. Hasil tes lekosit esterase positif
mengindikasikan kehadiran sel-sel lekosit (granulosit), baik secara utuh atau sebagai sel yang lisis. Limfosit
tidak memiliki memiliki aktivitas esterase sehingga tidak akan memberikan hasil positif. Hal ini
memungkinkan hasil mikroskopik tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan carik celup.

Temuan laboratorium negatif palsu dapat terjadi bila kadar glukosa urine tinggi (>500mg/dl), protein urine
tinggi (>300mg/dl), berat jenis urine tinggi, kadar asam oksalat tinggi, dan urine mengandung cephaloxin,
cephalothin, tetrasiklin. Temuan positif palsu pada penggunaan pengawet formaldehid. Urine basi dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan.

Uji . Bilirubin Urin


Secara normal, bilirubin tidak dijumpai di urin. Bilirubin terbentuk dari penguraian
hemoglobin dan ditranspor ke hati, tempat bilirubin berkonjugasi dan diekskresi dalam bentuk
empedu. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) ini larut dalam air dan diekskresikan ke dalam urin
jika terjadi peningkatan kadar di serum. Bilirubin tak terkonjugasi (bilirubin indirek) bersifat larut
dalam lemak, sehingga tidak dapat diekskresikan ke dalam urin.

Prosedur
Uji bilirubinuria dapat menggunakan reaksi diazo (dengan tablet atau dipstick), atau uji
Fouchet (Harison spot test) dengan feri klorida asam (FeCl2). Uji bilirubinuria dengan reaksi diazo
banyak dipakai karena lebih praktis dan lebih sensitif. Di antara dua macam uji diazo, uji tablet
(mis. tablet Ictotest) lebih sensitif daripada dipstick.
1. Reaksi diazo
Kumpulkan spesimen urin pagi atau urin sewaktu/acak (random). Celupkan
stik reagen (dipstick) atau tablet Ictotest. Tunggu 30 detik, lalu bandingkan warnanya
dengan bagan warna pada botol reagen. Pembacaan dipstick dengan instrument
otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara
visual.
2. Uji Fouchet
Ke dalam 12 ml urin, tambahkan 3 ml barium klorida dan 3 tetes ammonium
sulfat jenuh. Centrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 3500 rpm. Buang
supernatant, tambahkan 2 tetes larutan Fouchet pada endapan. Amati perubahan
warna yang terjadi.Reaksi negatif jika tidak tampak perubahan warna. Reaksi positif
jika terjadi perubahan warna : hijau atau biru.
Pengujian harus dilakukan dalam waktu 1 jam, dan urin harus dihindarkan dari pajanan
sinar matahari (sinar ultraviolet) langsung agar bilirubin tidak teroksidasi menjadi biliverdin.

Nilai Rujukan
Normal : negatif (kurang dari 0.5mg/dl)

Masalah Klinis
Bilirubinuria (bilirubin dalam urin) mengindikasikan gangguan hati atau saluran
empedu, seperti pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik. Urin yang mengadung bilirubin
yang tinggi tampak berwarna kuning pekat, dan jika digoncang-goncangkan akan timbul
busa.

Obat-obatan yang dapat menyebabkan bilirubinuria : Fenotiazin – klorpromazin


(Thorazine), asetofenazin (Tindal), klorprotiksen (Taractan), fenazopiridin (Pyridium), klorzoksazon
(Paraflex).

Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium


1. Uji dengan reaksi Diazo
o Reaksi negatif palsu terjadi bila urin mengandung banyak asam
askorbat (vitamin C), kadar nitrit dalam urine meningkat, asam urat
tinggi, serta bila bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin akibat
spesimen urin terpajan sinar matahari (ultraviolet) langsung.
o Hasil positif palsu dapat dijumpai pada pemakaian obat yang
menyebabkan urine menjadi berwarna merah (lihat pengaruh obat
2. Uji Fouchet
o Reaksi negative palsu terjadi bila bilirubin teroksidasi menjadi
biliverdin akibat penundaan pemeriksaan.
o Reaksi positif palsu oleh adanya metabolit aspirin, urobilin atau
indikan, urobilinogen.
Uji Glukosa Urin
Darah disaring oleh jutaan nefron, sebuah unit fungsional dalam ginjal. Hasil penyaringan
(filtrat) berisi produk-produk limbah (mis. urea), elektrolit (mis. natrium, kalium, klorida), asam
amino, dan glukosa. Filtrat kemudian dialirkan ke tubulus ginjal untuk direabsorbsi dan
diekskresikan; zat-zat yang diperlukan (termasuk glukosa) diserap kembali dan zat-zat yang tidak
diperlukan kembali diekskresikan ke dalam urin.

Kurang dari 0,1% glukosa yang disaring oleh glomerulus terdapat dalam urin (kurang dari
130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal
terlampaui (kadar glukosa darah melebihi 160-180 mg/dl atau 8,9-10 mmol/l), atau daya reabsorbsi
tubulus yang menurun.
Prosedur
Uji glukosa urin konvensional menggunakan pereaksi Benedict atas dasar sifat glukosa
sebagai zat pereduksi. Cara ini tidak spesifik karena beberapa pereduksi lain dapat
mengacaukan hasil uji. Beberapa gula lain bisa menyebabkan hasil uji reduksi positif
misalnya fruktosa, sukrosa, galaktosa, pentose, laktosa, dsb. Beberapa zat bukan gula
yang dapat mengadakan reduksi seperti asam homogentisat, alkapton, formalin,
glukoronat. Pengaruh obat : streptomisin, salisilat kadar tinggi, vitamin C, dsb.

Metode carik celup (dipstick) dinilai lebih bagus karena lebih spesifik untuk glukosa dan
waktu pengujian yang amat singkat. Reagen strip untuk glukosa dilekati dua enzim, yaitu
glukosa oksidase (GOD) dan peroksidase (POD), serta zat warna (kromogen) seperti
orto-toluidin yang akan berubah warna biru jika teroksidasi. Zat warna lain yang
digunakan adalah iodide yang akan berubah warna coklat jika teroksidasi.

Prosedur uji yang akan dijelaskan di sini adalah uji dipstick. Kumpulkan spesimen acak
(random)/urin sewaktu. Celupkan strip reagen (dipstick) ke dalam urin. Tunggu selama 60
detik, amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan dengan bagan warna.
Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil
kesalahan dalam pembacaan secara visual.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji dipstick adalah :


• Hasil uji positif palsu dapat disebabkan oleh : bahan pengoksidasi (hidrogen
peroksida, hipoklorit, atau klorin) dalam wadah sampel urin, atau urine yang sangat
asam (pH di bawah 4)
• Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh : pengaruh obat (vitamin C, asam
hogentisat, salisilat dalam jumlah besar, asam hidroksiindolasetat), berat jenis urine >
1,020 dan terutama bila disertai dengan pH urine yang tinggi, adanya badan keton
dapat mengurangi sensitivitas pemeriksaan, infeksi bakteri.

Nilai Rujukan
Uji glukosa urin normal = negatif (kurang dari 50mg/dl)

Masalah Klinis
Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi
tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah; oleh karena itu glukosuria
tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus. Jika nilai ambang
ginjal begitu rendah bahkan kadar glukosa darah normal menghasilkan kondisi
glukosuria, keadaan ini disebut sebagai glycosuria ginjal.

Uji Protein Urin


Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh
tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Dengan menggunakan spesimen urin acak
(random) atau urin sewaktu, protein dalam urin dapat dideteksi menggunakan strip reagen
(dipstick). Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin.
Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria.

Sejumlah kecil protein dapat dideteksi pada urin orang yang sehat karena perubahan
fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat
menyebabkan proteinuria transien. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan
proteinuria. Bayi baru lahir dapat mengalami peningkatan proteinuria selama usia 3 hari pertama.

Prosedur
1. Spesimen urin acak (random)
Kumpulkan spesimen acak (random)/urin sewaktu. Celupkan strip reagen
(dipstick) ke dalam urin. Tunggu selama 60 detik, amati perubahan warna yang
terjadi dan cocokkan dengan bagan warna. Pembacaan dipstick dengan instrument
otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara
visual.
Dipstick mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang
sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-
Jones, dan mukoprotein.
2. Spesimen urin 24 jam
Kumpulkan urin 24 jam, masukkan dalam wadah besar dan simpan dalam
lemari pendingin. Jika perlu, tambahkan bahan pengawet. Ukur kadar protein dengan
metode kolorimetri menggunakan fotometer atau analyzer kimiawi otomatis.
Nilai Rujukan
Urin acak : negatif (≤15 mg/dl)
Urin 24 jam : 25 – 150 mg/24 jam.
Masalah Klinis
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Pengukuran proteinuria dapat dipakai untuk membedakan antara penderita yang memiliki
risiko tinggi menderita penyakit ginjal kronik yang asimptomatik dengan yang sehat.
Proteinuria yang persistent (tetap ≥ +1, dievaluasi 2-3x / 3 bulan) biasanya menunjukkan
adanya kerusakan ginjal. Proteinuria persistent juga akan memberi hasil ≥ +1 yang
terdeteksi baik pada spesimen urine pagi maupun urine sewaktu setelah melakukan
aktivitas. Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin
merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena
penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi
globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa
tipe penyakit tubulointerstitiel.

Proteinuria positif perlu dipertimbangkan untuk analisis kuantitatif protein dengan


menggunakan sampel urine tampung 24 jam. Jumlah proteinuria dalam 24 jam digunakan
sebagai indikator untuk menilai tingkat keparahan ginjal. Proteinuria rendah (kurang dari
500mg/24jam). Pengaruh obat : penisilin, gentamisin, sulfonamide, sefalosporin, media
kontras, tolbutamid (Orinase), asetazolamid (Diamox), natrium bikarbonat. Proteinuria
sedang (500-4000 mg/24 jam) dapat berkaitan dengan glomerulonefritis akut atau kronis,
nefropati toksik (toksisitas obat aminoglikosida, toksisitas bahan kimia), myeloma multiple,
penyakit jantung, penyakit infeksius akut, preeklampsia. Proteinuria tinggi (lebih dari 4000
mg/24 jam) dapat berkaitan dengan sindrom nefrotik, glomerulonefritis akut atau kronis,
nefritis lupus, penyakit amiloid.

Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium


• Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh hematuria, tingginya substansi molekular,
infus polivinilpirolidon (pengganti darah), obat (lihat pengaruh obat), pencemaran
urine oleh senyawa ammonium kuaterner (pembersih kulit, klorheksidin), urine yang
sangat basa (pH > 8)
• Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh urine yang sangat encer, urine sangat
asam (pH di bawah 3)

Uji Urobilinogen Urin


Empedu, yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area
duodenum, tempat bakteri usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sejumlah
besar urobilinogen berkurang di faeses, sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran
darah; di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu, dan kira-kira sejumlah 1%
diekskresikan oleh ginjal ke dalam urin.

Ekskresi urobilinogen ke dalam urine kira-kira 1-4 mg/24jam. Ekskresi mencapai


kadar puncak antara jam 14.00 – 16.00, oleh karena itu dianjurkan pengambilan sampel
dilakukan pada jam-jam tersebut.

Prosedur
1. Spesimen urin sewaktu
Urine harus dalam keadaan masih segar dan harus segera diperiksa.
Uji dapat dilakukan sebagai bagian dari analisis urin rutin, menggunakan
strip reagen (dipstick) atau pereaksi Erlich. Celupkan strip reagen ke dalam
urin, tunggu 30 detik. Amati perubahan warna dan bandingkan dengan
bagan warna. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih
dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
2. Spesimen urin 2 jam
Kumpulkan specimen urin di antara jam 13.00 – 15.00, atau antara jam
14.00 – 16.00, karena urobilinogen mencapai puncaknya di siang hari pada jam-
jam tersebut. Urin harus disimpan dalam lemari pendingin dan tempat yang
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

gelap; urin harus segera diperiksa dalam 30 menit karena urobilinogen dapat
teroksidasi menjadi urobilin (zat oranye). Uji dapat dilakukan dengan
menggunakan strip reagen (dipstick).
3. Spesimen urin 24 jam
Kumpulkan urin 24 jam, masukkan dalam wadah besar dan simpan
dalam lemari pendingin. Jika perlu tambahkan bahan pengawet. Jauhkan urin
dari pajanan cahaya. Tunda pemberian obat yang dapat mempengaruhi hasil uji
selama 24 jam atau sampai uji selesai dilakukan. Jika obat memang harus
diberikan, cantumkan nama obat tersebut pada formulir laboratorium. Uji
dilakukan dengan menggunakan strip reagen (dipstick).

Nilai Rujukan
• Urin acak : negatif (kurang dari 2mg/dl>
• Urin 2 jam : 0.3 – 1.0 unit Erlich
• Urin 24 jam : 0.5 – 4.0 unit Erlich/24jam, atau 0,09 – 4,23 µmol/24 jam (satuan
SI)

Masalah Klinis

Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar menurun
atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi batas
kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi.

Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik


hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik
hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung dengan
bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit.
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan
oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil
urobilinogen.

Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit
hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang
parah, kolelitiasis, diare yang berat.

Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium


1. Reaksi positif palsu
o Pengaruh obat : fenazopiridin (Pyridium), sulfonamide, fenotiazin,
asetazolamid (Diamox), kaskara, metenamin mandelat
(Mandelamine), prokain, natrium bikarbonat, pemakaian pengawet
formaldehid.
o Makanan kaya karbohidrat dapat meninggikan kadar urobilinogen,
oleh karena itu pemeriksaan urobilinogen dianjurkan dilakukan 4
jam setelah makan.
o Urine yang bersifat basa kuat dapat meningkatkan kadar
urobilinogen; urine yang dibiarkan setengah jam atau lebih lama
akan menjadi basa.
2. Reaksi negatif palsu
o Pemberian antibiotika oral atau obat lain (ammonium klorida,
vitamin C) yang mempengaruhi flora usus yang menyebabkan
urobilinogen tidak atau kurang terbentuk dalam usus, sehingga
ekskresi dalam urine juga berkurang.
o Paparan sinar matahari langsung dapat mengoksidasi urobilinogen
menjadi urobilin.
o Urine yang bersifat asam kuat.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

SUMMERY : PEMERIKSAAN AIR SENI (URINE ANALYSIS)

JENIS URINE
• Urine sewaktu: urine yang dikeluarkan pada waktu yang tidak ditentukan
(sewaktu-waktu)
• Untuk pemeriksaan warna, kejernihan, bilirubin, pH
• Urine pagi: urine yang dikeluarkan pd waktu pagi hari setelah bangun tidur
• Untuk pemeriksaan: berat jenis, protein, sedimen

PENGAMBILAN URINE

WADAH
• Bermulut lebar dan dapat ditutup rapat
• Harus bersih dan kering
• Wadah diberi label: nama, nomor dan tanggal

VOLUME
• 20 ml, kecuali untuk berat jenis = 50 ml
• Harus segera diperiksa, jika ditunda simpan di lemari es (4oC), atau dalam termos
es

WARNA URINE

Prinsip:
• warna urine diuji pada ketebalan 7-10cm dengan cahaya tembus
Tujuan:
• mengetahui warna urine
Persiapan:
• Px dilarang makan/minum obat yang memberi warna urine: B-komplek,
rifampisin, piramidon dll

Alat yang diperlukan: tabung reaksi

Cara pemeriksaan:
• Isi tabung reaksi dengan urine ¾ nya
• Dilihat dlm posisi miring dng penerangan matahari

Pelaporan:
• Tidak berwarna, kuning muda, kuning kemerahan, putih susu
• Nilai normal: kuning muda – kuning tua

KEJERNIHAN
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

• Prinsip: memeriksa kejernihan urine secara langsung


• Tujuan: menentukan apakah urine telah keruh pada saat dikeluarkan atau setelah
didiamkan
• Persiapan: pasien jangan terlalu banyak makan protein

Cara pemeriksaan:
• Masukan urine kedlm tabung reaksi, ¾ nya
• Dilihat dng latar belakang hitam, dengan sinar matahari
• Dilihat kejernihanya, apakah ada kekeruhan
• Pelaporan: jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh
• Nilai normal: Tidak berwarna/jernih

PEMERIKSAAN BERAT JENIS URINE


• Prinsip: memeriksa berat jenis urine dengan alat urinometer
• Tujuan: mengetahui kepekatan urine
• Alat yang diperlukan:
1. Urinometer
2. Gelas ukur 50 ml
3. Termometer 0o-50oc

Cara pemeriksaan:
• Baca dan catat suhu tera yang tercantum pada alat urinometer, kemudian baca
suhu kamar
• Tuang urine ke gelas ukur 50 cc
• Masukan urinometer kedlm gelas ukur, usahakan bebas terapung
• Baca berat jenis setinggi miniskus bawah (3 angka dibelakang koma)

Perhitungan:
• Jika suhu urinometer berbeda dengan suhu kamar, lakukan koreksi → perbedaan
3oC, suhu kamar melebihi sushu tera → berat jenis ditambah 0,001, dibawahnya
dikurangi 0,001
• Contoh: suhu tera 30oC, urine 33oC → urinometer 1,004 → berat jenis urine
1,004 + 0,001 = 1,005
• Nilai normal: 1,003 – 1,030

PEMERIKSAAN DERAJAT KEASAMAN URINE


• Prinsip: perubahan warna kertas lakmus dalam suasana keasaman tertentu
• Tujuan: mengetahui pH urine
• Alat yang dipakai: kertas lakmus merah – biru

Cara pemeriksaan:
• Kertas lakmus merah atau biru dibasahi urine
• Tunggu 1 menit, perhatikan perubahan warna yang terjadi
Pelaporan:
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

•Urine asam: lakmus biru → merah


•Urine basa: lakmus merah → biru
•Urine netral: lakmus merah/biru tidak berubah warna
PEMERIKSAAN SEDIMEN URINE
• Prinsip: Berat jenis unsur organik – anorganik > BJ urine → dengan sentrifuge
zat-zat tsb akan mengendap
• Tujuan: menentukan unsur sedimen organik – anorganik dlm urine secara
mikroskopis
• Persiapan px: dilarang makan obat sulfa

Cara pemeriksaan:
• Kocok urine dalam botol agar sedimen merata
• Masukan urine dalam tabung sentrifuge 10 –15 cc → sentrifuge selama 5 menit
dengan kecepatan 2000 rpm
• Tuang bagian atas urine → tinggal 0,5 – 1 cc → kocok kembali sedimen
• Tuang dalam obyek glass, tutup dengan cover glass → periksa dibawah
mikroskop

Hasil yang mungkin ditemukan:


• Sel epitel, eritrosit, lekosit, silinder, kristal, jamur, trikomonas, spermatozoa
Nilai normal:
• Eritrosit: 0 – 1 / LP
• Leukosit: 0 – 3 / LP
Lain lain:
• + : bila jumlahnya sedikit
• ++ : bila jumlahnya banyak
• +++ : bila jumlahnya banyak sekali

PEMERIKSAAN PROTEIN URINE


• Prinsip: terjadi endapan urine jika direaksikan dengan asam sulfosalisilat
• Tujuan; menentukan adanya protein dalam urine
• Alat yang diperlukan:
1. Tabung reaksi dan rak
2. Pipet

Cara pemeriksaan:
• 2 tabung reaksi A & B diisi urine 2cc
• Tabung A + 8 tetes asam sulfosalisilat 20 % → goyang perlahan agar campur
• Kekeruhan dilihat dengan latar belakang gelap, bandingkan dengan tabung B

Hasil:
1. Negatif : tidak ada kekeruhan
2. Positif + : kekeruhan ringan tanpa butiran
3. Positif ++ : kekeruhan dengan butiran
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

4. Positif +++ : kekeruhan dengan kepingan


5. Positif ++++ : kekeruhan dengan gumpalan

PEMERIKSAAN BILIRUBINE URINE


• Prinsip: oksidasi pigmen empedu oleh asam → biliverdin (hijau) atau bilisianin
(biru) atau choletelin (ungu)
• Tujuan; mengetahui adanya bilirubin dalam urine
• Persiapan px; dilarang minum obat pyridin

Alat yang digunakan:


1. Corong kaca,
2. Kertas saring,
3. Tabung reaksi dan rak
4. Reagen:
5. Barium klorit 10 %
6. Reagen Fouchet
Cara pemeriksaan
• Masukan urine dlm tabung reaksi 5cc + 5cc barium klorit 20 %
• Campur lalu saring dengan kertas saring
• Kertas saring dengan endapan dikeringkan
• Tetesi endapan dengan reagen fouchet 2-3 tetes
• Perhatikan perubahan warna
• Hasil:
• Positif : ada warna hijau
• Negatif : tidak ada warna hijau

PEMERIKSAAN REDUKSI URINE


• Prinsip: glukosa dapat mereduksi ion cupri dalam larutan alkalis → terjadi
perubahan warna dari hijau → merah
• Tujuan: menentukan adanya glukose dalam urine
• Persiapan px:
• Dilarang minum obat vit.C, salisilat, sterptomisin → memberi hasil positif palsu

Alat yang digunakan:


1. Tabung reaksi
2. Pipet
3. Lampu spiritus
4. Penjepit tabung
5. Reagen:
6. Fehling
7. Benedict

Cara pemeriksaan (Metode Benedict):


• Masukan 2,5cc reagen benedict kedlm tabung reaksi
• Tambahkan urine 4 tetes
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

• Panaskan dalam air mendidih 5 menit atau dengan api spiritus 2 menit, jaga
jangan sampai mendidih
• Angkat tabung dan baca hasilnya

Hasil:
1. Negatif : tetap biru atau kehijauan
2. Positif +: hijau kekuningan keruh
3. Positif ++: kuning keruh
4. Positif +++: Jingga atau lumpur keruh
5. Positif ++++: Merah bata keruh

PEMERIKSAAN GALLI MAININI TEST


• Prinsip: menemukan spermatozoa dlm urine katak jantan yg dirangsang oleh HCG
urine
• Tujuan: mengetahui kehamilan dng menggunakan katak jantan
• Persiapan: katak jantan yg dipergunakan tidak boleh mengandung sperma → dng
pipet diambil cairan di lubang pengeluaran → periksa mikroskop → jika ada
sperma tidak boleh dipakai

Alat yg digunakan:
• Spuit 5cc, Kaca obyek, Mikroskop
Cara pemeriksaan:
• Urine 5cc disuntikan sc di perut 1 ½ cm didepan cloaca → lepas ditoples berisi air
• 1 jam kmdn → periksa urine katak, jika tdk ada sperma → periksa 1 jam lagi
• Jika ada sperma GM (+), jika tidak GM (-)

PEMERIKSAAN TES KEHAMILAN IMUNOLOGIK


• Tujuan: untuk mengetahui kehamilan dengan tes serologi
• Prinsip:
1. Reaksi hambatan aglutinasi antara antibodi HCG dengan lateks (reagen)
oleh HCG
2. Lateks akan diendapkan oleh antibodi HCG
3. Adanya HCG bebas dalam urine → antibodi akan dinetralkan → sehingga
pengendapan tidak terjadi

Alat yg diperlukan:
• Kaca obyek, pipet, pengaduk
Reagen:
• Antibodi HCG serum, HCG-lateks (antigen)
Cara pemeriksaan:
• 1 tetes urine + 1 tetes anti serum → pada kaca obyek →aduk
• Tambah 1 tetes antigen → goyang → baca
Hasil
• Positif: tidak ada penggumpalan
• Negatif: ada penggumpalan
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

REFERENSI
1. Harper, Rodwell, Mayes, 1977, Review of Physiological Chemistry
2. Colby, 1992, Ringkasan Biokimia Harper, Alih Bahasa: Adji Dharma, Jakarta,
EGC
3. Wirahadikusumah, 1985, Metabolisme Energi, Karbohidrat dan Lipid, Bandung,
ITB
4. Harjasasmita, 1996, Ikhtisar Biokimia Dasar B, Jakarta, FKUI
5. Toha, 2001, Biokimia, Metabolisme Biomolekul, Bandung, Alfabeta
6. Poedjiadi, Supriyanti, 2007, Dasr-Dasar Biokimia, Bandung, UI Press
7. Depkes, 1991, Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas,Jakarta,Depkes
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

PENETAPAN KADAR UREA NITROGEN


(Sampel: urin)
(Metode : Berthelot)

Prinsip:
Urea dipecah menjadi amonia dan karbon dioksida dengan pemberian urease. Amonia yang dibebaskan
ditentukan dengan metode Bethelot.
Pereaksi :
a. Larutan nitroprusid-salisilat. Larutan 3 g natrium salisilat dan 60 mg natrium nitroprusid dalam air
demineral hingga 100,0 mL. (Larutan ini dapat disimpan selama 6 bulan pada 4 ºC dalam ruang
gelap atau 1 bulan pada suhu kamar).
b. Larutan stok hipoklorit (NaOCl dalam akuades hingga 100,0 mL. Larutan tersebut dapat disimpan
selama 1 bulan pada suhu kamar.
c. Larutan natrium hidroksida (12,5 mol/L).
Larutan 50 g NaOH dalam akuades hingga 100,0 mL.
d. Larutan NaOH-hipoklorit (NaOC1 550 mmol/L; NaOH 6,25 mol/L). Campurkan dengan jumlah yang
sama larutan stok hipoklorit (1,1 mol/L) dengan larutan NaOH (12,5 mol/L). (larutan ini dapat
disimpan selama 6 bulan pada 4ºC dalam ruang gelap atau 1 bulan pada suhu kamar).
e. Larutan urea-nitrogen baku (20 mg/100 mL atau 7,13 mmol/L).
Larutan 42,8 mg urea dalam larutan jenuh, dingin asam benzoat dalam air demineral dan
encerkan hingga 100,0 mL dengan larutan asam benzoat yang sama. Larutan ini stabil dalam
jangka waktu tak terbatas.
f. Bufer EDTA (27 mmol/L, pH 6,5).
Larutan 1 g .2H20 dalam 99 mL air demineral, atur pH larutan hingga tepat 6,5 menggunakan
larutan NaOH, encerkan dengan air demineral hingga 100,0 mL. Larutan ini stabil dalam jangka
waktu tak terbatas. OHEDTANa222.
g. Larutan 25 mg urease dalam buffer EDTA dan encerkan hingga 50,0 mL denngan buffer tersebut.
Larutan stabil selama beberapa minggu pada 4 ºC

Prosedur :
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Mikrobiologi Medis Pemeriksaan dan cara membuat biaakan urine


Urine
Urine yang disekresi dalam ginjal bersifat steril kecuali jika ginjal terinfeksi. Urine dalam kandung kemih yang tidak
terkontaminasi juga steril dalam keadaan normal. Namun, uretra mengandung flora mengandung flora normal
sehingga urine normal yanhg dikeluarkan mengandung sedikit bakteri. Oleh karena penting untuk membedakan
organisme yang mengontaminasi dengan organisme penting secara etiologis, hanya pemeriksaan urine kuantitatif
yang dapat memberikan hasil berarti.
Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik sederhana. Setetes urine segar yang yang tidak disentrifugasi ditempatkan pada slide,
ditutup dengan kaca penutup, dan diperiksa dengan intensitas cahaya terbatas di bawah objektif-kering tinggi
mikroskop klinis biasa dapat memperlihatkan leukosit, sel epitel, dan bakteri jika terdapat lebih dari 105/ml. Ditemukan
105 organisme per mililiter pada spesimen urine yang dikumpulkan secara tepat dan diperiksa merupakan bukti kuat
adanya infeksi aktif saluran kemih. Apusan urine midstream tidak disentrifugasi dengan pewarnaan gram yang
memperlihatkan batang gram negative bersifat diagnostic untuk infeksi saluran kemih.
Sentrifugasi urine yang singkat dapat menghasilkan sedimentasi sel plus, yang dapat membawa bakteri dan oleh
karena itu dapat membantu diagnosis mikroskopik infeksi. Adanya unsure lain yang terbentuk dalam sediment atau
adanya proteinuria merupakan bantuan kecil langsung dalam identifikasi spesifik infeksi aktif saluran kemih. Sel pus
mungkin ada tanpa bakteri, dan sebaliknya, bakteriuria dapat terjadi tanpa piuria. Adanya banyak sel epitel skuamosa,
laktobasilus, atau campuran flora pada biakan menunjukkan pengumpulan urine yang tidak baik. Beberapa dipstick
urine mengandung leukosit esterase dan nitrit, dan penghitungan sel polimorfonuklear serta bakteri, masing-masing
dalam urine. Reaksi positif merupakan bukti kuat terjadinya infeksi saluran kemih oleh bakteri.
Pemeriksaan bakteriologi urine dilakukan terutama bila tanda atau gejala menunjukkan infeksi saluran kemih,
insufisiensi ginjal, atau hipertensi. Pemeriksaan tersebut sebaiknya dilakukan pada orang yang dicurigai menderita
infeksi sistematik atau demam yang tidak diketahui penyebabnya. Pemeriksaan bakteriologi sangat diperlukan bagi
perempuan dalam trimester pertama kehamilan (Jewetz, 2007)
Biakan
Biakan urine harur dilakukan secara kuantitatif. Urine
yang dikumpulkan secara tepat dibiak dalam jumlah
terukur pada medium padat, dan koloni yang tampak
setelah inkubasi dianggap menunjukkan jumlah
bakteri per mililiter. Prosedur yang lazim adalah
menyebarkan 0,001-0,05 ml urine yang tidak
diencerkan pada lempeng agar darah dan medium
padat lain untuk biakan kuantitatif. Semua medium
diinkubasi semalaman pada 370 C; kemudian
densitas pertumbuhan dibandingkan dengan fotograf
densitas pertumbuhan yang berbeda untuk bakteri
yang serupa, akan memberikan data semikuantitatif.
Pada pielonefritis, jumlah bakteri dalam urine yang
dikumpulkan dengan keteter ureteral relative rendah.
Saat pengumpulan dalam kandung kemih, bakteri
memperbanyak diri secra cepat kemudian mencapai jumlah lebih dari 105/ml jauh lebih banyak daripada yang dapat
terjadi sebagai kontaminasi oleh flora uretra atau kulit atau dari udara. Oleh karena itu, secara umum disetujui bahwa
jika lebih dari 105koloni/ml dibiak dari pengumpulan yang tepat dan specimen urine yang dibiakkan secara baik, akan
menunjukkan secra kuat terjadinya infeksi aktif saluran kemih. Adanya lebih dari 105 bakteri jenis yang sama per
mililiter dalam dua spesimen berturut-turut menegakkan diagnosis infeksi aktif saluran kemih dengan kepastian 95%.
Jika lebih sedkit baketri dibiak, pemeriksaan urine ulang diindikasikan untu menegakkan adanya infeksi.
Adanya bakteri kurang dari 104 per mililiter, termasuk beberapa jenis bakteri yang berbeda, menunjukkan bahwa
organisme berasal dari flora normal dan kontaminan, biasanya dari spesimen yang dikumpulkan secara tidak tepat.
Adanya 104¬/ml satu jenis batang gram negative enterik sangat kuat menunjukkan infeksi saluran kemih, terutama
pada laki-laki. Kadang-kadang, perempuan muda dengan disuria akut dan infeksi saluran kemih akan empunyai
bakteri sebayak 102-103¬¬/ml. jika biakan negatif tetapi ada tanda klinis infeksi saluran kemih, “sindrom uretra”,
obstruksi ureter, tuberkolosis kandng kemih, atau penyakit lain harus dipikirkan (Jewetz, 2007).
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

DAFTAR PUSTAKA
Jewetz, 2007, Mikrobiologi Kedokteran, Cetakan I Edisi 23, Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Uji Imun-Antigen

Metode Uji Serologis


Uji serologis merupakan sebuah metode yang digunakan untuk melihat gambaran titer antibodi di
dalam tubuh ayam. Pengaplikasian uji serologis ini kurang lebih ada 4 tujuan, satu diantaranya ialah untuk
memantau hasil vaksinasi. Dalam perkembangannya, peternak mulai menyadari perlunya melakukan uji
serologis terlebih lagi dengan semakin banyaknya jenis penyakit atau padatnya jadwal vaksinasi. Melalui
uji serologis, pelaksanaan vaksinasi ulang pun menjadi lebih tepat. Selain itu, hasil uji serologis juga dapat
digunakan sebagai peneguhan diagnosa suatu penyakit. Titer antibodi dari penyakit viral seperti Newcastle
diseases (ND), avian influenza (AI), infectious bursal disease (IBD/gumboro), infectious bronchitis (IB)
dan egg drops syndrome (EDS) maupun penyakit bakterial yaitu korisa, salmonella dan chronic respiratory
disease (CRD) dapat diketahui melalui uji serologis.

Metode Uji Serologi


HI test dan ELISA merupakan metode uji serologi yang telah familiar bagi peternak. Kedua
metode uji tersebut seringkali menjadi pilihan bagi peternak. Bahkan ada beberapa peternak yang telah
menjadikan seperangkat alat HI test sebagai sebuah investasi untuk mendukung usaha peternakannya.
Beberapa metode uji serologi yang diaplikasikan antara lain :
• Haemagglutination Inhibition (HI) test
Secara bahasa haemagglutination inhibition dapat diartikan sebagai hambatan haemaglutinasi.
Sedangkan haemaglutinasi merupakan penggumpalan dari sel darah merah. Kemampuan
mengaglutinasi tidak dimiliki oleh semua virus atau bakteri yang menyerang ayam tetapi hanya
beberapa virus dan bakteri yang memiliki zat haemaglutinin, diantaranya paramyxovirus (ND),
poxvirus (Pox), adenovirus (EDS), orthomyxovirus (AI), bakteri Mycoplasma sp., Haemophilus
paragallinarum maupun Salmonella pullorum. Zat haemaglutinin yang terdapat dalam tubuh virus atau
bakteri tersebut bersifat antigenik yang dapat merangsang terbentuknya antibodi spesifik. Antibodi
yang terbentuk tersebut memiliki kemampuan mengambat terjadinya aglutinasi darah yang disebabkan
oleh haemaglutinin dari virus atau bakteri.

Hasil HI test ditunjukkan dari ada tidaknya proses aglutinasi. (A = terjadi aglutinasi
dan B = tidak terjadi aglutinasi)
HI test menggunakan reaksi hambatan haemaglutinasi tersebut untuk membantu menentukan
diagnosa penyakit secara laboratorium dan mengetahui status kekebalan tubuh (titer antibodi, red).
Prinsip kerja dari HI test ialah mereaksikan antigen dan serum dengan pengenceran tertentu sehingga
dapat diketahui sampai pengenceran berapa antibodi yang terkandung dalam serum dapat menghambat
terjadinya aglutinasi eritrosit. HI test merupakan metode uji serologis yang mudah dilakukan dan
hasilnya dapat diketahui dengan cepat.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

HI test merupakan metode uji serologis yang relatif mudah dilakukan dan hasil yang
diperolehnya pun cepat
• Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
ELISA sebagai salah satu metode uji serologis mempunyai satu kelebihan yaitu mampu
mendeteksi beberapa jenis antibodi dari 1 sampel serum (tergantung dari kit ELISA yang digunakan).
ELISA juga memiliki tingkat spesifikasi (yaitu kemampuan mendeteksi ayam yang tidak terinfeksi
atau ayam yang tidak terinfeksi dinyatakan negatif) yang tinggi.

Peralatan yang digunakan dalam uji serologis melalui ELISA salah satunya ialah microreader

Metode uji ini banyak digunakan untuk mendeteksi infeksi virus (IB atau IBD) maupun bakteri,
seperti Salmonella sp. dan Pasteurella multocida. ELISA juga merupakan metode uji serologis yang
cepat untuk menguji sampel dalam jumlah besar. Namun peralatannya, seperti reader, washer dan
komputer relatif mahal.
• Agar Gel Precipitation (AGP)
Metode uji serologis ini termasuk metode yang sederhana untuk mendeteksi antibodi
terhadap berbagai virus berdasarkan reaksi positif (+) atau negatif (-). Namun AGP akan
mendeteksi semua strain virus tanpa memperhatikan serotipenya. Meski relatif belum dikenal
oleh peternak, metode ini seringkali digunakan untuk mendeteksi antibodi dari virus IB dan
fowl adenovirus (FAV) atau inclusion body hepatitis.
• Rapid Plate Aglutination (RPA)
RPA merupakan metode uji serologis yang sesuai dan mudah digunakan untuk
mendeteksi antobodi yang dihasilkan saat ada infeksi atau vaksinasi bakteri Mycoplasma sp.
dan Salmonella sp. Metode uji ini juga relatif fleksibel karena dapat dilakukan di laboratorium
maupun langsung saat berada di kandang.
Cara metode uji ini juga sangat mudah, hanya dengan mencampur satu tetes serum
dengan satu tetes antigen kemudian dikocok selama 2 menit. Jika terjadi aglutinasi
(penggumpalan) maka reaksi dinyatakan positif dan sebaliknya jika tidak terjadi aglutinasi
hasil uji serologis dinyatakan negatif. Oleh karena itu, metode uji serologis ini hanya
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

menunjukkan ada tidaknya titer antibodi, namun tidak bsia menentukan tinggi rendahnya
(nilai) dari antibodi yang terdapat dalam tubuh ayam.
• Serum Neutralisation (SN) test
Serum neutralisation (SN) test merupakan metode uji serologis yang paling mahal
diantara ke-4 metode uji sebelumnya. Metode uji ini membutuhkan peralatan yang mahal.
Selain itu, dalam metode ini diperlukan telur spesific pathogenic free (SPF) untuk persiapan
kultur jaringan atau kultur organ.
Metode uji ini paling tepat digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap serotipe yang
berbeda dari virus yang diuji. Titer antibodi yang dapat diuji dengan SN test antara lain IB
dan FAV.

Titik Kritis Pertama Penentu Keberhasilan Diagnosa

Pengambilan sampel darah harus dilakukan dengan tepat


Itulah metode pengambilan dan penanganan sampel darah. Oleh karena itu teknik
pengambilan dan penanganan sampel darah harus dilakukan dengan tepat. Mengenai hal ini
telah kami cantumkan pada artikel utama edisi kali ini pada subpoint pengambilan sampel yang
kurang tepat.

Jarak dan Waktu Analisis, Tidak Menjadi Kendala Lagi


Jarak dan waktu analisis sering kali menjadi kendala jika kita akan mela-kukan uji
serologis. Terlebih lagi hasil uji serologis tersebut dinantikan untuk me-mantapkan diagnosa
suatu penyakit. Berdasarkan latar belakang tersebut dan sejalan dengan misi Medion, yaitu
mem-berikan pelayanan yang prima maka di-bukalah layanan uji serologis (HI test) di seluruh
kantor cabang Medion. Selain dekat, waktu yang diperlukan untuk analisis sangat cepat.
Peternak dapat mengetahui hasil uji serologisnya dalam waktu tidak lebih dari 1 x 24 jam.
Uji serologis mempunyai peranan yang penting, terutama sebagai peman-tapan
diagnosa penyakit. Sudah saatnya kita mengenal dan mengaplikasikannya.

PEMERIKSAAN SEROLOGIK

Pemeriksaan serologik sering dilakukan sebagai upaya menegakkan diagnosis. Walaupun saat ini
pemeriksaan serologik tidak terbatas pada penyakit infeksi, namun untuk menunjang diagnosis penyakit
infeksi memang hal yang sering dilkukan. memungkinkan dilakukannya pengamatan secara in vitro
terhadap perubahan kompleks antigen-antibodi (Ag-Ab). Pengujian tersebut berdasar pada proses
presipitasi atau aglutinasi atau aktivasi komplemen yang diakibatkan oleh perubahan status fisik kompleks.

Reaksi antigen-antibodi secara in vitro dapat dimanfaatkan untuk:


1. Identifikasi antigen
Apabila antigen tidak diketahui, misal :
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

a. Reaksi presipitin untuk mengklasifikasi grup streptokokus


b. Reaksi aglutinasi untuk mengklasifikasi serotipe salmonella, shigella
c. Reaksi presipitin untuk mengidentifikasi antigen variola pada lesi smallpox

2. Deteksi kuantitasi antibodi yang disekresi pada serum, air susu, dan cairan tubuh lainnya. Pada kasus
ini antibodi tidak diketahui. Pemeriksaan antibodi dapat digunakan untuk:
a. Menilai imunitas terhadap rubella, mumps, poliomyelitis
b. Menilai prevalensi infeksi oleh mikroorganisme dalam suatu komunitas atau survei serologik pada
kelompok umur
c. Mendeteksi jaringan yang diinvasi suatu mikroorganisme, mis: Haemophilus influenza pada
bronkitis kronis atau antibodi E. coli pada infeksi traktus urinarius.
d. Mendiagnosa penyakit, misalnya: brucellosis, tifoid, VD, DHF, dsb

Pada pemeriksaan terhadap spesimen serum tunggal, konklusi yang dapat dibuat sangat terbatas,
mengingat bahwa banyak kasus antibodi dapat distimulasi setiap saat, tidak selalu berkaitan dengan
penyakit yang sedang terjadi.

Sebaiknya dilakukan pemeriksaan tehadap 2 sera, satu dikoleksi pada saat penyakit timbul, dan yang lain
10-14 hari brikutnya. Kenaikan titer antibodi spesifik sampai 4 kali lipat spesimen uji, merupakan indikasi
signifikan yang menunjukkan bahwa sedang terjadi infeksi aktif.

Faktor-faktor penting yang harus diperhatikan pada uji serologi


1. serum kontrol: dalam hal ini harus diperhatikan beberapa sifat serum kontrol
- sifat antikomplementer
- tidak memiliki inhibitor spesifik
- tidak toksik terhadap kultur sel
- memiliki aglutinin
- dapat menghasilkan presipitat non spesifik
2. Kontrol antigen: antigen yang digunakan harus memiliki aktivitas tinggi. Antigen dapat bersifat
antikomplementer, oto-aglutinasi, dan mungkin terkontaminasi, hal-hal tersebut dapat
berpengaruhpada pengujian.
3. Kontrol pelarut: pelarut yang digunakan ada kemungkinan terkontaminasi, hal ini dapat menyebabkan
terjadi perubahan pH, efek toksisk, dsb.
4. Antisera standar: antigen cenderung tidak stabil pada penyimpanan dibanding sera, kontrol uji untuk
standar sera negatif dan standar sera positif yang telah diketahui titernya

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI YANG DIGUNAKAN PADA SEROLOGI DIAGNOSTIK

1. Uji Presipitasi

Presipitasi terjadi antara molekul Ab dan Ag pada bentuk solubel. Pada pengujian ini antigen berbentuk
koloidal. Laju presipitasi sangat tergantung pada proporsi antigen dan antibodi pada campuran.
Terdapat beberapa cara pengujian pada metode presipitasi, yakni:

a. Uji tabung
Dengan mencampur pada tabung, masukkan dilusi antigen atau antibodi dengan jumlah tertentu.
Dilusi dilakukan dari konsentrasi tinggi (tabung pertama) sampai konsentrasi terendah (tabung
terakhir). Presipitat timbul pada tabung yang mengandung Ag dan Ab secara proporsional.
b. Presipitasi Cincin
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Antigen dilapiskan pada serum (antibodi), terjadi difusi setelah mencapai ikatan proporsional
dengan antibodi akan menghasilkan presipitasi berbentuk cincin.
c. Difusi Gel
Pada pengujian ini memungkinkan antigen dan antubodi berdifusi perlahan dari arah tertentu
melalui gel. Pada cara ini homogenitas dan derajat kemurnian dari berbagai antigen dapat diuji.
Pita presipitasi terbentuk pada setiap antigen dapat saling bertemu, atau bersilangan
menunjukkan:
- bersambungan, antigen identik secara imunologik (terhadap serum uji)
- bercabang, antigen berhubungan sebagian
- bersilangan, menunjukkan antigen tidak berhubungan

• Metode difusi tunggal


Di sini anti serum dalam agar semi solid, zona buffer dari agar dan antigen terpisah secara
vertikal dalam tabung. Garis presipitasi terbentuk dalam zona buffer.
• Metode difusi ganda
Agar dituang pada plat. Di bagian tengah diisi antigen atau antiserum sedangkan sera atau
ekstrak di bagian tepi. Pita presipitasi terbentuk dalam gel pada posisi Ag dan Ab mencapai
proporsi optimal setelah berdifusi. Dapat dimodifikasi dengan uji mikrodilusi menggunakan
obyek gelas
• Immunoelektroforesis
Jika terdapat sejumlah Ag dalam larutan seperti serum, sulit memisahkan pita presipitasi yang
timbul pada setiap reaksi Ab-Ag, bila hanya menggunakan cara difusi di atas. Komponen
serum dipisahkan dengan elektroforesis dalam agar gel dan antiserum dibiarkan berdifusi
melalui komponen yang dihasilkan pada pita-pita yang terbentuk.
• Elektroforesis "roket"
Merupakan metode kuantitatif, dilakukan elektroforesis antigen ke dalam gel yang telah
mengandung antibodi. Presipitasi yang terjadi berbentuk roket, panjang masing-masing roket
menunjukkan konsentrasi antigen.
• Immunodifusi radial tunggal
Antiserum monospesifik ditambahkan ke dalam gel, kemudian dituang pada slide petridisk
atau lempeng plastik. Dibuat lubang gel, larutan antigen dimasukkan pada lubang. Terjadi
difusi sehingga terbentuk zona sirkuler yang menunjukkan jarak proporsional dengan jumlah
antigen yang ditambahkan pada setiap lubang. Kuantitasi antigen yang diperiksa diketahui
dari perbandingan cincin presipitasi dibandingkan dengan cincin presipitasi kontrol.

2. Uji aglutinasi
Digunakan untuk antigen berukuran besar, pada reaksi ini antibodi dikontakkan dengan antigen yang
merupakan bagian permukaan suatu material misalnya eritrosit, mikroorganisme atau partikel
anorganik (polystyrenelatex) yang telah dicoated dengan Ag. Reaksi Ab-Ag membentuk agregat yang
dapat diamati atau aglutinasi.

3. Uji Litik
Uji ini tergantung pada proses lisis dari darah atau bakteri dari suatu sistem yang mengandung antigen,
direaksikan dengan antibodi dan komplemen. Antigen yang digunakan berupa :
a. Sel (uji litik langsung)
b. Bahan yang diadsorbsikan pada eritrosit atau lekosit (uji litik tidak langsung)

4. Serological Inhibition Test


Untuk mendeteksi netralisasi antigen dan antibodi dengan mendemonstrasikan hambatan pada reaksi
tertentu yang secara normal terjadi pada antigen atau organisme.
Aplikasi:
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

- Deteksi antistreptolisin O
- Animal protection test
- Viral haemagglutination inhibition
- Viral neutralization test menggunakan CPE pada kultur

5. Immunoflourescence
Cat flourescence atau rhodamin diikatkan pada antibodi tanpa merusak spesifitasnya. Suatu konjugat
dikombinasi dengan antigen (misalnya potongan jaringan) dan diikat oleh antibodi akan tampak dengan
mikroskop UV, distribusi Ag pada jaringan atau sel

6. Skin Test
Memanfaatkan reaksi kulit sebagai indikator sistem. Ada dua cara:
• Pasif, bila antigen dan serum diinokulasikan, misalnya menguji toksin-antitoksin
• Aktif, bila status immunologik diuji
Skin test digunakan untuk mengetahui adanya:
- Antibodi terhadap bakteri
- Reaksi alergi

7. Antigen Binding Techniques


Metode ini digunakan untuk mengethui level antibodi dengan menentukan kapasitas antiserum dalam
kompleks dengan antigen radioaktif, atau dengan mengukur jumlah immunoglobulin yang mengikat
larutan antigen yang diberikan. Ada dua macam cara pada metode ini:
- Radioimmunoassay
- Teknik sandwich

Pemeriksaan serologi sering dilakukan sebagai upaya menegakkan diagnosis. Walaupun saat ini
pemeriksaan serologi tidak terbatas pada penyakit infeksi, namun untuk menunjang diagnosis penyakit
infeksi, hal ini sering dilakukan. Dengan pemeriksaan serologi dimungkinkan melakukan pengamatan
secara in vitro terhadap perubahan kompleks antigen-antibodi (Ag-Ab). Pengujian tersebut berdasar pada
proses presipitasi atau aglutinasi atau aktivasi komplemen. Di Indonesia, pemeriksaan serologik sederhana
yang masih banyak dilakukan adalah Widal, sekalipun untuk di luar negeri pemeriksaan ini sudah banyak
ditinggalkan. Pemeriksaan serologi lain yang lebih canggih di antaranya adalah ELISA ( Enzym Linked
Immunosorbent Assay). Praktikum ini menitikberatkan pada pemeriksaan Widal.

PEMERIKSAAN WIDAL
Tujuan mengetahui adanya antibodi spesifik terhadap bakteri Salmonella. Dasar pemeriksaan : Reaksi
aglutinasi, yaitu ikatan antigen yang melekat pada permukaan partikel / sel (insoluble) dengan antibodi
spesifik yang diamati sebagai gumpalan (clumping). Antigen yang digunakan : Antigen O dan H
• Ag O : bagian tertular dari LPS dinding sel
- Antigen somatik
- Tahan panas dan Alkohol
• Ag H : terdapat pada flagella
- Dirusak oleh panas dan alkohol

TUJUAN PRAKTIKUM
• Memahami cara pemeriksaan Widal
• Memahami cara interprestasi hasil pemeriksaan Widal

ALAT DAN BAHAN


Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

• Bahan pemeriksaan : serum


• Tabung reaksi : 10
• Pipet volume
• Mikropipet
• Slide
• NaCl 0,9%
• Water bath
• Kit pemeriksaan Widal / Micropath antigens (Omega diagnostics)

RAPID SLIDE TEST


• Siapkan slide yang diberi 3 lingkaran
• Dengan mikropipet masukkan serum ke dalam masing-masing lingkaran dengan volume berturut-
turut : 80 ul, 40 ul, dan 20 ul
• Tambahkan ke dalam masing-masing serum 1 tetes antigen (pengenceran 1:20, 1:40, dan 1:80)
• Campurkan dengan cara digoyang-goyangkan selama 1 menit
• Perhatikan aglutinasi yang terjadi. Setiap sampel yang menunjukkan aglutinasi sebaiknya
dikonfirmasi dengan Tube Aglutination Test

TUBE AGLUTINATION TEST


• Siapkan 10 tabung reaksi dan susunlah dalam 1 rak. Beri nomor 1 –10
• Dengan pipet masukkan 1,9 ml NaCl pada tabung 1
• Dengan pipet masukkan 1 ml NaCl pada masing-masing tabung 2-10
• Masukkan 0,1 ml serum pada tabung 1 dan campur hingga homogen
• Ambil 1 ml campuran tabung 1 dan masukkan tabung 2. Tabung 2 dicampur hingga homogen, dan
ambil 1 ml untuk dimasukkan tabung 3 , dan seterusnya hingga tabung 9
• Ambil 1 ml larutan pada tabung 9 dan dibuang
• Tambahkan setiap tabung 1 tetes antigen. Dengan demikian didapatkan pengenceran pada tabung
1 – 9 berturut-turut : 1/20, 1/40, 1/80, 1/160, 1/320, 1/640, 1/1280, 1/2560.
• Tabung 10 hanya berisi NaCl dan antigen, serta berfungsi sebagai kontrol
• Campur larutan hingga homogen dan inkubasikan sebagai berikut :
- Titrasi O : 50o C selama 4 jam
- Titrasi H : 50o C selama 2 jam
• Pada kontrol antigen harus tidak terdapat aglutinasi
• Hasil : Adanya aglutinasi menunjukkan adanya antibodi

INPRESTASI HASIL
• Titer O yang tinggi (> : 160) atau kenaikan titer menunjukkan infeksi aktif
• Titer H yang tinggi (> : 160) menunjukkan peran divaksinasi/pernah terinfeksi

TUGAS PRAKTIKAN :
• Melakukan pemeriksaan Widal dengan metode Rapid Slide Test dan Tube Aglutination Test
• Mengamati contoh hasil pemeriksaan Widal dan menginterprestasikan
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi penyakit


hepatitis
Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang diduga mengidap hepatitis dilakukan untuk memastikan
diagnosis, mengetahui penyebab hepatitis dan menilai fungsi organ hati (liver). Pemeriksaan laboratorium
untuk mendeteksi hepatitis terdiri dari atas tes serologi dan tes biokimia hati.

Tes serologi adalah pemeriksaan kadar antigen maupun antibodi terhadap virus penyebab hepatitis. Tes ini
bertujuan untuk mengetahui jenis virus penyebab hepatitis. Tes biokimia hati adalah pemeriksaan sejumlah
parameter zat-zat kimia maupun enzim yang dihasilkan jaringan hati (liver). Dari tes biokimia hati inilah
dapat diketahui derajat keparahan atau kerusakan sel dan selanjutnya fungsi organ hati (liver) dapat dinilai.

Beberapa jenis parameter biokimia yang diperiksa adalah AST (aspartat aminotransferase), ALT (alanin
aminotransferase), alkalin fosfate, bilirubin, albumin dan waktu protrombin. Pemeriksaan ini biasa dilakukan
secara berkala untuk mengevaluasi perkembangan penyakit maupun perbaikan sel dan jaringan hati (liver).
Pemeriksaan serologi
Diagnosis hepatitis A

Tes serologi untuk mengetahui adanya immunoglobulin M (IgM) terhadap vius hepatitis A digunakan untuk
mendiagnosa hepatitis A akut. IgM antivirus hepatitis A bernilai positif pada awal gejala. Keadaan ini
biasanya disertai dengan peningkatan kadar serum alanin amintransferase (ALT/SGPT). Jika telah pasien
telah sembuh, antibodi IgM akan menghilang dan sebaliknya antibodi IgG akan muncul. Adanya antibodi
IgG menunjukan bahwa penderita pernah terkena hepatitis A. Secara garis besar, jika seseorang terkena
hepatitis A maka hasil pemeriksaan laboratorium akan seperti berikut:

* Serum IgM anti-VHA positif


* Kadar serum bilirubin, gamma globulin, ALT dan AST meningkat.
* Kadar alkalin fosfate, gamma glutamil transferase dan total bilirubin meningkat.

Diagnosis hepatitis B

Diagnosis pasti hepatatitis B dapat diketahui melalui pemeriksaan:

* HBsAg (antigen permukaan virus hepatatitis B) merupakan material permukaan/kulit VHB. HBsAg
mengandung protein yang dibuat oleh sel-sel hati yang terinfesksi VHB. Jika hasil tes HBsAg positif, artinya
individu tersebut terinfeksi VHB, karier VHB, menderita hepatatitis B akut ataupun kronis. HBsAg bernilai
positif setelah 6 minggu infeksi VHB dan menghilang dalam 3 bulan. Bila hasil tetap setelah lebih dari 6
bulan berarti hepatitis telah berkembang menjadi kronis atau pasien menjadi karier VHB.
* Anti-HBsAg (antibodi terhadap HBsAg) merupakan antibodi terhadap HbsAg. Keberadaan anti-HBsAg
menunjukan adanya antibodi terhadap VHB. Antibodi ini memberikan perlindungan terhadap penyakit
hepatatitis B. Jika tes anti-HbsAg bernilai positif berarti seseorang pernah mendapat vaksin VHB ataupun
immunoglobulin. Hal ini juga dapat terjadi pada bayi yang mendapat kekebalan dari ibunya. Anti-HbsAg
posistif pada individu yang tidak pernah mendapat imunisasi hepatatitis B menunjukkan bahwa individu
tersebut pernah terinfeksi VHB.
* HBeAg (antigen VHB), yaitu antigen e VHB yang berada di dalam darah. HbeAg bernilai positif
menunjukkan virus VHB sedang aktif bereplikasi atau membelah/memperbayak diri. Dalam keadaan ini
infeksi terus berlanjut. Apabila hasil positif dialami hingga 10 minggu maka akan berlanjut menjadi
hepatatitis B kronis. Individu yang memiliki HbeAg positif dalam keadaan infeksius atau dapat menularkan
penyakitnya baik kepada orang lain maupun janinnya.
* Anti-Hbe (antibodi HbeAg) merupakan antibodi terhadap antigen HbeAg yang diproduksi oleh tubuh.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Anti-HbeAg yang bernilai positif berati VHB dalam keadaan fase non-replikatif.
* HBcAg (antigen core VHB) merupakan antigen core (inti) VHB, yaitu protein yang dibuat di dalam inti
sel hati yang terinfeksi VHB. HbcAg positif menunjukkan keberadaan protein dari inti VHB.
* Anti-HBc (antibodi terhadap antigen inti hepatitis B) merupakan antibodi terhadap HbcAg. Antibodi ini
terdiri dari dua tipe yaitu IgM anti HBc dan IgG anti-HBc. IgM anti HBc tinggi menunjukkan infeksi akut. IgG
anti-HBc positif dengan IgM anti-HBc negatif menunjukkan infeksi kronis pada seseorang atau orang
tersebut penah terinfeksi VHB.

Diagnosis hepatitis C

Diagnosis hepatitis C ditentukan dengan pemeriksaan serologi untuk menilai kadar antibodi. Selain itu
pemeriksaan molekuler juga dilakukan untuk melihat partikel virus. Sekitar 80% kasus infeksi hepatitis C
berubah menjadi kronis. Pada kasus ini hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya enzim alanine
aminotransferase (ALT) dan peningkatan aspartate aminotransferase (AST).

Pemeriksaan molekuler dilakukan untuk mendeteksi RNA VHC. Tes ini terdiri dari tes kualitatif dan
kuantitatif. Tes kualitatif menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Tes yang dapat
mendeteksi RNA VHC ini dilakukan untuk mengkonfirmasi viremia (adanya VHC dalam darah) dan juga
menilai respon terapi. Tes ini juga berguna bagi pasien yang anti-HCV-nya negatif tetapi memiliki gejala
klinis hepatitis C. Selain itu tes ini juga dilakukan pada pasien hepatitis yang belum teridentifikasi jenis virus
penyebabnya.

Tes kuantitatif sendiri terbagi lagi menjadi dua, yaitu metode dengan teknik branched-chain DNA dan teknik
reverse-transcription PCR. Tes kuantitatif ini berguna untuk menilai derajat perkembangan penyakit. Pada
tes kuantitatif ini pula dapat diketahui derajat viremia. Sedangkan biopsi hati (pengambilan sampel jaringan
organ hati) dilakukan untuk mengetahui derajat dan tipe kerusakan sel-sel hati (liver).

Pemeriksaan biokimia hati


Aminotransferase (transminase)

Ada dua parameter berupa enzim yang dapat dijadikan sebagai indikator terhadap adanya kerusakan sel
hati (liver). Keduanya sangat membantu dalam mengenali adanya penyakit pada hati (liver). Enzim-enzim
tersebut adalah aspartat aminotransferase (AST/SGOT) dan alanin aminotransferase (ALT/SGPT).
Peningkatan kadar enzim-enzim tersebut mencerminkan adanya kerusakan sel-sel hati (liver). Namun
demikian derajat ALT lebih dipercaya dalam menentukan adanya kerusakan sel hati (liver) dibanding AST.

ALT ditemukan terutama di hati (liver), sedangkan AST selain dapat ditemukan di hati (liver) juga dapat
ditemukan di otot jantung, otot rangka, ginjal, pankreas, otak, paru, sel darah putih dan sel darah merah.
Jika terjadi peningkatan kadar AST bisa jadi yang mengalami kerusakan adalah sel-sel organ lain yang
mengandung AST. Pada penyakit hati akut, kadar ALT lebih tinggi atau sama dengan kadar AST.

Alkalin fosfate (ALP)

Enzim ALP ditemukan pada sel-sel hati (liver) yang berada di dekat saluran empedu. Peningkatan kadar
ALP menunjukkan adanya penyumbatan atau pada saluran empedu. Peningkatan kadar ALP biasanya
disertai dengan gejala fisik yaitu warna kuning pada kulit, kuku ataupun bagian putih bola mata.

Serum protein
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Ada beberapa serum protein yang dihasilkan oleh hati (liver). Serum-serum tersebut antara lain albumin,
globulin dan faktor pembekuan darah. Pemeriksaan serum-serum protein tersebut dilakukan untuk
mengetahui fungsi biosistesis hati (liver).

Adanya gangguan fungsi sintesis hati (liver) ditunjukkan dengan menurunnya kadar albumin. Namun karena
usia albumin cukup panjang (15-20 hari), serum protein ini kurang sensitif untuk digunakan sebagai
indikator kerusakan hati (liver).

Globulin adalah protein yang membentuk gammaglobulin. Kadar gammaglobulin meningkat pada pasien
penyakit hati kronis ataupun sirosis. Gammaglobulin mempunyai beberapa tipe, yaitu Ig G, Ig M dan Ig A.
Masing-masing tipe sangat membantu pendeteksian penyakit hati kronis tertentu.

Sebagian besar faktor-faktor pembekuan darah disintesis di hati (liver). Umur faktor-faktor pembekuan
darah lebih singkat dibanding albumin, yaitu 5 hingga 6 hari. Pengukuran faktor-faktor pembekuan darah
lebih efektif untuk menilai fungsi sintesis hati (liver). Ada lebih dari 13 jenis protein yang terlibat dalam
pembekuan darah, salah satunya adalah protrombin. Adanya kelainan pada protein-protein pembekuan
darah dapat dideteksi dengan menilai waktu protrombin. Waktu protrombin adalah ukuran kecepatan
perubahan protrombin menjadi trombin. Lamanya waktu protrombin ini tergantung pada fungsi sintesis hati
(liver) serta asupan vitamin K. Adanya kerusakan sel-sel hati akan memperpanjang waktu protrombin. Hal
ini dikarenakan adanya gangguan pada sintesis protein-protein pembekuan darah. Dengan demikian, pada
kasus hepatitis kronis dan sirosis waktu protrombin menjadi lebih panjang.

Bilirubin

Bilirubin adalah pigmen kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam hati (liver).
Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses.

Bilirubin dalam darah terdiri dari dua bentuk, yaitu bilirubin direk dan bilirubin indirek. Bilirubin direk larut
dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin. Sedangkan bilirubin indirek tidak larut dalam air dan terikat
pada albumin. Bilirubin total merupakan penjumlan bilirubin direk dan indirek.

Adanya peningkatan kadar bilirubin direk menunjukkan adanya penyakit pada hati (liver) atau saluran
empedu. Sedangkan peningkatan bilirubin indirek jarang terjadi pada penyakit hati (liver).
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

ELISA
ELISA (singkatan bahasa Inggris: Enzyme-linked immunosorbent assay) atau 'penetapan kadar
imunosorben taut-enzim' merupakan uji serologis yang umum digunakan di berbagai laboratorium
imunologi. Uji ini memiliki beberapa keunggulan seperti teknik pengerjaan yang relatif sederhana, ekonomis,
dan memiliki sensitivitas yang cukup tinggi. ELISA diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan
Eva Engvall untuk menganalisis adanya interaksi antigen dengan antibodi di dalam suatu sampel dengan
menggunakan enzim sebagai pelapor (reporter label).[1]

Plate mikrotiter yang digunakan untuk ELISA


Umumnya ELISA dibedakan menjadi dua jenis, yaitu competitive assay yang menggunakan konjugat
antigen-enzim atau konjugat antobodi-enzim, dan non-competitive assay yang menggunakan dua antibodi.
Pada ELISA non-competitive assay, antibodi kedua akan dikonjugasikan dengan enzim sebagai indikator.
Teknik kedua ini seringkali disebut sebagai "Sandwich" ELISA.
Uji ini dilakukan pada plate 96-well berbahan polistirena. Untuk melakukan teknik "Sandwich" ELISA ini,
diperlukan beberapa tahap yang meliputi:
1. Well dilapisi atau ditempeli antigen.
2. Sampel (antibodi) yang ingin diuji ditambahkan.
3. Ditambahkan antibodi kedua yang dikonjugasikan dengan enzim tertentu seperti peroksidase
alkali. Antibodi kedua ini akan menempel pada antibodi sampel sebelumnya.
4. Dimasukkan substrat enzim yang dapat menimbulkan warna tertentu saat bereaksi.
5. Intensitas warna campuran diukur dengan spektrofotometer yang disebut ELISA reader hingga
mendapatkan hasil berupa densitas optis (OD). Dengan menghitung rata-rata kontrol negatif yang
digunakan, didapatkan nilai cut-off untuk menentukan hasil positif-negatif suatu sampel. Hasil OD
yang berada di bawah nilai cut-off merupakan hasil negatif, dan demikian juga sebaliknya.
Uji ini memiliki beberapa kerugian, salah satu di antaranya adalah kemungkinan yang besar terjadinya hasil
false positive karena adanya reaksi silang antara antigen yang satu dengan antigen lain.[2] Hasil berupa
false negative dapat terjadi apabila uji ini dilakukan pada window period, yaitu waktu pembentukan antibodi
terhadap suatu virus baru dimulai sehingga jumlah antibodi tersebut masih sedikit dan kemungkinan tidak
dapat terdeteksi.[3]
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

1. Referensi
1. Lequin, RM (2005). "Enzyme Immunoassay (EIA)/Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)".
Clinical Chemistry 51 (12): 2415-2418.
2. Walker, JM (1994). Basic Protein and Peptide Protocols, Volume 32. New Jersey: Humana Press
Inc..
3. Barnes, L; Evian, C (2006), Life with HIV and AIDS (2nd ed.), Gallo Manor: Awareness Publishing
Group (Pty) Ltd.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

PENETAPAN KADAR KARBOHIDRAT TOTAL

(Sampel: plasma)
(Metode: Anilin )

Prinsip:
Bila aldose dan ketose dipanaskan dengan anilin dalam asam asetat glasial, akan terjadi reaksi
dan menghasilkan senyawa berwarna dengan λ maks. 340 nm.

Pereaksi:
o Pereaksi asam triklorasetat (10%). : Larutan 10 g asam triklorasetat dalam air demineral
hingga 100,0 mL. Larutan ini stabil pada suhu kamar.
o Pereaksi anilin : Larutan 6,0 g anilin (pro analisis) dalam asam asetat glasial hingga
100,0 mL. Larutan ini stabil untuk beberapa bulan. Perubahan menjadi sedikit kuning
tidak menimbulkan gangguan.
o Baku glukose : Larutan 110 mg glukose monohidrat dalam larutan jenuh, dingin asam
benzoat dalam air demineral hingga 100,0 mL. Larutan ini stabil dalam jangka waktu tak
terbatas.
Prosedur :
Kerjakan dalam tabung reaksi 10 mL:

Panaskan masing-masing tabung reaksi tepat 10 menit dalam water-bath mendidih. Angkat
tabung reaksi, dinginkan dengan air mengalir (air kran) dan baca absorban pada λ 340 - 440 nm,
dengan blangko air demineral. Warna tersebut stabil selama 3 jam.

Perhitungan :

Kadar glukose normal dalam plasma = 80 – 120 mg/100 mL.


Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

PEMERIKSAAN SPESIMEN: FESES

Pemeriksaan feses dilakukan untuk:


1. melihat ada tidaknya darah. Pemeriksaan ini mudah dilakukan baik oleh perawat
atau klien sendiri. Pemeriksaan ini menggunakan kertas tes Guaiac.
2. analisa produk diet dan sekresi saluran cerna. Bila feses mengandung banyak
lemak (disebut: steatorrhea), kemungkinan ada masalah dalam penyerapan lemak
di usus halus. Bila ditemukan kadar empedu rendah, kemungkinan terjadi
obstruksi pada hati dan kandung empedu.
3. mendeteksi telur cacing dan parasit. Untuk pemeriksaan ini dilakukan tiga hari
berturut-turut.
4. mendeteksi virus dan bakteri. Untuk pemeriksaan ini diperlukan jumlah feses
sedikit untuk dikultur. Pengambilan perlu hati-hati agar tidak terkontaminasi.
Pada lembar pengantar perlu dituliskan antibiotik yang telah dikonsumsi.

Sebelum pengambilan spesimen, perawat perlu mengingatkan klien akan hal-hal berikut:
1. defekasi pada bedpan yang bersih
2. bila memungkinkan, spesimen tidak terkontaminasi dengan urin atau darah
menstruasi
3. jangan meletakan tisue pembersih pada bedpan setelah defekasi karena dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan

Dalam pengambilan spesimen gunakan sarung tangan bersih, jumlah feses tergantung
pemeriksaan, umumnya 2,5cm untuk feses padat atau 15-30mL untuk cair. Untuk kultur,
gunakan swab yang steril, lalu dimasukkan dalam kantung steril. Segera kirim spesimen
ke lab untuk segera diperiksa.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

PEMERIKSAAN SPESIMEN: SPUTUM

Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan dari paru-paru, bronkus dan trakea.
Individu yang sehat tidak memproduksi sputum. Klien perlu batuk untuk memdorong
sputum dari paru-paru, bronkus dan trakea ke mulut dan mengeluarkan ke wadah
penampung.

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk:


1. kultur (menentukan jenis mikroorganisme) dan tes sensitivitas terhadap obat
2. untuk sitologi dalam mengidentifikasi asal, struktur, fungsi dan patologi sel.
Spesimen untuk sitologi (mengidentifikasi kanker paru-paru dan jenis selnya)
seringkali dilakukan secara serial 3 kali dari sputum yang diambil di pagi hari.
3. pemeriksaan bakteri tahan asam, juga diperlukan serial 3 hari berturut-turut di
pagi hari, untuk mengidentifikasi ada tidaknya kuman tuberkulosis. Beberapa
rumah sakit, menggunakan wadah penampung khusus untuk pemeriksaan ini.
4. menilai keberhasilan terapi.

Cara pengambilan umumnya di pagi hari, saat bangun tidur klien mengeluarkan sputum
yang diakumulasi sejak semalam. Bila klien tidak dapat batuk, kadangkala diperlukan
suksion faringeal. Langkah sebagai berikut:
1. lakukan perawatan mulut
2. minta klien untuk napas dalam lalu batuk. Diperlukan sputum sebanyak 15-30mL
3. lakukan kembali perawatan mulut.

Kultur Tenggorokan
Kultur tenggorokan dilakukan dengan menggunakan swab dengan mengambil bahan dari
mukosa yang ada di orofaring dan tonsil. Kultur dilakukan untuk melihat mikoorganisme
penyebab penyakit. Dalam melakukannya perawat menggunakan sarung tangan bersih,
lalu ambil bahan pada daerah tonsil dan orofaring yang berisi eksudat dan berwarna
kemarahan. Kadangkala timbul refleks gag, untuk mencegahnya saat pemeriksaan posisi
klien duduk dan minta klien membuka mulut seraya berkata “ah” lalu kerjakan tindakan
dengan cepat.
Muhammad Firdaus, SE, SKH, M.Pd
Materi Tehnik Laboraturium

Anda mungkin juga menyukai