DI PASAR TRADISIONAL
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Kesehatan Kerja Sektor Informal
Kelompok 5:
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan nikmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Pasar
Tradisional”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas ujian akhir semester mata kuliah Kesehatan
Kerja Sektor Informal yang diampu oleh Bapak Drs. Herry Koesyanto, M.S.
Penyusunan makalah ini tidak mungkin diselesaikan tanpa dukungan dan partisipasi
dari semua pihak. Saya menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk kesempurnaan makalah
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA..........................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................iii
BAB I..................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................................................2
1.3 TUJUAN...............................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.................................................................................................................................3
2.1 MANAJEMEN K3 DI PASAR TRADISIONAL...............................................................3
2.1.1 Pengertian Manajemen K3..........................................................................................3
2.1.2 Tujuan Manajemen K3...............................................................................................3
2.1.3 Manfaat Manajemen K3.............................................................................................4
2.1.4 Merencanakan Manajemen K3...................................................................................4
2.1.5 Manajemen K3 di Pasar Tradisional..........................................................................6
2.2 RISIKO DI PASAR TRADISIONAL................................................................................7
2.1.2 Pengertian Risiko.........................................................................................................7
2.2.2 Sumber-sumber Penyebab Risiko...............................................................................8
2.2.3 Potensi Bahaya, Penilaian Risiko, dan Pengendalian Bahaya di Pasar Tradisional
8
2.3 JAMINAN KESEHATAN BAGI PEKERJA DI PASAR TRADISIONAL..................12
2.3.1 BPJS Ketenagakerjaan..............................................................................................12
2.3.2 Bukan Penerima Upah (BPU)...................................................................................12
2.3.2.1 Pengertian BPU............................................................................................................12
2.3.2.2 Kepesertaan Bagi Pekerja BPU....................................................................................13
2.3.2.3 Jenis Program dan Manfaat Bagi Pekerja BPU............................................................13
2.3.2.4 Iuran Bagi Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU)........................................................19
2.3.2.5 Cara Mendaftar Bagi Pekerja BPU..............................................................................19
2.3.2.6 Pembayaran Iuran Bagi Pekerja BPU (Bukan Penerima Upah)...................................20
2.4 KEADAAN PASAR TERKAIT COVID-19....................................................................21
2.4.1 Epidemiologi Covid-19................................................................................................21
2.4.2 Patogenesis dan Patofisiologi Covid-19.......................................................................21
2.4.3 Dampak Wabah Virus Corona terhadap Sektor Perdagangan.............................................22
2.4.3 Keadaan Pasar Terkait Covid-19..................................................................................25
iii
BAB III.............................................................................................................................................28
PENUTUP........................................................................................................................................28
3.1 KESIMPULAN..................................................................................................................28
3.1.1 Manajemen K3 di Pasar Tradisional........................................................................28
3.1.2 Risiko di Pasar Tradisional.......................................................................................28
3.1.3 Jaminan Kesehatan Bagi Pekerja di Pasar Tradisional..........................................29
3.1.4 Keadaan Pasar Tradisional Terkait Covid-19...............................................................29
REFERENSI.....................................................................................................................................31
iv
BAB I
PENDAHULUAN
dimana pasar tradisional itu sendiri merupakan ciri khas budaya indonesia. Pasar tradisional
juga merupakan pola interaksi sosial yang terdapat para pedagang dan pembeli itu saling
Pasar tradisional memiliki daya tarik tersendiri, yaitu adanya hubungan yang akrab
antara penjual dan pembeli, terutama bagi penjual yang sudah memiliki pelanggan tetap
sehingga adanya kegiatan tawar menawar antara penjual dan pembeli, barang yang segar
serta lokasi pasar tradisional dekat dengan rumah menjadi kelebihan bagi pasar tradisional.
519/Menkes/SK/VI/2008 pasar sangat penting untuk menyediakan pangan yang aman dan
sehat kepada masyarakat. Pasar tradisional dipengaruhi oleh keberadaan produsen (penyedia
bahan segar), penjual, pemasok, konsumen, manajer pasar, tokoh masyarakat dan petugas
kesehatan yang harus berpartisipasi aktif dan memiliki komitmen untuk mengembangkan
pasar.
Pasar merupakan salah satu area yang banyak dan sering dikunjungi masyarakat.
Menkes menekankan bahwa program pasar sehat perlu diperkuat karena membawa manfaat
bagi kesehatan masyarakat contohnya cara berperilaku hidup bersih dan sehat. Penyebab
tidak berkembang pasar rakyat adalah karena kondisi fisik pasar, misalnya yang bau, kotor
karena sampah yang berserahkan, pengap, fasilitas yang tidak terawat dan risiko bahaya yang
tidak dikendalikan. Kondisi pasar yang tidak sehat dan tidak aman membuat para pengunjung
v
pasar lebih memilih pasar modern yang lebih bersih, nyaman, dan aman untuk berbelanja
1.3 TUJUAN
1.3.4 Untuk mengetahui penanganan yang dilakukan apabila terjadi kecelakaan kerja.
1.3.5 Untuk mengetahui kondisi pasar tradisional terkait adanya pandemi Covid-19.
vi
BAB II
PEMBAHASAN
produksi semakin komplek. Makin kompleknya peralatan yang digunakan, makin besar pula
potensi bahaya yang mungkin terjadi dan makin besar pula kecelakaan kerja yang
ditimbulkan apabila tidak dilakukan penanganan dan pengendalian sebaik mungkin. Hal ini
menunjukkan bahwa masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari
kegiatan secara keseluruhan, maka pola-pola yang harus dikembangkan di dalam penanganan
K3 dan pengendalian potensi bahaya harus mengikuti pendekatan sistem yaitu dengan
tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif
vii
2.1.2 Tujuan Manajemen K3
Adapun tujuan dan sasaran SMK3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi
dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan
dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, nyaman, efisien dan
lainnya
b) Dapat diketahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja K3 di tempat
kerja
g) Perlunya upaya pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi yang terkait dengan
penerapan K3
i) Mengurangi absensi karena sakit dan cedera, kesalahan dan interupsi kerja
k) Menghemat biaya yang berkaitan dengan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja
viii
l) Terpantaunya bahaya dan risiko di tempat kerja
baik. Tanpa perencanaan, sistem hasil tidak optimal. Perencanaan ini merupakan tidak lanjut
dan penjabaran kebijakan K3 yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak dengan
mempertimbangkan hasil audit yang pernah dilakukan dan masukan dari berbagai pihak
termasuk hasil pengukuran kinerja K3. Hasil dari perencanaan ini selanjutnya menjadi
risiko dan penentuan pengendaliannya. Dalam melakukan hal tersebut, harus diperimbangkan
berbagai persyaratan perundangan K3 yang berlaku bagi organisasi serta persyartan lainnya
seperti standar, kode, atau pedoman industri yang terkait atau berlaku bagi organisasi. Dari
hasil perencanaan tersebut, ditetapkan objektif K3 yang akan dicapai serta program kerja
dengan perilaku tertentu agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya
ix
f) Menciptakan lingkungan kerja yang hygienis secara teratur, melalui monitoring
Untuk saat ini, yang perlu menjadi perhatian semua pihak adalah bagaimana agar pasar
tradisional bisa dibuat menjadi lebih layak sebagai tempat transaksi tanpa harus secara drastis
mengubah citranya atau khasnya sebagai pasar tradisional. Dalam kaitan ini yang perlu
menjadi pertimbangan untuk dibenahi adalah: kebersihan, lantai yang kering tidak becek,
penataan lokasi penjual sesuai dengan golongan barang yang dijual, lorong untuk pembeli
yang lapang tidak sumpek, ada pengaturan pencahayaan dan pengaturan udara yang sehat,
keamanan yang terjamin, ada tempat pembuangan sampah dan sampah tidak menumpuk, dan
dapat menikmati makanan-makanan tradisonal, ada pelatihan secara rutin bagi para pedagang
tentang bagaimana mengatasi potensi bahaya dan bagaimana menyelamatkan diri jika terjadi
bahaya, dan lain sebagainya yang dapat membuat pasar tradisional lebih menarik agar tidak
a) Terdapat prosedur keselamatan bagi pengguna bangunan saat terjadi kondisi darurat
Memiliki prosedur keselamatan yang jelas untuk pengguna bangunan dari kondisi
darurat
b) Tersedia jalur evakuasi dan titik kumpul (assembly point) untuk kondisi darurat
x
Apakah tersedia system proteksi aktif untuk pengendali kebakaran, apakah
kelayakan sistem hydrant yang ada apakah masih bisa berfungsi dengan baik atau
tidak.
tersebut dikelompokkan sesuai fungsi dan barang yang dijual agar dapat
Pemisahan blok pasar memiliki tujuan dalam keselamatan bangunan itu untuk
mengurangi risiko dari setiap kegiatan yang mengandung bahaya, dan menekan biaya untuk
penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu pihak Dinas Perindustrian
dan perdagang perlu melakukan koordinasi dalam pelaksanaan manajemen risiko melalui
pengaktifan unit kesehatan kerja di pasar mengingat cukup banyaknya potensi bahaya yang
pengendalian mulai dari eliminasi, substitusi, pengendalian teknis, administratif dan APD [
xi
2.2 RISIKO DI PASAR TRADISIONAL
Kata risiko berasal dari bahasa Arab yang berarti hadiah yang tidak diharap-harap
datangnya dari surga. Risiko adalah sesuatu yang mengarah pada ketidakpastian atas
terjadinya suatu peristiwa selama selang waktu tertentu yang mana peristiwa tersebut
menyebabkan suatu kerugian baik itu kerugian kecil yang tidak begitu berarti maupun
kerugian besar yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari suatu perusahaan. Risiko
pada umumnya dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti kehilangan, bahaya, dan
dipahami dan dikelolah secara efektif oleh organisasi sebagai bagian dari strategi sehingga
a. Risiko Internal, yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri.
b. Risiko Eksternal, yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau lingkungan luar
perusahaan.
c. Risiko Keuangan, adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi dan
d. Risiko Operasional, adalah semua risiko yang tidak termasuk risiko keuangan. Risiko
2.2.3 Potensi Bahaya, Penilaian Risiko, dan Pengendalian Bahaya di Pasar Tradisional
xii
tujuh. Kemudian dibandingkan dengan standar AS/ZNS : 43260 2014. Setelah itu
seperti eliminasi, subtitusi, pengendalian teknik, administrative, dan alat pelindung diri
(APD).
Kalkulasi Tingkat
Identifikasi Jenis
Kegiatan Risiko Risiko Risiko Ket Pengendalian Bahaya
Bahaya Risiko
K F KxF
Konveksi Padat Kelelahan M 2 3 6 Rendah Administratif:
pengunjung Mengatur shift kerja
pedangan maupun
karyawan
Pengangkutan supply
barang tidak dilakukan
saat jam sibuk
Memberikan pembekalan
kepada pekerja mengenai
metode kerja yang aman
Jalur sempit Terjatuh S 2 2 4 Rendah Pengendalian teknik:
Menyediakan jalur searah
Administratif:
Pengaturan secara tegar
oleh petugas security
untuk tidak menggunakan
area jalan pengunjung sbg
tempat berdagang
Menggunakan rambu
peringatan arah jalur
Pekerjaan mobilisasi
barang tidak dilakukan
pada saat jam sibuk
Bahan Terbakar S 5 2 10 Sedang Eliminasi:
mudah Membuat kebijakan
terbakar tentang larangan merokok
Administratif:
Menggunakan rambu
peringatan di area pasar
Memberikan pembekalan
kepada pekerja mengenai
metode kerja yang aman
Menempatkan dan
meletakkan alat
xiii
penanggulangan
kebakaran
House keeping
xiv
Administrative:
Menghimbau pedagang
kuliner untuk menyajikan
makanan di penyimpanan
yang tertutup sehingga
tidak dijagkau oleh vector
APD:
Menghimbau pedagang
kuliner untuk
menggunakan sarung
tangan plastic, selemek,
penutup kepala saat
melayani konsumen
Penggunaan Pasar S 5 2 10 Sedang Pengendalian teknik:
sumber terbakar Menyediakan alat
panas (dari penanggulangan
api untuk kebakaran
memasak) Administrative:
Sosialisasi bahaya panas
dan pengendaliannya
Penjualan Bau tak Perut mual H 1 5 5 Rendah Administratif:
sayur dan sedap dari Pengambilan sampah
buah sampah secara berkala
yang
membusuk
Penjualan Benda Luka S 2 2 4 Rendah Administrative:
barang tajam akibat House keeping
pecah seperti terkana
belah pecahan pecahan
kaca beling
Penjualan Lantai licin Terpeleset S 2 6 12 Sedang Pengendalian teknik:
daging Mengganti tegel dengan
dan ikan yang lebih kesat
Memastikan pasokan air
bersih
APD:
Menggunakan sepatu
boot
Memotong Tangan S 1 7 7 Sedang APD:
daging terluka Penggunaan sarung
dengan atau tangan karet pada penjual
pisau atau terpotong ikan/daging
golok
Pemarut Mesin Tangan S 3 6 18 Sedang Administrative:
xv
kelapa pemarut terjepit, Himbauan penggunaan
kelapa dan terpotong, APD yang tepat sehingga
posisi kerja terluka tidak membahayakan
yang tidak
ergonomis.
Bising. Penurunan M 3 2 6 Rendah Pengendalian teknik:
tingkat Menempatkan peredam
pendengar atau memodifikasi mesin
an untuk mengurangi bising
APD:
Penggunaan proteksi
dengan sumbatan telinga
(earplug)
Grosiran Bahan Kebakaran S 5 2 10 Sedang Eliminasi:
mudah pasar Membuat kebijakan
terbakar tentang larangan
menggunakan api
Administrative:
Menggunakan rambu
peringatan di area
pekerjaan
Instalasi Kotak Tersengat S 4 3 12 Sedang Administrative:
listrik pelindung arus listrik Mematikan lampu saat
kabel yang dan selesai digunakan dan
terbuka kebakaran melakukan pengecekan
rutin di bagian instalasi
listrik
tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dan penyelenggaraan nya
Tahun 2016 pasal 1 ayat (5), peserta Bukan penerima Upah (BPU) adalah orang perorangan
xvi
yang melakukan kegiatan usaha secara mandiri untuk memperoleh penghasilan. Contoh
pekerja BPU yaitu; dokter, nelayan, pedagang pasar modern/ mall/ tradisional, pedagang kaki
lima, supir angkot, usaha kecil, petani, dan sektor informal lainnya).
b. Peserta BPU wajib mengikuti 2 (dua) program yaitu JKK dan JKM dan dapat
c. Peserta BPU dapat mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan secara bertahap dengan
(Aggregator/Perbankan) yang telah melakukan Ikatan Kerja Sama (IKS) dengan BPJS
yang diberikan) atas risiko-risiko kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya
dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja (Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Peserta BPU dan/atau keluarganya wajib melaporkan kecelakaan kerja atau penyakit
akibat kerja tidak lebih dari 2 x 24 jam (sejak terjadi kecelakaan kerja atau sejak didiagnosis
penyakit akibat kerja) kepada BPJS Ketenagakerjaan dan instansi setempat yang
xvii
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan (Peraturan Menteri
Peserta BPU yang mengalami kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja berhak atas
3) Rawat inap kelas i rumah sakit pemerintah, rumah sakit pemerintah daerah, atau
4) Perawatan intensif,
5) Penunjang diagnostik,
6) Pengobatan,
7) Pelayanan khusus,
9) Jasa dokter/medis,
10) Operasi,
Peserta yang mengalami Kecelakaan Kerja atau penyakit akibat kerja ke rumah sakit
meliputi:
xviii
ii. Apabila menggunakan angkutan laut paling banyak Rp1.500.000,00 (satu juta
iii. Apabila menggunakan angkutan udara paling banyak Rp2.500.000,00 (dua juta
iv. Apabila menggunakan lebih dari 1 (satu) angkutan, maka berhak atas biaya paling
Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB) dibayar selama Peserta tidak
mampu bekerja sampai Peserta dinyatakan sembuh atau cacat sebagian anatomis,
cacat sebagian fungsi, cacat total tetap, atau meninggal dunia berdasarkan surat
i. STMB untuk 6 (enam) bulan pertama diberikan sebesar 100% (seratus persen)
ii. STMB untuk 6 (enam) bulan kedua diberikan sebesar 75% (tujuh puluh lima
iii. STMB untuk 6 (enam) bulan ketiga dan seterusnya diberikan sebesar 50% (lima
sebulan,
JKM,
xix
ii. Biaya pemakaman Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
5) Santunan berkala (24 bulan) yang dibayarkan sekaligus apabila peserta meninggal
dunia atau cacat total tetap akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja = 24 x
6) Biaya rehabilitasi berupa alat bantu (orthese) dan/atau alat ganti (prothese) bagi
Peserta yang anggota badannya hilang atau tidak berfungsi akibat Kecelakaan Kerja
untuk setiap kasus dengan patokan harga yang ditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi
Rumah Sakit Umum Pemerintah ditambah 40% (empat puluh persen) dari harga
7) Penggantian biaya gigi tiruan paling banyak Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
8) Bantuan beasiswa kepada anak Peserta yang masih sekolah sebesar Rp12.000.000,00
(dua belas juta rupiah) untuk setiap Peserta, apabila Peserta meninggal dunia atau
Jika peserta BPU meninggal dunia karena mengalami/akibat kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kerja, maka hak atas manfaat JKK diberikan kepada ahli warinya meliputi
(Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 pasal
22):
b. Dalam hal janda, duda, atau anak tidak ada, maka manfaat jkk diberikan sesuai urutan
sebagai berikut :
1) Keturunan sedarah peserta menurut garis lurus ke atas dan ke bawah sampai derajat
kedua,
2) Saudara kandung,
3) Mertua,
xx
5) Bila tidak ada wasiat, biaya pemakaman dibayarkan kepada pihak lain yang mengurus
Tahun 2016 pasal 1 ayat (2) yang dimaksud dengan Jaminan Kematian (JKM) manfaat uang
tunai yang diberikan kepada ahli waris ketika peserta meninggal dunia bukan akibat
kecelakaan kerja. Jaminan Kematian (JKM) diperlukan untuk membantu meringankan beban
Berdasarkan PP RI Nomor 44 Tahun 2015, manfaat JKM dibayarkan kepada ahli waris
Peserta apabila Peserta meninggal dunia dalam masa aktif, terdiri atas:
a. Santunan sekaligus Rp 16.200.000,00 (enam belas juta dua ratus ribu rupiah),
d. Beasiswa pendidikan 1 (satu) anak diberikan kepada setiap peserta yang meninggal
dunia bukan akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja dan telah memiliki
masa iur paling singkat 5 (lima) tahun yang diberikan sebanyak Rp 12.000.000,00
Jika peserta BPU meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat
kerja, maka hak atas manfaat JKM diberikan kepada ahli waris yang sah meliputi (Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Nomor Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 pasal 23):
b. Dalam hal janda, duda, atau anak tidak ada, maka manfaat jkk diberikan sesuai urutan
sebagai berikut :
xxi
1) Keturunan sedarah peserta menurut garis lurus ke atas dan ke bawah sampai derajat
kedua,
2) Saudara kandung,
3) Mertua,
5) Bila tidak ada wasiat, biaya pemakaman dibayarkan kepada pihak lain yang mengurus
Tahun 2016 pasal 1 ayat (3) yang dimaksud denganJaminan Hari Tua (JHT) adalah manfaat
uang tunai yang dibayarkan sekaligus pada saat peserta memasuki usia pensiun, meninggal
dunia, atau mengalami Cacat Total Tetap. Sedangkan pada pasal 19 ayat (1), manfaat
program JHT (Jaminan Hari Tua) adalah berupa uang tunai yang besarnya merupakan nilai
akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya yang tercatat dalam rekening perorangan
Peserta.
informasi mengenai besarnya saldo JHT (Jaminan Hari Tua) beserta hasil pengembangannya
1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. Manfaat JHT (Jaminan Hari Tua) dapat dibayarkan secara
a. Manfaat JHT (Jaminan Hari Tua) yang dibayarkan secara sekaligus apabila:
xxii
1. Manfaat JHT sebelum mencapai usia 56 tahun dapat diambil sebagian hanya dapat
dilakukan untuk 1 (satu) kali selama menjadi Peserta dan jika mencapai kepesertaan
1) Diambil max 10 % dari total saldo untuk keperluan lain sesuai persiapan memasuki
masa pensiun,
2) Diambil max 30% dari total saldo untuk kepemilikan rumah/ uang perumahan,
2. Apabila Peserta meninggal dunia, maka manfaat JHT diberikan kepada ahli waris
2) Dalam hal janda, duda, atau anak tidak ada, maka jht diberikan sesuai urutan sebagai
berikut:
i. Keturunan sedarah Pekerja menurut garis lurus ke atas dan ke bawah sampai
derajat kedua,
iii. Mertua,
v. Bila tidak ada pihak yang ditunjuk dalam wasiat maka JHT dikembalikan ke
Program BPJS
Nilai Iuran
Ketenagakerjaan
Jaminan Kecelakaan Kerja 1% (*berdasarkan nominal tertentu
sesuai kemampuan penghasilan)
Jaminan Kematian Rp 6.800,00
Jaminan Hari Tua 2% (*berdasarkan nominal tertentu
sesuai kemampuan penghasilan)
Sumber. PP RI Nomor44 dan 46 Tahun 2015
xxiii
2.3.2.5 Cara Mendaftar Bagi Pekerja BPU
Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan belum mencapai usia 56 (lima puluh enam) tahun,
d. Menghubungi:
2) Wadah atau kelompok tertentu berupa organisasi atau asosiasi yang dibentuk oleh,
dari, dan untuk peserta yang melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja,
2016, peserta BPU wajib membayar iuran yang menjadi kewajibannya dan pembayaran iuran
dapat dilakukan oleh peserta sendiri langsung mendatangi Kantor Cabang BPJS
Pembayaran iuran dilakukan paling lambat tanggal 15 (lima belas) pada bulan iuran yang
bersangkutan dan dapat dilakukan setiap bulan atau secara sekaligus dimuka. Aapibla
pembayaran iuran secara sekaligus dimuka dapat memilih periode pembayaran 3 (tiga) bulan,
Peserta BPU yang menunggak iuran JKK dan JKM sampai dengan 3 (tiga) bulan
berturut-turut dan terjadi kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja maupun peserta
meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja, maka BPJS
Ketenagakerjaan wajib memberikan manfaat JKK dan JKM berdasarkan ketentuan peraturan
xxiv
perundang-undangan. Sebaliknya, peserta yang menunggak lebih dari 3 (tiga) bulan berturut-
turut maka peserta atau ahli waris tidak berhak atas manfaat JKK dan JKM (Peraturan
Sejak kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan kasus COVID-19 di China setiap
hari dan memuncak diantara akhir Januari hingga awal Februari 2020. Awalnya kebanyakan
laporan datang dari Hubei dan provinsi di sekitar, kemudian bertambah hingga ke provinsi-
provinsi lain dan seluruh China. Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.736 kasus
terkonfirmasi COVID-19 di China, dan 86 kasus lain dilaporkan dari berbagai negara seperti
Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang, Singapura, Arab
Saudi, Korea Selatan, Filipina, India, Australia, Kanada, Finlandia, Prancis, dan Jerman.8
COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 sejumlah dua kasus.
Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136
kasus kematian.10 Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini
merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara,11 Per 30 Maret 2020, terdapat 693.224 kasus
dan 33.106 kematian di seluruh dunia. Eropa dan Amerika Utara telah menjadi pusat pandemi
COVID-19, dengan kasus dan kematian sudah melampaui China. Amerika Serikat
menduduki peringkat pertama dengan kasus COVID-19 terbanyak dengan penambahan kasus
baru sebanyak 19.332 kasus pada tanggal 30 Maret 2020 disusul oleh Spanyol dengan 6.549
kasus baru. Italia memiliki tingkat mortalitas paling tinggi di dunia, yaitu 11,3%.(Susilo et
al., 2020).
xxv
2.4.2 Patogenesis dan Patofisiologi Covid-19
menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing dan ayam.
Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke
manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vektor
untuk penyakit menular tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host
yang biasa ditemukan untuk Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber
utama untuk kejadian severe acute respiratorysyndrome (SARS) dan Middle East
Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus tidak bisa
hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari Coronavirus setelah menemukan sel host sesuai
tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh Protein S
yang ada dipermukaan virus.5 Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies host-nya
serta penentu tropisnya (Wang, 2020). Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan
reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensin-converting enzyme 2). ACE-2 dapat
ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar,
kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit
usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos.20 Setelah berhasil masuk selanjutnya
translasi replikasi gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana
sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap
selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus (Fehr, 2015). Setelah terjadi transmisi, virus
masuk ke saluran napas atas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas
(melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi
akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa
xxvi
waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul
pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi China. Jika
ekonomi China mengalami pelambatan sebesar 1-2%, maka akan berdampak pada
China serta banyaknya usaha atau pabrik yang tutup akibat wabah virus corona membuat
perekonomiannya sangat berpengaruh di dunia, maka hal tersebut pasti juga akan berdampak
pada perekonomian negara lain yang menjadi mitra dagangnya, salah satunya Indonesia.
China merupakan mitra dagang utama Indonesia dan negara asal impor dan tujuan ekspor
nonmigas terbesar Indonesia. Total ekspor ke China tahun 2019 mencapai USD25,85 miliar,
sedangkan impor mencapai USD44,58 miliar (katadata. co.id, 7 Februari 2020). Namun
berdasarkan data yang dikeluarkan BPS, ekspor nonmigas pada Januari 2020 mengalami
Penurunan ini terjadi ke sebagian besar negara tujuan utama, salah satunya yaitu
China yang mencapai USD211,9 juta atau turun 9,15%. Sedangkan nilai impor nonmigas
pada Januari 2020 juga ikut menurun. Total nilai impor nonmigas selama Januari 2020
sebesar USD9.670 juta atau turun sebesar USD313,5 juta atau turun 3,14% dibandingkan
Desember 2019. Hal tersebut disebabkan oleh menurunnya nilai impor nonmigas dari
beberapa negara utama, salah satunya China dari USD4,07 miliar menjadi USD3,94 miliar
atau turun 3,08%. Wabah virus corona di China juga diduga berdampak pada perdagangan
pertanian Indonesia. Selama ini ekspor minyak kelapa sawit merupakan salah satu kontributor
xxvii
ekspor terbesar ke China. Namun bulan Februari 2020, realisasinya hanya mencapai 84.000
ton. Angka ini sangat jauh jika dibandingkan dengan realisasi di bulan sebelumnya yaitu
Januari 2020 sebesar 487.000 ton dan pada periode yang sama tahun 2019 yang mencapai
Dari sisi impor pangan, Indonesia yang memiliki ketergantungan bawang putih dari
China, hanya dapat mengimpor bawang putih dari China sebesar 23.000 ton pada Februari
2020. Angka ini juga turun drastis jika dibandingkan dengan impor tahun sebelumnya yang
mencapai 583.000 ton (finance.detik.com, 17 Februari 2020). Pada Februari 2020, penurunan
impor terbesar dari China juga terlihat pada komoditas buah-buahan. Adapun impor
komoditas buah-buahan turun signifikan sebesar 78,88% dari USD160,4 juta menjadi
oleh pertumbuhan ekonomi China. Jika ekonomi China mengalami pelambatan sebesar 1-2%,
maka akan berdampak pada menurunnya ekonomi Indonesia sebesar 0,10,3% terhadap
dari dan/atau ke China serta banyaknya usaha atau pabrik yang tutup akibat wabah virus
negara yang perekonomiannya sangat berpengaruh di dunia, maka hal tersebut pasti juga
akan berdampak pada perekonomian negara lain yang menjadi mitra dagangnya, salah
satunya Indonesia. China merupakan mitra dagang utama Indonesia dan negara asal impor
dan tujuan ekspor nonmigas terbesar Indonesia. Total ekspor ke China tahun 2019 mencapai
USD25,85 miliar, sedangkan impor mencapai USD44,58 miliar (katadata. co.id, 7 Februari
2020). Namun berdasarkan data yang dikeluarkan BPS, ekspor nonmigas pada Januari 2020
mengalami penurunan jika dibandingkan Desember 2019. Penurunan ini terjadi ke sebagian
besar negara tujuan utama, salah satunya yaitu China yang mencapai USD211,9 juta atau
xxviii
turun 9,15%. Sedangkan nilai impor nonmigas pada Januari 2020 juga ikut menurun. Total
nilai impor nonmigas selama Januari 2020 sebesar USD9.670 juta atau turun sebesar
USD313,5 juta atau turun 3,14% dibandingkan Desember 2019. Hal tersebut disebabkan oleh
menurunnya nilai impor nonmigas dari beberapa negara utama, salah satunya China dari
USD4,07 miliar menjadi USD3,94 miliar atau turun 3,08%. Wabah virus corona di China
juga diduga berdampak pada perdagangan pertanian Indonesia. Selama ini ekspor minyak
kelapa sawit merupakan salah satu kontributor ekspor terbesar ke China. Namun bulan
Februari 2020, realisasinya hanya mencapai 84.000 ton. Angka ini sangat jauh jika
dibandingkan dengan realisasi di bulan sebelumnya yaitu Januari 2020 sebesar 487.000 ton
dan pada periode yang sama tahun 2019 yang mencapai 371.000 ton (finance.detik. com, 17
Februari 2020).
Dari sisi impor pangan, Indonesia yang memiliki ketergantungan bawang putih dari
China, hanya dapat mengimpor bawang putih dari China sebesar 23.000 ton pada Februari
2020. Angka ini juga turun drastis jika dibandingkan dengan impor tahun sebelumnya yang
mencapai 583.000 ton (finance.detik.com, 17 Februari 2020). Pada Februari 2020, penurunan
impor terbesar dari China juga terlihat pada komoditas buah-buahan. Adapun impor
komoditas buah-buahan turun signifikan sebesar 78,88% dari USD160,4 juta menjadi
bawah. Kementerian Perdagangan meminta seluruh pasar tradisional tetap buka selama
pandemi. Pasar Senen yang merupakan salah satu pasar tradisional terbesar di Jakarta
beroperasi normal, Selasa (05/05). Walau berada di daerah dengan pembatasan sosial
berskala besar, sangat sedikit pedagang yang terlihat mengenakan masker wajah.Imbauan
xxix
jaga jarak pun tampak diabaikan karena para pedagang dan pembeli saling berhimpitan di
gang-gang pasar yang sempit. Sejumlah orang bersin tanpa menutup wajah mereka dengan
siku.
sejumlah pembeli, meski ia mengklaim rajin menjaga kebersihan diri. Pasar tradisional itu
disebut klaster kasus Covid-19 karena, puluhan orang, baik pedagang dan pembeli,
dinyatakan positif tertular virus corona. Awal Mei ini, Pasar Jojoran di Surabaya, Jawa Timur
ditutup pemerintah kota karena seorang pedagang meninggal setelah positif terpapar Covid-
19. Pada saat yang sama di Buleleng, Bali, sebuah desa berpenduduk sekitar 11 ribu orang
ditutup akibat pasar tradisional menjadi kluster kasus Covid-19. Gede Suyasa, Sekretaris
Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Buleleng, menyebut 46 warga Desa Bondalem positif
(Kemendag). Alasannya, keputusan itu akan memukul para pedagang pasar tradisional yang
tak mampu menjangkau wadah jual-beli daring. Kepala Humas Kemendag, Olvy Adrianita,
bermasalah. Operasional seluruh pasar pun, kata dia, harus mengikuti protokol Covid-19
Dokumen protokol Covid-19 untuk pasar atau pedagang kaki lima versi pemerintah,
memuat delapan poin. Operator dan pengelola pasar diminta memeriksa suhu tubuh orang-
orang di pasar setidaknya dua kali sehari. Poin lainnya antara lain mengatur tentang
penggunaan masker bagi yang mengalami batuk dan pilek; penerapan etika batuk atau bersin,
xxx
Pemerintah perlu terus mengedukasi dan mengatur pedagang pasar yang disebutnya
keras kepala dan menganggap Covid-19 sebagai cerita fiktif. Para pedagang tak menjalankan
protokol kesehatan meski telah dianjurkan berulang kali. Hambatannya, mereka itu cuek,
orientasinya menghasilkan uang. Padahal protokol yang kami edukasi itu untuk kepentingan
dia, keluarganya, dan juga orang lain. Bukan semata kepentingan pemerintah. Merujuk data
Badan Pusat Statistik tahun 2019, di Indonesia terdapat 15.657 pasar tradisional atau yang
juga disebut dengan istilah pasar rakyat. Adapun jumlah pedagang di seluruh pasar
tradisional itu mencapai sekitar 2,8 juta orang. Selama pandemi Covid-19, menurut data
xxxi
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
lingkungan harus memenuhi persyaratan yaitu terdapat prosedur keselamatan bagi pengguna
bangunan saat terjadi kondisi darurat, tersedia jalur evakuasi dan titik kumpul (assembly
point) untuk kondisi darurat sesuai standar keselamatan pada bangunan, tersedia sistem
pencegahan dari bahaya kebakaran, untuk perencanaan bangunan baru, harus diakomodasi
bagaimana bangunan tersebut dikelompokkan sesuai fungsi dan barang yang dijual agar
dapat memproteksi bangunan lainnya, terdapat pemisahan blok-blok bangunan pasar, serta
Risiko yang dapat terjadi di Pasar Tradisional yaitu risiko tersengat listrik, pasar
terbakar, tangan terjepit, terluka atau terpotong oleh mesin pemarut kelapa, gangguan
pencernaan dan diare, pedagang dan pengunjung mengalami cedera akibat terpeleset akibat
lantai licin atau dan terbentur meja, risiko Low Back Pain (LBP), pedagang dan pengunjung
dapat tertimpa bangunan saat berakvitas di bawah tangga, terluka akibat pecahan beling,
pengunjung mengalami pusing karena kelelahan, dehidrasi dan perut mual, kelainan tulang
belakang akibat posisi duduk yang salah, serta penurunan tingkat pendengaran karena suara
Pengendalian risiko yang dapat dilakukan di Pasar Tradisional yaitu kemitraan dan
kerja sama dengan perguruan nggi (teknik mesin) untuk subtusi alat mesin pemarut kelapa
yang ada dengan ngkat risiko yang lebih rendah, menambah fasilitas kursi sebagi tempat
xxxii
untuk beristirahat bagi pengunjung, pengelola pasar dapat mencari sponsorship peralatan
angkat angkut dan pelahan tentang cara mengangkat beban dengan postur tubuh yang benar
bagi buruh gendong yang umumnya perempuan lansia, pengelola pasar perlu secara
mengenai bahaya kebakaran dan larangan merokok serta penggunaan korek di area pasar,
melakukan pembersihan dan untuk menumpuk sampah pada lokasi yang ditentukan sehingga
pasar tetap terjaga kebersihannya, mengedukasi pedagang kuliner di pinggir jalan untuk
menutup makanan yang dijual, serta mengingatkan pekerja untuk menggunakan alat
Para pedagang di pasar tradisional dapat mendapatkan jaminan kesehatan bagi tenaga
kerja melalui BPJS Ketenagakerjaan. Manfaat yang didapat melalui BPJS Ketenagakerjaan
yaitu mendapatkan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan jaminan
Selama pandemi Covid-19, menurut data Kemendag, omset pedagang pasar turun
sekitar 39%. Imbauan jaga jarak pun tampak diabaikan karena para pedagang dan pembeli
saling berhimpitan di gang-gang pasar yang sempit. Pasar tradisional itu disebut klaster kasus
Covid-19 karena, puluhan orang, baik pedagang dan pembeli, dinyatakan positif tertular virus
corona. Dokumen protokol Covid-19 untuk pasar atau pedagang kaki lima versi pemerintah,
memuat delapan poin. Operator dan pengelola pasar diminta memeriksa suhu tubuh orang-
orang di pasar setidaknya dua kali sehari. Poin lainnya antara lain mengatur tentang
xxxiii
penggunaan masker bagi yang mengalami batuk dan pilek; penerapan etika batuk atau bersin,
xxxiv
REFERENSI
Agustin, H., Januarti, F., & Rifai, M. (2020). Identifikasi Bahay bagi Pengunjung Pasar
Wisata: Studi di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 6,
No. 1 (32-36).
Arifin, M., & Oktaviastuti, B. (2014). Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja). Malang: Universitas Negeri Malang.
Cahya, A. (2008). Kondisi Pasar Tradisional di Kota Bandung. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
International Labour Office. (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Sarana untuk
Produktivitas). Jakarta: ILO.
Nurmayadi, D., & Huseiny, M. S. (2018). Peningkatan Kualitas Keandalan Sarana dan
Prasarana Sistem Proteksi Kebakaran Pasar Tradisional di Kota Tasikmalaya. Arcade
Jurnal Arsitektur, 163-169.
Ompi, F. J., Pinontoan, O. R., & Joseph, W. B. (2020). Gambaran Kondisi Lingkungan Pasar
Winenet di Kota Bitung Tahun 2019. Indonsesian Journal of Public Health and
Community Medicine, Vol. 1 No.1: 84-89.
Wismantoro, B. D. (2013). Analisis Keandalan terhadap Bahaya Kebakaran dan Kondisi
Sanitasi Lingkungan di Enam Pasar Tradisional Kelas III Kota Yogyakarta. Konferensi
Nasional Teknik Sipil 7 (hal. 205-212). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Agustin, H, Januarti, F, & Rifai, M. (2020). Identifikasi Bahaya bagi Pengunjung Pasar
Wisata: Study di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. J. Kesehatan Komunitas, 6(1): 31-36.
http://jurnal.htp.ac.id/index.php/keskom/article/view/489/214
Andria, F. & Kusnadi, N. (2018). Model Alternatif Pembiayaan Jaminan Kesehatan Bagi
Pekerja Informal di Bogor. J. Pakuan Law, 4(2): 175-215.
https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar/article/view/882/751
Safitri, T. (2018). Pengetahuan dan Sikap Pekerja Pedagang Pakaian Jadi Tentang Program
BPJS Ketenagakerjaan di Kawasan Pasar Simpang Aur Kota Bukittinggi Tahun 2017.
Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/2210/131000512.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
Soputan, G. E. M. (2014). Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) (Study
Kasus Pada Pembangunan Gedung SMA Eben Haezar). J. Ilmiah Media Engineering,
4(4): 229-238. https://media.neliti.com/media/publications/99095-ID-manajemen-
risiko-kesehatan-dan-keselamat.pdf
Budiyanti, E. (2020). Dampak Virus Corona Terhadap Sektor Perdagangan Dan Pariwisata
Indonesia. Kajian Bidang Ekonomi Dan Kebijakan Publik, XII(4), 19–24.
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info Singkat-XII-4-II-P3DI-Februari-
xxxv
2020-219.pdf
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Sinto, R., Singh,
G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Khie, L., Widhani, A., Wijaya, E., Wicaksana, B.,
Maksum, M., Annisa, F., Jasirwan, O. M., Yunihastuti, E., Penanganan, T., New, I., …
Cipto, R. (2020). Coronavirus Disease 2019 : Tinjauan Literatur Terkini Coronavirus
Disease 2019 : Review of Current Literatures. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1),
45–67.
Yuliana. (2020). Corona virus diseases (Covid -19); Sebuah tinjauan literatur. Wellness and
Healthy Magazine, 2(1), 187–192.
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/v1i218wh
xxxvi