Anda di halaman 1dari 8

catatan chemistry

Sabtu, 05 Desember 2015


MAKALAH K3 PADA INDUSTRI TEKSTIL

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam
pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja,
peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Disisi lain kegiatan industri dalam
proses produksinya selalu disertai faktor-faktor yang mengandung resiko bahaya dengan
terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja.
Setiap ancaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja harus dicegah. Karena
ancaman seperti itu akan membawa kerugian baik material, moril maupun waktu terutama
terhadap kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Lebih-lebih perlu disadari bahwa
pencegahan terhadap bahaya tersebut jauh lebih baik dari pada menunggu sampai kecelakaan
terjadi yang biasanya memerlukan biaya yang lebih besar untuk penanganan dan pemberian
kompensasinya.
Mengingat kegiatan sektor industri tidak terlepas dengan penggunaan
teknologi maju yang dapat berdampak terhadap keselamatan dan kesehatan kerja terutama
masalah penyakit akibat kerja. Selain itu masih banyak perusahaan yang belum melaksanakan
ketentuan-ketentuan yang mengarah kepencegahan penyakit akibat kerja, hal ini
disebabkan karena kurangnya perhatian, waktu dan memerlukan biaya yang tinggi.
Dari pihak pekerja sendiri disamping pengertian dan pengetahuan masih terbatas, ada
sebagian dari mereka masih segan menggunakan alat pelindung atau mematuhi aturan
yang sebenarnya. Oleh karena itu masalah keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat
dilakukan sendiri-sendiri tetapi harus dilakukan secara terpadu yang melibatkan
berbagai pihak baik pemerintah, perusahaan, tenaga kerja serta organisasi lainnya
(Perguruan Tinggi)

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui bahaya kecelakaan kerja pada indudtri tekstil pemintalan benang.
2. Untuk mengetahui dampak penyakit yang timbul dari bahaya kecelakaan kerja pada industri
pemintalan benang.
3. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan dari bahaya dan dampak penyakit
terhadap tenaga kerja industri tekstil pemintalan benang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kesehatan kerja merupakan spesialisasi dalam Ilmu Kesehatan/Kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setingi-tingginya, baik fisik, amental, maupun sosial, dengan usaha-
usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit- penyakit/gangguan-gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja,
serta terhadap penyakit-penyakit umum (Sumakmur, 1981).
Menurut Dainur, kesehatan kerja adalah upaya perusahaan untuk
mempersiapkan, memelihara serta tindakan lainnya dalam rangka pengadaan serta
penggunaan tenaga kerja dengan kesehatan baik fisik, mental maupun sosial yang maksimal,
sehingga dapat berproduksi secara maksimal pula (Dainur,1992).
Sedangkan definisi lain menyatakan bahwa kesehatan kerja merupakan aplikasi
kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat (perusahaan, pabrik, kantor, dan sebagainya)
dan menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dengan masyarakat di
sekitar perusahaan tersebut. Apabila didalam kesehatan masyarakat ciri pokoknya adalah
upaya preventif (pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan kesehatan), maka
dalam kesehatan kerja, kedua hal tersebut menjadi ciri pokok (Notoatmojo, 1997)
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam penggunaannya,
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Dengan demikian,
industri merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-bahan industri diambil secara
langsung maupun tidak langsung, kemudian diolah, sehingga menghasilkan barang
yang bernilai lebih bagi masyarakat. Kegiatan proses produksi dalam industri itu disebut
dengan perindustrian. Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai
kegiatan manufaktur (manufacturing).
Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut:
1) Industri tekstil, misalnya: benang, kain, dan pakaian jadi.
2) Industri alat listrik dan logam, misalnya: kipas angin, lemari es, dan mesin jahit, televisi, dan
radio.
3) Industri kimia, misalnya: sabun, pasta gigi, sampho, tinta, plastik, obat-obatan, dan
pipa.
4) Industri pangan, misalnya: minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi, garam dan makanan
kemasan.
5) Industri bahan bangunan dan umum, misalnya: kayu gergajian, kayu lapis, dan marmer

Tekstil adalah material fleksibel yang terbuat dari tenunan benang. Tekstil dibentuk dengan
cara penyulaman, penjahitan, pengikatan, dan cara pressing. Istilah tekstil dalam
pemakaiannya sehari-hari sering disamakan dengan istilah kain. Namun ada sedikit
perbedaan antara dua istilah ini, tekstil dapat digunakan untuk menyebut bahan apapun yang
terbuat dari tenunan benang, sedangkan kain merupakan hasil jadinya, yang sudah bisa
digunakan.

B. Proses Pembuatan
Sebelum kapas diproses pada mesin blowing, terlebih dahulu kapas
dikeluarkan dari gudang, kemudian kapas yang masih dalam keadaan terbungkus dan terikat,
di bawa ke Bill Store untuk dibuka dan dilepaskan ikatannya agar kapas kembali ke dalam
bentuk semula dan dibiarkan untuk diangin-anginkan selama 24 jam. Kemudian kapas yang
dibuat lap lalu dikerjakan pada mesin carding, lap akan mengalami pembersihan, pemisahan,
penarikan dengan mesin pre drawing untuk dapat dibuat sliver, selanjutnya dikerjakan pada
mesin yang lebih rata seratnya, dengan jalan 8 sliver dijadikan sliver ditarik diantara rol-rol.
Selanjutnya dikerjakan pada mesin lap former untuk dibuat lap yaitu 8 sliver
dimasukkan pada mesin ini. Dengan ditarik agar seratnya searah panjang dan pendek terpisah
maka lap dikerjakan pada mesin lap pendek akan terkumpul menjadi kotoran, sedang serat
panjang dibuat silver yang terdiri serat panjang saja. Serat silver yang dapat diproses kembali
untuk dijadikan benang carded dengan nomor 15 dan 35 atau sebagai campuran untuk
membuat benang-benang carded dengan No.30 S dan 40 S.
Sliver hasil combing selanjutnya dikerjakan pada mesin drawing (I dan II) untuk
dibuat sliver yang baik karena sliver hasil combing merupakan bahan baku untuk pembuatan
benang halus dan ini diproses pada mesin speed frame. Dengan sedikit ditarik dan dipilin
akan menghasilkan sliver dengan ukuran lebih kecil yang disebut roving. Roving ini hasil
dari mesin speed frame dibuat benang tunggal selanjutnya dapat diperdagangkan baik dalam
bentuk cone (pada mesin cone winder) atau benang double mesin quick traverse, hant dan
lain-lain.

C. Potensi Bahaya Kecelakaan Kerja Pada Industri Tekstil


Setiap industri memiliki potensi akan terjadinya bahaya dan kecelakaan kerja.
Namun demikian peraturan telah meminta agar setiap industri mengantisipasi dan
meminimalkan bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan atau terancamnya keselamatan
seseorang baik yang ada dalam lingkungan industry itu sendiri ataupun bagi masyarakat di
sekitar industri. Hal-hal yang menjadi permasalahan yang berkaitan dengan potensi bahaya
kecelakaan kerja pada industri busana.
Gudang resiko bahaya pada Packing dan Bahaya kebakaran
a. Pola/Potong, resiko bahaya adalah Jari tangan terpotong dan tersengat arus singat
b. Jahit, resiko bahaya adalah Jari terkena jarum, tersengat arus singkat, kebakaran
c. Pasang kancing, resiko bahaya adalah Jari tergencet mesin kancing, tersengat arus singkat.
d. Setrika, resiko bahaya adalah Tersengat arus singkat, kebakaran serta Tergores dan bahaya
jatuhan
Keserasian Peralatan dan Sarana Kerja Dengan Tenaga Kerja
Keserasian peralatan dan sarana harus diperhatikan pihak perusahaan dan disesuaikan
dengan tenaga kerja yang dimilikinya agar kecelakaan kerja dapat diminimalisasi. Kesalahan
atau ketidakserasian antara peralatan dan sarana kerja dengan pegawai yang menggunakan.
Ketidak serasian antara peralatan dan sarana dengan tenaga kerja dapat menimbulkan
berbagai masalah yang akhirnya dapat mengancam keselamatan dan kesehatan kerja pegawai
atau tenaga kerja.
Permasalahan mengenai keserasian peralatan dan sarana kerja dengan tenaga
kerja pada industri busana dapat dilihat pada tabel.

Proses Produksi Faktor Ergonomi :


1 Pemotongan Kain - Ukuran Meja Kerja
- Kursi duduk
- Sikap dan sistem kerja
- Cara dan sistem keja
2 Mesin jahit, obras, bordir - Ukuran Meja Kerja
- Kursi duduk
- Sikap dan sistem kerja
- Cara dan sistem keja
3 Seterika - Ukuran Meja Kerja
- Kursi duduk
- Sikap/ cara kerja
- Kesesuaian sikap/sistem kerja
4 Packing - Kegiatan angkat junjung
- Sikap dan cara kerja
- Ruang gerak

Faktor penyebab ;
Faktor Manusia
Permasalahan yang terjadi pada faktor manusia meliputi faktor manajerial, dan faktor
tenaga kerja. Permasalahannya dapat merupakan:
a. Manajemen:
Pemahaman yang kurang tentang hiperkes dan keselamaatan kerja
Tidak melaksanakan teknik-teknik hiperkes dan keselamatan kerja
Tidak menyediakan alat proteksi/pelindung diri
b. Tenaga kerja:
Tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan K3
Tidak mengenakan alat proteksi yang telah disediakan
Tidak memiliki naluri cara kerja sehat
Tingkat pengetahuan terhadap perkembangan teknologi industri.

Faktor Lingkungan Kerja


di Perusahaan Industri Tekstil antara lain:
1) Penerangan yang kurang mengakibatkan kesalahan pewarnaan.
2) Iklim kerja mengakibatkan lelah kerja para pekerja.
3) Debu mengakibatkan gangguan pernafasan dan kerusakan mata.
4) Uap mengakibatkan suhu panas.
5) Formaldehyde mengakibatkan timbulnya limbah B3.

D. Dampak Penyakit yang timbul dari Bahaya Kecelakaan Kerja pada Industri Tekstil
Pemintalan Benang
Byssinosis adalah penyakit tergolong pneumoconiosis yang penyebabnya terutama
debu kapas kepada pekerja-pekerja dalam industri textil. Penyakit ini berkaitan erat dengan
pekerjaan blowing dan carding. Tetapi terdapat pula pada pekerjaan-pekerjaan lainnya.
bahkan dari permulaan proses (pembuangan biji kapas) sampai kepada proses akhir
(penenunan). Masa inkubasi rata-rata terpendek adalah 5 tahun bagi para pekerja pada
blowing dan carding. Bagi pekerja lainnya lebih dari waktu 5 tahun (Sumamur. 1993).

Penyakit Akibat Kerja dan Yang Berhubungan Dengan Pekerjaan


a. Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja ini mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat
dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang mudah diakui.
b. Penyakit yang berhubungann dengan pekerjaan work related disease
Adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor pada
pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor resiko lainnya dalam
berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi yang kompleks.
c. Penyakit yang mengenai populasi pekerja
Penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di tempat
kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.
d. Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja.
Berdasarkan SK Presiden No.22 tahun 1993, disebutkan berbagai macam penyakit
yang timbul karena hubungan kerja yaitu :
1) Pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan parut,yang
silikonsnya merupakan factor utama penyebab cacat dan kematian
2) Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam
keras.
3) Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang disebabkan oleh debu kapas
vlas, henep, dan sisal (bissinosis).
4) Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitivisasi dan zat perangsang yang
dikenal yang berada dalam proses pekerjaan
5) Aliveolitis alergika yang disebabkan oleh factor dari luar sebagai akibat dari penghirupan
debu organik.
6) Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.
7) Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
8) Penyakit yang disebabkan faktor atau persenyawaanya yang beracun
9) Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10) Penyakit yang disebabkan oleh: mangan, arsen, raksa, timbal, fluor,benzena,
derivat halogen,derivat nitro,dan amina dari benzena atau homolognya yang beracun.

E. Pencegahan dari bahaya dan dampak terhadap tenaga kerja industri tekstil
pemintalan benang
Upaya-upaya pencegahan dalam keselamatan kerja dengan menggunakan APD.
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration,
pesonal protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang
digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh
adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis,
radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.
Dalam hirarki bahaya (hazard) control atau pengendalian bahaya,
penggunaan alat pelindung diri merupakan metode pengendali bahaya paling akhir.
Artinya, sebelum memutuskan untuk menggunakan APD, metode-metode lain harus dilalui
terlebih dahulu, dengan melakukan upaya optimal agar bahaya atau hazard bisa dihilangkan
atau paling tidak dikurangi.
Adapun hirarki pengendalian bahaya di tempat kerja, termasuk di pabrik kimia adalah
sebagai berikut:
1. Elimination, merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya.
2. Reduction, mengupayakan agar tingkat bahaya bisa dikurangi.
3. Engineering control, artinya bahaya diisolasi agar tidak kontak dengan pekerja.
4. Administrative control, artinya bahaya dikendalikan dengan menerapkan instruksi
kerja atau penjadualan kerja untuk mengurangi paparan terhadap bahaya.
5. Personal protective equipment, artinya pekerja dilindungi dari bahaya dengan menggunakan
alat pelindung diri.

Jenis-jenis Alat Pelindung Diri.


Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang
berpotensi terkena resiko dari bahaya.
1. Mata
a. Sumber bahaya: cipratan bahan kimia atau logam cair, debu, katalis powder, proyektil, gas,
uap dan radiasi.
b. APD: safety spectacles, safety glasses, goggle, faceshield, welding shield.
2. Telinga
a. Sumber bahaya: suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 85 dB.
b. APD: ear plug, ear muff, canal caps.
3. Kepala
a. Sumber bahaya: tertimpa benda jatuh, terbentur benda keras, rambut terlilit benda berputar.
b. APD: helmet, bump caps.
4. Pernapasan
a. Sumber bahaya: debu, uap, gas, kekurangan oksigen (oxygen defiency).
b. APD: respirator, breathing apparatus
5. Tubuh
a. Sumber bahaya: suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 85 dB.
b. APD: ear plug, ear muff, canal caps.
6. Tangan dan Lengan.
a. Sumber bahaya: temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa benda berat, sengatan listrik,
bahan kimia, infeksi kulit.
b. APD: sarung tangan (gloves), armlets, mitts.
7. Kaki
a. Sumber bahaya: lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda jatuh, cipratan bahan kimia dan
logam cair, aberasi.
b. APD: safety shoes, safety boots, legging, spat.

Upaya-upaya untuk mencegah byssinosis adalah :


a. Pemeliharaan rumah tangga yang baik di perusahaan tekstil sehingga debu kapas sangat
sedikit di udara.
b. Pembersihan mesin carding sebaiknya dengan pompa hampa udara.
c. Membersihkan lantai dengan sapu tidak baik.
d. Ventilasi umum dengan sistim hisap.
e. Pemeriksaan kesehatan pekerja sebelum bekerja dan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
f. Rotasi pekerja yang telah terpapar debu kapas ke tempat yang tidak berbahaya.

Penanggulangan lain :
1. Perlu lebih ditingkatkan lagi kualitas kerja dalam mengupayakan kesehatan dan keselamatan
kerja yang sudah ada.
2. Penataan ruangan harus lebih diperhatikan menjadi lebih baik, supaya para karyawan lebih
leluasa dalam melakukan pekerjaannya. Bengkel kerja utama industri jika memungkinkan
dipindahkan ke tempat yang khusus disediakan untuk kegiatan industri, setidaknya
diusahakan pembagian tempat pengolahan khusus yang bersekat dan masing-masing
disendirikan sehingga ruang gerak menjadi luas.
3. Untuk menghindari sakit akibat kerja pekerja perlu melakukan olahraga yang teratur, dan
setidaknya banyak bergerak dari pekerjaan yang biasa dilakukan, contoh apabila biasanya
duduk sesekali berdiri dan berjalan agar gerakan dan posisi kerja para karyawan menjadi
lebih bervariasi dan tidak monotonis.
4. Sebaiknya untuk pembuangan atau penimbunan sementara limbah disediakan lahan kosong
tersendiri, atau setidaknya menempatkannya dalam karung, bak, atau lubang khusus sehingga
tidak terjadi pencemaran lingkungan dan dari segi tata ruang pun menjadi lebih luas dan enak
untuk dipandang.
5. Perusahaan (dalam hal ini industri kecil) yang belum mendapat tempat di organisasi
Pukesmas maka hendaknya dimasukkan secara struktural kedalam organisasi tersebut.
Sehingga industri ini akan lebih terayomi dalam hal pelayanan kesehatannya yang paripurna
(promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), yang dalam hal ini ditekankan pada ruang
lingkup kedokteran industrinya. Misalnya petugas kesehatan mengunjungi tempat-tempat
industri secara rutin guna menilai kesehatan kerja di perusahaan-perusahaan rumah tangga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada proses pemintalan. limbah debu kapas paling banyak didapat pada proses
blowing, carding dan. Limbah aktual pada pekerjaan blowing dan carding masing-masing
sebesar 3.5% dan 2.5% sedangkan tingkat kebisingan speed frame sebesar > 85 dB.
Penyakit yang akan timbul adalah Byssinosis (penyakit tergolong
pneumoconiosis) yang berasal dari limbah debu kapas kepada pekerja-pekerja dalam industri
tekstil. Pencengahan dengan menggunakan APD (alat pelindung diri) seperti: memakai safety
glasses, ear plung, ear muff, respirator dan lain-lain.
Pencegahan yang lain dapat di lakukan dengan pemeliharaan rumah tangga yang baik
di perusahaan tekstil sehingga debu kapas sangat sedikit di udara,pembersihan mesin
carding sebaiknya dengan pompa hampa udara, membersihkan lantai dengan sapu tidak
baik, ventilasi umum dengan sistim hisap, pemeriksaan kesehatan pekerja sebelum
bekerja dan pemeriksaan kesehatan secara berkala, rotasi pekerja yang telah terpapar debu
kapas ke tempat yang tidak berbahaya.

B. Saran
1. Memutuskan jenis alat pelindung diri yang harus kita gunakan, lakukan terlebih dahulu
hazard identification (identifikasi bahaya).
2. Tinjau ulang setiap aspek dari pekerjaan, agar potensi bahaya bisa kita identifikasi.
3. Perlu penegakan disiplin karyawan terhadap pemakaian alat pelindung diri terutama masker
dan sumbat telinga.
4. Perlu adanya penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan bidang kesehatan dan
keselamatan kerja, dan keterampilan para pekerja.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://usfinitengky.blogspot.com/2010/kesehatan-kerja-higiene-
Diposting oleh catatan chemistry di 01.15
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

1 komentar:

1.

medy18 Oktober 2016 19.08

Broker Terbaik Dapatkan Banyak Kelebihan Trading Bersama FBS,bergabung


sekarang juga dengan kami
trading forex fbsindonesia.co.id
-----------------
Kelebihan Broker Forex FBS
1. FBS MEMBERIKAN BONUS DEPOSIT HINGGA 100% SETIAP DEPOSIT
ANDA
2. SPREAD DIMULAI DARI 0 Dan
3. DEPOSIT DAN PENARIKAN DANA MELALUI BANK LOKAL Indonesia dan
banyak lagi yang lainya

Buka akun anda di fbsindonesia.co.id


-----------------
Jika membutuhkan bantuan hubungi kami melalui :
Tlp : 085365566333
BBM : d2e26405

Balas

Muat yang lain...


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mengenai Saya

catatan chemistry
Saya adalah seorang mahasiswi di salah satu universitas di Bandung. Pendidikan
Kimia 2013
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
2015 (10)
o Desember (10)
PENENTUAN KALSIUM DARI BATU KAPUR
PERCOBAAN TITRASI ASAM BASA
ANALISIS KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA
LKS KARBOHIDRAT
KROMATOGRAFI GAS-SPEKTROMETER MASSA (GC-MS)
PENENTUAN TETAPAN KESETIMBANGAN ION TRIODIDA
PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI
MAKALAH K3 PADA INDUSTRI TEKSTIL
CeritaKu (Cu)
REAKSI EKSOTERM DAN ENDOTERM

Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai