Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

JENIS-JENIS KECELAKAAN DI LABORATURIUM

KELOMPOK 6
1. AISYAH N. AHYAR
2. BERNARDINUS W.S.R. PUTRA
3. FIRDA R. MOOY
4. FRANSISKA M. RAU
5. HIDEGARDIS DATE KERIDA
6. KARTIKA UTARI DAKA
7. ROSDIANA TERIN
8. TRI REZKY RAMBU NGANA

TINGKAT 1B
JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
2022
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
kasih karunia dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini Meskipun
banyak kesulitan dalan membuat makalah ini, namun berkat penyertaan Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah K3 Kiranya makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembacanya Makalah
ini masih jauh dari kesempurna, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca.

Kupang, 29 oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................iv

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH...........................................................iv

1.2 RUMUSAN MASALAH..............................................................................v

1.3 TUJUAN........................................................................................................v

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................vi

2.1 PENGERTIAN KECELAKAAN MEDIS................................................vi

2.2 PENGERTIAN KECELAKAAN KERJA ..............................................vii

2.3 KASUS KECELAKAAN KERJA..........................................................viii

2.4 UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA..............................xi

BAB III PENUTUP..............................................................................................xiii

3.1 KESIMPULAN ......................................................................................xiii

3.2 SARAN.....................................................................................................xiii

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah
satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas
dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas
dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Mengenai penjelasan
undang-undang nomor 3 tahun 1992 tentang Kesehatan telah
mengamanatkan antara lain jamsostek khususnya yang termuat dalam Pasal
10 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja yang telah mengatur bahwa pengusaha wajib melaporkan kecelakaan
kerja yang menimpa tenaga kerjak kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja
dan Badan Peyelengara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah
tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan tersebut mendapatkan surat
keterangan dokter yang menyatakan bahwa kondisi tenaga kerja tersebut
sembuh, cacat atau meninggal dunia seperti penelitian (Kharismawan, 2014)
yang mengharuskannya ada jamsostek bagi pekerja.
Setiap tempat kerja harus pengembangan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja. Dilaboratorium analis kesehatan melaksanakan
upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada
pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya (Anonim,
2010). Setelah mengetahui bagimana cara kerja, prinsip kerja serta
pengantar kecelakaan kerja dan keamanan kerja di laboratorium maka
dapat berguna bagi kita sebagai panduan sebelum melakukan praktikum
di laboratorium. Cara kerja dan prinsip kerja di laboratorium ini
merupakan langkah-langkah sebelum dan sesudah kita melakukan
praktikum agar selama proses praktikum tidak terjadi kesalahan-
iv
kesalahan yang tidak di inginkan serta dapat menimbulkan kecelakaan
yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain (Salim, 2012).
Untuk keamanan kerja di laboratorium kita mengetahui bagaimana agar
diri kita bisa terhindar dari kecelakaan di laboratorium dan jika terjadi
kecelakaan maka kita sudah mengetahui bagaimana cara menanganinya.
Dalam keamanan kerja hal pertama yang harus di patuhi adalah
kedisiplinan terhadap tata tertib serta aturan-aturan yang ada di
laboratorium agar tidak terjadinya kecelakaan (Subiantoro, 2011)
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kecelakaan medis ?
2. Apa yang dimaksud dengan kecelakaan kerja ?
3. Sebutkan contoh kecelakaan kerja di laboratorium ?
4. Bagaimana upaya pencegahan yang dilakukan ?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi kecelakaan medis
2. Umtuk mengetahui definisi kecelakaan kerja
3. Untuk mengetahui contoh kasus kecelakaan kerja dilaboratorium
4. Untuk mengetahui apa saja upaya pencegahan dalam kecelakaan kerja
serta dapat menambah wawasan pembaca.

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kecelakaan Medis


Kecelakaan medis sering dianggap sama dengan kelalaian medis, karena
kedua keadaan tersebut sama-sama dapat menimbulkan kerugian kepada
pasien. bila ditinjau dari segi hukum, dua keadaan tersebut harus dibedakan,
karena didalam hukum medis yang menganut "inspanning verbintenis"
(perjanjian upaya) yang harus dipertanggungjawabkan bukan akibat dari
perbuatan, tetapi pertanggungjawaban lebih mengarah kepada cara
bagaimana sampai akibat tersebut terjadi. Walaupun akibatnya pasien tidak
bisa sembuh atau meninggal atau cacat, tetapi bila dokter telah melakukan
upaya sungguh-sungguh sesuai dengan standar profesi medis, maka dokter
tidak bisa dipersalahkan. Sebagai contoh : Seorang pasien datang dengan
nyeri kepala hebat, terus-menerus sehingga tidak dapat tidur. Ternyata hasil
pemeriksaan menunjukkan pasien hypertensi berat.
Selain itu, dokter juga menemukan adanya kelainan neurologis
kelumpuhan ringan pada tangan dan kaki kiri pasien. Dokter telah
melakukan pengobatan sesuai prosedur, tetapi pasien tidak bisa sembuh, dan
terjadi kelumpuhan ringan (parese) yang menetap dari kaki dan tangan
tersebut. Dalam hal terjadi seperti ini, dokter tidak bisa dipersalahkan telah
mengakibatkan kelumpuhan atau cacat pada pasien, karena perjalanan
penyakitnya memeng tidak bisa dicegah dan diobati oleh dokter yang
bersangkutan. Demikian juga dalam kecelakaan medis yang merupakan
kecelakaan murni tanpa ditemukan adanya unsur kelalaian pada dokter,
dokter tidak bisa dipersalahkan bila terjadi akibat yang tidak dikehendaki
pasien yang akibat tersebut disebabkan oleh kecelakaan medis yang tidak
vi
dapat diduga sebelumnya.

2.2 Pengertian Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan
tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau
harta benda (Permenaker No. 03/MEN/1998). Pengertian lain kecelakaan
kerja adalah semua kejadian yang tidak direncanakan yang menyebabkan
atau berpotensial menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan atau kerugian
lainnya (Standar AS/NZS 4801:2001). Sedangkan definisi kecelakaan kerja
menurut OHSAS 18001:2007 adalah kejadian yang berhubungan dengan
pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari
keparahannya) kejadian kematian atau kejadian yang dapat menyebabkan
kematian.
Jenis-jenis Kecelakaan Kerja 
Menurut Bird dan Germain (1990), terdapat tiga jenis kecelakaan kerja,
yaitu:
1. Accident, yaitu kejadian yang tidak diinginkan yang menimbulkan
kerugian baik bagi manusia maupun terhadap harta benda. 
2. Incident, yaitu kejadian yang tidak diinginkan yang belum
menimbulkan kerugian. 
3. Near miss, yaitu kejadian hampir celaka dengan kata lain kejadian
ini hampir menimbulkan kejadian incident ataupun accident.
Berdasarkan lokasi dan waktu, kecelakaan kerja dibagi menjadi empat jenis,
yaitu (Sedarmayanti, 2011):
1. Kecelakaan kerja akibat langsung kerja. 
2. Kecelakaan pada saat atau waktu kerja.

vii
3. Kecelakaan di perjalanan (dari rumah ke tempat kerja dan
sebaliknya, melalui jalan yang wajar).
4. Penyakit akibat kerja.
Berdasarkan tingkatan akibat yang ditimbulkan, kecelakaan kerja dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu (Suma’mur,1981):
1. Kecelakaan kerja ringan, yaitu kecelakaan kerja yang perlu
pengobatan pada hari itu dan bisa melakakukan pekerjaannya
kembali atau istirahat < 2 hari. Contoh: terpeleset, tergores, terkena
pecahan beling, terjatuh dan terkilir. 
2. Kecelakaan kerja Sedang, yaitu kecelakaan kerja yang
memerlukan pengobatan dan perlu istirahat selama > 2 hari. Contoh:
terjepit, luka sampai robek, luka bakar.
3. Kecelakaan kerja berat, yaitu kecelakaan kerja yang mengalami
amputasi dan kegagalan fungsi tubuh. Contoh: patah tulang.
Penyebab Kecelakaan Kerja 
Kecelakaan kerja terjadi karena perilaku personel yang kurang hati-hati atau
ceroboh atau bisa juga karena kondisi yang tidak aman, apakah itu berupa
fisik, atau pengaruh lingkungan (Widodo,2015). Berdasarkan hasil statistik,
penyebab kecelakaan kerja 85% disebabkan tindakan yang berbahaya
(unsafe act) dan 15% disebabkan oleh kondisi yang berbahaya (unsafe
condition). Penjelasan kedua penyebab kecelakaan kerja tersebut adalah
sebagai berikut (Ramli, 2010):
1. Kondisi yang berbahaya (unsafe condition) yaitu faktor-faktor
lingkungan fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti mesin
tanpa pengaman, penerangan yang tidak sesuai, Alat Pelindung Diri
(APD) tidak efektif, lantai yang berminyak, dan lain-lain. 
2. Tindakan yang berbahaya (unsafe act) yaitu perilaku atau
kesalahan-kesalahan yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti
ceroboh, tidak memakai alat pelindung diri, dan lain-lain, hal ini
disebabkan oleh gangguan kesehatan, gangguan penglihatan,
viii
penyakit, cemas serta kurangnya pengetahuan dalam proses kerja,
cara kerja, dan lain-lain.

2.3 Kasus Kecelakaan Kerja di Laboratorium


1. Kebakaran
Kecelakaan kerja berupa kebakaran di laboratorium biasanya
disebabkan oleh zat kimia yang mudah terbakar (flameable) atau zat
kimia yang bersifat mudah meledak. Ammonium Nitrat (NH4NO3)
contohnya. Zat ini mudah meledak. Jika salah penanganan selama
melakukan praktikum menggunakan zat ini maka kemungkinan
terjadi ledakan atau kebakaran juga besar. Untuk menanggulangi
kecelakaan kerja berupa kebakaran atau ledakan, maka semua
mahasiswa atau siswa atau praktikan harus mengetahui terlebih
dahulu zat apa yang sedang digunakan dan sifat dari zat tersebut. Ini
sebabnya kenapa sebelum masuk laboratorium perlu untuk dilakukan
pretest. Setiap laboratorium juga harus memiliki alat pemadam
kebakaran atau APAR dry chemical powder.
2. Keracunan Bahan Kimia Berbahaya
Kok bisa terjadi keracunan bahan kimia berbahaya selama berkeja
di laboratorium? Apakah zat kimianya dimakan? Ternyata keracunan
zat kimia tidak selalu melalui mulut (tertelan). Keracunan dapat juga
terjadi karena tubuh menyerap zat kimia melalui pernafasan atau
kontak lewat kulit. Zat beracun ini, umumnya setelah kontak maka
beredar ke seluruh tubuh atau menuju organ-organ tertentu, misalnya
ke hati, paru-paru dan organ lainya. Selain itu dapat juga
terakumulasi di darah, tulang, hati dan menimbulkan efek jangka
ix
panjang. Untuk menanggulangi hal ini, selain harus paham sifat dari
zat kimia, semua praktikan juga harus menggunakan APD atau alat
proteksi diri seperti jas lab dan masker.
Jas laboratorium ini harus selalu digunakan selama berkerja di
laboratorium. Lebih lanjut tentang jas laboratorium, kamu juga harus
paham syarat jas lab yang baik. Baca postingan kami tentang syarat
jas lab yang baik dan jika membutuhkan jas lab dalam jumlah
banyak atau satuan, silakan menuju ke grosir jas lab. Jas lab yang
kami produksi berkualitas dan telah digunakan di berbagai kampus
di seluruh Indonesia.
3. Keracunan gas kimia berbahaya
Sama seperti poin 2 di atas, zat kimia yang menimbulkan gas
berbahaya juga ada banyak, misalnya gas asam klorida atau gas
pelarut non polar. Jika terhirup dapat merusak saluran pernafasan
sampai ke paru-paru.Keracunan gas kimia berbahaya di laboratorium
dapat ditanggulangi dengan melakukan pencampuran bahan
berbahaya di lemari asam. Lemari asam ini dapat menyerap gas
beracun sehingga resiko terhirup sangatlah kecil. Praktikan juga
harus menggunakan masker jika melakukan percobaan yang
berkaitan dengan zat kimia penghasil gas berbahaya ini.
4. Terkena zat kimia yang korosif (merusak kulit)
Korosif adalah sifat suatu yang dapat menyebabkan benda lain
hancur atau memperoleh dampak negatif. Korosif dapat
menyebabkan kerusakan apabila kontak dengan jaringan tubuh
seperti mata, kulit, sistem pernapasan, dan lain-lain. Contoh zat
kimia yang korosif antara lain asam sulfat, asam astetat, asam
klorida dan lain-lain. Untuk mengatasi ini, praktikan harus selalu
berhati-hati saat bekerja di laboratorium. Minimalisir bercanda dan
berbicara selama melakukan kerja laboratorium. Jas lab juga berguna
untuk proteksi diri dan pakaian dari zat korosif ini.
x
5. Korsleting listrik
Bekerja di lab juga memiliki resiko korsleting listrik. Sebagian
besar alat laboratorium menggunakan sumber listrik untuk bisa
berfungsi, baik alat lab yang besar maupun yang kecil.Contohnya
alat sentrifugal, alat timbang, kromatografi, dan alat-alat lainnya.
Zat kimia ada kemungkinan tumpah di meja lab. Zat kimia ini juga
ada kemungkinan mengena kabel-kabel alat lab tersebut. Resiko
korselting listrik juga ada selama bekerja di laboratorium. Untuk itu,
kebersihan meja lab juga penting.
6. Terkena pecahan alat gelas
Alat gelas seperti labu alas bulat, erlenmeyer, tabung reaksi dan
alat gelas lain biasa digunakan selama melakukan percobaan kimia.
ALat-alat ini bisa saja pecah yang pecahannya dapat berbahaya bagi
kulit. Untuk menanggulangi ini, selalu siapkan kotak P3K di
laboratorium.
2.4 Upaya Pencegahan
1. Membuat Prosedur K3
Prosedur K3 merupakan cara untuk melakukan pekerjaan mulai awal
hingga akhir yang didahului dengan penilaian risiko terhadap pekerjaan
tersebut yang mencakup keselamatan dan kesehatan terhadap pekerja
dilaboratorium.
2. Menyediakan Material Safety Data sheet (MSDS)
Sebelum lembar data keselamatan bahan diterapkan, ada baiknya bagi
pengguna laboratorium mengerti arti dan fungsi dari Material Safety
Data Sheet (MSDS). Lembar data keselamatan bahan atau MSDS
merupakan informasi acuan tentang keselamatan bahan yang lebih detail
MSDS amat penting bagi pengguna laboratorium, dari MSDS ini dapat
diketahui sifat bahaya bahan dan cara penanganan termasuk cara
penyimpanan bahan kimia 
3. Harus Tersedianya Alat Pelindung Diri (APD)
xi
Pada dasarnya setiap pengguna laboratorium sudah sadar benar arti
pentingnya APD sebagai pelindung diri saat bekerja dilaboratorium.
APD berfungsi sebagai alat pelindung diri bagi pengguna laboratorium,
APD sudah didesain sedemikian rupa dengan memperhatikan aspek-
aspek keselamatan kesehatan kerja bagi penggunanya. 
4. Tersedianya Kelengkapan P3K yang Memadai
Pertolongan pertama saat terjadinya kecelakaan sangat diperlukan untuk
membantu mempermudah proses penangan korban atau pengobatan
selanjutnya. Untuk itu laboratorium perlu menyediakan kotak P3K yang
memadai dan eyewas. Mengingat bila terjadi kecelakaan
pertama yang dibutuhkan saat terjanya suatu kecelakaan.

5. Tersedianya Alat Pemadam Kebakaran


Kebakaran harus segera dipadamkan bila kemungkinan dari aspek
keselamatan, tetapi jika api telah membahayakan maka gunakan alat
pemadam api ringan (APAR). Pemadam api berupa gas CO2 atau bubuk
kimia kering dapat digunakan untuk tipe kebakaran A, B, C dan D.
Pemadaman api dilakukan dengan menyemprotkan APAR pada dasar
api dan mengetahui arah angin agar tidak terkena gas CO2 atau debu
kimia.

xii
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan
penggunaan alat alat laboratorium, bahan dan proses praktikum.
Tujuanya adalah agar kita dapat terhindar dari kecelakaan dan tidak
terjadi gangguan kesehatan pada pekerja dan lingkungan disekitarnya,
serta melindungi diri dengan APD. Sumber terjadinya kecelakaan
dilaboratorium diantanya kurangnya pengetahuan dan pemahaman
tentang bahan-bahan kimia, kurangnya atau tidak tersedianya
perlengkapan keamanan dan perlengkapan perlindungan kegiatan
xiii
laboratorium dan lain-lain.
Contoh kasus yang terjadi akibat kecelakaan kerja dilaboratoium
yaitu kebakaran, keracunan bahan kimia, keracunana gas kimia
berbahaya, terkena zat kimia yang korosif, korsleting listrik, dan terkena
pecahan alat gelas. Pengendalian kecelakaan kerja dilaboratorium
diantaranya sebelum mulai bekerja kenalilah dulu kemungkinan bahaya
yang akan terjadi dan ambil tindakan untuk mengurangi bahaya tersebut,
menggunakan perlengkapan keamanan, setiap orang harus mengetahui
letak kotak P3K dan lain-lain.
3.2 SARAN
Disarankan kepada praktikan, dosen dan peneliti agar dapat
mematuhi prosedur keselamatan kerja di laboratorium dan harus
mempelajari pengantar kecelakaan kerja supaya dapat meminimalisir
dan dapat menangani apabila terjadi kecelakaan di laboratorium

DAFTAR PUSTAKA

https://www.safepedia.id/2020/12/pengertian-jenis-penyebab-dan.html?m=1
http://himatekkim.ulm.ac.id/id/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-pengantar-
kecelakaan-kerja-di-laboratorium/
https://mutuinstitute.com/post/apa-yang-termasuk-klasifikasi-kecelakaan-
kerja/
https://grosirjaslab.com/contoh-kecelakaan-kerja-di-laboratorium-dan-cara-
mengatasinya/

xiv

Anda mungkin juga menyukai