Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH UPAYA PENCEGAHAN RESIKO HAZARD FISIK

DAN RADIASI

OLEH:

KELOMPOK V

1. NI PUTU WIWIK JUNI SUARNAMI ( P222046 )


2. NORMAWATI LAMAKKA ( P222047 )
3. NURSAYATI ARIF ( P222048 )
4. RIRIN ( P222070 )
5. SAMRIATIN RAZAK (P222053 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA KESEHATAN KENDARI

KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, atas izinNya, penyusunan
makalah Upaya pencegahan resiko hazard fisik dan radiasi dapat terpenuhi.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai resiko hazard dalam keperawatan khususnya
upaya pencegahan resiko hazard fisik.dan radiasi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki keterbatasan
sehingga masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu masukan dan saran dari
berbagai pihak khususnya dari dosen untuk perbaikan makalah ini sangat diharapkan.

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia
industri berlomba-lomba melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas
dengan menggunakan alat-alat produksi yang semakin komplek. Semakin
kompleknya peralatan kerja yang digunakan, maka semakin besar pula potensi
bahaya kecelakaan kerja yang ditimbulkan apabila tidak dilakukan penanganan
dan pengendalian sebaik mungkin. Penggunaan peralatan kerja sering tidak diikuti
dengan penyediaan tenaga kerja yang berkualitas untuk mengoperasikannya dapat
berakibat peralatan tersebut tidak termanfaatkan secara optimal dan benar. Akibat
yang lebih fatal adalah timbulnya kecelakaan kerja baik operator peralatan itu
sendiri maupun masyarakat di sekitar perusahaan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan menciptakan terwujudnya
pemeliharaan tenaga kerja yang baik. Keselamatan dan kesehatan kerja ini
ditanamkan pada diri masing-masing individu karyawan dengan cara penyuluha
dan pembinaan yang baik agar mereka menyadari arti penting keselamatan kerja
bagi dirinya maupun untuk perusahaan. Apabila banyak terjadi kecelakaan, mak
tenaga kerja banyak yang menderita, angka absensi di perusahaan meningkat
hasil produksi menurun, dan biaya pengobatan semakin membesar. Ini semu
akan menimbulkan kerugian bagi tenaga kerja maupun perusahaan yang
bersangkutan, karena mungkin tenaga kerja terpaksa berhenti bekerja sebab sakit
sementara atau cacat tetap yang diakibatkan oleh proses kerja yang tidak
aman atau peralatan kerja yang salah dalam pengoperasiannya. Karena pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja, maka untuk mengantisipasi dan
mengurangi angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja juga melindungi
tenaga kerja, maka pemerintah mengeluarkan
Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Pasal 86 Ayat 1 dan 2 yang menyatakan
“Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
keselamatan dan kesehatan kerja; moral dan kesusilaan; dan perlakuan yang
sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. Untuk
melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja
yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja”
Berdasarkan undang-undang No.13 Tahun 2003 Pasal 86 Ayat 1 dan 2,
maka perusahaan harus mempersiapkan sarana dan prasarana sebagai upaya
penceghan kecelakaan kerja dan program-program yang dapat mengurangiangka
kecelakaan kerja di perusahaan. Salah satu programnya adalah program keselamatan
dan kesehatan kerja para tenaga kerja. Program ini dibuat berdasarkan kegiatan
produksi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Persiapan untuk mengantisipasi
dan mengurangi angka kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh faktor bahaya dan
risiko kecelakaan kerja terdiri dari identifikasi bahaya, penilaian potensi bahaya,
organisasi dan sarana pengawasan operasional perencanaan tindakan darurat,
penyebarluasan informasi kepada seluruh tenaga kerja untuk menyebarluaskan
informasi kepada masyarakat di sekitar perusahaan mengenai tindakan yang telah
dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah timbulnya bahaya pencemaran
lingkungan dengan adanya pengolahan limbah cair dan limbah padat yang berasal
dari perusahaan secara optimal, dengan adanya penyediaan dan persiapan sarana
pengaman kerja yang memadai, maka tenaga kerja harus terlibat langsung dalam
penggunaan teknologi tersebut yang digunakan agar dapat menjamin keselamatan
dan kesehatannya.. Upaya K3 ini diharapkan dapat mencegah dan mengurangi risiko
terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit yang bisa tertular. Untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan juga tertularnya penyakit akibat dari pekerjaan maka di
setiap instansi wajib membuat sebuah program keselamtan dan kesehatan kerja (K3)

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dapam makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian dari bahaya fisik ?
2. Apa saja contoh dari bahaya fisik?
3. Bagaimana upaya pencegahan resiko bahaya fisik?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
D. Untuk mengetahui penegrtian dari bahaya fisik
E. Untuk mengetahui contoh-contoh dari bahaya fisik
F. Untuk mengetahui pencegahan resiko bahaya fisik.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Bahaya Fisik
1. Pengertian Bahaya Fisik
Bahaya fisik adalah yang paling umum dan akan hadir disebagian besar
tempat kerja pada suatu waktu tertentu. Hal itu, termasuk kondisi tidak aman
yang dapat menyebabkan cedera, penyakit, dan kematian. Bahaya ini,
biasanya paling mudah untuk diidentifikasi tempatnya, tetapi sering
terabaikan karna sudah dipandang akrab dengan situasi demikian
(seperti selalu ada kabel tak terawat, sambungan terputus atau kena bocoran
air ) , kurangnya pengetahuan ( tidak dianggap sebagai bahaya ) ketahanan
terhadap menghabiskan waktu atau uang untuk melakukan perbaikan yang
diperlukan atau hanya penundaan dalam membuat perubahan untuk
menghilangkan bahaya (menunggu sampai besok atau saat “ kita tidak begitu
sibuk”).
Bahaya fisik adalah salah satu jenis bahaya (hazard) yang berkaitan
dengan kesehatan kerja seperti kebisingan, suhu yang ekstrim, radiasi
ionisasi, radiasi nonionsasi, tekanan ekstrim, dan vibrasi yang semuanya
merupakan tekanan-tekanan fisik dapat ditemukan pada lingkungan kerja
seseorang atau lebih operator. Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan
terhadap bahaya fisik untuk meminimalisir atau mencegah terjadinya hal
tersebut.
2. Sumber-Sumber Bahaya
Sumber bahaya merupakan sesuatu yang merupakan inti atau pusat dari
proses kegiatan yang mengakibatkan timbulnya risiko, bisa berupa
equipment, lokasi/area, sistem, peraturan, produk, unit kegiatan, Sumber
Daya Manusia dan lain-lain
Sumber-sumber bahaya berasal dari :
a. Manusia
Kesalahan utama sebagian besar kecelakaan adalah terletak pada
pekerja itu sendiri, mereka kurang terampil, kurang tepat, kurang
mentaati tata tertib dalam mengoperasikan mesin atau peralatan.

b. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam suatu proses dapat menimbulkan bahaya
jika tidak digunakan sesuai fungsinya, tidak dilengkapi dengan pelindung
saat memasuki area.
c. Proses
Dalam proses kadang menimbulkan asap, debu, panas, bising dan bahaya
mekanis seperti terjepit, terbentur atau terjatuh, hal ini dapat
mengakibatkan kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
d. Cara atau sikap kerja
Cara kerja yang berpotensi terhadap terjadinya bahaya atau kecelakaan
berupa tindakan tidak aman, misalnya :
1) Cara mengangkat dan mengangkut yang salah
2) Posisi tubuh yang tidak benar
3) Tidak menggunakan APD
4) Lingkungan kerja yang terlalu panas
5) Menggunakan alat atau mesin yang tidak sesuai dengan peraturan
6) Keadaan mesin-mesin, perlengkapan dan peralatan kerja serta bahan-
bahan.
7) Sikap kerja yang salah, yaitu pada saat pengepakan pekerja berdiri,
duduk berjalan dan membungkuk terlalu lama.
e. Lingkungan Kerja
Bahaya dari lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan
berbagaigangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja. Bahaya tersebut
adalah :
1) Faktor lingkungan fisik
Bahaya yang bersifat fisik seperti ruangan yang terlalu panas di
Centrifuge, bising yang melebihi Nilai Ambang Batas di Pump
House dan Centrifuge.
2) Faktor lingkungan kimia
Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahan–bahan yang
digunakan maupun bahan yang dihasilkan selama proses produksi.
Bahan ini berhamburan ke lingkungan, kerusakan atau kebocoran
dari peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses serta bau
dari bahan-bahan kimia yang sangat menyengat. Paparan dari gas
amoniak di Pump House dan seksi filtrasi
3) Faktor lingkungan biologis
Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari bakteri,
virus maupun dari binatang lainnya yang ada di tempat kerja.
4) Faktor faal kerja atau ergonomi
Gangguan yang bersifat faal karena beban kerja yang terlalu berat,
peralatan yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja.
5) Faktor psikologis
Gangguan yang disebabkan karena hubungan atasan dengan bawahan
yang tidak serasi, hal ini dapat menimbulkan ketegangan jiwa pada
karyawan.
B. Pengendalian Resiko
1. Prinsip analisa keselamatan dan kesehatn kerja adalah mencari penyebab
dari seluruh tingkat lapisan,dari lapisan umum sampai pokok penyebabnya
dicari secara tuntas. Hingga diketahui penyebab utamnya dan melakukan
perbaikan.
2. Bahaya yang telah diidentifikasi dan dinilai, maka tahap selanjutnya harus
dilakukan perencanaan pengendalian risiko untuk mengurangi risiko sampai
batas maksimal.
3. Pengendalian resiko dapat mengikuti pendekatan hirarki. Hirarrki
pengendalian resiko merupaka suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan
mengendalikan resiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa
tingkatan.
C. Resiko Bahaya Fisik
1. Resiko Bahaya Mekanik
a. Benda-benda tajam dan panas , resiko bahaya ini paling sering menimbulkan
kecelakaan kerja contohnya, jarum suntik dan jarum jahit. Resiko itu bisa
saja terkontaminasi dengan kuman akibat bekas jarum suntik.
b. Benda-benda yang bergerak yang dapat membentur , sering kali di rumah
sakit di temui yang dapat menyebabkan tertularnya penyakit contohnya
brangkart/ tempat tidur , rostur/ kursi roda.
c. Resiko jatuh dari ketinggian yang sama ; terpeleset, tersandung . resiko ini
biasanya ditemui di lantai-lantai yang miring.
d. Resiko jatuh dari ketinggian yang berbeda biasanya terjadi di ruang
perawatan anak dan jiwa.yang harus di perhatikan contohnya konstruksi
bangunan atau pembersihan kaca pada posisi yang cukup tinggi . pada
ruangan tersebut biasanya dilantai atas, jadi jendela yang ada sudah
terpasang teralis pengaman dan anak-anak selalu dalam pengawasan orang
dewasa dalam bermain .
2. Pengendalian Resiko Bahaya Fisik
Potensi bahaya adalah sesuatu yan berpeluang menyebabkan terjadinya
kerugian,kerusakan,cedera,sakit,atau bahkan kematian yang berhubungan
dengan proses dan sistem kerja. Secara umum yang dilakukan oleh sebagian
orang dalam tahap pengendalian resiko bahaya fisik ada beberapa tahap ,
diantaranya :
a. Eliminasi
Eliminasi adalah menghilangkan bahaya yang di lakukan saat
perencanaan penghilangan bahaya adalah sistem yang paling efektif
sehingga tidak mengandalkan perilaku pekerja dalam mencegah resiko ,
akan tetapi penghilangan benar-benar terhadap bahaya tidak selalu praktis
dan ekonomis
b. Subtitusi
Sistem ini bertujuan untuk mengganti bahan proses atau peralatan dari
yang berbahaya menjadi leboh tidak berbahaya. Dengan adanya sistem ini
dapat menurunkan resiko bahaya.
c. Rekayasa / enginering
Sistem ini dilakukan bertujuan untuk memilah bahaya dengan pekerja
serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia.
d. Adminstratif
Pengendalian ini dari unsur orng yang melakukan pekerjaan. Metode ini
di harapkan manusia agar mematuhi dan menyelesaikan pekerjaan secara
aman. Biasanya pekerja membuat adanya standar operasional prosedur
( SOP ).
e. Alat pelindung diri (administration control )
Alat pelindung diri yang digunakan untuk membatasi anatar terpaparnya
tubu dengan potensi bahaya yang akan diterima oleh tubuh.
3. Pedoman Penerapan Sistem K3
a. Komitmen dan Kebijakan
1) Menempatkan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja pada posisi
yang dapat menentukan keputusan perusahaan.
2) Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana
lain yang diperlukan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja.
3) Menetapkan personel yang mempunyai tanggung jawab, wewenang dan
kewajiban yang jelas dalam penanganan keselamatan dan kesehatan
kerja.
4) Perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasi.
5) Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan keselamatan
dan kesehatan kerja.
b. Perencanaan
1) Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko :
2) Peraturan Perundangan dan Persyaratan lainnya :
3) Tujuan dan Sasaran
4) Indikator Kinerja
5) Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang Sedang berlangsung.
c. Penerapan
Dalam mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja, perusahaan
harus
menunjukkan personel yang mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diterapkan,
meliputi :
1) Jaminan Kemampuan :
a) Sumber daya manusia, sarana dan dana
b) Integrasi
c) Tanggung jawab dan tanggung gugat
d) Konsultasi, motivasi, dan kesadaran.
e) Pelatihan dan kompetensi kerja
2) Kegiatan Pendukung :
a) Komunikasi
b) Pendokumentasian
c) Pencatatan dan manajemen Informasi
3) Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko :
a) Identifikasi Sumber Bahaya
b) Penilaian Risiko
c) Tindakan Pengendalian
d) Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau Bencana
4. Pegendalian Resiko Bahaya Fisik di Rumah Sakit
1. Menggunakan alat pelindung diri contohnya, helm.kaca mata,
sepatu,pelindung tangan.
2. Membuat isolasi kegiatan atau unsur-unsur yang berbahaya
3. Pengendalian cahaya di ruang laboratorium
4. Pengaturan ventilasi
5. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai
6. Filter untuk mikroskop
7. Pelindung mata untuk sinar laser
8. Pemeriksaan kesehatan pra-kerja
9. Pemeriksaan kesehatan secara berkala
10. Pengobatan apabila ditemukan gangguan fisik bagi pekerja.
11. Memasang tanda-tanda peringatan
12. Membuat daftar bahan-bahan yang aman
13. Pelatihan penanganan darurat
14. Riset medis
15. Monitoring lingkungan kerja
16. Sanitasi yang bersih dan penyediaan fasilitas kesehatan
17. Menerapkan peraturan perundangan yang disiplin
18. Penyediaan sarana dan prasarana yang terbaharuan
BAB III

PENUTUP

Simpulan
Keselamatan dan kesehatan kerja manusia merupakan hal yang paling penting dalam
proses berkerja. Tujuan pokok dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk
mencegah dan mengurangi bahkan menghapuskan kecelakaan kerja. Dengan demikian,
keselamatan dan kesehatan kerja tersebut menjadi sangat penting mengingat akibat yang
ditimbulkan dari adanya kecelakaan kerja. Dengan tindakan pencegahan kecelakaan
kerja harus diletakkan pengertian bahwa kecelakaan adalah resiko yang melekat pada
setiap proses yang berhubungan dengan pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA

Eko Andriani. 2010. Identifikasi Bahaya Dan Penilaian Risiko Sebagai Upaya
Pencegahan Kecelakaan Dan Penyakit Akibat Kerja Di Unit Ammonium Sulfat Ii Pt.
Petrokimia Gresik Jawa Timur. Repositori Universitas Sebelas Maret
Titi Syartini. 2010. Penerapan Smk3 Dalam Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Di
Pt. Indofood Cbp Sukses Makmur Divisi Noodle Cabang Semarang. Repositori
Universitas Sebelas Maret
Depkes RI.2008,Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit,2 edn,Bakti
Husada,Jakarta.
Wowo Sunaryo,Dr.,M.Pd. Ergonomi dan K3. 2017.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai