Tingginya target anggaran yang dicapai meningkatkan komitmen manajer untuk mencapai
target. Sebagian besar manajer beroperasi pada kondisi yang tidak pasti, kinerja mereka
dipengaruhi oleh berbagai kondisi yang tidak dapat dipastikan. Tingginya pencapaian target
melindungi manajer untuk memerhatikan tingkat pengaruh yang tidak menyenangkan, keadaan
yan tidak terduga, dan mengizinkan bebrapa dari mereka, jika ada, untuk merasionalisasi
kegagalan mereka dalam mencapai target.
Tingginya target anggaran yang dapat dicapai melindungi organisasi terhadap biaya dari
proyeksi pendapatan yang meyakinkan. Tahap pertama dalam penganggaran biasanya adalah
persiapan perkiraan penjualan. Tingkat produksi kemudian diarahkan pada perkiraan tingkat
penjualan. Jika anggaran memiliki proyeksi pendapatan anggaran yang meyakinkan, manajer akan
dipaksa untuk mendapatkan sumber daya xalam mengantisipasi tingkat pendaptan yang mungkin
tidak akan terjadi pada masa yang akan dating. Hal yang sering terjadi adalah timbulnya kesulitan
dan biaya yang mahal untuk memperoleh orang dan asset yang spesifik.
Target anggaran yang dapat dicapai mengurangi biaya yang dibutuhkan untuk intervensi
dari hierarki yang lebih tinggi dalam organisasi. Sebagian besar perusahaan mengunakan filosofi
manajemen pengecualian. Intervensi manajer tingkat tinggi dalam urusan bawahan mereka hanya
terjadi ketika ada penyimpangan yang tidak diinginkan dari sinyal anggaran yang dibutuhkan.
Krtika 80-90% dari manajer mencapai target anggaran mereka, perhatikan manajer puncak relative
diarahkan pada beberapa situasi ketika masalh di bidang operasi kemungkinan besar akan terjadi
dan menimbulkan sesuatu yag tidak diinginkan.
MENGURANGI GAMEPLAYING
Target anggaran yang dapat dicapai juga mengurangi risiko dari “gameplaying”.
Rancangan dikaitkan dengan pencapaian anggaran pada banyak organisasi, yang melibatkan
bonus, promosi, dan keamanan kerja, yang juga sangat penting bagi manajer yang berada pada
kondisi berbahaya karena kegagalan pencapaian target anggaran. Mereka memiliki kekuatan
motivasi untuk melakukan spekulasi, entah melalui jumlah atau melalui keputusan yang bodoh.
Bagaimanapun juga, risiko utama yang dihadapi organisasi dengan menentukan target
anggaran yang dicapai adalag cita-cita manajer, dank arena motivasi dan kinerja mungkin lebih
rendah dibandingkan yang seharusnya mereka lakukan. Manajer mungkin tidak mendorong pada
kinerja terbaik. Meskipun hal ini merupakan risiko potensial yang serius, organisasi dapat
melindungi diri mereka dari hal tersebut dengan cara memberikan insentif kepada manajer untuk
melebihi target anggaran mereka.
Masalah penting lainnya dalam mendesain system pengendalian hasil keuangan ketika
target denegosiasikan adalah dimana pengaruh bawahan diizinkan dalam penentuan target mereka,
untuk seberapa luas seharusnya proses perencanan dan penganggaran menjadi Top-Down atau
Bottom-up?
Bagaimanapun juga, semua karyawan dan bukan saja semua manajer, seharusnya selalu
memiliki keterlibatan yang tinggi dalam proses perencanaan dan pengganguran,khususny
penentuan target dapat diselasaikan secara efektif dalam cara top-down yang dominan melibatkan
tahapan berikut:
Pertama,target dapat secara efektif berasal dari proses top-down ketika manajemen
perusahaanperuaan memiliki pengetahuan yang mencukupi dari prospek bisnis entitas mereka dan
masalah umtuk menentukan target kinerjat yang menantang,atau ketika manejer perusaan
memiliki pengetahuan yang dimiliki semua manejer.
Kedua,penentuan target top-down dapat efektif ketika manejer dengan level lebih tinggi
memiliki cukup formasi yang tersedia untuk mengevaluasi kinerja secara relative. Sebagai
contoh,mereka mungkin mengelola sejumlah besar dari entitas yang relative homogeny beroperasi
dalam lingkungan yang stabil.
Ketiga,penentuan target top-down dapat menjadi efektiv, dan bhakan lebih disukai, ketika
manejer tingkat bahwa tidak paham mengenai penggaran. Penentuan target top-down bias any
umum dilakukan pada bisnis kecil hanya untuk alasan ini.
Keempet,penentuan target top-down seharusnya lebih disukai ketika manejer level yang lebih
bahwa berfikir adanya batasan secara disfungsional pada pencapaian secara historis. Manajen
perusaan mungkin mengetahui bagaimana menentukan standar terkait dengan model kurva
pembelajaran yang bukti akurat pada masah lalu atau mengetahui bahwa ternologi baru akan
menyebabkan perubahan struktual dalam bisnis sehingga standar kinerja secara historis telah
usamg.
Jadi,penentuan target top-down dapat digunakan untuk mencoba mengurangi bias pada manejer
level lebih bahwa yang cenderung umtuk menyampaikan ide-ideny dalam proses penggaran