Anda di halaman 1dari 8

Monisha Sonia Selvan

111711133168
Perilaku Sehat D-1

Review: Health Belief Model

HBM (Health Belief Model) merupakan model kognisi sosial tertua dan
paling banyak digunakan dalam psikologi kesehatan (health psychology).

1. Sejarah
Dimulai pada tahun 1950-an, para peneliti kesehatan publik (public
health researchers) di Amerika Serikat mulai mengembangkan model
psikologis yang di desain untuk meningkatkan efektivitas program-program
edukasi kesehatan. Edukasi kesehatan yang efektif haruslah menargetkan
karakter individual yang dapat dimodifikasi – bukan variabel-variabel
demografis pastinya – yang dapat memprediksi perilaku preventif dan
penggunaan pelayanan kesehatan. Lalu, apa karakter individual yang
memungkinkan untuk dimodifikasi? Keyakinan atau kepercayaan (belief).
Belief merupakan karakter individual yang akan selalu ada (abadi), yang juga
berperan dalam membentuk perilaku dan dapat diperoleh melalui
sosialisasi primer. Beliefs memberikan suatu hubungan (link) antara
sosialisasi dan perilaku. Beliefs juga dapat dimodifikasi. Hal ini
menunjukkan bahwa metode persuasif dapatlah merubah keyakinan yang
mendasari suatu perilaku (behavior-related beliefs), serta merubah
perilakunya juga.

Relasi antara health beliefs dan perilaku semula dikonseptualisasikan


oleh Kurt Lewin dalam gagasannya mengenai valensi (idea of valence) –
yaitu untuk membuat perilaku terlihat lebih menarik atau sebaliknya. Gagasan
ini menghasilkan suatu expectancy value model – suatu ekspektasi seperti
nilai dan keyakinan yang akan mempengaruhi perilaku mendatang - dan
secara khusus, ada beberapa health belief primer yang berpengaruh pada
health behavior. Hal tersebut dapat menunjukkan perbedaan perilaku antara
yang memiliki belief atau sebaliknya. Model ini awalnya sempat
diaplikasikan untuk preventive behavior, tapi seiring berjalannya waktu,
penggunaannya diperluas untuk pelayanan kesehatan serta urusan medis.

Penelitian mengenai HBM (Health Belief Model) yang pertama


dilakukan oleh Rosenstock (1974), ia mengatribusikannya ke studi-studi
Hochbaum (1958) mengenai uptake of tuberculosis X-ray screening. Lalu,
pada akhir tahun 1970-an, beberapa studi telah menganjurkan bahwa kunci-
kunci primer health belief ini merupakan kerangka yang berguna untuk
memahami perbedaan individual dalam berperilaku sehat serta mendesain
intervensi untuk perubahan perilaku. Tetapi, sebelum HBM dapat digunakan
secara luas, diperlukan suatu konsensus mengenai utilitasnya. HBM
dikonsolidasikan saat Becker dkk. mempublikasikan suatu pernyataan
konsensus dari Carnegie Grant Subcommittee on Modification of Patient
Behaviour for Health Maintenance and Disease Control.

2. Definisi dan Komponen Health Belief Model


2.1 Definisi
HBM (Health Belief Model) adalah suatu model didalam psikologi
kesehatan, yang digunakan sebagai basis dalam menjelaskan, memprevensi,
memprediksi, dan atau memodifikasi perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan (health-related behaviors).
2.2 Komponen
HBM berfokus pada dua aspek (Gambar 1) dari representasi individu
mengenai kesehatan dan perilaku sehat, yang meliputi

 Persepsi akan ancaman (Threat perception)


Dapat diuraikan menjadi dua kunci utama yaitu,
 Perceived susceptibility
Persepsi akan kerentanan dari penyakit atau
permasalahan kesehatan tertentu
 Perceived severity
Antisipasi akan keparahan/kerasnya konsekuensi dari
penyakit

 Evaluasi perilaku/behavioral (Behavioral evaluation)


Dapat diuraikan menjadi dua kunci utama yaitu,
 Perceived benefits
Berkenaan dengan manfaat dari suatu perilaku sehat
yang direkomendasikan
 Perceived barriers
Berkenaan dengan kerugian atau hambatan dalam
melaksanakan perilaku

Lalu, seiring berjalannya waktu terdapat dua komponen – cues to


action dan health motivation - tambahan pada HBM, tetapi mereka masih
tidak terlalu dianggap dalam uji-uji empiris studi. Cues to action dapat
mengaktivasi perilaku sehat, saat keyakinan yang cocok sedang dipegang.
Contoh: kampanye mengenai kolera di radio, film, dan poster berhasil
melakukan pencegahan (Ogionwo, 1973 dalam Conner & Norman, 2003).
Health motivation – kepedulian terhadap kesehatan secara general -
ditemukan memiliki korelasi negatif dengan perceived susceptibility, tapi
berkorelasi positif dengan severity (tapi semua ini tidak mempengaruhi
perilaku secara langsung). Beberapa tahun kemudian, Irwin Rosenstock dan
koleganya menyadari bahwa pentingnya self-efficacy sebagai komponen
HBM telah diabaikan, dan meminta para peneliti untuk menambahkannya.

Gambar 1

3. Aplikasi Penerapan
3.1 Pengaplikasian umum
HBM telah diaplikasikan secara luas untuk memprediksi berbagai
jenis perilaku sehat. Ada tiga area (perilaku sehat) pengaplikasian umum
yang dapat diidentifikasi, yaitu
 Preventive health behavior yang meliputi,
 Health-promoting
Contoh: diet atau olahraga
 Health-risk
Contoh: bahaya merokok
 Perilaku yang senada dengan vaksinasi dan kontrasepsi
 Sick role behavior
Ketaatan akan rejimen medis yang diberikan
Contoh: Pasien diabetes tipe 1 harus menginjeksi insulin 2 kali
sehari

 Clinic use
Seperti kunjungan ke dokter dengan alasan yang bervariasi

3.2 Aplikasi Health Belief Model pada Penderita Diabetes Melitus


Hasil dari pengaplikasian HBM ini berdasarkan pada penelitian terhadap
empat subjek penederita diabetes mellitus dalam tesis Rizqi (2018). Saya
hanya akan mengambil satu subjek sebagai contoh.
 Perceived Susceptibility
Subjek pertama menyadari dan memiliki persepsi bahwa sakit
yang di derita termasuk jenis sakit severe, dari sini subjek
bertindak untuk selalu menjaga pola makan (mengontrol gula
darah)
 Perceived Severity
Subjek pertama subjek telah mengetahui sakit diabetes tidak
dapat disembuhkan secara total (ia tau tingkat keparahannya),
jadi ia hanya dapat bertindak dengan kontrol terhadap rutinitas
berobat dan berkonsultasi
 Perceived Barriers
Subjek pertama menyadari dikarenakan aktivitas yang dijalani
(halangan negatif), ia masih belum bisa menahan diri
sepenuhnya untuk tidak terlalu banyak makan dan konsisten
dalam penyuntikan insulin.
 Perceived Benefits
Subjek pertama menyadari berkurangnya rasa nyeri pada tubuh
ketika melakukan suntik insulin sesuai dengan anjuran dokter
 Cues to Action
Subjek memiliki dorongan/stimulus untuk tetap terus
melakukan perilaku sehat karena adanya dukungan dari
keluarga (Rizqi, 2018).

3.3 Aplikasi Health Belief Model untuk Mencegah Perilaku Merokok


Pencegahan perilaku merokok ini lebih condong ke area preventive health
behavior,
 Perceived Susceptibility
Individu harus memiliki persepsi akan kerentanan untuk
terkena penyakit severe akan meningkat dengan merokok
 Perceived Severity
Individu harus memiliki persepsi akan tingkat keparahan
penyakit yang akan dihasilkan dari merokok
 Perceived Barriers
Individu mempersepsikan bahwa kalau ia tidak merokok, maka
ia tidak keren seperti teman-temannya
 Perceived Benefits
Individu harus memiliki keyakinan bahwa tidak merokok akan
meningkatkan kesehatan mental dan fisik
 Cues to action
Iklan atau kampaye mengenai bahayanya merokok serta
pengaruh atau dukungan dari orang-orang terdekat
(Rizqi, 2018)
4. Kekurangan dan Kelebihan HBM
Semua model kognisi sosial pasti memiliki kekurangan dan kelebihan.
4.1 Kelebihan HBM
 Mudah dipahami dan diaplikasikan
 Tidak ada efek samping

4.2 Kekurangan HBM


 Ada beberapa komponen yang sebenarnya dapat memprediksi
perilaku sehat tetapi kurang pengujian secara empiris
 Kegagalan dalam operasionalisasi karena tidak semua
komponen HBM dapat di fungsionalisasikan begitu saja
 Rosentock mengkritik bahwa HBM lebih cenderung dapat
diaplikasikan pada masyarakat menengah atas
Referensi

Conner, M., & Norman, P. (2003). Predicting Health Behavior. Buckingham: Open
University Press.
Rizqi, A. (2018). HEALTH BELIEF MODEL PADA PENDERITA DIABETES
MELITUS. Surabaya. Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai