Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi
kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan.Artinya peralatan dan teknologi
merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk
berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila
kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak
akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para
pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja,
Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat
menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak
dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan
ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka.Sasaran penelitian ergonomi ialahmanusia pada saat bekerja dalam
lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas
pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan
dihadapi.
Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi
tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar
sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada beberapa definisi menyatakan bahwa
ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to the worker”, sementara itu ILO antara lain
menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik
bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal
selain meningkatkan produktivitasnya”. Ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apakah yang dimaksud dengan keselamatan dan kesehatan kerja?
2) Apa saja bahaya fisik di lingkungan tempat kerja dan dampaknya bagi kesehatan?
3) Bagaimana potensi bahaya psikologi?

1
4) Apa yang dimaksud dengan bahaya psikososial (hazard psikososial)?
5) Bagaimana pengontrolan bahaya psikososial?

1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan keselamatan dan kesehatan kerja
b) Untuk mengetahui apa saja bahaya fisik di lingkungan kerja dan dampaknya bagi
kesehatan
c) Untuk mengetahui apa saja potensi bahaya psikologi
d) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hazard psikososisal
e) Untuk mengetahui pengontrolan bahaya psikososial

1.4 Manfaat
1) Mahasiswa mengetahui dan memahami bahaya fisik dilingkungan kerja dan
dampaknya terhadap kesehatan.
2) Mahsiswa memahami dan mampu menjelaskan ergonomic dan faal kerja.
3) Mahasiswa mampu menjelaskan pentingnya ergonomic dan faal kerja.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


Aspek psikologi dari pekerjaan telah menjadi subjek penelitian sejak 1950 (Johnson,
1996; sauter at al., 1998). Awalnya psikologi hanya ditujukan pada hambatan pekerja
untuk beradaptasi terhadap aturan kerja daripada terhadap potensi bahaya dari
karakteristik lingkungan kerja yang mungkin dirasakan pekerja (Gardell, 1982). Tetapi,
dengan penelitian lingkungan kerja psikososial dan psikologi kerja pada tahun 1960
(Johnson & Hall, 1996) fokus pembahasan telah beralih dari perspektif individu ke arah
pengaruh dari aspek lingkungan kerja terhadap kesehatan.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya perlindungan yang
ditujukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya , agar tenaga kerja dan
orang lain yang ada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat. Potensi yang
dapat menimbulkan bahaya dapat berasal dari mesin, lingkungan kerja, sifat pekerjaan,
cara kerja dan proses produksi. K3 melihat hazard dan risk dengan tujuan me-
manage/mengendalikan hazard dan risk tersebut untuk meminimalisasi terjadinya injury
atupun accident.
The internasional labour organizational (1986), mendefinisikan bahaya kerja (work
hazard) adalah suatu sumber potensi kerugian atau suatu situasi yang berhubungan dengan
pekerja , pekerjaan dan lingkungan kerja yang berpotensi menyebabkan kerugian /
gangguan.
Bahaya dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu :
1. Bahaya fisik
Kebisingan,suhu ekstrim,cahaya yang terlalu suram atau terlalu terang
2. Bahaya kimia
Gas yang beracun, uap panas, debu yang terlalu banyak diruangan kerja
3. Bahaya biologi
Bakteri,virus dan jamur
4. Bahaya psikososial
 Komunikasi yang buruk dengan atasan maupun dengan rekan kerja
 Jam kerja yang panjang dan tidak adanya rotasi sift kerja

3
 Aturan perusahan yang tidak jelas
 Beban kerja yang berlebihan
 Kurang lengkapnya peralatan kerja serta sarana dan fasilitas kerja
 Pengawasan kerja yang kurang memadai
 Tidak diikutsertakan dalam pengambilan keputusan
 Perkembangan karir

Tempat kerja merupakan salah satu tempat yang memiliki bahaya kerja yang dapat
menimbulkan dampak bagi kesehatan dan keselamatan pekerja . kesehatan pekerja
berfokus pada dua penyebab : pertama, kesehatan kaitannya dengan pajanan bahay fisik,
dan kedua, kesehatan kerja yang disebabkan bahaya psikososial. Terpapar stressor bahaya
psikososial di tempat kerja terkait dengan sejumlah masalah kesehatan , termasuk
gangguan perilaku dan penyakit lainnya.

2.2 Bahaya Fisik Di Lingkungan Tempat Kerja Dan Dampaknya Bagi Kesehatan
1. Pengertian Tempat Kerja
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1 menyatakan
bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua
ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang
berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
2. Potensi Bahaya Di Tempat Kerja
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit
akibat kerja., Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan
terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat
mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja.
a. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan kerugian
kepada:
1) manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan,
2) properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin.
3) lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan,

4
4) kualitas produk barang dan jasa.
5) nama baik perusahaan.
b. Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan
upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yagmungkin
terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber
dari berbagai faktor, antara lain :
1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja
yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri.
2) faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam
lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik
produk antara maupun hasil akhir.
3) faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila
manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan
yang prima baik fisik maupun psikis.
c. Potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan.
kesehatan dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut :
1) Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-
gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar
kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan
kurang memadai, getaran, radiasi.
2) Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia
yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau
mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation (melalui pernafasan), ingestion
(melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit). Terjadinya
pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari jenis
bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap.asap; daya acun
bahan (toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh.
3) Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal dari atau bersumber
pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu, misalnya : TBC,
Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan
dalam proses produksi.

5
4) Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan
oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-norma
ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk :
sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban
kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara
manusia dan mesin.
5) Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan
oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang kurang baik atau kurang
mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan
bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi
dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja
dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang
diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam
organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat
kerja.
6) Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang
sangat bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta
3. Sifat Bahaya Dilingkungan Kerja
a. Bahaya yang Bersifat Fisik
b. Bahaya ini seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin bising kurang
penerangan getaranyang berlebihanradiasi dan sebagainya, Keadaan tempat kerja
yang terlalu panas mengakibatkan karyawna cepat lelahm karena kehilangan cairan
dan gamram, Bila panas dai lingkngan ini berlebihan suhu tubuh akan meningkat
yang menimbulkan gangguan keseatan, pada keadaan berat sudu tubuh sangat tinggi
yang mengakibatkan pingsan sampai kematian, keadaaan a yang terlalu dingin juga
akan menyebabkan karyawan sering sakit sehingga akan menurunkan daya tahan
tubuhnya.
c. Kebisingan mengganggu kosentrasi, komunikasi dan kemampuan berfikir,
Kebisingan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan penuruanan sifat pernmanen,
niali ambang bataks kebisingan adalah 85 dB untuk karyawan yang bekerja 8 jam
sehari dan 40 jam seminggu.
d. Pencahayaan penting untuk efisiensi kerja. Pencahayaan yang kurang memadai atau
menyilaukan akan melelahkan mata, kelelahan mata akan menimbulkan rasa kantuk
6
dan hal ini berbahaya bila karyawan mengoperasikan mesin-mesin berbahaya
sehingga dapat menyenabaan keseakaan, untuk pengatuarn intesitas pencahaan telah
diatur dalam peraturan mendteri perburuan no 7 tahun 1964.
e. Getaran yang berlebihan menyebabka berbahai penyakit pada pembuluh daram
syarafm sendir dan tulang punggung, Sedang radiasi panas akan menyebabkan suhu
tuuh meningkat dan akibatnya sama dengan ruang kerja yang panas, selain itu
terdapat berbagai radiasi seperti radiasi dari bahan radiokatf, radiasi sinar dan riasi
gelombang mikro yang dapat menimbulkan berbagai penyakit pada karyawan.
4. Macam-Macam Bahaya Fisik
a. Kebisingan
Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk di tempat kerja.Bahkan bunyi yang kita tangkap melalui telinga kita
merupakan bagian dari kerja misalnya bunyi telepon, bunyi mesin ketik / komputer,
mesin cetak, dan sebagainya.Namun sering bunyi-bunyi tersebut meskipun
merupakan bagian dari kerja kita tetapi tidak kita inginkan, misalnya teriakan orang,
bunyi mesin diesel yang melebihi ambang batas pendengaran, dan sebagainya.Bunyi
yang tidak kita inginkan atau kehendaki inilah yang sering disebut bising atau
kebisingan. Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki
yang dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan
seseorang maupun suatu populasi. Kualitas bunyi ditentukan oleh 2 hal yakni
frekuensi dan intensitasnya.Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik
yang disebut hertz (Hz), yaitu jumlah gelombang-gelombang yang sampai di telinga
setiap detiknya.Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah
gelombang dari berbagai macam frekuensi. Sedangkan intensitas atau arus energi
per satuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel
( DB ). Selanjutnya dengan ukuran intensitas bunyi atau desibel ini dapat ditentukan
apakah bunyi itu bising atau tidak.Dari ukuran-ukuran ini dapat diklasifikasikan
seberapa jauh bunyi-bunyi di sekitar kita dapat diterima / dikehendaki atau tidak
dikehendaki / bising.
Skala Intensitas KebisinganSkala Intensitas Desibel Batas Dengar Tertinggi. Aspek
yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi bunyi, distribusi
frekuensi,dan lama pajanan. Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti
masalah komunikasi, turunnya konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job
performance tenaga kerja.Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada
7
jangka waktu tertentu dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun
kronis. Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim
.Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll.
Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan kerusakan
pada indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh
bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi
kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB.Oleh sebab itu para karyawan yang
bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi
dengan alat pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah gangguan
pendengaran.Disamping itu kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi. Dengan
suasana yang bising memaksa pekerja berteriak didalam berkomunikasi dengan
pekerja lain. Kadang-kadang teriakan atau pembicaraan yang keras ini dapat
menimbulkan salah komunikasi (miss communication) atau salah persepsi terhadap
orang lain. Oleh karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan kerja sebagai
akibat lingkungan kerja yang bising ini maka kadang-kadang di tengah-tengah
keluarga juga terbiasa berbicara keras.Bisa jadi timbul salah persepsi di kalangan
keluarga karena dipersepsikan sebagai sikap marah.Lebih jauh kebisingan yang
terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi pekerja yang akibatnya
pekerja cenderung berbuat kesalahan dan akhirnya menurunkan produktivitas kerja.
Kebisingan terutama yang berasal dari alat-alat bantu kerja atau mesin dapat
dikendalikan antara lain dengan menempatkan peredam pada sumber getaran atau
memodifikasi mesin untuk mengurangi bising. Penggunaan proteksi dengan
sumbatan telinga dapat mengurangi kebisingan sekitar 20-25 dB.Tetapi penggunaan
penutup telinga ini pada umumnya tidak disenangi oleh pekerja karena terasa risih
adanya benda asing di telinganya.Untuk itu penyuluhan terhadap mereka agar
menyadari pentingnya tutup telinga bagi kesehatannya dan akhirnya mau
memakainya.
b. Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi,
amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau intermitten.
Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek
yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered tool” berasosiasi dengan
gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s phenomenon ”
atau ” vibration-induced white fingers”(VWF). Peralatan yang menimbulkan getaran
8
juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal
dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang.Contoh : Loaders,
forklift truck, pneumatic tools, chain saws.
c. Radiasi Non Mengion
1) Radiasi non mengion antara lain : radiasi ultraviolet, visible radiation,
inframerah, laser, medan elektromagnetik (microwave dan frekuensi radio) .
2) Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak.
3) Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit.
4) Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker.
Contoh :
 Radiasi ultraviolet : pengelasan.
 Radiasi Inframerah : furnacesn/ tungku pembakaran
 Laser : komunikasi, pembedahan
d. Pencahayaan atau Penerangan ( Illuminasi )
Tujuan pencahayaan :
1) Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan
2) Memberi lingkungan kerja yang aman
Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala,
berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan. Keuntungan
pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja, produktivitas, mengurangi
kesalahan, meningkatkan housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi
kecelakaan kerja.
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban
kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan
kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk
menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan
memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan
menghindarkan dari kesalahan kerja.
Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan orang
didalam suatu lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya objek atau umur pekerja
juga mempengaruhi.Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya objek yang dikerjakan
sangat kecil maka intensitas penerangan relatif harus lebih tinggi dibandingkan
dengan intensitas penerangan di pabrik mobil.Demikian juga umur pekerja dimana

9
makin tua umur seseorang, daya penglihatannya semakin berkurang.Orang yang
sudah tua dalam menangkap objek yang dikerjakan memerlukan penerangan yang
lebih tinggi daripada orang yang lebih muda. Akibat dari kurangnya penerangan di
lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan
atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala
(pusing-pusing), menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan
kecepatan berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk
mendekatkan matanya ke objek guna mmeperbesar ukuran benda. Hal ini akomodasi
mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi penglihatan rangkap atau kabur.
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan
dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
 Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar
belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus
berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.
 Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat kerja.
Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan
lampu-lampu tersendiri.
 Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenaga
kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan
tugas di malam hari.Disamping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti
diuraikan diatas, penerangan / pencahayaan baik kurang maupun cukup kadang-
kadang juga menimbulkan masalah apabila pengaturannya kurang baik yakni
silau. Silau juga menjadi beban tambahan bagi pekerja maka harus dilakukan
pengaturan atau dicegah.
a. Pencegahan silau dapat dilakukan antara lain :
1) Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya neon.Lampu neon kurang
menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa.
2) Menempatkan sumber-sumber cahaya / penerangan sedemikian rupa sehingga
tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap.
3) Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka jendela
yang langsung memasukkan sinar matahari
4) Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.

10
5) Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak terhalang oleh bayangan suatu
benda. Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-bayangan.

Penerangan yang silau buruk (kurang maupun silau) di lingkungan kerja akan
menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
 Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
 Kelemahan mental
 Kerusakan alat penglihatan (mata).
 Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka dalam mendirikan bangunan


tempat kerja (pabrik, kantor, sekolahan, dan sebagainya) sebaiknya
mempertimbangkan ketentuan-ketentuan antara lain sebagai berikut :
 Jarak antara gedung dan abngunan-bangunan lain tidak mengganggu masuknya
cahaya matahari ke tempat kerja.
 Jendela-jendela dan lubang angin untuk masuknya cahaya matahari harus cukup,
seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas bangunan. Apabila cahaya
matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus diganti dengan penerangan
lampu yang cukup.
 Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas (tidak melebihi
32 derajat celsius).
 Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayang-bayang yang
mengganggu kerja.
 Sumber cahaya harus menghasilkan daya penerangan yang tetap dan menyebar
serta tidak berkedip-kedip.
e. Bau-Bauan
Yang dimaksud bau-bauan dalam kaitannya dengan kesehatan kerja Yang dimaksud
bau-bauan dalam kaitannya dengan kesehatan kerja adalah bau-bauan yang tidak
enak di lingkungan kerja dan mengganggu kenyamanan kerja.Selanjutnya bau-bauan
ini dapat mengganggu kesehatan dan produktivitas kerja.Bau-bauan sebenarnya
merupakan jenis pencemaran udara yang tidak hanya mengganggu penciuman tetapi
juga dari segi higiene pada umumnya. Cara pengukuran bau-bauan yang dapat
mengklasifikasikan derajat gangguan kesehatan belum ada sehingga pengukurannya

11
masih bersifat objektif.Hal ini disebabkan karena seseorang yang mencium bau
tertentu dan merasa tidak biasa dengan bau tersebut, apabila sudah lama atau biasa
mencium bau aneh tersebut maka akhirnya menjadi terbiasa dan tidak mencium bau
yang aneh tersebut. Orang yang bekerja di lingkungan yang berbau bensin atau oli,
mula-mula merasakan bau tersebut tetapi lama-kelamaan tidak akan merasakan bau
tersebut meskipun bau tersebut tetap di lingkungan kerja itu. Hal ini disebut
penyesuaian penciuman.Dalam kaitannya dengan kesehatan kerja atau dalam
lingkungan kerja, perlu dibedakan antara penyesuaian penciuman dan kelelahan
penciuman.Dikatakan penyesuaian penciuman apabila indera penciuman menjadi
kurang peka setelah dirangsang oleh bau-bauan secara terus-menerus, seperti contoh
pekerja tersebut diatas.
Sedangkan kelelahan penciuman adalah apabila seseorang tidak mampu mencium
kadar bau yang normal setelah mencium kadar bau yang lebih besar. Misalnya orang
tidak mencium bau bunga setelah mencium bau yang kuat dari bangkai
binatang.Ketajaman penciuman seseorang dipengaruhi oleh faktor psikologis
sewaktu-waktu, misalnya emosi, tegangan, ingatan, dan sebagainya. Orang yang
sedang mengalami ketegangan psikologis atau stress, ia tidak dapat mencium bau-
bauan yang aneh, yang dapat dicium oleh orang yang tidak dalam keadaan tegang.

Disamping itu penciuman juga dapat dipengaruhi oleh kelembaban udara.Pada


kelembaban antara 40-70 % tidak mempengaruhi penciuman tetapi dibawah atau
diatas kelembaban itu dapat mempengaruhi penciuman. Pengendalian bau-bauan di
lingkungan kerja dapat dilakukan antara lain :
a. Pembakaran terhadap sumber bau-bauan misalnya pembakaran butil alkohol
menjadi butarat dan asam butarat.
b. Proses menutupi yang didasarkan atas kerja antagonistis diantara zat-zat yang
berbau. Kadar zat tersebut saling menetralkan bau masing-masing. Misalnya
bau karet dapat ditutupi atau ditiadakan dengan paraffin.
c. Absorbsi (penyerapan), misalnya penggunaan air dapat menyerap bau-bauan
yang tidak enak.
d. Penambahan bau-bauan kepada udara yang berbau untuk mengubah zat yang
berbau menjadi netral (tidak berbau). Misalnya menggunakan pengharum
ruangan.

12
e. Alat pendingin ruangan (air conditioning) disamping untuk menyejukkan
ruangan juga sebagai cara deodorisasi (menghilangkan bau-bauan yang tidak
enak) di tempat kerja.

2.3 Potensi bahaya psikologi


Potensi bahaya psikologi adalah suatu bahaya non-fisik yang timbul karena adanya
interaksi dari aspek-aspek uraian tugas, desain kerja dan organisasi serta managemen di
tempat kerja serta konteks lingkungan yang berpotensi menimbulkan gangguan fisik,
sosial dan psikologi. Kemungkinan terjadinya suatu bahaya yang disebabkan oleh tingkah
laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya.
a. Faktor Psikologis
Faktor Psikologis sangat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Psikologis
seseorang sangat berpengaruh pada konsentrasi dalam melakukan suatu pekerjaan.
Bila konsentrasi sudah terganggu maka akan mempengaruhi tindakan-tindakan yang
akan dilakukan ketika bekerja. Sehingga kecelakaan kerja sangat mungkin terjadi.
Contoh faktor psikologis yang dapat mempengaruhi konsentrasi adalah masalah-
masalah di rumah yang terbawa ke tempat kerja, suasana kerja yang tidak kondusif,
adanya pertengkaran dengan teman kerja, dan faktor-faktor dari kondisi psikologis
meliputi:
1) Feeling of privacy
Menurut Newstrom (1996:478), privasi dari pekerja dapat dirasakan dari desain ruang
kerja. Ada ruang kerja yang didesain untuk seorang pekerja, ada pula yang didesain
untuk beberapa orang, sehingga pengawas dapat mengawasi interaksi antar pekerja.
2) Sense of status and impotance
Menurut Newstrom (1996:478), para pekerja tingkat bawah senang dengan desain
ruang yang terbuka karena memberi kesempatan kepada pekerja untuk berkomunikasi
secara informal. Sebaliknya para manajer merasa tidak puas dengan desain ruang yang
terbuka karena banyak gangguan suara dan privasi yang dimiliki terbatas.

2.4 Hazard Psikososial


Bahaya psikososial kerja dapat didefinisikan sebagai aspek dari desain kerja,
organisasi kerja dan manajemen kerja, serta segala aspek yang behubungan dengan
lingkungan sosial kerja yang berpotensi dapat menyebabkan gangguan pada psikologi dan
fisik –  fisiologi pekerja (Cox & Griffiths, 2002) dalam Research on Work – Related
13
Stress 2002. Potensi bahaya psikososial (psychosocial hazard) menurut definisi dari
International Labour Organization (ILO, 1986) mempunyai pengertian interaksi antara job
content, organisasi kerja dan manajemen, dan keadaan lingkungan serta organisasi dari
satu pihak dan kompetensi serta kebutuhan pekerja di pihak lain. Interaksi itu terbukti
mempunyai pengaruh yang berbahaya terhadap kesehatan pekeja melaui persepsi dan
pengalaman

Jenis Contoh
Job content Kurangnya variasi atau pendeknya siklus kerja,
kerja yang dibagi dalam bagian-bagian kecil atau
kurang bermakna, kemampuan pekerja lebih tinggi
dibandingkan tugas yang diberikan kepadanya,
ketidakpastian status pekerjaan, pekerjaan yang
secara rutin harus berinteraksi dengan berbagai
karakter manusia.
Beban kerja dan Beban kerja berlebih atau kurang, kecepatan mesin
kecepatan kerja (mechine pacing), terus-menerus berhadapan
dengan tenggat waktu yang singkat (continually
subject to deadlines).
Jadwal kerja Kerja gilir, kerja malam , jadwal kerja yang tidak
fleksibel, jam kerja yang tidak pasti, jam kerja
panjang, unsociable hours.
Kontrol Pertisipasi rendah dalam  pengambilan keputusan,
tidak ada pengendalian terhadap beban kerja dan
kecepatan kerja, dll.
Lingkungan dan Ketersediaan peralatan yang tidak
peralatan memadai, peralatan yang kurang cocok, atau
pemeliharaan peralatan yang tidak memadai,
keadaan lingkungan kerja yang penuh sesak,
pencahayaan yang buruk, bising berlebihan.
Budaya dan fungsi Komunikasi yang buruk, kurangnya dukungan
organisasi untuk pemecahan masalah dan pengembangan diri.
Hubungan antar pribadi Isolasi social atau fisik, hubungan yang buruk
di tempat kerja dengan atasan, konflik antarpribadi, kurangnya
dukungan social, bullying, pelecehan
Peran dalam organisasi Ketidakjelasan peran (role ambiguity), konflik
peran (role conflict), dan adanya tanggung jawab
terhadap orang-orang (responsibility for people)
14
Pengembangan karir Karir yang tidak jelas dan mandek, kurang promosi
atau promosi berlebihan, bayaran yang buruk,
ketidakamanan pekerjaan (job insecurity).
Potensi bahaya psikososial di tempat kerja antara lain sebagai berikut:
Hazard psikososial kerja dapat didefinisikan sebagai aspek-aspek dari desain kerja ,
organisasi kerja dan manajemen kerja , serta segala aspek yang berhubungan dengan
lingkungan sosial kerja yang berpotensi dapat menyebabkan gangguan pada psikologi fisik
– fisiologi pekerja (Cox & Griffths,2002) dalam Research on Work – Related Stress 2002.
Ada yang berhipotesis bahwa terdapat hubungan antara stress dan masalah kesehatan fisik.
Yang paling sering menjadi topik bahasan adalah penyakit jantung koroner (CHD) yang
merupakan penyebab kematian yang terjadi di Amerika Serikat. Terpajan hazard
psikososial dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental tidak secara langsung melalui
pengalaman stress. Kesehatan mental yang buruk dihubungkan dengan frustasi yang
timbul karena tidak memperoleh kepuasan kerja atau situasi kerja dimana tuntutan-
tuntutan pekerjaan yang tidak cocok atau tidak sesuai pengetahuan dan keterampilan atau
kompetensi perkerja atau kebutuhan mereka. Aspek dari hazard psikososial sendiri
membahas 2 aspek yaitu job content (beban kerja,desain tugas,jadwal kerja, dan peralatan
kerja ) dan job context (hubungan interpersonal,perkembangan karir serta kebijakan dan
pengawasan).

2.5 Pengontrolan Bahaya Psikologis


Upaya pegendalian atau pencegahan bahaya resiko, terhadap stress kerja pada
karyawan , kegelisahan, depresi , penghargaan diri yang kurang sampai meningkatnya
gejala penyakit jantung.
a. Elimination adalah menghilangkan semua faktor risiko dari process kerja yang menjadi
sumber bahaya.
b. Substitution adalah Mengganti hal-hal yang mempunyai pengaruh berbahaya terhadap
psikis dan fisik pekerja
c. Minimasi adalah Memperkecil kemungkinan timbulnya bahaya
d. Engineering Control adalah pendekatan secara teknik misalnya : penilaian kinerja
pekerja
e. Administrative Control adalah pengawasan terhadap keputusan atau peraturan-
peraturan yang telah disepakati bersama.
f. Supervisi atau bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pekerja sehingga faktor
resiko timbulnya bahaya dapat dikurangi
g. PPE  atau APD : Sebagai pelindung antara pekerja dan hal-hal pencetus bahaya dengan
pemahaman pekerja yang baik dan pendekatan diri terhadap lingkungan dan tuhannya.
15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan
dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan
keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap
pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak
melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.

16
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan
yang dibuat untuk mengatur masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak
ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak
faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut
sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata.

3.2 Saran
1. Bagi Perawat
Perawat harus mengetahui apa saja peran seorang perawat dalam bekerja, keselamatan
dan kesehatan kerja sangatlah penting bagi seorang perawat yang bekerja tidak hanya
mengadalkan fisik namun sisi psikologisnya harus juga baik oleh karena itu perawat perlu
mengetahui resiko bahaya pada fisik dan psikologis saat melakukan pekerjaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Amir. ‘’ Potensi Bahaya Psikososial (Psychosocial Hazard)’’ . waktu unduh : 14 Desember


2017. http://esadayalestari.co.id/2015/11/28/808-2/

Anugrah , Dewi. 2009. ‘’Tinjauan Teori PDF’’. Waktu unduh : 14 Desember 2017. FKM UI.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125452-S-5756-Tinjauan%20persepsi-Literatur.pdf

17
K3RS. 2017. ‘’Upaya Pencegahan Dan Pengendalian Bahaya Di Rumah Sakit’’. Waktu
unduh : 14 Desember 2017. http://www.ak3rs.com/upaya-pencegahan-dan-pengendalian-
bahaya-di-rumah-sakit.html

Silalahi, B. N. B. 1991. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.PT Pustaka Binaman


Presindo. Jakarta.

Suma’mur PK. 1993. Hygiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja.Cetakan ke-9.CV Haj i
Hasagung. Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai