Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3), saat ini implementasinya telah


menyebar secara luas di hampir setiap sektor industri. Keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) secara keilmuan telah menyebar secara luas dan banyak dipelajari dan
diimplementasikan, sedikit di antara yang mengetahui tentang siapa, kapan, dimana
dan bagaimana K3 mulai dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat. Data ILO, 2% (
317 buah) perusahaan yang telah menerapkan K3. Sisanya 98% (14.700 buah)
perusahaan yang belum menerapkan K3 secara baik. Maka dengan hal tersebut perlu
dibentuk suatu peraturan dimaksudkan untuk pemenuhan terhadap tercapainya tujuan
penerapan K3 di tempat kerja (Tarwaka, 2008).

Salah satu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang di observasi yaitu
mengenai pengrajin songket. Sejarah penenun songket secara sejarah dikaitkan
dengan kawasan permukiman dan budaya Melayu, dan menurut sementara orang
teknik ini diperkenalkan oleh pedagang India atau Arab. Menurut hikayat rakyat
Palembang, asal mula kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara
Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan benang sutera sedangkan orang
India menyumbang benang emas dan perak; maka, jadilah songket. Kain songket
ditenun pada alat tenun bingkai Melayu. Pola-pola rumit diciptakan dengan
memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai
jarum leper. Tidak diketahui secara pasti dari manakah songket berasal, menurut
tradisi Kelantan teknik tenun seperti ini berasal dari utara, yakni kawasan Kamboja
dan Siam yang kemudian berkembang ke selatan di Pattani, dan akhirnya mencapai
Kelantan dan Terengganu sekitar tahun 1500-an.

1
Pada observasi tentang penenun songket di kota palembang, kami menemukan
tempat yang penenun songket yang didirikan pada tahun 1980. Pemilik usaha ibu
angkut, dimana usaha penenun ini merupakan usaha turun – temurun dari ibu
kandungnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian
Yaitu ingin mengetahui dampak kesehatan pada pegawai penenun songket.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum :
1. Untuk mengetahui dampak kesehatan pada pegawai penenun songket Palembang

Tujuan khusus :
1. Untuk mengetahui hasil observasi pegawai pada penenun songket Palembang
2. Untuk mengetahui hasil observasi lingkungan pada penenun songket Palembang
3. Untuk mengetahui hasil observasi kesehatan pegawai penenun songket Palembang

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi K3

Kesehatan kerja merupakan spesialisasi dalam Ilmu Kesehatan/Kedokteran


beserta prakteknya yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja
memperoleh derajat kesehatan setingi-tingginya, baik fisik, amental, maupun sosial,
dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit- penyakit/gangguan-
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan
kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum (Sumakmur, 1981).

Menurut Dainur, kesehatan kerja adalah upaya perusahaan untuk


mempersiapkan, memelihara serta tindakan lainnya dalam rangka pengadaan serta
penggunaan tenaga kerja dengan kesehatan baik fisik, mental maupun sosial yang
maksimal, sehingga dapat berproduksi secara maksimal pula (Dainur,1992).
Sedangkan definisi lain menyatakan bahwa kesehatan kerja merupakan aplikasi
kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat (perusahaan, pabrik, kantor, dan
sebagainya) dan menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dengan
masyarakat di sekitar perusahaan tersebut. Apabila didalam kesehatan masyarakat ciri
pokoknya adalah upaya preventif (pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan
kesehatan), maka dalam kesehatan kerja, kedua hal tersebut menjadi ciri pokok
(Notoatmojo, 1997).

B. Definisi Industri

Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Dengan demikian, industri merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-bahan
industri diambil secara langsung maupun tidak langsung, kemudian diolah, sehingga
menghasilkan barang yang bernilai lebih bagi masyarakat. Kegiatan proses produksi

3
dalam industri itu disebut dengan perindustrian. Dari definisi tersebut, istilah industri
sering disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing).

Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut:

1. Industri tekstil, misalnya: benang, kain, dan pakaian jadi.

2. Industri alat listrik dan logam, misalnya: kipas angin, lemari es, dan mesin jahit,
televisi, dan radio.

3. Industri kimia, misalnya: sabun, pasta gigi, sampho, tinta, plastik, obat-obatan, dan
pipa.

4. Industri pangan, misalnya: minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi, garam dan
makanan kemasan.

5. Industri bahan bangunan dan umum, misalnya: kayu gergajian, kayu lapis, dan
marmer

Tekstil adalah material fleksibel yang terbuat dari tenunan benang. Tekstil
dibentuk dengan cara penyulaman, penjahitan, pengikatan, dan cara pressing. Istilah
tekstil dalam pemakaiannya sehari-hari sering disamakan dengan istilah kain. Namun
ada sedikit perbedaan antara dua istilah ini, tekstil dapat digunakan untuk menyebut
bahan apapun yang terbuat dari tenunan benang, sedangkan kain merupakan hasil
jadinya, yang sudah bisa digunakan.

Proses Pembuatan :

Sebelum kapas diproses pada mesin blowing, terlebih dahulu kapas


dikeluarkan dari gudang, kemudian kapas yang masih dalam keadaan terbungkus dan
terikat, di bawa ke Bill Store untuk dibuka dan dilepaskan ikatannya agar kapas
kembali ke dalam bentuk semula dan dibiarkan untuk diangin-anginkan selama ±24
jam. Kemudian kapas yang dibuat lap lalu dikerjakan pada mesin carding, lap akan
mengalami pembersihan, pemisahan, penarikan dengan mesin pre drawing untuk

4
dapat dibuat sliver, selanjutnya dikerjakan pada mesin yang lebih rata seratnya,
dengan jalan 8 sliver dijadikan sliver ditarik diantara rol-rol.

Selanjutnya dikerjakan pada mesin lap former untuk dibuat lap yaitu 8 sliver
dimasukkan pada mesin ini. Dengan ditarik agar seratnya searah panjang dan pendek
terpisah maka lap dikerjakan pada mesin lap pendek akan terkumpul menjadi kotoran,
sedang serat panjang dibuat silver yang terdiri serat panjang saja. Serat silver yang
dapat diproses kembali untuk dijadikan benang carded dengan nomor 15 dan 35 atau
sebagai campuran untuk membuat benang-benang carded dengan No.30 S dan 40 S.

Sliver hasil combing selanjutnya dikerjakan pada mesin drawing (I dan II)
untuk dibuat sliver yang baik karena sliver hasil combing merupakan bahan baku
untuk pembuatan benang halus dan ini diproses pada mesin speed frame. Dengan
sedikit ditarik dan dipilin akan menghasilkan sliver dengan ukuran lebih kecil yang
disebut roving. Roving ini hasil dari mesin speed frame dibuat benang tunggal
selanjutnya dapat diperdagangkan baik dalam bentuk cone (pada mesin cone winder)
atau benang double mesin quick traverse, hant dan lain-lain.

C. Potensi Bahaya Kecelakaan Kerja Pada Industri Tekstil

Setiap industri memiliki potensi akan terjadinya bahaya dan kecelakaan kerja. Namun
demikian peraturan telah meminta agar setiap industri mengantisipasi dan
meminimalkan bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan atau terancamnya
keselamatan seseorang baik yang ada dalam lingkungan industry itu sendiri ataupun
bagi masyarakat di sekitar industri. Hal-hal yang menjadi permasalahan yang
berkaitan dengan potensi bahaya kecelakaan kerja pada industri busana.

a. Gudang resiko bahaya pada Packing dan Bahaya kebakaran


b. Pola/Potong, resiko bahaya adalah Jari tangan terpotong dan tersengat arus
singat
c. Jahit, resiko bahaya adalah Jari terkena jarum, tersengat arus singkat,
kebakaran

5
d. Pasang kancing, resiko bahaya adalah Jari tergencet mesin kancing, tersengat
arus singkat.
e. Setrika, resiko bahaya adalah Tersengat arus singkat, kebakaran serta
Tergores dan bahaya jatuhan

D. Keserasian Peralatan dan Sarana Kerja Dengan Tenaga Kerja

Keserasian peralatan dan sarana harus diperhatikan pihak perusahaan dan


disesuaikan dengan tenaga kerja yang dimilikinya agar kecelakaan kerja dapat
diminimalisasi. Kesalahan atau ketidakserasian antara peralatan dan sarana kerja
dengan pegawai yang menggunakan. Ketidak serasian antara peralatan dan sarana
dengan tenaga kerja dapat menimbulkan berbagai masalah yang akhirnya dapat
mengancam keselamatan dan kesehatan kerja pegawai atau tenaga kerja.

Permasalahan mengenai keserasian peralatan dan sarana kerja dengan tenaga


kerja pada industri busana dapat dilihat pada tabel.

Proses Produksi Faktor Ergonomi :

1. Pemotongan Kain – Ukuran Meja Kerja

• Kursi duduk

• Sikap dan sistem kerja

• Cara dan sistem keja

2. Mesin jahit, obras, bordir – Ukuran Meja Kerja

• Kursi duduk

• Sikap dan sistem kerja

• Cara dan sistem keja

6
3. Seterika – Ukuran Meja Kerja

• Kursi duduk

• Sikap/ cara kerja

• Kesesuaian sikap/sistem kerja

4. Packing – Kegiatan angkat junjung

• Sikap dan cara kerja

• Ruang gerak

5. Faktor penyebab ;

• Faktor Manusia

Permasalahan yang terjadi pada faktor manusia meliputi faktor manajerial,


dan faktor tenaga kerja. Permasalahannya dapat merupakan:

a. Manajemen:

– Pemahaman yang kurang tentang hiperkes dan keselamaatan kerja

– Tidak melaksanakan teknik-teknik hiperkes dan keselamatan kerja

– Tidak menyediakan alat proteksi/pelindung diri

b. Tenaga kerja:

– Tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan K3

– Tidak mengenakan alat proteksi yang telah disediakan

– Tidak memiliki naluri cara kerja sehat

– Tingkat pengetahuan terhadap perkembangan teknologi industri.

7
c. Faktor Lingkungan Kerja di Perusahaan Industri Tekstil antara lain:

1) Penerangan yang kurang mengakibatkan kesalahan pewarnaan.

2) Iklim kerja mengakibatkan lelah kerja para pekerja.

3) Debu mengakibatkan gangguan pernafasan dan kerusakan mata.

4) Uap mengakibatkan suhu panas.

5) Formaldehyde mengakibatkan timbulnya limbah B3.

E. Dampak Penyakit yang timbul dari Bahaya Kecelakaan Kerja pada Industri
Tekstil Pemintalan Benang

Byssinosis adalah penyakit tergolong pneumoconiosis yang


penyebabnyaterutama debu kapas kepada pekerja-pekerja dalam industri textil.
Penyakit ini berkaitan erat dengan pekerjaan blowing dan carding. Tetapi terdapat
pula pada pekerjaan-pekerjaan lainnya. bahkan dari permulaan proses (pembuangan
biji kapas) sampai kepada proses akhir (penenunan). Masa inkubasi rata-rata
terpendek adalah 5 tahun bagi para pekerja pada blowing dan carding. Bagi pekerja
lainnya lebih dari waktu 5 tahun (Suma’mur. 1993).

Penyakit Akibat Kerja dan Yang Berhubungan Dengan Pekerjaan

a) Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja ini mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi
yang kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab
yang mudah diakui.

8
b) Penyakit yang berhubungann dengan pekerjaan – work related disease

Adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor


pada pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor resiko lainnya dalam
berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi yang kompleks.

c) Penyakit yang mengenai populasi pekerja

Penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di
tempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi
kesehatan.

d) Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja.

Berdasarkan SK Presiden No.22 tahun 1993, disebutkan berbagai macam


penyakit yang timbul karena hubungan kerja yaitu :

1) Pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan


parut,yang silikonsnya merupakan factor utama penyebab cacat dan kematian

2) Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang disebabkan oleh


debu logam keras.

3) Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang disebabkan oleh


debu kapas vlas, henep, dan sisal (bissinosis).

4) Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitivisasi dan zat perangsang
yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan

5) Aliveolitis alergika yang disebabkan oleh factor dari luar sebagai akibat dari
penghirupan debu organik.

6) Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.

7) Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaannya yang beracun.

8) Penyakit yang disebabkan faktor atau persenyawaanya yang beracun

9
9) Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.

10) Penyakit yang disebabkan oleh: mangan, arsen, raksa, timbal, fluor,benzena,
derivat halogen,derivat nitro,dan amina dari benzena atau homolognya yang beracun.

F. Pencegahan dari bahaya dan dampak terhadap tenaga kerja industri tekstil
pemintalan benang

Upaya-upaya pencegahan dalam keselamatan kerja dengan menggunakan APD.

Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration,pesonal


protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang
digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh
adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia,
biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.

Dalam hirarki bahaya (hazard) control atau pengendalian bahaya, penggunaan


alat pelindung diri merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya,
sebelum memutuskan untuk menggunakan APD, metode-metode lain harus dilalui
terlebih dahulu, dengan melakukan upaya optimal agar bahaya atau hazard bisa
dihilangkan atau paling tidak dikurangi.

Adapun hirarki pengendalian bahaya di tempat kerja, termasuk di pabrik


kimia adalah sebagai berikut:

1. Elimination, merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya.

2. Reduction, mengupayakan agar tingkat bahaya bisa dikurangi.

3. Engineering control, artinya bahaya diisolasi agar tidak kontak dengan pekerja.

4. Administrative control, artinya bahaya dikendalikan dengan menerapkan instruksi


kerja atau penjadualan kerja untuk mengurangi paparan terhadap bahaya.

10
5. Personal protective equipment, artinya pekerja dilindungi dari bahaya dengan
menggunakan alat pelindung diri.

G. Jenis-jenis Alat Pelindung Diri.

Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang


berpotensi terkena resiko dari bahaya.

1) Mata

a. Sumber bahaya: cipratan bahan kimia atau logam cair, debu, katalis powder,
proyektil, gas, uap dan radiasi.

b. APD: safety spectacles, safety glasses, goggle, faceshield, welding shield.

2) Telinga

a. Sumber bahaya: suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 85 dB.

b. APD: ear plug, ear muff, canal caps.

3) Kepala

a. Sumber bahaya: tertimpa benda jatuh, terbentur benda keras, rambut terlilit benda
berputar.

b. APD: helmet, bump caps.

4) Pernapasan

a. Sumber bahaya: debu, uap, gas, kekurangan oksigen (oxygen defiency).

b. APD: respirator, breathing apparatus

5) Tubuh

a. Sumber bahaya: suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 85 dB.

b. APD: ear plug, ear muff, canal caps.

11
6) Tangan dan Lengan.

a. Sumber bahaya: temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa benda berat, sengatan
listrik, bahan kimia, infeksi kulit.

b. APD: sarung tangan (gloves), armlets, mitts.

7) Kaki

a. Sumber bahaya: lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda jatuh, cipratan bahan
kimia dan logam cair, aberasi.

b. APD: safety shoes, safety boots, legging, spat.

Upaya-upaya untuk mencegah byssinosis adalah :

a. Pemeliharaan rumah tangga yang baik di perusahaan tekstil sehingga debu kapas
sangat sedikit di udara.

b. Pembersihan mesin carding sebaiknya dengan pompa hampa udara.

c. Membersihkan lantai dengan sapu tidak baik.

d. Ventilasi umum dengan sistim hisap.

e. Pemeriksaan kesehatan pekerja sebelum bekerja dan pemeriksaan kesehatan secara


berkala.

f. Rotasi pekerja yang telah terpapar debu kapas ke tempat yang tidak berbahaya.

Penanggulangan lain :

1. Perlu lebih ditingkatkan lagi kualitas kerja dalam mengupayakan kesehatan dan
keselamatan kerja yang sudah ada.

12
2. Penataan ruangan harus lebih diperhatikan menjadi lebih baik, supaya para
karyawan lebih leluasa dalam melakukan pekerjaannya. Bengkel kerja utama industri
jika memungkinkan dipindahkan ke tempat yang khusus disediakan untuk kegiatan
industri, setidaknya diusahakan pembagian tempat pengolahan khusus yang bersekat
dan masing-masing disendirikan sehingga ruang gerak menjadi luas.

3. Untuk menghindari sakit akibat kerja pekerja perlu melakukan olahraga yang
teratur, dan setidaknya banyak bergerak dari pekerjaan yang biasa dilakukan, contoh
apabila biasanya duduk sesekali berdiri dan berjalan agar gerakan dan posisi kerja
para karyawan menjadi lebih bervariasi dan tidak monotonis.

4. Sebaiknya untuk pembuangan atau penimbunan sementara limbah disediakan lahan


kosong tersendiri, atau setidaknya menempatkannya dalam karung, bak, atau lubang
khusus sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan dan dari segi tata ruang pun
menjadi lebih luas dan enak untuk dipandang.

5. Perusahaan (dalam hal ini industri kecil) yang belum mendapat tempat di
organisasi Pukesmas maka hendaknya dimasukkan secara struktural kedalam
organisasi tersebut. Sehingga industri ini akan lebih terayomi dalam hal pelayanan
kesehatannya yang paripurna (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), yang
dalam hal ini ditekankan pada ruang lingkup kedokteran industrinya. Misalnya
petugas kesehatan mengunjungi tempat-tempat industri secara rutin guna menilai
kesehatan kerja di perusahaan-perusahaan rumah tangga.

13
BAB III
PEMBAHASAN

HasiL Observasi

I. Observasi Pegawai
Beberapa pertanyaan untuk observasi pegawai :
1. Sejarah pekerja : 1980
2. Lama bekerja : 5 tahun
3. Pegawai : 3 orang
4. Dalam sehari berapa jam bekerja : 08.00 – 17.00, istirahat jam
12.00 – 13.00
5. Rekrutmen bekerja : - Harus ada keterampilan
- Harus bisa dan mengerti
tentang cara membuat
songket
- Harus ada pengalaman
membuat songket
6. Pelatihan khusus : tidak ada pelatihan khusus

Anggota Pegawai :
1. Nama : Ibu Tuti
Usia : 34 tahun
Lama bekerja : 5 tahun
Keluhan selama bekerja : capek, pegal di bagian pinggang dan
seluruh badan
Posisi pekerjaan : Penggulungan
Asuransi : tidak ada asuransi kesehatan
Gaji : 2 hari Rp 50.000
Jam kerja : 08.00 – 17.00 WIB

14
Jam istirahat : 12.00 WIB
Pengamanan Kerja : tidak pakai masker

2. Nama : Ibu Lia


Usia : 36 tahun
Lama bekerja : 5 tahun
Keluhan selama bekerja : - sakit di bagian jari – jemari

- pinggang

- kalau jari luka hanya di isolasi sendiri

Posisi pekerjaan : Panian


Asuransi : tidak ada asuransi kesehatan
Gaji : 1 hari Rp 40.000 ; 1 bulan Rp
1.200.000
Jam Kerja : 08.00 – 17.00 WIB
Jam istirahat : 12.00 WIB
Pengamanan kerja : tidak pakai masker

3. Nama : Ibu Ita


Usia : 29 tahun
Lama bekerja : 5 tahun
Keluhan selama bekerja : sakit pinggang, jari – jemari, lengan,
tangan pegal
Posisi pekerjaan : Tenunan
Asuransi : tidak ada asuransi kesehatan
Gaji : 1 bulan Rp 800.000
Jam kerja : 08.00 – 17.00 WIB
Jam istirahat : 12.00 WIB
Pengamanan kerja : tidak pakai masker

15
Lama pengerjaan : songket 10 hari Dasar 3 hari
Kemban 7 hari

II. Observasi Lingkungan


1. Tata letak : di perkmpungan
2. Jumlah ruangan : 1 ruangan
3. Ventilasi : ada
4. Lingkungan sekitar : kurang memadai
5. Kerapian lingkungan : rumah kurang rapi

III. Observasi Kesehatan


1. Kesehatan : tidak ada asuransi, pakai uang pribadi

16
BAB IV
ANALISIS

Setelah melakukan observasi, dilanjutkan dengan menganalisis, yang di


dapatkan hasil yaitu :

1. Bahaya pegawai :
a. Mengeluh pegal di bagian punggung bawah, jari kaki, tangan
(seluruh tubuh)
b. Jari pernah terluka karena benang yang tajam
c. Pewarnaan menggunakan bahan pewarna basis dengan bau yang
menyengat sehingga mengganggu pernafasan tetapi pegawai tidak
memakai masker karena mereka tidak terbiasa memakai masker.

2. Alat, jumlah, peralatan memadai / tidak :


Setelah di lakukan pemeriksaan alat, di dapatkan hasil jumlah alat
lengkap, yaitu ada 6 buah, yaitu :
a. Dayat
b. Pelipiran
c. Beliro
d. Lidi
e. Benang
f. Selendang

17
BAB V
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil observasi baik dari segi observasi pegawai,
lingkungan dan kesehatan, masih banyak yang harus di perbaiki, dari segi
ergonomis untuk pegawai nya juga belum terlaksana, kemudian pegawai
mengeluh nyeri dibagian punggung bawah. Dari pemakaian alat pelindung
diri seperti masker, sarung tangan juga tidak digunakan karena pegawai tidak
terbiasa menggunakannya.

2. SARAN
Berdasarkan data observasi, sebaiknya pemilik usaha penenun
songket harus lebih mementingkan kesehatan pegawainya seperti memberikan
jaminan kesehatan kepada pegawainya. Sebaiknya pemilik usaha penenun
songket memberikan tempat duduk yang ergonomis untuk pegawainya agar
keluhan tentang nyeri dapat diminimalisir. Sebaiknya pegawai songket peka
dengan kesehatan mereka dengan memakai alat pelindung diri seperti masker,
sarung tangan.

18
Dokumentasi Kegiatan

19
20
21

Anda mungkin juga menyukai