Anda di halaman 1dari 10

1.

Potensi bahaya dari lingkungan kerja terhadap kesehatan manusia terutama


pekerja.

Jika tempat kerja aman dan sehat, setiap orang dapat melanjutkan pekerjaan mereka
secara efektif dan efisien. Sebaliknya, jika tempat kerja tidak terorganisir dan banyak
terdapat bahaya, kerusakan dan absen sakit tak terhindarkan, mengakibatkan
hilangnya pendapatan bagi pekerja dan produktivitas berkurang bagi perusahaan.

Kategori A Kategori B Kategori C Kategori D


Potensi yang Potensi yang Resiko terhadap Potensi yang
menimbulkan resiko menimbulkan kesejahteraan menimbulkan
dampak jangka panjang resiko dampak dan kesehatan resiko pribadi
pada kesehatan langsung pada sehari-hari dan psikologis
keselamatan
Bahaya faktor kimia Kebakaran Air minum Pelecehan
(debu,uap, uap logam) termasuk
intimidasi dan
pelecehan
seksual
Bahaya faktor biologi Listrik Toilet dan Terinveksi
(penyakit dan gangguan fasilitas mencuci HIV/AIDS
oleh virus, bakteri,
binatang)
Bahaya faktor fisik Potensi bahaya Ruang makan Kekerasan
(bising,penerangan,ikli mekanikal(tidak atau kantin ditempat kerja
m kerja, jatuh) adanya pelindung
mesin)
Cara bekerja dan bahaya House keeping P3K ditempat Stress
faktor ergonomis (posisi (perawatan buruk kerja
bangku kerja, pekerjaan pada peralatan)
berulang-ulang, jam
kerja yang lama)
Potensi bahaya Transportasi Narkoba
lingkungan yang ditempat kerja
disebabkan oleh polusi
pada perusahaan
dimasyarakat
Sumber : ILO 2013

Dari sudut pandang kesehatan kerja, sistem kerja mencakup empat komponen kerja,
yaitu pekerja, lingkungan kerja, pekerjaan, pengorganisasian pekerjaan dan budaya
kerja. Setiap komponen tersebut dapat menjadi sumber atau situasi yang berpotensi
menimbulkan kerugian bagi kesehatan pekerja. Sumber atau situasi yang potensial
tersebut dikenal sebagai hazard atau faktor risiko kesehatan. Sedangkan peluang
hazard kesehatan menimbulkan suatu cidera atau gangguan kesehatan disebut sebagai
risiko terdapat 6 buah sumber hazard kesehatan di tempat kerja, antara lain :

1. Somatic Hazard : Somatic hazard merupakan hazard yang berasal dari tubuh
pekerja yang berupa kapasitas kerja dan status kesehatan pekerja. Contohnya yaitu
pekerja dengan buta warna kemudian mengerjakan alat elektronik yang penuh
dengan kabel warna-warni, hazard somatiknya dapat membahayakan dirinya
maupun orang lain.
2. Behavioural Hazard : Hazard perilaku merupakan hazard yang timbul karena
perilaku pekerja itu sendiri. Contohnya kebiasaan merokok para pekerja bengkel
yang menyebabkan kerusakan fungsi paru dan bahkan risiko kebakaran atau
peledakan apabila di tempat tersebut terdapat uap yang mudah terbakar.
3. Environment Hazard : Hazard lingkungan dapat berupa faktor kimia, fisika dan
biologi. Ketiga faktor ini berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan apabila
intensitas pajanannya tinggi dan melampaui toleransi kemampuan tubuh pekerja.
Faktor atau bahaya fisik yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat kerja
meliputi suhu lingkungan kerja yang ekstrim, kebisingan, pencahayaan, getaran,
tekanan dan radiasi baik pengion maupun tidak. Sedangkan Faktor dari bahaya
kimia di lingkungan kerja seperti logam berat, pelarut organik, gas dan uap,
pestisida serta partikel di dalam udara. Faktor risiko biologi di tempat kerja akan
dapat menimbulkan penyakit secara langsung kepada pekerja berupa penyakit
infeksi seperti hepatitis, tuberkulosis, jamur (mikosis), maupun parasit.
4. Ergonomic Hazard : Hazard ergonomi yang dimaksud terkait dengan kondisi
pekerjaan dan peralatan kerja yang dipakai oleh pekerja termasuk juga ke
dalamnya adalah work station.
5. Work Organization Hazard : Hazard pengorganisasian pekerjaan bisa
menimbulkan stres kerja bagi para pekerja. Pengaturan sumber daya manusia yang
tidak baik serta jam kerja yang tidak sesuai atau melebihi dari ketentuan undang-
undang dapat menimbulkan permasalahan kesehatan bagi pekerja. 6.
6. Work Culture Hazard : Hazard budaya kerja juga memiliki potensi
menimbulkan penyakit dan gangguan kesehatan bagi pekerja. Beban kerja yang
berlebihan akibat budaya kerja menunda pekerjaan serta budaya kerja sampai jauh
malam adalah contoh bagaimana budaya kerja dapat menurunkan kualitas
kesehatan pekerja.

Daftar pusktaka : http://repository.unimus.ac.id/295/1/BUKU%20AJAR


%20OKUPASI.pdf

2. Faktor fisik, kimia, biologi, ergonomik dan psikologi di lingkungan


kerja pada sektor formal/informal dan upaya pencegahannya.

Industri dan produknya baik formal maupun informal mempunyai dampak positif dan
negatif kepada manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak
lain dapat menimbulkan dampak negatif karena paparan zat yang terjadi pada proses
kerja maupun pada hasil kerja. Beberapa faktor yang dapat menimbulkan dampak
negatif adalah faktor bahaya yang ada di tempat kerja yang meliputi faktor fisik,
biologis, kimia, mental psikologis, hubungan antar manusia dan mesin maupun
lingkungan kerja yang kurang ergonomis, gizi kerja yang kurang memadai dan faktor
lain penyebab timbulnya penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja.
Menurut Pihantoyo, salah satu permasalahan kesehatan kerja di Indonesia adalah 70-
80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki pola
kegiatan tidak teratur, baik dalam arti waktu, permodalan maupun penerimaannya
serta pada umumnya tidak tersentuh oleh peraturan yang ditetapkan. Sektor informal
oleh ILO didefinisikan sebagai cara melakukan pekerjaan apapun dengan karakteristik
mudah dimasuki, bersandar pada sumber daya lokal, usaha milik sendiri, beroperasi
dalam skala kecil, padat karya dan teknologi yang adaptif, memiliki keahlian diluar
sistem pendidikan formal, tidak terkena langsung regulasi, dan pasarnya kompetitif.
Sedangkan oleh BPS sektor informal diartikan sebagai suatu perusahaan non direktori
dan rumah tangga dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 20 orang.

Usaha Pengendalian Penyakit Berdasarkan Potensi Bahaya :

1. Faktor Biologis
Usaha pengendalian penyakit berdasarkan potensi bahaya biologis dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan,
epidemilogi dan desinfeksi,
b. sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam
keadaan sehat badani,
c. melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar (Good
Laboratory Practice)
d. menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar,
e. sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius
dan spesimen secara benar,
f. pengelolaan limbah infeksius dengan benar,
g. menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
h. kebersihan diri dari petugas.

2. Faktor Kimia
Usaha pengendalian penyakit berdasarkan potensi bahaya kimiawi dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Material Safety Data Sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada harus
diketahui oleh seluruh petugas laboratorium,
b. menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah
tertelannyabahan kimia dan terhirupnya aerosol,
c. menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,celemek, jas
laboratorium) dengan benar,
d. hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa,
e. menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.

3. Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara,
proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan
manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman,
nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Sebagian besar pekerja di
perkantoran atau laboratorium bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis,
misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan
pada umumnya barang impor yang desainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja
Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah
lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat
menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling
sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain). Solusinya yang dapat
digunakan adalah memilih dan menyediakan alat-alat yang sesuai dengan
ukuran /kondisi pekerja.

4. Faktor Fisik
Beberapa faktor fisik di laboratorium yang dapat menimbulkan masalah kesehatan
kerja meliputi:
a. Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan ketulian,
b. Pencahayaan yang kurang di ruang kamar pemeriksaan, laboratorium, ruang
perawatan dan kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan
dan kecelakaan kerja.
c. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja
d. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.
e. Terkena radiasi Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi
pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol
dapat membahayakan petugas yang menangani. Usaha pengendalian penyakit
berdasarkan potensi bahaya fisik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. pengendalian cahaya di ruang laboratorium,
2. pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup
memadai,
3. menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi,
4. pengaturan jadwal kerja yang sesuai,
5. pelindung mata untuk sinar laser, dan
6. filter untuk mikroskop.
f. Faktor Psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium yang dapat menyebabkan
stress antara lain:
1. pekerja di laboratorium dituntut untuk memberikan pelayanan yang tepat
dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan,
2. pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton,
3. hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau
sesama teman kerja,
4. beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sector formal
ataupun informal.

http://scholar.unand.ac.id/12755/2/BAB%20I.pdf

http://repository.unimus.ac.id/295/1/BUKU%20AJAR%20OKUPASI.pdf

3. Prinsip prosedur kerja yang aman berdasarkan teori kejadiaan kecelakaan,


menganalisis kejadiaan kecelakaan kerja, serta upaya pencegahan kecelakaan kerja.

Teori Kecelakaan Kerja

1. Teori Heinrich (teori domino) : Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan
terjadi dari suatu rangkaian kejadian . Ada lima faktor yang terkait dalam
rangkaian kejadian tersebut yaitu : lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau
kondisi yang tidak aman, kecelakaan, dan cedera atau kerugian.
2. Teori Multiple Causation : Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa
kemungkinan ada lebih dari satu penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini
mewakili perbuatan, kondisi atau situasi yang tidak aman. Kemungkinan-
kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut perlu diteliti.
3. Teori Gordon : kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara korban
kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang
tidak dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah satudari 3 faktor
yang terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab-
penyebab terjadinya kecelakaan maka karakteristik dari korban kecelakaan,
perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung harus dapat
diketahui secara detail.
4. Teori Domino Terbaru : Setelah tahun 1969 sampai sekarang, telah berkembang
suatu teori yang mengatakan bahwa penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja
adalah ketimpangan manajemen. Widnerdan Bird dan Loftus mengembangkan
teori Domino Heinrich untuk memperlihatkan pengaruh manajemen dalam
mengakibatkan terjadinya kecelakaan.

http://repository.unimus.ac.id/374/2/05.%20BAB%20II.pdf

Menganalisis Kejadiaan Kecelakaan Kerja

Tujuan analisis/investigasi kejadian kecelakaan kerja menurut ICAM adalah sebagai berikut :

1. Menentukan fakta disekitar lokasi kejadian


2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi dan penyebab dasar kecelakaan
3. Melihat kecukupan prosedur dan pengendalian yang sudah ada
4. Merekomendasikan tindakan pencegahan dan perbaikan
5. Melaporkan temuan dalam rangka untuk membagi pelajaran dari kecelakaan
6. Tidak menyalahkan satu pihak

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125565-S-5639-Analisis%20penyebab-Literatur.pdf

Pencegahan Kecelakaan Kerja

Konsep Pencegahan Kecelakaan dapat menggunakan pendekatan 4E yaitu :

a. Education yaitu, tenaga kerja harus mendapatkan bekal pendidikan dan pelatihan dalam
usaha pencegahan kecelakaan. Misalnya, pelatihan dasar keselamatan dan kesehatan
kerja, pelatihan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Engineering yaitu rekaya dan riset dalam bidangteknologi untuk mencegah kecelakaan
misalnya,pemasangan alat pemadam otomatis.
c. Enforcement yaitu penegakan peraturan keselamatan dan kessehatan kerja dan
pembinaan berupa pemberian sangsi terhadap pelanggar peraturan keselamatan dan
kesehatan kerja.
d. Emergency Respon yaitu setiap karyawan atau orang lain yang memasuki tempat kerja
harus memahami langkah-langkah penyelamatan bila terjadi keadaan darurat.
Kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh faktor manusia dapat dikurangi dengan cara
memasyarakatkan usaha pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja antara lain dengan
cara:
a. Penempelan poster, tanda/ gambar peringatan bahaya, plakat atau rambu keselamatan
dan kesehatan kerja
b. Ceramah, seminar atau pelatihan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja,
c. Kampanye dan penilaian terhadap kegiatan yang dapat memacu/ menekan segala
jenis kecelakaan kerja,
d. Membiasakan cara bekerja dengan baik dan benar.

http://repository.unimus.ac.id/374/2/05.%20BAB%20II.pdf

Kegiatan peningkatan derajat kesehatan dan keselamatan tenaga kerja di


tempat kerja.

Kegiatan pelaksanaan promosi K3 di tempat kerja

1. Pelatihan
Pelatihan ini bertujuan untuk membina sumber daya manusia dengan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan serta melatih kesiagaan karyawan dalam menghadapi
keadaan darurat. Pelatihan disini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan tenaga
kerja dalam melaksanakan pekerjaannya.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan dalam BAB IV mengenai Pelatihan Kerja yang tercantum dalam
pasal.

a. Pasal 9 : Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali,


meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan
kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan.
b. Pasal 11 Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan atau meningkatkan
dan atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya.

c. Pasal 13
a). Pelatihan kerja diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kerja pemerintah dan
atau lembaga pelatihan swasta.
b). Pelatihan kerja dapat diselenggarakan di tempat pelatihan atau di tempat kerja.
c). Lembaga pelatihan kerja pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (a)
dalam menyelenggarakan pelatihan kerja dapat bekerjasama dengan swasta.

d. Pasal 15 Penyelenggara pelatihan kerja wajib memenuhi persyaratan :

1. Tersedianya tenaga kepelatihan,

2. Adanya kurikulum yang sesuai dengan tingkat pelatihan,

3. Tersedianya sarana dan prasarana pelatihan kerja,

4. Tersedianya dana bagi kelangsungan kegiatan penyelenggaraaan pelatihan


kerja.

2. Komunikasi
Komunikasi adalah penyampaian informasi kepada pihak lain, sehingga pihak
penerima mengerti maksud informasi yang disampaikan tersebut. Komunikasi bisa
menjadi hambatan dalam organisasi, oleh karena itu pekerja, penyelia dan seluruh
jajaran manajemen harus menguasai dengan baik teknik komunikasi. Dalam sebuah
organisasi, kesalahan komunikasi merupakan hal yang sering terjadi. Setiap kesalahan
komunikasi dapat mengakibatkan kerugian baik kerugian materi, waktu maupun
kualitas produk atau terjadinya suatu kecelakaan. Maka dari itu komunikasi yang
efektif perlu mendapatkan perhatian, jika pengawasan cukup baik, maka kesalahan
komunikasi dapat diperbaiki. Namun apabila manajer tidak mengawasi
pelaksanaannya maka akan terjadi kesalahan komunikasi yang sampai berakibat
terjadi kecelakaan, hal ini dapat menyebabakan kerugian yang besar. Komunikasi
keselamatan dan kesehatan kerja dapat menggunakan berbagai media baik lisan
maupun tulisan. Yang perlu diperhatikan dalam komunikasi yaitu efektifitas
komunikasi, informasi harus mudah diingat oleh penerima. Disamping untuk
menyampaikan perintah dan pengarahan dalam pelaksanaan pekerjaan, komunikasi
keselamatan dan kesehatan kerja digunakan untuk mendorong perubahan perilaku,
sehingga pekerja termotivasi untuk bekerja dengan selamat.

file:///C:/Users/Acer/Downloads/Rhofiah%20Laporan%20Khusus.pdf

Anda mungkin juga menyukai