Anda di halaman 1dari 36

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

DI PASAR TRADISIONAL

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Kesehatan Kerja Sektor Informal

Dosen Pengampu: Drs. Herry Koesyanto, M.S.

Kelompok 5:

Florentina Dian R 6411417060


Shifa Aulya Hadi R 6411417070
Ulfa Laela Farhati 6411417076

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
PRAKATA

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan nikmat-

Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Pasar

Tradisional”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas ujian akhir semester mata kuliah Kesehatan

Kerja Sektor Informal yang diampu oleh Bapak Drs. Herry Koesyanto, M.S.

Penyusunan makalah ini tidak mungkin diselesaikan tanpa dukungan dan partisipasi

dari semua pihak. Saya menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk kesempurnaan makalah

ini di kesempatan yang akan datang.

Semarang, 01 Juni 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA..........................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................iii
BAB I..................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................................................2
1.3 TUJUAN...............................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.................................................................................................................................3
2.1 MANAJEMEN K3 DI PASAR TRADISIONAL...............................................................3
2.1.1 Pengertian Manajemen K3..........................................................................................3
2.1.2 Tujuan Manajemen K3...............................................................................................3
2.1.3 Manfaat Manajemen K3.............................................................................................4
2.1.4 Merencanakan Manajemen K3...................................................................................4
2.1.5 Manajemen K3 di Pasar Tradisional..........................................................................6
2.2 RISIKO DI PASAR TRADISIONAL................................................................................7
2.1.2 Pengertian Risiko.........................................................................................................7
2.2.2 Sumber-sumber Penyebab Risiko...............................................................................8
2.2.3 Potensi Bahaya, Penilaian Risiko, dan Pengendalian Bahaya di Pasar Tradisional
8
2.3 JAMINAN KESEHATAN BAGI PEKERJA DI PASAR TRADISIONAL..................12
2.3.1 BPJS Ketenagakerjaan..............................................................................................12
2.3.2 Bukan Penerima Upah (BPU)...................................................................................12
2.3.2.1 Pengertian BPU............................................................................................................12
2.3.2.2 Kepesertaan Bagi Pekerja BPU....................................................................................13
2.3.2.3 Jenis Program dan Manfaat Bagi Pekerja BPU............................................................13
2.3.2.4 Iuran Bagi Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU)........................................................19
2.3.2.5 Cara Mendaftar Bagi Pekerja BPU..............................................................................19
2.3.2.6 Pembayaran Iuran Bagi Pekerja BPU (Bukan Penerima Upah)...................................20
2.4 KEADAAN PASAR TERKAIT COVID-19....................................................................21
2.4.1 Epidemiologi Covid-19................................................................................................21
2.4.2 Patogenesis dan Patofisiologi Covid-19.......................................................................21
2.4.3 Dampak Wabah Virus Corona terhadap Sektor Perdagangan.............................................22
2.4.3 Keadaan Pasar Terkait Covid-19..................................................................................25

iii
BAB III.............................................................................................................................................28
PENUTUP........................................................................................................................................28
3.1 KESIMPULAN..................................................................................................................28
3.1.1 Manajemen K3 di Pasar Tradisional........................................................................28
3.1.2 Risiko di Pasar Tradisional.......................................................................................28
3.1.3 Jaminan Kesehatan Bagi Pekerja di Pasar Tradisional..........................................29
3.1.4 Keadaan Pasar Tradisional Terkait Covid-19...............................................................29
REFERENSI.....................................................................................................................................31

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di Indonesia pasar tradisional merupakan wadah kebutuhan ekonomi masyarakat, yang

dimana pasar tradisional itu sendiri merupakan ciri khas budaya indonesia. Pasar tradisional

juga merupakan pola interaksi sosial yang terdapat para pedagang dan pembeli itu saling

tawar-menawar antara harga dan produk [ CITATION Ade08 \l 1057 ].

Pasar tradisional memiliki daya tarik tersendiri, yaitu adanya hubungan yang akrab

antara penjual dan pembeli, terutama bagi penjual yang sudah memiliki pelanggan tetap

sehingga adanya kegiatan tawar menawar antara penjual dan pembeli, barang yang segar

serta lokasi pasar tradisional dekat dengan rumah menjadi kelebihan bagi pasar tradisional.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

519/Menkes/SK/VI/2008 pasar sangat penting untuk menyediakan pangan yang aman dan

sehat kepada masyarakat. Pasar tradisional dipengaruhi oleh keberadaan produsen (penyedia

bahan segar), penjual, pemasok, konsumen, manajer pasar, tokoh masyarakat dan petugas

kesehatan yang harus berpartisipasi aktif dan memiliki komitmen untuk mengembangkan

pasar.

Pasar merupakan salah satu area yang banyak dan sering dikunjungi masyarakat.

Menkes menekankan bahwa program pasar sehat perlu diperkuat karena membawa manfaat

bagi kesehatan masyarakat contohnya cara berperilaku hidup bersih dan sehat. Penyebab

tidak berkembang pasar rakyat adalah karena kondisi fisik pasar, misalnya yang bau, kotor

karena sampah yang berserahkan, pengap, fasilitas yang tidak terawat dan risiko bahaya yang

tidak dikendalikan. Kondisi pasar yang tidak sehat dan tidak aman membuat para pengunjung

v
pasar lebih memilih pasar modern yang lebih bersih, nyaman, dan aman untuk berbelanja

[ CITATION Fed20 \l 1057 ].

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Bagaimana manajemen K3 di pasar tradisional?

1.2.2 Apa saja risiko yang ada di pasar tradisional?

1.2.3 Bagaimana jaminan kesehatan yang ada di pasar tradisional?

1.2.4 Bagaimana penanganan yang dilakukan apabila terjadi kecelakaan kerja?

1.2.5 Bagaimana kondisi pasar tradisional terkait adanya pandemi Covid-19?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Untuk mengetahui manajemen K3 di pasar tradisional.

1.3.2 Untuk mengetahui risiko yang ada di pasar tradisional.

1.3.3 Untuk mengetahui jaminan kesehatan yang ada di pasar tradisional.

1.3.4 Untuk mengetahui penanganan yang dilakukan apabila terjadi kecelakaan kerja.

1.3.5 Untuk mengetahui kondisi pasar tradisional terkait adanya pandemi Covid-19.

vi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 MANAJEMEN K3 DI PASAR TRADISIONAL

2.1.1 Pengertian Manajemen K3

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat penggunaan alat-alat

produksi semakin komplek. Makin kompleknya peralatan yang digunakan, makin besar pula

potensi bahaya yang mungkin terjadi dan makin besar pula kecelakaan kerja yang

ditimbulkan apabila tidak dilakukan penanganan dan pengendalian sebaik mungkin. Hal ini

menunjukkan bahwa masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari

kegiatan secara keseluruhan, maka pola-pola yang harus dikembangkan di dalam penanganan

K3 dan pengendalian potensi bahaya harus mengikuti pendekatan sistem yaitu dengan

menerapkan sistem manajemen K3.

Sistem Manajemen K3 (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan

secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan,

tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi

pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan

dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif

[ CITATION Int13 \l 1057 ].

vii
2.1.2 Tujuan Manajemen K3

Adapun tujuan dan sasaran SMK3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan

kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi

dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan

dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, nyaman, efisien dan

produktif [ CITATION Muh14 \l 1057 ].

2.1.3 Manfaat Manajemen K3

Manfaat penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah

[ CITATION Muh14 \l 1057 ]:

a) Pihak manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan unsur sistem operasional

sebelum timbul gangguan operasional, kecelakaan, insiden dan kerugian-kerugian

lainnya

b) Dapat diketahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja K3 di  tempat

kerja

c) Dapat meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan perundangan bidang K3

d) Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran tentang K3

e) Dapat meningkatkan produktivitas kerja

f) Meningkatkan pelaksanaan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan sistem

g) Perlunya upaya pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi yang terkait dengan

penerapan K3

h) Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh kecelakaan kerja dan kematian

i) Mengurangi absensi karena sakit dan cedera, kesalahan dan interupsi kerja

j) Membantu dalam menjaga kualitas produk

k) Menghemat biaya yang berkaitan dengan kecelakaan kerja dan penyakit akibat

kerja

viii
l) Terpantaunya bahaya dan risiko di tempat kerja

2.1.4 Merencanakan Manajemen K3

OHSAS 18001 mewajibkan organisasi untuk membuat prosedur  perencanaan yang

baik. Tanpa perencanaan, sistem hasil tidak optimal. Perencanaan ini merupakan tidak lanjut

dan penjabaran kebijakan K3 yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak dengan

mempertimbangkan hasil audit yang  pernah dilakukan dan masukan dari berbagai pihak

termasuk hasil pengukuran kinerja K3. Hasil dari perencanaan ini selanjutnya menjadi

masukan dalam  pelaksanaan dan operasional K3.

Perencanaan K3 yang baik, dimulai dengan melakukan identifikasi  bahaya, penilaian

risiko dan penentuan pengendaliannya. Dalam melakukan hal tersebut, harus diperimbangkan

berbagai persyaratan perundangan K3 yang  berlaku bagi organisasi serta persyartan lainnya

seperti standar, kode, atau  pedoman industri yang terkait atau berlaku bagi organisasi. Dari

hasil perencanaan tersebut, ditetapkan objektif K3 yang akan dicapai serta program kerja

untuk mencapai objektif yang telah ditetapkan tersebut.

Penyuluhan K3 ke semua pekerja, pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan

individu dan kelompok di dalam organisasi perusahaan. Fungsinya memproses individu

dengan perilaku tertentu agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya

sebagai produk akhir dari pelatihan.

Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku diantaranya:

a) Pemeriksaan kesehatan petugas (prakarya, berkala dan khusus)

b) Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja

c) Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat

d) Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan

e) Pengobatan pekerja yang menderita sakit

ix
f) Menciptakan lingkungan kerja yang hygienis secara teratur, melalui monitoring

lingkungan kerja dari hazard yang ada

g) Melaksanakan biological monitoring (pemantauan biologi)

h) Melaksanakan surveilas kesehatan pekerja

2.1.5 Manajemen K3 di Pasar Tradisional

Untuk saat ini, yang perlu menjadi perhatian semua pihak adalah bagaimana agar pasar

tradisional bisa dibuat menjadi lebih layak sebagai tempat transaksi tanpa harus secara drastis

mengubah citranya atau khasnya sebagai pasar tradisional. Dalam kaitan ini yang perlu

menjadi pertimbangan untuk dibenahi adalah: kebersihan, lantai yang kering tidak becek,

penataan lokasi penjual sesuai dengan golongan barang yang dijual, lorong untuk pembeli

yang lapang tidak sumpek, ada pengaturan pencahayaan dan pengaturan udara yang sehat,

keamanan yang terjamin, ada tempat pembuangan sampah dan sampah tidak menumpuk, dan

dapat menikmati makanan-makanan tradisonal, ada pelatihan secara rutin bagi para pedagang

tentang bagaimana mengatasi potensi bahaya dan bagaimana menyelamatkan diri jika terjadi

bahaya, dan lain sebagainya yang dapat membuat pasar tradisional lebih menarik agar tidak

kalah dengan pasar modern [ CITATION Bay13 \l 1057 ].

Pasar rakyat/pasar tradisional berkaitan dengan sistem keselamatan bangunan dan

lingkungan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut [ CITATION Dic18 \l 1057 ]:

a) Terdapat prosedur keselamatan bagi pengguna bangunan saat terjadi kondisi darurat

Memiliki prosedur keselamatan yang jelas untuk pengguna bangunan dari kondisi

darurat

b) Tersedia jalur evakuasi dan titik kumpul (assembly point) untuk kondisi darurat

sesuai standar keselamatan pada bangunan.

c) Tersedia sistem pencegahan dari bahaya kebakaran

x
Apakah tersedia system proteksi aktif untuk pengendali kebakaran, apakah

sistem hydrant dan APAR ada/tersedia dan mampu menjangkau seluruh

lingkungan pasar. Kelayakan sistem proteksi aktif untuk pengendali kebakaran,

kelayakan sistem hydrant yang ada apakah masih bisa berfungsi dengan baik atau

tidak.

d) Untuk perencanaan bangunan baru, harus diakomodasi bagaimana bangunan

tersebut dikelompokkan sesuai fungsi dan barang yang dijual agar dapat

memproteksi bangunan lainnya.

e) Terdapat pemisahan blok-blok bangunan pasar

Pemisahan blok pasar memiliki tujuan dalam keselamatan bangunan itu untuk

melokalisasi apabila terjadi kebakaran tidak mudah merembet ke bangunan lainnya,

dan memisahkan kelompok bangunan dengan resiko kebakaran tinggi dengan

bangunan yang memiliki resiko kebakaran rendah.

f) Pengawasan dan pengendalian

Pengawasan dan pengendalian yang dimaksud disini adalah pihak pengelola

menerapkan aturan-aturan tentang bagaimana pengguna melakukan proteksi

terhadap adanya bahaya kebakaran di lingkungan pasar.

Penerapan manajemen risiko bermanfaat untuk menjamin kelangsungan usaha dengan

mengurangi risiko dari setiap kegiatan yang mengandung bahaya, dan menekan biaya untuk

penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu pihak Dinas Perindustrian

dan perdagang perlu melakukan koordinasi dalam pelaksanaan manajemen risiko melalui

pengaktifan unit kesehatan kerja di pasar mengingat cukup banyaknya potensi bahaya yang

ada di pasar. Dalam menentukan pengendalian harus mempertimbangkan hirarki

pengendalian mulai dari eliminasi, substitusi, pengendalian teknis, administratif dan APD [

CITATION Hel20 \l 1057 ].

xi
2.2 RISIKO DI PASAR TRADISIONAL

2.1.2 Pengertian Risiko

Kata risiko berasal dari bahasa Arab yang berarti hadiah yang tidak diharap-harap

datangnya dari surga. Risiko adalah sesuatu yang mengarah pada ketidakpastian atas

terjadinya suatu peristiwa selama selang waktu tertentu yang mana peristiwa tersebut

menyebabkan suatu kerugian baik itu kerugian kecil yang tidak begitu berarti maupun

kerugian besar yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari suatu perusahaan. Risiko

pada umumnya dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti kehilangan, bahaya, dan

konsekuensi lainnya. Kerugian tersebut merupakan bentuk ketidakpastian yang seharusnya

dipahami dan dikelolah secara efektif oleh organisasi sebagai bagian dari strategi sehingga

dapat menjadi nilai tambah dan mendukung pencapaian tujuan organisasi.

2.2.2 Sumber-sumber Penyebab Risiko

Menurut sumber-sumber penyebabnya, risiko dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Risiko Internal, yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri.

b. Risiko Eksternal, yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau lingkungan luar

perusahaan.

c. Risiko Keuangan, adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi dan

keuangan, seperti perubahan harga, tingkat bunga, dan mata uang.

d. Risiko Operasional, adalah semua risiko yang tidak termasuk risiko keuangan. Risiko

operasional disebabkan oleh faktor-faktor manusia, alam, dan teknologi.

2.2.3 Potensi Bahaya, Penilaian Risiko, dan Pengendalian Bahaya di Pasar Tradisional

Penilaian risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja menggunakan matriks dimana

Likelihood (tingkat kemungkinan/frekuensi) dikalikan dengan Severity (tingkat

keparahan/konsekuensi) yang masing-masing mempunyai nilai cakupan poin satu sampai

xii
tujuh. Kemudian dibandingkan dengan standar AS/ZNS : 43260 2014. Setelah itu

dicantumkan pengendalian bahaya yang dapat dilakukan menurut hirarki pengendalian

seperti eliminasi, subtitusi, pengendalian teknik, administrative, dan alat pelindung diri

(APD).

Kalkulasi Tingkat
Identifikasi Jenis
Kegiatan Risiko Risiko Risiko Ket Pengendalian Bahaya
Bahaya Risiko
K F KxF
Konveksi Padat Kelelahan M 2 3 6 Rendah Administratif:
pengunjung Mengatur shift kerja
pedangan maupun
karyawan
Pengangkutan supply
barang tidak dilakukan
saat jam sibuk
Memberikan pembekalan
kepada pekerja mengenai
metode kerja yang aman
Jalur sempit Terjatuh S 2 2 4 Rendah Pengendalian teknik:
Menyediakan jalur searah
Administratif:
Pengaturan secara tegar
oleh petugas security
untuk tidak menggunakan
area jalan pengunjung sbg
tempat berdagang
Menggunakan rambu
peringatan arah jalur
Pekerjaan mobilisasi
barang tidak dilakukan
pada saat jam sibuk
Bahan Terbakar S 5 2 10 Sedang Eliminasi:
mudah Membuat kebijakan
terbakar tentang larangan merokok
Administratif:
Menggunakan rambu
peringatan di area pasar
Memberikan pembekalan
kepada pekerja mengenai
metode kerja yang aman
Menempatkan dan
meletakkan alat

xiii
penanggulangan
kebakaran
House keeping

Penjualan Berdekatan terbakar S 5 2 10 Sedang Eliminasi:


sepatu dan dengan Membuat kebijakan
sandal penggunaan tentang larangan merokok
arang Administrative:
Menggunakan rambu
peringatan di area pasar
Memberikan pembekalan
kepada pekerja yang
aman
House keeping
Berjualan di Tertimpa S 5 2 10 Sedang Eliminasi:
bawah bangunan Mengganti tempat jualan
tangga ke tempat yang lebih
aman
Administrative:
Membuat kebijakan
tentang larangan
berjualan di bawah
tangga
Melakukan persuasi
terhadap pedagang untuk
dipindahkan
Aktivitas Mengangkat Low Back S 2 7 14 Sedang Administrative:
buruh beban berat Pain Menyusun SOP dan batas
gendong dengan (LBP) maksimal beban angkut
manual manual
handling Memastikan area kerja
aman bagi buruh gendong
APD:
Pengelola perlu
menyediakan alat bantu
angkut-angkut bagi guruh
gendong sehingga
mengurangi risiko LBP
Aktivitas Makanan Gangguan M 2 5 10 Sedang Eliminasi:
kuliner dibiarkan pencernaa Melakukan pengontrolan
terbuka n seperti vector dengan meliburkan
diare pedagang secara berkala
(misalnya per 6 bulan
untuk penyemprotan)

xiv
Administrative:
Menghimbau pedagang
kuliner untuk menyajikan
makanan di penyimpanan
yang tertutup sehingga
tidak dijagkau oleh vector
APD:
Menghimbau pedagang
kuliner untuk
menggunakan sarung
tangan plastic, selemek,
penutup kepala saat
melayani konsumen
Penggunaan Pasar S 5 2 10 Sedang Pengendalian teknik:
sumber terbakar Menyediakan alat
panas (dari penanggulangan
api untuk kebakaran
memasak) Administrative:
Sosialisasi bahaya panas
dan pengendaliannya
Penjualan Bau tak Perut mual H 1 5 5 Rendah Administratif:
sayur dan sedap dari Pengambilan sampah
buah sampah secara berkala
yang
membusuk
Penjualan Benda Luka S 2 2 4 Rendah Administrative:
barang tajam akibat House keeping
pecah seperti terkana
belah pecahan pecahan
kaca beling
Penjualan Lantai licin Terpeleset S 2 6 12 Sedang Pengendalian teknik:
daging Mengganti tegel dengan
dan ikan yang lebih kesat
Memastikan pasokan air
bersih
APD:
Menggunakan sepatu
boot
Memotong Tangan S 1 7 7 Sedang APD:
daging terluka Penggunaan sarung
dengan atau tangan karet pada penjual
pisau atau terpotong ikan/daging
golok
Pemarut Mesin Tangan S 3 6 18 Sedang Administrative:

xv
kelapa pemarut terjepit, Himbauan penggunaan
kelapa dan terpotong, APD yang tepat sehingga
posisi kerja terluka tidak membahayakan
yang tidak
ergonomis.
Bising. Penurunan M 3 2 6 Rendah Pengendalian teknik:
tingkat Menempatkan peredam
pendengar atau memodifikasi mesin
an untuk mengurangi bising
APD:
Penggunaan proteksi
dengan sumbatan telinga
(earplug)
Grosiran Bahan Kebakaran S 5 2 10 Sedang Eliminasi:
mudah pasar Membuat kebijakan
terbakar tentang larangan
menggunakan api
Administrative:
Menggunakan rambu
peringatan di area
pekerjaan
Instalasi Kotak Tersengat S 4 3 12 Sedang Administrative:
listrik pelindung arus listrik Mematikan lampu saat
kabel yang dan selesai digunakan dan
terbuka kebakaran melakukan pengecekan
rutin di bagian instalasi
listrik

2.3 JAMINAN KESEHATAN BAGI PEKERJA DI PASAR TRADISIONAL

2.3.1 BPJS Ketenagakerjaan

BPJS Ketenagakerjaan merupakan program publik yang memberikan perlindungan bagi

tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dan penyelenggaraan nya

menggunakan mekanisme asuransi sosial (Undang-Undang No. 24 Tahun 2011).

2.3.2 Bukan Penerima Upah (BPU)

2.3.2.1 Pengertian BPU

Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor Republik Indonesia Nomor 1

Tahun 2016 pasal 1 ayat (5), peserta Bukan penerima Upah (BPU) adalah orang perorangan

xvi
yang melakukan kegiatan usaha secara mandiri untuk memperoleh penghasilan. Contoh

pekerja BPU yaitu; dokter, nelayan, pedagang pasar modern/ mall/ tradisional, pedagang kaki

lima, supir angkot, usaha kecil, petani, dan sektor informal lainnya).

2.3.2.2 Kepesertaan Bagi Pekerja BPU

a. Peserta BPU wajib mendaftarkan dirinya kepada BPJS Ketenagakerjaan.

b. Peserta BPU wajib mengikuti 2 (dua) program yaitu JKK dan JKM dan dapat

mengikuti program JHT secara sukarela.

c. Peserta BPU dapat mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan secara bertahap dengan

memilih program sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta.

d. Peserta BPU dapat mendaftar sendiri langsung ke Kantor Cabang BPJS

Ketenagakerjaan atau mendaftar melalui wadah/kelompok/Mitra/Payment Point

(Aggregator/Perbankan) yang telah melakukan Ikatan Kerja Sama (IKS) dengan BPJS

Ketenagakerjaan (Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor Republik Indonesia

Nomor 1 Tahun 2016).

2.3.2.3 Jenis Program dan Manfaat Bagi Pekerja BPU

2.3.2.3.1Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

Memberikan perlindungan (manfaat berupa uang tunai dan/atau pelayanan kesehatan

yang diberikan) atas risiko-risiko kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk

kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya

dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja (Peraturan Menteri Ketenagakerjaan

Nomor Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 pasal 1 ayat (1)).

Peserta BPU dan/atau keluarganya wajib melaporkan kecelakaan kerja atau penyakit

akibat kerja tidak lebih dari 2 x 24 jam (sejak terjadi kecelakaan kerja atau sejak didiagnosis

penyakit akibat kerja) kepada BPJS Ketenagakerjaan dan instansi setempat yang

xvii
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan (Peraturan Menteri

Ketenagakerjaan Nomor Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 pasal 20).

Peserta BPU yang mengalami kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja berhak atas

manfaat JKK, berupa (PP RI Nomor 44 Tahun 2015):

a. Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medisnya, antara lain meliputi:

1) Pemeriksaan dasar dan penunjang,

2) Perawatan tingkat pertama dan lanjutan,

3) Rawat inap kelas i rumah sakit pemerintah, rumah sakit pemerintah daerah, atau

rumah sakit swasta yang setara,

4) Perawatan intensif,

5) Penunjang diagnostik,

6) Pengobatan,

7) Pelayanan khusus,

8) Alat kesehatan dan implan,

9) Jasa dokter/medis,

10) Operasi,

11) Transfusi darah,

12) Rehablitasi medis.

b. Santunan berupa uang meliputi:

1) Penggantian biaya pengangkutan

Peserta yang mengalami Kecelakaan Kerja atau penyakit akibat kerja ke rumah sakit

dan/atau ke rumahnya, termasuk biaya pertolongan pertama pada kecelakaan,

meliputi:

i. Apabila menggunakan angkutan darat, sungai, atau danau paling banyak Rp

1.000.000,00 (satu juta rupiah),

xviii
ii. Apabila menggunakan angkutan laut paling banyak Rp1.500.000,00 (satu juta

lima ratus ribu rupiah),

iii. Apabila menggunakan angkutan udara paling banyak Rp2.500.000,00 (dua juta

lima ratus ribu rupiah), atau

iv. Apabila menggunakan lebih dari 1 (satu) angkutan, maka berhak atas biaya paling

banyak dari masing-masing angkutan yang digunakan.

2) Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB)

Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB) dibayar selama Peserta tidak

mampu bekerja sampai Peserta dinyatakan sembuh atau cacat sebagian anatomis,

cacat sebagian fungsi, cacat total tetap, atau meninggal dunia berdasarkan surat

keterangan dokter yang merawat dan/atau dokter penasehat, meliputi:

i. STMB untuk 6 (enam) bulan pertama diberikan sebesar 100% (seratus persen)

dari upah sebulan,

ii. STMB untuk 6 (enam) bulan kedua diberikan sebesar 75% (tujuh puluh lima

persen) dari upah sebulan,

iii. STMB untuk 6 (enam) bulan ketiga dan seterusnya diberikan sebesar 50% (lima

puluh persen) dari upah sebulan.

3) Santunan kecacatan, meliputi:

i. Cacat sebagian anatomis sebesar = % sesuai tabel x 80 x upah sebulan,

ii. Cacat sebagian fungsi = % berkurangnya fungsi x % sesuai tabel x 80 x upah

sebulan,

iii. Cacat total tetap = 70% x 80 x upah sebulan.

4) Santunan kematian dan biaya pemakaman meliputi:

i. Santunan kematian sebesar = 60% x 80 x Upah sebulan, paling sedikit sebesar

JKM,

xix
ii. Biaya pemakaman Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

5) Santunan berkala (24 bulan) yang dibayarkan sekaligus apabila peserta meninggal

dunia atau cacat total tetap akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja = 24 x

Rp 200.000,00 = Rp 4.800.000,00 (empat juta delapan ratus ribu rupiah).

6) Biaya rehabilitasi berupa alat bantu (orthese) dan/atau alat ganti (prothese) bagi

Peserta yang anggota badannya hilang atau tidak berfungsi akibat Kecelakaan Kerja

untuk setiap kasus dengan patokan harga yang ditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi

Rumah Sakit Umum Pemerintah ditambah 40% (empat puluh persen) dari harga

tersebut serta biaya rehabilitasi medik.

7) Penggantian biaya gigi tiruan paling banyak Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

8) Bantuan beasiswa kepada anak Peserta yang masih sekolah sebesar Rp12.000.000,00

(dua belas juta rupiah) untuk setiap Peserta, apabila Peserta meninggal dunia atau

cacat total tetap akibat Kecelakaan Kerja.

Jika peserta BPU meninggal dunia karena mengalami/akibat kecelakaan kerja atau

penyakit akibat kerja, maka hak atas manfaat JKK diberikan kepada ahli warinya meliputi

(Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 pasal

22):

a. Janda, duda atau anak,

b. Dalam hal janda, duda, atau anak tidak ada, maka manfaat jkk diberikan sesuai urutan

sebagai berikut :

1) Keturunan sedarah peserta menurut garis lurus ke atas dan ke bawah sampai derajat

kedua,

2) Saudara kandung,

3) Mertua,

4) Pihak yang ditunjuk dalam wasiatnya oleh peserta,

xx
5) Bila tidak ada wasiat, biaya pemakaman dibayarkan kepada pihak lain yang mengurus

pemakaman, sedangkan santunan kematian diserahkan ke Dana Jaminan Sosial

2.3.2.3.2Program Jaminan Kematian (JKM)

Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor Republik Indonesia Nomor 1

Tahun 2016 pasal 1 ayat (2) yang dimaksud dengan Jaminan Kematian (JKM) manfaat uang

tunai yang diberikan kepada ahli waris ketika peserta meninggal dunia bukan akibat

kecelakaan kerja. Jaminan Kematian (JKM) diperlukan untuk membantu meringankan beban

keluarga dalam bentuk biaya pemakaman dan uang santunan.

Berdasarkan PP RI Nomor 44 Tahun 2015, manfaat JKM dibayarkan kepada ahli waris

Peserta apabila Peserta meninggal dunia dalam masa aktif, terdiri atas:

a. Santunan sekaligus Rp 16.200.000,00 (enam belas juta dua ratus ribu rupiah),

b. Santunan berkala 24 x Rp 200.000,00 = Rp 4.800.000,00 (empat juta delapan ratus

ribu rupiah) yang dibayar sekaligus,

c. Biaya pemakaman sebesar Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah),

d. Beasiswa pendidikan 1 (satu) anak diberikan kepada setiap peserta yang meninggal

dunia bukan akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja dan telah memiliki

masa iur paling singkat 5 (lima) tahun yang diberikan sebanyak Rp 12.000.000,00

(dua belas juta rupiah) untuk setiap peserta.

Jika peserta BPU meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat

kerja, maka hak atas manfaat JKM diberikan kepada ahli waris yang sah meliputi (Peraturan

Menteri Ketenagakerjaan Nomor Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 pasal 23):

a. Janda, duda atau anak,

b. Dalam hal janda, duda, atau anak tidak ada, maka manfaat jkk diberikan sesuai urutan

sebagai berikut :

xxi
1) Keturunan sedarah peserta menurut garis lurus ke atas dan ke bawah sampai derajat

kedua,

2) Saudara kandung,

3) Mertua,

4) Pihak yang ditunjuk dalam wasiatnya oleh peserta,

5) Bila tidak ada wasiat, biaya pemakaman dibayarkan kepada pihak lain yang mengurus

pemakaman, sedangkan santunan kematian diserahkan ke Dana Jaminan Sosial.

2.3.2.3.3Program Jaminan Hari Tua (JHT)

Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor Republik Indonesia Nomor 1

Tahun 2016 pasal 1 ayat (3) yang dimaksud denganJaminan Hari Tua (JHT) adalah manfaat

uang tunai yang dibayarkan sekaligus pada saat peserta memasuki usia pensiun, meninggal

dunia, atau mengalami Cacat Total Tetap. Sedangkan pada pasal 19 ayat (1), manfaat

program JHT (Jaminan Hari Tua) adalah berupa uang tunai yang besarnya merupakan nilai

akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya yang tercatat dalam rekening perorangan

Peserta.

Berdasarkan PP RI Nomor 46 Tahun 2015, BPJS Ketenagakerjaan wajib memberikan

informasi mengenai besarnya saldo JHT (Jaminan Hari Tua) beserta hasil pengembangannya

1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. Manfaat JHT (Jaminan Hari Tua) dapat dibayarkan secara

sekaligus maupun sebagian dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Manfaat JHT (Jaminan Hari Tua) yang dibayarkan secara sekaligus apabila:

1) Peserta berusia 56 (lima puluh enam) tahun,

2) Peserta mengalami cacat total tetap, atau

3) Peserta meninggal dunia.

xxii
1. Manfaat JHT sebelum mencapai usia 56 tahun dapat diambil sebagian hanya dapat

dilakukan untuk 1 (satu) kali selama menjadi Peserta dan jika mencapai kepesertaan

paling singkat 10 tahun dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Diambil max 10 % dari total saldo untuk keperluan lain sesuai persiapan memasuki

masa pensiun,

2) Diambil max 30% dari total saldo untuk kepemilikan rumah/ uang perumahan,

2. Apabila Peserta meninggal dunia, maka manfaat JHT diberikan kepada ahli waris

yang sah, meliputi:

1) Janda, duda atau anak,

2) Dalam hal janda, duda, atau anak tidak ada, maka jht diberikan sesuai urutan sebagai

berikut:

i. Keturunan sedarah Pekerja menurut garis lurus ke atas dan ke bawah sampai

derajat kedua,

ii. Saudara kandung,

iii. Mertua,

iv. Pihak yang ditunjuk dalam wasiatnya oleh Pekerja,

v. Bila tidak ada pihak yang ditunjuk dalam wasiat maka JHT dikembalikan ke

balai harta peninggalan.

2.3.2.4 Iuran Bagi Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU)

Program BPJS
Nilai Iuran
Ketenagakerjaan
Jaminan Kecelakaan Kerja 1% (*berdasarkan nominal tertentu
sesuai kemampuan penghasilan)
Jaminan Kematian Rp 6.800,00
Jaminan Hari Tua 2% (*berdasarkan nominal tertentu
sesuai kemampuan penghasilan)
Sumber. PP RI Nomor44 dan 46 Tahun 2015

xxiii
2.3.2.5 Cara Mendaftar Bagi Pekerja BPU

a. Persyaratan pendaftrannya yaitu mempunyai NIK (Nomor Induk Kependudukan) atau

Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan belum mencapai usia 56 (lima puluh enam) tahun,

b. Pendaftaran dapat dilakukan secara manual dan/atau melalui media elektronik

c. Mengisi formulir BPU untuk pendaftaran Wadah/Kelompok/Mitra Baru,

d. Menghubungi:

1) Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan terdekat,

2) Wadah atau kelompok tertentu berupa organisasi atau asosiasi yang dibentuk oleh,

dari, dan untuk peserta yang melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja,

3) Mitra/Payment Point (Aggregator/Perbankan) yang bekerjasama dengan BPJS

Ketenagakerjaan (Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor Republik Indonesia

Nomor 1 Tahun 2016).

2.3.2.6 Pembayaran Iuran Bagi Pekerja BPU (Bukan Penerima Upah)

Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun

2016, peserta BPU wajib membayar iuran yang menjadi kewajibannya dan pembayaran iuran

dapat dilakukan oleh peserta sendiri langsung mendatangi Kantor Cabang BPJS

Ketenagakerjaan terdekat atau melalui Wadah/Mitra/Payment Point/Aggregator/Perbankan).

Pembayaran iuran dilakukan paling lambat tanggal 15 (lima belas) pada bulan iuran yang

bersangkutan dan dapat dilakukan setiap bulan atau secara sekaligus dimuka. Aapibla

pembayaran iuran secara sekaligus dimuka dapat memilih periode pembayaran 3 (tiga) bulan,

6 (enam) bulan, atau 1 (satu) tahun.

Peserta BPU yang menunggak iuran JKK dan JKM sampai dengan 3 (tiga) bulan

berturut-turut dan terjadi kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja maupun peserta

meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja, maka BPJS

Ketenagakerjaan wajib memberikan manfaat JKK dan JKM berdasarkan ketentuan peraturan

xxiv
perundang-undangan. Sebaliknya, peserta yang menunggak lebih dari 3 (tiga) bulan berturut-

turut maka peserta atau ahli waris tidak berhak atas manfaat JKK dan JKM (Peraturan

Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016).

2.4 KEADAAN PASAR TERKAIT COVID-19

2.4.1 Epidemiologi Covid-19

Sejak kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan kasus COVID-19 di China setiap

hari dan memuncak diantara akhir Januari hingga awal Februari 2020. Awalnya kebanyakan

laporan datang dari Hubei dan provinsi di sekitar, kemudian bertambah hingga ke provinsi-

provinsi lain dan seluruh China. Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.736 kasus

terkonfirmasi COVID-19 di China, dan 86 kasus lain dilaporkan dari berbagai negara seperti

Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang, Singapura, Arab

Saudi, Korea Selatan, Filipina, India, Australia, Kanada, Finlandia, Prancis, dan Jerman.8

COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 sejumlah dua kasus.

Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136

kasus kematian.10 Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini

merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara,11 Per 30 Maret 2020, terdapat 693.224 kasus

dan 33.106 kematian di seluruh dunia. Eropa dan Amerika Utara telah menjadi pusat pandemi

COVID-19, dengan kasus dan kematian sudah melampaui China. Amerika Serikat

menduduki peringkat pertama dengan kasus COVID-19 terbanyak dengan penambahan kasus

baru sebanyak 19.332 kasus pada tanggal 30 Maret 2020 disusul oleh Spanyol dengan 6.549

kasus baru. Italia memiliki tingkat mortalitas paling tinggi di dunia, yaitu 11,3%.(Susilo et

al., 2020).

xxv
2.4.2 Patogenesis dan Patofisiologi Covid-19

Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan.

Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan kemampuannya

menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing dan ayam.

Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke

manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vektor

untuk penyakit menular tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host

yang biasa ditemukan untuk Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber

utama untuk kejadian severe acute respiratorysyndrome (SARS) dan Middle East

respiratory syndrome (MERS) (PDPI, 2020).

Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus tidak bisa

hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari Coronavirus setelah menemukan sel host sesuai

tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh Protein S

yang ada dipermukaan virus.5 Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies host-nya

serta penentu tropisnya (Wang, 2020). Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan

reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensin-converting enzyme 2). ACE-2 dapat

ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar,

kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit

usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos.20 Setelah berhasil masuk selanjutnya

translasi replikasi gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana

sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap

selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus (Fehr, 2015). Setelah terjadi transmisi, virus

masuk ke saluran napas atas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas

(melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi

akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa

xxvi
waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul

penyakit sekitar 3-7 hari.(Yuliana, 2020).

2.4.3 Dampak Wabah Virus Corona terhadap Sektor Perdagangan

Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, laju

pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi China. Jika

ekonomi China mengalami pelambatan sebesar 1-2%, maka akan berdampak pada

menurunnya ekonomi Indonesia sebesar 0,10,3% terhadap ekonomi Indonesia

(katadata.co.id, 7 Februari 2020). Pembatasan keluar masuknya barang dari dan/atau ke

China serta banyaknya usaha atau pabrik yang tutup akibat wabah virus corona membuat

perekonomian China menjadi terganggu. Mengingat China merupakan negara yang

perekonomiannya sangat berpengaruh di dunia, maka hal tersebut pasti juga akan berdampak

pada perekonomian negara lain yang menjadi mitra dagangnya, salah satunya Indonesia.

China merupakan mitra dagang utama Indonesia dan negara asal impor dan tujuan ekspor

nonmigas terbesar Indonesia. Total ekspor ke China tahun 2019 mencapai USD25,85 miliar,

sedangkan impor mencapai USD44,58 miliar (katadata. co.id, 7 Februari 2020). Namun

berdasarkan data yang dikeluarkan BPS, ekspor nonmigas pada Januari 2020 mengalami

penurunan jika dibandingkan Desember 2019.

Penurunan ini terjadi ke sebagian besar negara tujuan utama, salah satunya yaitu

China yang mencapai USD211,9 juta atau turun 9,15%. Sedangkan nilai impor nonmigas

pada Januari 2020 juga ikut menurun. Total nilai impor nonmigas selama Januari 2020

sebesar USD9.670 juta atau turun sebesar USD313,5 juta atau turun 3,14% dibandingkan

Desember 2019. Hal tersebut disebabkan oleh menurunnya nilai impor nonmigas dari

beberapa negara utama, salah satunya China dari USD4,07 miliar menjadi USD3,94 miliar

atau turun 3,08%. Wabah virus corona di China juga diduga berdampak pada perdagangan

pertanian Indonesia. Selama ini ekspor minyak kelapa sawit merupakan salah satu kontributor

xxvii
ekspor terbesar ke China. Namun bulan Februari 2020, realisasinya hanya mencapai 84.000

ton. Angka ini sangat jauh jika dibandingkan dengan realisasi di bulan sebelumnya yaitu

Januari 2020 sebesar 487.000 ton dan pada periode yang sama tahun 2019 yang mencapai

371.000 ton (finance.detik. com, 17 Februari 2020).

Dari sisi impor pangan, Indonesia yang memiliki ketergantungan bawang putih dari

China, hanya dapat mengimpor bawang putih dari China sebesar 23.000 ton pada Februari

2020. Angka ini juga turun drastis jika dibandingkan dengan impor tahun sebelumnya yang

mencapai 583.000 ton (finance.detik.com, 17 Februari 2020). Pada Februari 2020, penurunan

impor terbesar dari China juga terlihat pada komoditas buah-buahan. Adapun impor

komoditas buah-buahan turun signifikan sebesar 78,88% dari USD160,4 juta menjadi

USD33,9 juta (katadata.co.id, 17 Februari 2020). Menurut Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian, Airlangga Hartarto, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dipengaruhi

oleh pertumbuhan ekonomi China. Jika ekonomi China mengalami pelambatan sebesar 1-2%,

maka akan berdampak pada menurunnya ekonomi Indonesia sebesar 0,10,3% terhadap

ekonomi Indonesia (katadata.co.id, 7 Februari 2020). Pembatasan keluar masuknya barang

dari dan/atau ke China serta banyaknya usaha atau pabrik yang tutup akibat wabah virus

corona membuat perekonomian China menjadi terganggu. Mengingat China merupakan

negara yang perekonomiannya sangat berpengaruh di dunia, maka hal tersebut pasti juga

akan berdampak pada perekonomian negara lain yang menjadi mitra dagangnya, salah

satunya Indonesia. China merupakan mitra dagang utama Indonesia dan negara asal impor

dan tujuan ekspor nonmigas terbesar Indonesia. Total ekspor ke China tahun 2019 mencapai

USD25,85 miliar, sedangkan impor mencapai USD44,58 miliar (katadata. co.id, 7 Februari

2020). Namun berdasarkan data yang dikeluarkan BPS, ekspor nonmigas pada Januari 2020

mengalami penurunan jika dibandingkan Desember 2019. Penurunan ini terjadi ke sebagian

besar negara tujuan utama, salah satunya yaitu China yang mencapai USD211,9 juta atau

xxviii
turun 9,15%. Sedangkan nilai impor nonmigas pada Januari 2020 juga ikut menurun. Total

nilai impor nonmigas selama Januari 2020 sebesar USD9.670 juta atau turun sebesar

USD313,5 juta atau turun 3,14% dibandingkan Desember 2019. Hal tersebut disebabkan oleh

menurunnya nilai impor nonmigas dari beberapa negara utama, salah satunya China dari

USD4,07 miliar menjadi USD3,94 miliar atau turun 3,08%. Wabah virus corona di China

juga diduga berdampak pada perdagangan pertanian Indonesia. Selama ini ekspor minyak

kelapa sawit merupakan salah satu kontributor ekspor terbesar ke China. Namun bulan

Februari 2020, realisasinya hanya mencapai 84.000 ton. Angka ini sangat jauh jika

dibandingkan dengan realisasi di bulan sebelumnya yaitu Januari 2020 sebesar 487.000 ton

dan pada periode yang sama tahun 2019 yang mencapai 371.000 ton (finance.detik. com, 17

Februari 2020).

Dari sisi impor pangan, Indonesia yang memiliki ketergantungan bawang putih dari

China, hanya dapat mengimpor bawang putih dari China sebesar 23.000 ton pada Februari

2020. Angka ini juga turun drastis jika dibandingkan dengan impor tahun sebelumnya yang

mencapai 583.000 ton (finance.detik.com, 17 Februari 2020). Pada Februari 2020, penurunan

impor terbesar dari China juga terlihat pada komoditas buah-buahan. Adapun impor

komoditas buah-buahan turun signifikan sebesar 78,88% dari USD160,4 juta menjadi

USD33,9 juta (katadata.co.id, 17 Februari 2020).(Budiyanti, 2020).

2.4.3 Keadaan Pasar Terkait Covid-19

Kebijakan otoritas lokal itu dianggap memperburuk perekonomian masyarakat kelas

bawah. Kementerian Perdagangan meminta seluruh pasar tradisional tetap buka selama

pandemi. Pasar Senen yang merupakan salah satu pasar tradisional terbesar di Jakarta

beroperasi normal, Selasa (05/05). Walau berada di daerah dengan pembatasan sosial

berskala besar, sangat sedikit pedagang yang terlihat mengenakan masker wajah.Imbauan

xxix
jaga jarak pun tampak diabaikan karena para pedagang dan pembeli saling berhimpitan di

gang-gang pasar yang sempit. Sejumlah orang bersin tanpa menutup wajah mereka dengan

siku.

Pedagang mengaku harus terus berdagang karena itulah satu-satunya sumber

penghasilannya. Banyak pedangang tak mengenakan masker selama bertransaksi dengan

sejumlah pembeli, meski ia mengklaim rajin menjaga kebersihan diri. Pasar tradisional itu

disebut klaster kasus Covid-19 karena, puluhan orang, baik pedagang dan pembeli,

dinyatakan positif tertular virus corona. Awal Mei ini, Pasar Jojoran di Surabaya, Jawa Timur

ditutup pemerintah kota karena seorang pedagang meninggal setelah positif terpapar Covid-

19. Pada saat yang sama di Buleleng, Bali, sebuah desa berpenduduk sekitar 11 ribu orang

ditutup akibat pasar tradisional menjadi kluster kasus Covid-19. Gede Suyasa, Sekretaris

Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Buleleng, menyebut 46 warga Desa Bondalem positif

Covid-19, beberapa di antaranya pedagang pasar.

Namun penutupan pasar dianggap tidak tepat oleh Kementerian Perdagangan

(Kemendag). Alasannya, keputusan itu akan memukul para pedagang pasar tradisional yang

tak mampu menjangkau wadah jual-beli daring. Kepala Humas Kemendag, Olvy Adrianita,

menyebut pemerintah daerah semestinya memindahkan lokasi pasar tradisional yang

bermasalah. Operasional seluruh pasar pun, kata dia, harus mengikuti protokol Covid-19

yang disusun pemerintah pusat.

Dokumen protokol Covid-19 untuk pasar atau pedagang kaki lima versi pemerintah,

memuat delapan poin. Operator dan pengelola pasar diminta memeriksa suhu tubuh orang-

orang di pasar setidaknya dua kali sehari. Poin lainnya antara lain mengatur tentang

penggunaan masker bagi yang mengalami batuk dan pilek; penerapan etika batuk atau bersin,

hingga pembersihan toilet secara teratur.

xxx
Pemerintah perlu terus mengedukasi dan mengatur pedagang pasar yang disebutnya

keras kepala dan menganggap Covid-19 sebagai cerita fiktif. Para pedagang tak menjalankan

protokol kesehatan meski telah dianjurkan berulang kali. Hambatannya, mereka itu cuek,

orientasinya menghasilkan uang. Padahal protokol yang kami edukasi itu untuk kepentingan

dia, keluarganya, dan juga orang lain. Bukan semata kepentingan pemerintah. Merujuk data

Badan Pusat Statistik tahun 2019, di Indonesia terdapat 15.657 pasar tradisional atau yang

juga disebut dengan istilah pasar rakyat. Adapun jumlah pedagang di seluruh pasar

tradisional itu mencapai sekitar 2,8 juta orang. Selama pandemi Covid-19, menurut data

Kemendag, omset pedagang pasar turun sekitar 39%.

xxxi
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.1.1 Manajemen K3 di Pasar Tradisional

Pasar rakyat/pasar tradisional berkaitan dengan sistem keselamatan bangunan dan

lingkungan harus memenuhi persyaratan yaitu terdapat prosedur keselamatan bagi pengguna

bangunan saat terjadi kondisi darurat, tersedia jalur evakuasi dan titik kumpul (assembly

point) untuk kondisi darurat sesuai standar keselamatan pada bangunan, tersedia sistem

pencegahan dari bahaya kebakaran, untuk perencanaan bangunan baru, harus diakomodasi

bagaimana bangunan tersebut dikelompokkan sesuai fungsi dan barang yang dijual agar

dapat memproteksi bangunan lainnya, terdapat pemisahan blok-blok bangunan pasar, serta

pengawasan dan pengendalian.

3.1.2 Risiko di Pasar Tradisional

Risiko yang dapat terjadi di Pasar Tradisional yaitu risiko tersengat listrik, pasar

terbakar, tangan terjepit, terluka atau terpotong oleh mesin pemarut kelapa, gangguan

pencernaan dan diare, pedagang dan pengunjung mengalami cedera akibat terpeleset akibat

lantai licin atau dan terbentur meja, risiko Low Back Pain (LBP), pedagang dan pengunjung

dapat tertimpa bangunan saat berakvitas di bawah tangga, terluka akibat pecahan beling,

pengunjung mengalami pusing karena kelelahan, dehidrasi dan perut mual, kelainan tulang

belakang akibat posisi duduk yang salah, serta penurunan tingkat pendengaran karena suara

mesin pemarut kelapa.

Pengendalian risiko yang dapat dilakukan di Pasar Tradisional yaitu kemitraan dan

kerja sama dengan perguruan nggi (teknik mesin) untuk subtusi alat mesin pemarut kelapa

yang ada dengan ngkat risiko yang lebih rendah, menambah fasilitas kursi sebagi tempat

xxxii
untuk beristirahat bagi pengunjung, pengelola pasar dapat mencari sponsorship peralatan

angkat angkut dan pelahan tentang cara mengangkat beban dengan postur tubuh yang benar

bagi buruh gendong yang umumnya perempuan lansia, pengelola pasar perlu secara

konsisten memberikan himbauan kepada pedagang, buruh gendong dan pengunjung

mengenai bahaya kebakaran dan larangan merokok serta penggunaan korek di area pasar,

memberikan pelahan penggunaan APAR kepada pedagang, mengedukasi pedagang

melakukan pembersihan dan untuk menumpuk sampah pada lokasi yang ditentukan sehingga

pasar tetap terjaga kebersihannya, mengedukasi pedagang kuliner di pinggir jalan untuk

menutup makanan yang dijual, serta mengingatkan pekerja untuk menggunakan alat

pelindung diri yang diperlukan.

3.1.3 Jaminan Kesehatan Bagi Pekerja di Pasar Tradisional

Para pedagang di pasar tradisional dapat mendapatkan jaminan kesehatan bagi tenaga

kerja melalui BPJS Ketenagakerjaan. Manfaat yang didapat melalui BPJS Ketenagakerjaan

yaitu mendapatkan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan jaminan

kematian. Untuk mendapatkan manfaat tersebut pekerja harus mengikuti prosedur

pendaftaran dan membayar iuran sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.

3.1.4 Keadaan Pasar Tradisional Terkait Covid-19

Selama pandemi Covid-19, menurut data Kemendag, omset pedagang pasar turun

sekitar 39%. Imbauan jaga jarak pun tampak diabaikan karena para pedagang dan pembeli

saling berhimpitan di gang-gang pasar yang sempit. Pasar tradisional itu disebut klaster kasus

Covid-19 karena, puluhan orang, baik pedagang dan pembeli, dinyatakan positif tertular virus

corona. Dokumen protokol Covid-19 untuk pasar atau pedagang kaki lima versi pemerintah,

memuat delapan poin. Operator dan pengelola pasar diminta memeriksa suhu tubuh orang-

orang di pasar setidaknya dua kali sehari. Poin lainnya antara lain mengatur tentang

xxxiii
penggunaan masker bagi yang mengalami batuk dan pilek; penerapan etika batuk atau bersin,

hingga pembersihan toilet secara teratur.

xxxiv
REFERENSI

Agustin, H., Januarti, F., & Rifai, M. (2020). Identifikasi Bahay bagi Pengunjung Pasar
Wisata: Studi di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 6,
No. 1 (32-36).
Arifin, M., & Oktaviastuti, B. (2014). Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja). Malang: Universitas Negeri Malang.
Cahya, A. (2008). Kondisi Pasar Tradisional di Kota Bandung. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
International Labour Office. (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Sarana untuk
Produktivitas). Jakarta: ILO.
Nurmayadi, D., & Huseiny, M. S. (2018). Peningkatan Kualitas Keandalan Sarana dan
Prasarana Sistem Proteksi Kebakaran Pasar Tradisional di Kota Tasikmalaya. Arcade
Jurnal Arsitektur, 163-169.
Ompi, F. J., Pinontoan, O. R., & Joseph, W. B. (2020). Gambaran Kondisi Lingkungan Pasar
Winenet di Kota Bitung Tahun 2019. Indonsesian Journal of Public Health and
Community Medicine, Vol. 1 No.1: 84-89.
Wismantoro, B. D. (2013). Analisis Keandalan terhadap Bahaya Kebakaran dan Kondisi
Sanitasi Lingkungan di Enam Pasar Tradisional Kelas III Kota Yogyakarta. Konferensi
Nasional Teknik Sipil 7 (hal. 205-212). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Agustin, H, Januarti, F, & Rifai, M. (2020). Identifikasi Bahaya bagi Pengunjung Pasar
Wisata: Study di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. J. Kesehatan Komunitas, 6(1): 31-36.
http://jurnal.htp.ac.id/index.php/keskom/article/view/489/214
Andria, F. & Kusnadi, N. (2018). Model Alternatif Pembiayaan Jaminan Kesehatan Bagi
Pekerja Informal di Bogor. J. Pakuan Law, 4(2): 175-215.
https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar/article/view/882/751
Safitri, T. (2018). Pengetahuan dan Sikap Pekerja Pedagang Pakaian Jadi Tentang Program
BPJS Ketenagakerjaan di Kawasan Pasar Simpang Aur Kota Bukittinggi Tahun 2017.
Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/2210/131000512.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
Soputan, G. E. M. (2014). Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) (Study
Kasus Pada Pembangunan Gedung SMA Eben Haezar). J. Ilmiah Media Engineering,
4(4): 229-238. https://media.neliti.com/media/publications/99095-ID-manajemen-
risiko-kesehatan-dan-keselamat.pdf
Budiyanti, E. (2020). Dampak Virus Corona Terhadap Sektor Perdagangan Dan Pariwisata
Indonesia. Kajian Bidang Ekonomi Dan Kebijakan Publik, XII(4), 19–24.
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info Singkat-XII-4-II-P3DI-Februari-
xxxv
2020-219.pdf

Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Sinto, R., Singh,
G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Khie, L., Widhani, A., Wijaya, E., Wicaksana, B.,
Maksum, M., Annisa, F., Jasirwan, O. M., Yunihastuti, E., Penanganan, T., New, I., …
Cipto, R. (2020). Coronavirus Disease 2019 : Tinjauan Literatur Terkini Coronavirus
Disease 2019 : Review of Current Literatures. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1),
45–67.

Yuliana. (2020). Corona virus diseases (Covid -19); Sebuah tinjauan literatur. Wellness and
Healthy Magazine, 2(1), 187–192.
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/v1i218wh

xxxvi

Anda mungkin juga menyukai