PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang di observasi yaitu
mengenai pengrajin songket. Sejarah penenun songket secara sejarah dikaitkan
dengan kawasan permukiman dan budaya Melayu, dan menurut sementara orang
teknik ini diperkenalkan oleh pedagang India atau Arab. Menurut hikayat rakyat
Palembang, asal mula kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara
Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan benang sutera sedangkan orang
India menyumbang benang emas dan perak; maka, jadilah songket. Kain songket
ditenun pada alat tenun bingkai Melayu. Pola-pola rumit diciptakan dengan
memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai
jarum leper. Tidak diketahui secara pasti dari manakah songket berasal, menurut
tradisi Kelantan teknik tenun seperti ini berasal dari utara, yakni kawasan Kamboja
dan Siam yang kemudian berkembang ke selatan di Pattani, dan akhirnya mencapai
Kelantan dan Terengganu sekitar tahun 1500-an.
1
Pada observasi tentang penenun songket di kota palembang, kami menemukan
tempat yang penenun songket yang didirikan pada tahun 1980. Pemilik usaha ibu
angkut, dimana usaha penenun ini merupakan usaha turun – temurun dari ibu
kandungnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian
Yaitu ingin mengetahui dampak kesehatan pada pegawai penenun songket.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum :
1. Untuk mengetahui dampak kesehatan pada pegawai penenun songket Palembang
Tujuan khusus :
1. Untuk mengetahui hasil observasi pegawai pada penenun songket Palembang
2. Untuk mengetahui hasil observasi lingkungan pada penenun songket Palembang
3. Untuk mengetahui hasil observasi kesehatan pegawai penenun songket Palembang
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi K3
B. Definisi Industri
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Dengan demikian, industri merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-bahan
industri diambil secara langsung maupun tidak langsung, kemudian diolah, sehingga
menghasilkan barang yang bernilai lebih bagi masyarakat. Kegiatan proses produksi
3
dalam industri itu disebut dengan perindustrian. Dari definisi tersebut, istilah industri
sering disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing).
2. Industri alat listrik dan logam, misalnya: kipas angin, lemari es, dan mesin jahit,
televisi, dan radio.
3. Industri kimia, misalnya: sabun, pasta gigi, sampho, tinta, plastik, obat-obatan, dan
pipa.
4. Industri pangan, misalnya: minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi, garam dan
makanan kemasan.
5. Industri bahan bangunan dan umum, misalnya: kayu gergajian, kayu lapis, dan
marmer
Tekstil adalah material fleksibel yang terbuat dari tenunan benang. Tekstil
dibentuk dengan cara penyulaman, penjahitan, pengikatan, dan cara pressing. Istilah
tekstil dalam pemakaiannya sehari-hari sering disamakan dengan istilah kain. Namun
ada sedikit perbedaan antara dua istilah ini, tekstil dapat digunakan untuk menyebut
bahan apapun yang terbuat dari tenunan benang, sedangkan kain merupakan hasil
jadinya, yang sudah bisa digunakan.
Proses Pembuatan :
4
dapat dibuat sliver, selanjutnya dikerjakan pada mesin yang lebih rata seratnya,
dengan jalan 8 sliver dijadikan sliver ditarik diantara rol-rol.
Selanjutnya dikerjakan pada mesin lap former untuk dibuat lap yaitu 8 sliver
dimasukkan pada mesin ini. Dengan ditarik agar seratnya searah panjang dan pendek
terpisah maka lap dikerjakan pada mesin lap pendek akan terkumpul menjadi kotoran,
sedang serat panjang dibuat silver yang terdiri serat panjang saja. Serat silver yang
dapat diproses kembali untuk dijadikan benang carded dengan nomor 15 dan 35 atau
sebagai campuran untuk membuat benang-benang carded dengan No.30 S dan 40 S.
Sliver hasil combing selanjutnya dikerjakan pada mesin drawing (I dan II)
untuk dibuat sliver yang baik karena sliver hasil combing merupakan bahan baku
untuk pembuatan benang halus dan ini diproses pada mesin speed frame. Dengan
sedikit ditarik dan dipilin akan menghasilkan sliver dengan ukuran lebih kecil yang
disebut roving. Roving ini hasil dari mesin speed frame dibuat benang tunggal
selanjutnya dapat diperdagangkan baik dalam bentuk cone (pada mesin cone winder)
atau benang double mesin quick traverse, hant dan lain-lain.
Setiap industri memiliki potensi akan terjadinya bahaya dan kecelakaan kerja. Namun
demikian peraturan telah meminta agar setiap industri mengantisipasi dan
meminimalkan bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan atau terancamnya
keselamatan seseorang baik yang ada dalam lingkungan industry itu sendiri ataupun
bagi masyarakat di sekitar industri. Hal-hal yang menjadi permasalahan yang
berkaitan dengan potensi bahaya kecelakaan kerja pada industri busana.
5
d. Pasang kancing, resiko bahaya adalah Jari tergencet mesin kancing, tersengat
arus singkat.
e. Setrika, resiko bahaya adalah Tersengat arus singkat, kebakaran serta
Tergores dan bahaya jatuhan
• Kursi duduk
• Kursi duduk
6
3. Seterika – Ukuran Meja Kerja
• Kursi duduk
• Ruang gerak
5. Faktor penyebab ;
• Faktor Manusia
a. Manajemen:
b. Tenaga kerja:
7
c. Faktor Lingkungan Kerja di Perusahaan Industri Tekstil antara lain:
E. Dampak Penyakit yang timbul dari Bahaya Kecelakaan Kerja pada Industri
Tekstil Pemintalan Benang
Penyakit akibat kerja ini mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi
yang kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab
yang mudah diakui.
8
b) Penyakit yang berhubungann dengan pekerjaan – work related disease
Penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di
tempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi
kesehatan.
4) Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitivisasi dan zat perangsang
yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan
5) Aliveolitis alergika yang disebabkan oleh factor dari luar sebagai akibat dari
penghirupan debu organik.
9
9) Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10) Penyakit yang disebabkan oleh: mangan, arsen, raksa, timbal, fluor,benzena,
derivat halogen,derivat nitro,dan amina dari benzena atau homolognya yang beracun.
F. Pencegahan dari bahaya dan dampak terhadap tenaga kerja industri tekstil
pemintalan benang
3. Engineering control, artinya bahaya diisolasi agar tidak kontak dengan pekerja.
10
5. Personal protective equipment, artinya pekerja dilindungi dari bahaya dengan
menggunakan alat pelindung diri.
1) Mata
a. Sumber bahaya: cipratan bahan kimia atau logam cair, debu, katalis powder,
proyektil, gas, uap dan radiasi.
2) Telinga
3) Kepala
a. Sumber bahaya: tertimpa benda jatuh, terbentur benda keras, rambut terlilit benda
berputar.
4) Pernapasan
5) Tubuh
11
6) Tangan dan Lengan.
a. Sumber bahaya: temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa benda berat, sengatan
listrik, bahan kimia, infeksi kulit.
7) Kaki
a. Sumber bahaya: lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda jatuh, cipratan bahan
kimia dan logam cair, aberasi.
a. Pemeliharaan rumah tangga yang baik di perusahaan tekstil sehingga debu kapas
sangat sedikit di udara.
f. Rotasi pekerja yang telah terpapar debu kapas ke tempat yang tidak berbahaya.
Penanggulangan lain :
1. Perlu lebih ditingkatkan lagi kualitas kerja dalam mengupayakan kesehatan dan
keselamatan kerja yang sudah ada.
12
2. Penataan ruangan harus lebih diperhatikan menjadi lebih baik, supaya para
karyawan lebih leluasa dalam melakukan pekerjaannya. Bengkel kerja utama industri
jika memungkinkan dipindahkan ke tempat yang khusus disediakan untuk kegiatan
industri, setidaknya diusahakan pembagian tempat pengolahan khusus yang bersekat
dan masing-masing disendirikan sehingga ruang gerak menjadi luas.
3. Untuk menghindari sakit akibat kerja pekerja perlu melakukan olahraga yang
teratur, dan setidaknya banyak bergerak dari pekerjaan yang biasa dilakukan, contoh
apabila biasanya duduk sesekali berdiri dan berjalan agar gerakan dan posisi kerja
para karyawan menjadi lebih bervariasi dan tidak monotonis.
5. Perusahaan (dalam hal ini industri kecil) yang belum mendapat tempat di
organisasi Pukesmas maka hendaknya dimasukkan secara struktural kedalam
organisasi tersebut. Sehingga industri ini akan lebih terayomi dalam hal pelayanan
kesehatannya yang paripurna (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), yang
dalam hal ini ditekankan pada ruang lingkup kedokteran industrinya. Misalnya
petugas kesehatan mengunjungi tempat-tempat industri secara rutin guna menilai
kesehatan kerja di perusahaan-perusahaan rumah tangga.
13
BAB III
PEMBAHASAN
HasiL Observasi
I. Observasi Pegawai
Beberapa pertanyaan untuk observasi pegawai :
1. Sejarah pekerja : 1980
2. Lama bekerja : 5 tahun
3. Pegawai : 3 orang
4. Dalam sehari berapa jam bekerja : 08.00 – 17.00, istirahat jam
12.00 – 13.00
5. Rekrutmen bekerja : - Harus ada keterampilan
- Harus bisa dan mengerti
tentang cara membuat
songket
- Harus ada pengalaman
membuat songket
6. Pelatihan khusus : tidak ada pelatihan khusus
Anggota Pegawai :
1. Nama : Ibu Tuti
Usia : 34 tahun
Lama bekerja : 5 tahun
Keluhan selama bekerja : capek, pegal di bagian pinggang dan
seluruh badan
Posisi pekerjaan : Penggulungan
Asuransi : tidak ada asuransi kesehatan
Gaji : 2 hari Rp 50.000
Jam kerja : 08.00 – 17.00 WIB
14
Jam istirahat : 12.00 WIB
Pengamanan Kerja : tidak pakai masker
- pinggang
15
Lama pengerjaan : songket 10 hari Dasar 3 hari
Kemban 7 hari
16
BAB IV
ANALISIS
1. Bahaya pegawai :
a. Mengeluh pegal di bagian punggung bawah, jari kaki, tangan
(seluruh tubuh)
b. Jari pernah terluka karena benang yang tajam
c. Pewarnaan menggunakan bahan pewarna basis dengan bau yang
menyengat sehingga mengganggu pernafasan tetapi pegawai tidak
memakai masker karena mereka tidak terbiasa memakai masker.
17
BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil observasi baik dari segi observasi pegawai,
lingkungan dan kesehatan, masih banyak yang harus di perbaiki, dari segi
ergonomis untuk pegawai nya juga belum terlaksana, kemudian pegawai
mengeluh nyeri dibagian punggung bawah. Dari pemakaian alat pelindung
diri seperti masker, sarung tangan juga tidak digunakan karena pegawai tidak
terbiasa menggunakannya.
2. SARAN
Berdasarkan data observasi, sebaiknya pemilik usaha penenun
songket harus lebih mementingkan kesehatan pegawainya seperti memberikan
jaminan kesehatan kepada pegawainya. Sebaiknya pemilik usaha penenun
songket memberikan tempat duduk yang ergonomis untuk pegawainya agar
keluhan tentang nyeri dapat diminimalisir. Sebaiknya pegawai songket peka
dengan kesehatan mereka dengan memakai alat pelindung diri seperti masker,
sarung tangan.
18
Dokumentasi Kegiatan
19
20
21