Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH TEKNOLOGI KOSMETIKA

“FORMULASI KRIM PENGHILANG KUTIL”

Dosen :
Prof. Dr. Teti Indrawati, MS., Apt

Disusun oleh :
1. Dewi Rizki Astuti 15330118
2. Oktaviani 15330120

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan dan
ketabahan bagi hamba-Nya. Serta memberi ilmu pengetahuan yang banyak agar kita tidak
merasa kesulitan. Salawat serta salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, yang telah menyampaikan wahyu-Nya kepada hamba-Nya yang setia
sampai akhir zaman.

Makalah yang berjudul “Formulasi Krim Penghilang Kutil” ini, disusun sebagai salah satu
tugas mata kuliah “Teknologi Kosmetika” di Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi
Nasional. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dan sumbangan
pemikiran, serta dorongan dari berbagai pihak, tetapi tidak luput dari kendala yang begitu
banyak.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis,
Amin yarobbal ‘alamiin.

Jakarta, Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................................... 2
BAB II...................................................................................................... Error! Bookmark not defined.
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... Error! Bookmark not defined.
A. Anatomi & Fisiologi Kulit Manusia ........................................................................................... 3
B. Komponen Krim ....................................................................................................................... 11
C. Karakteristik Krim .................................................................................................................... 13
D. Tipe Krim .................................................................................................................................. 13
E. Metode Pembuatan Krim .......................................................................................................... 14
F. Evaluasi Krim ........................................................................................................................... 15
G. Stabilitas dan Uji Stabilitas Krim .............................................................................................. 16
H. Permasalahan Dalam Krim ........................................................................................................ 16
I. Contoh Sediaan Obat Kutil di Pasaran ...................................................................................... 16
J. Kemasan.................................................................................................................................... 17
K. Mekanisme Kerja Zat Aktif ....................................................................................................... 17
L. Data Praformulasi ..................................................................................................................... 17
BAB III ................................................................................................................................................. 21
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 21
A. Formulasi .................................................................................................................................. 21
B. Pembahasan Formula 1, 2 ........................................................................................................ 27
C. Pembahasan Formula 3 ............................................................................................................ 30
BAB IV ................................................................................................................................................. 32
PENUTUP ............................................................................................................................................ 32
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 32
B. Saran ......................................................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. Error! Bookmark not defined.

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kutil (Verruka vulgaris) adalah papul jinak yang dapat timbul dibagian mana saja di
kulit. Verruka lebih sering ditemukan pada anak-anak atau dewasa muda, namun Verruka
juga dapat terjadi pada orang tua. Verruka vulgaris dapat muncul dimana saja pada
permukaan kulit khususnya pada jari, tangan, dan lengan(2,3,4,5).
Kutil disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini jenisnya lebih dari
100 macam. 60 jenis diantaranya menyebabkan kutil-kutil kulit yang tidak berbahaya
misalnya HPV-1 menyerang kaki dan HPV-2 menyerang tangan. Virus HPV penyebab
Verruka vulgaris ini tidak memberikan gejala akut, namun pertumbuhan lesinya bersifat
perlahan dan menyebabkan perluasan vokal dari pada sel epitel(1,3). Lesi dapat diam dalam
periode sub klinis dalam waktu yang lama atau tumbuh menjadi sebuah massa yang secara
awam dikenal sebagai kutil(4). Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya
Verruka vulgaris adalah penggunaan tempat pemandian umum, trauma, dan seseorang
dengan daya tahan tubuh yang lemah (5).
Biasanya kutil akan hilang sendiri dalam 6 bulan sampai 2 tahun bila tanpa
pengobatan. Tetapi apabila kutil tidak segera hilang atau semakin parah maka dokter
mungkin akan melakukan beberapa tindakan seperti : meresepkan obat yang langsung
diberikan di kutil agar mudah saat dilepaskan, membakarnya dengan menggunakan lampu
listrik khusus, membekukannya dengan menggunakan cairan nitrogen (disebut bedah
sirio), dan menggunakan laser.
Krim adalah sediaan semi solid kental, umumnya berupa emulsi m/a (krim berair) atau
emulsi a/m (krim berminyak). Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Bahan
yang digunakan mencakup zat emolient, zat sawar (barier), zat pengental, dan pembentuk
lapisan tipis, zat penutup kulit yang berpori lebar, zat pengemulsi, dan zat pengawet (1).
Persyaratan krim : mudah dioleskan merata pada kulit, mudah dicuci dari daerah lekatan,
tidak menodai pakaian, tidak berbau tengik, bebas partikulat keras dan tajam, tidak
mengiritasi kulit.

1
Makalah ini akan membahas 2 formula yang sudah dilakukan penelitian dan akan
membahas 1 formula krim penghilang kutil yang kami buat. Formula yang akan dibuat
memiliki karakteristik berwarna putih, tidak berbau, memiliki pH 4,5 – 5, mudah dioleskan
pada kulit, dan tidak meninggalkan rasa lengket pada kulit.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik sediaan krim yang baik secara umum?
2. Apa saja komponen dari formulasi pembuatan sediaan krim?
3. Apa metode yang digunakan untuk membuat sediaan krim?
4. Bagaimana evaluasi pada sediaan krim?
5. Bagaimana rancangan formulasi krim penghilang kutil menggunakan zat aktif asam
salisilat?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami karakteristik pada sediaan krim
2. Untuk memahami komponen dari formulasi pembuatan sediaan krim
3. Untuk memahami metode yang digunakan untuk membuat sediaan
4. Untuk memahami evaluasi pada sediaan krim
5. Untuk memahami rancangan formulasi yang menggunakan zat aktif asam salisilat
pada sediaan krim penghilang kutil

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi & Fisiologi Kulit Manusia

Kulit merupakan organ tubuh yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi
utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi
perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan
lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati),
respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan
pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultra violet matahari, sebagai
perasa dan peraba, serta pertahan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (6).
1. Anatomi Kulit Manusia
Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh,
membungkus daging dan organ-organ yang ada didalamnya. Luas kulit pada manusia
rata-rata 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4
kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16% dari berat badan seseorang.
Fungsi melindungi bagian tubuh dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel
kulit ari yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan
keringat serta pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar
ultra violet matahari.
Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan seperti jaringan
tubuh lainnya, kulit juga bernafas (respirasi), menyerap oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih banyak dari aliran darah,
begitu pula dalam pengeluaran karbondioksida yang lebih banyak dikeluarkan melalui
aliran darah. Kecepatan penyerapan oksigen kedalam kulit dan pengeluaran
karbodioksida dari kulit tergantung pada banyak faktor didalam maupun diluar kulit,
seperti temperatur udara atau suhu, komposisi gas disekitar kulit, kelembaban udara,
kecepatan aliran darah kekulit, tekanan gas didalam darah kulit, penyakit-penyakit
kulit, usia, keaadaan vitamin dan hormon dikulit, perubahan dalam metabolisme sel

3
kulit dan pemakaian bahan kimia pada kulit (6).
2. Struktur Kulit Manusia

a. Lapisan Epidermis
Lapisan ini merupakan lapisan yang paling luar. Bisa langsung disentuh.
Kulit paling luar itulah epidermis. Pada epidermis tidak ada pembuluh darah dan
memiliki ketebalan 0,1 mm – 1 mm. Lapisan epidermis tersusun dari stratum
korneum (lapisan tanduk), stratum lusidum (lapisan jernih), stratum granulosum
(lapisan berbutir–butir), stratum spinosum (lapisan malphigi) dan stratum
basalis/germinativum (lapisan basal).

Pada lapisan ari terdapat lapisan sel keratinosit yang berperan aktif dalam
regenerasi kulit dan sel pembentuk pigmen melamin. Di dalam sel pembentuk
pigmen melamin terdapat melanosom. Melanosom merupakan tempat terjadinya
melaminisasi, proses pembentukan pigmen melamin.
Melamin berfungsi dalam mewarnai kulit dan sebagai pelindung kulit dari

4
sengatan matahari dan ultra violet. Orang kulit hitam memiliki pigmen melamin
lebih banyak daripada orang kulit putih, sehingga kulitnya lebih mampu menahan
pengaruh ultra violet sinar matahari dibanding orang kulit putih.

 Stratum Korneum (Lapisan Tanduk)


Lapisan kulit paling luar yang terdiri dari sel gepeng yang mati, tidak
berinti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat
sedikit mengandung air. Protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat
tanduk), yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan kimia.
Secara alami sel–sel yang sudah mati di permukaan kulit akan melepaskan
diri untuk beregenerasi.
 Stratum Lusidum (Lapisan Jernih)
Terletak tepat dibawah stratum korneum. Merupakan lapisan yang tipis,
jernih, protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut eleidin.
Lapisan ini lebih jelas tampak pada telapak tangan dan kaki.
 Stratum Granulosum (Lapisan berbutir–butir)
Tersusun oleh sel–sel keratinosit yang berbentuk polygonal, berbutir
kasar, berinti mengkerut. Di dalam butir keratohialin terdapat bahan logam
khususnya tembaga yang menjadi katalisator proses pertandukan kulit.
 Stratum Spinosum (Lapisan Malphigi)
Terdiri dari sel yang berbentuk poligonal, seperti kubus dan seperti
berduri. Di antara stratum spinosum terdapat jembatan antar sel (intracellular
bridges) yang terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan
antar jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus

5
bizzozero. Di antara sel spinosum juga terdapat pula sel langerhans yang
mempunyai peran penting dalam sistem imun tubuh.
b. Lapisan Dermis
Lapisan ini jauh lebih tebal daripada epidermis. Ketebalan dermis 0,3 – 3
mm. Terbentuk dari lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen–elemen
selular, kelenjar dan folikel rambut.

Berbeda dengan epidermis yang berlapis, pada bagian dermis bagian-


bagiannya tidak begitu jelas. Sehingga lapisan dermis hanya dibagi dalam dua
bagian (atau pars).
- Pars papilaris (lapisan papilari) merupakan bagian yang dekat atau menonjol
ke arah epidermis terdapat ujung saraf dan pembuluh darah.
- Pars retikularis (lapisan retikulari) merupakan bagian yang menonjol ke arah
subkutis. Komposisi pada bagian ini terdiri dari jaringan ikat kolagen,
retikulin, dan elastin. Kolagen sangat elastis. Dan komposisi kolagen pada
dermis seseorang menentukan kekencangan kulitnya. Semakin tua usia
seseorang, maka komposisi kolagennya semakin sedikit, sehingga kelenturan
kulitnya pun berkurang.
c. Lapisan Subkutis/Lemak atau Hipodermis
Lapisan hipodermis terdiri dari jaringan ikat longgar dan sel lemak. Pada
lapisan ini terdapat ujung saraf, pembuluh darah dan kelenjar getah bening.
Ketebalan lemak pada lapisan hipodermis ini bervariasi. Area lengan atas
memiliki lapisan lemak yang lebih tebal, sedangkan kelopak mata memiliki
lapisan lemak yang tipis. Hal ini sudah ditentukan sesuai dengan fungsinya.

6
Lapisan ini terdiri atas folikel rambut, jaringan lemak, kelenjar keringat dan
jaringan penghubung.

3. Fisiologi Kulit
Kulit memiliki banyak fungsi, diantaranya :
1. Fungsi Proteksi
Kulit melindungi kita dari paparan lingkungan luar. Untuk itu, proteksi
merupakan fungsi pertama yang paling mudah diingat. Fungsi barrier (pembatas)
kulit sangat penting. Bayangkan jika tidak ada kulit, maka organ-organ dalam
tubuh kita tidak ada yang melindungi.
Kulit melindungi dari berbagai kontaminasi luar seperti :
- Gangguan fisik dan mekanik, seperti gesekan dan tekanan.
- Gangguan panas, seperti sinar matahari dan radiasi.
- Gangguan kimia, seperti zat–zat iritatif, zat kimia, air, dll.
- Infeksi (kulit memiliki pH yang asam, dan diduga ini merupakan mekanisme
pertahanan dari invasi mikroorganisme seperti bakteri dan lainnya agar tidak
berkoloni atau hidup di kulit).
2. Fungsi Absorpsi
Absorpsi melalui celah antar sel, menembus sel epidermis, saluran kelenjar
atau celah folikel rambut. Jika fungsi absorpsi ini tidak ada maka tidak ada
gunanya kita menggunakan salep, krim, dan lain sebagainya. Karena obat-
obat topikal (yang dioles dikulit) semuanya harus diserap oleh kulit agar

7
memberi efek terapi. Fungsi absorpsi dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit,
hidrasi, kelembapan udara, metabolisme serta jenis vehikulum.
3. Fungsi Ekskresi
Kulit menghasilkan keringat dan minyak. Hal ini merupakan fungsi eksresi
(mengeluarkan zat yang tidak diperlukan lagi bagi tubuh). Hasil sisa metabolisme
: NaCl, air, asam urat, ammonia dan sedikit lemak.
4. Fungsi Keratinisasi
Fungsi keratinisasi merupakan fungsi pembentukan lapisan tanduk. Turnover
atau pergantian kulit ari (epidermis) dapat terjadi dalam 14 - 21 hari. Proses ini
bertujuan agar kulit dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Kulit tidak
menjadi tebal, kasar dan kering.
5. Fungsi Sensori
Kulit memiliki ujung–ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Badan
ruffini (sensasi panas), badan meisner/ranvier (sensasi raba), badan paccini
(sensasi tekanan), badan krause (sensasi dingin).
6. Fungsi Termoregulasi
Kulit juga berfungsi mengatur suhu tubuh. Saat tubuh kepanasan, maka tubuh
mengatur untuk mempertahankan suhu dalam tubuh dengan mengeluarkan
keringat, sebaliknya saat tubuh kedinginan untuk mempertahankan suhu dalam
tubuh dengan mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit.
7. Fungsi Melanogenesis
Pigmen dihasilkan oleh sel melanosit yang berada di lapisan basal. Jumlah
melanosit serta banyaknya melanin yang terbentuk menentukan warna kulit.
Selain itu, oksi Hb, reduksi Hb serta karoten juga mempengaruhi warna kulit.
Sinar matahari mempengaruhi produksi melanin.
8. Fungsi Ekspresi Emosi
Kegembiraan, kesedihan, ketegangan, ketakutan dan rasa erotik.
9. Fungsi Produksi Vitamin D
Kulit dapat membentuk vitamin D dengan bantuan sinar matahari dan 7-
dihidroksi kolesterol.
4. Jenis-jenis Kulit Manusia
Pada umumnya keadaan kulit dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Kulit Normal

8
Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak mengkilap atau kusam, segar dan elastis
dengan minyak dan kelembaban yang cukup.
b. Kulit Berminyak
Kulit yang mempunyai kadar minyak permukaan kulit yang berlebihan sehingga
tampak mengkilap, kotor dan kusam, biasanya pori kulit lebar sehingga kesannya
kasar dan lengket
c. Kulit Kering
Kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang atau sedikit sehingga
pada perabaan terasa kering, kasar karena banyak lapisan kulit yang lepas dan
retak, kaku atau tidak elastis dan mudah terlihat kerutan.
5. Kelainan Kulit Manusia
Kulit merupakan bagian tubuh terluar manusia yang ditumbuhi rambut-rambut. Warna
kulit bisa bermacam-macam putih, kuning, coklat, maupun hitam. Kulit juga
mempunyai kelainan yang disebabkan oleh berbagai macam, yaitu :
a. Eksim (Eczema)
Ditandai dengan kulit bermerah-merahan, pecah-pecah, bersisik, terasa gatal
terutama pada malam hari, timbul gelembung kecil yang berisi air atau nanah,
bengkak, melepuh, berwarna merah, sangat gatal dan terasa panas. Penyebabnya
karena alergi terhadap rangsangan zat kimia tertentu, maupun pekaan terhadap
makanan tertentu seperti udang, ikan laut, alkohol, vetsin, dan lain-lain.
Pencegahan : menghindari hal-hal atau bahan yang dapat menimbulkan alergi.
b. Kudis (Scabies)
Gejala : timbul gatal hebat dimalam hari, terutama disela-sela jari tangan, di
bawah ketiak, pinggang, alat kelamin, sekeliling siku, aerole (sekeliling puting
payudara), mudah menular ke orang lain baik secara langsung maupun tidak
langsung (handuk/pakaian)(6).
Pencegahan : kudis lebih sering terjadi didaerah yang higienisnya buruk, jadi
memelihara kebersihan tubuh adalah wajib bila ingin terhindar dari penyakit kulit
ini(1)
c. Kurap
Penyebab : jamur
Gejala : kulit menjadi tebal dan timbul lingkaran-lingkaran, bersisik, lembab,
berair, dan terasa gatal. Kemudian timbul bercak keputihan (6).

9
Pencegahan : jaga kebersihan kulit terutama di daerah tengkuk, leher, dan kulit
kepala (6).
d. Bisul (Furenkel)
Bisul disebabkan karena adanya infeksi bakteri Staphylococcus aureus pada kulit
melalui folikel rambut, kelenjar minyak, kelenjar keringat yang kemudian
menimbulkan infeksi lokal. Faktor yang meningkatkan resiko terkena bisul antara
lain : kebersihan yang buruk, luka yang terinfeksi, kelemahan diabetes, kosmetik
yang menyumbat pori dan pemakaian bahan kimia (6).
e. Campak (Rubella)
Gejala dari penyakit ini adalah demam, bersin, pilek, sakit kepala, badan terasa
lesu, tidak nafsu makan, dan timbul ruam yang gatal, radang mata. Setelah
beberapa hari dari gejala tersebut timbul ruam merah yang gatal, bertambah besar,
tersebar ke beberapa bagian tubuh (6).
f. Kusta
Penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium lepra yang
intraselular obligat, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat
menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem endothelial,
mata, otot, tulang, dan testis (6).
Tanda pasti kusta adalah :
1. Kulit dengan bercak putih dan kemerahan dengan mati rasa.
2. Penebalan dalam saraf pusat tepi disertai kelainan berupa mati rasa, dan
kelemahan pada otot, tangan, kaki, dan mata.
3. Pada pemeriksaan kulit Bta+
g. Ketombe (Seboroid)
Penyebab penyakit ini diduga erat kaitannya dengan aktivitas kelenjar sebasea di
kulit (6).
Keterangan : seboroid yang terjadi pada kulit kepala sering disebut juga dengan
nama ketombe (6).
Gejala : merah, bersisik, berminyak, dan bau.
h. Lepra
Gejala : biasanya gejala awalnya kulit terlihat mengkerut bahkan jika penyakit
tersebut sudah akut kumannya perlahan-lahan akan memakan kulit dan daging
anda, jika anda merasa telah terkena penyakit kulit jenis ini segeralah berobat ke

10
dokter karena jika di biarkan penyakit kulit ini dapat menjadi momok yang
menakutkan (6).
i. Cacar air (Frambusia)
Penyakit kulit ini disebabkan oleh jenis virus, bakteri Trypanosoma. Penyakit
kulit ini sangat menular terutama melalui udara, pakaian, tempat tidur.
Keterangan : dari jauh kulit yang terkena Frambusia mirip dengan buah frambus
yang berbintil-bintil ranum (6).
Gejala : bintil, frambus, cacar air.
j. Panu
Panu adalah salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur, penyakit panu
ditandai dengam bercak yang terdapat pada kulit disertai rasa gatal pada saat
berkeringat. Bercak-bercak ini bisa berwarna putih, coklat, atau merah tergantung
warna kulit si penderita. Panu paling banyak dijumpai pada remaja usia belasan
tahun. Cara mencegah penyakit kulit panu dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan kulit, dan dapat diobati dengan obat anti jamur yang di jual di pasaran
dan dapat juga di obati dengan obat-obatan tradisional seperti daun sirih yang di
campur dengan kapur sirih dan dioleskan pada kulit yang terserang panu (6).
k. Infeksi jamur kulit
Jamur dapat tumbuh dipermukaan kita dan menyebabkan kerusakan tekstur kulit
sehingga terlihat buruk. Belum lagi rasa gatal yang sering menyerang menyertai
infeksi jamur tersebut. Jika tidak segera di atasi, jamur kulit dengan cepat
menyebar ke jaringan kulit yang lebih luas (6).

B. Komponen Krim
Secara garis besar krim mempunyai tiga jenis bahan yaitu bahan dasar, bahan
tambahan, dan bahan aktif. Bahan dasar digunakan untuk membuat sediaan dasar. Sediaan
dasar krim adalah berbentuk emulsi. Emulsi terdiri dari fase air, fase minyak, dan
emulgator.

Dasar sediaan krim termasuk dalam sediaan semi padat. Bahan dasar berfungsi untuk
memenuhi karakteristik produk yang diinginkan. Bahan tambahan yang terdapat dalam
sediaan kosmetik termasuk bahan pengawet, bahan pengental, humektan, bahan pewarna,
(7)
bahan pengkelat, bahan pewangi, dan lain sebagainya . Komponen-komponen utama
yang terdapat dalam krim adalah sebagai berikut :

11
Komponen Tipe Bahan Baku

Komponen Fase Minyak 1. Hidrokarbon : squalen, paraffin cair, petrolatum,


paraffin padat, microkristalin wax, dan lain-lain.
2. Lemak dan minyak : minyak olive, minyak
almond, lemak coklat, minyak bunga matahari,
minyak alpukat, trigliserida sintetik, dan lain-lain.
3. Lilin : malam, lanolin carnauba wax, candelila
wax, minyak jojoba, dan lain-lain.
4. Asam lemak : asam stearat, asam oleat, asam
isostearat, asam miristat, asam palmitat, dan lain-
lain.
5. Alkohol rantai panjang : cetanol, steril alkohol,
behenil alkohol, heksadesil alkohol, oktildodesil
alkohol, kolesterol, dan lain-lain.
6. Ester sintesis : gliserin triester, pentaeritriol
tetraester, dan lain-lain.
7. Lain-lain : minyak silikon (dimetil polioksan,
metilfenil polioksan, cyclomethicon), dan lain-
lain.

Komponen Fase Air 1. Humektan : gliserin, propilenglikol, sorbit,


polietilengklikol, dipropilenglikol, 1-3-
butilenglikol, digliserin, manitol, biopolimer, dan
lain-lain.
2. Pengental : pektin, derivat selulosa, xanthan gum,
sodium alginat, karagenan, karboksivinil polimer
dan lain-lain.
3. Alkohol : etanol, isopropil alkohol.
4. Air murni : air penukar ion.

Surfaktan/emulgator 1. Non ionik : gliserin monostearat, sorbitan ester


asam lemak, POE alkil eter, POE POP co-block
kopolimer, dan lain-lain.
2. Anionik : sabun asam lemak, sodium alkilsulfat

12
Lain-lain 1. Pembasah : KOH, NaOH, TEA
2. Parfum
3. Pewarna : pewarna yang diperbolehkan, pigmen
4. Pengkelat : EDTA
5. Pengawet : paraben, asam sorbat, isopropilmetil
fenol
6. Antioksidan : dibutil-hidroksitoluen, vitamin E
7. Pendapar : asam sitrat, sodium sitrat, asam laktat,
sodium laktat

Humektan umumnya digunakan agar produk yang dihasilkan tidak mudah mengering
dan menambah kelembaban kulit. Umumnya dapat bercampur dengan air, contohnya
gliserin, propilenglikol, butilenglikol, sorbitol, dan lain-lain (7).

Bahan pengkelat diperlukan pada formulasi kosmetik agar dapat membentuk


kompleks dengan ion logam yang terdapat dalam sediaan. Bila ion logam terdapat dalam
sediaan kosmetik, secara langsung maupun tidak langsung dapat menurunkan kualitasnya.
Ion logam dapat menyebabkan perubahan bau parfum dan warna, serta dapat mempercepat
oksidasi fase minyak (7).

Surfaktan digunakan untuk memudahkan pembentukkan emulsi dengan tiga


mekanisme, yaitu mengurangi tegangan permukaan, membentuk suatu lapisan antar muka
yang kaku, pembatas mekanik untuk mencegah penggabungan, serta membentuk lapisan
listrik rangkap (penghalang elektrik untuk mendekati partikel-partikel (7).

C. Karakteristik Krim
 Krim merupakan sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair
diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.
 Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak
atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih
ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika (8).
D. Tipe Krim
a. Tipe M/A atau O/W :

13
Bila dioleskan pada kulit akan hilang tanpa bekas. Dalam pembuatannya sering
menggunakan zat pengemulsi campuran dari surfaktan yang umumnya merupakan
alkohol rantai panjang.
b. Tipe A/M atau W/O
Krim berminyak yang mengandung zat pengemulsi A/M seperti adeps lanae, wool
alkohol, atau ester asam lemak dengan atau dari asam lemak dengan logam bervalensi
2 seperti Ca (8).

E. Metode Pembuatan Krim


Krim merupakan suatu tipe emulsi, maka prinsip pembuatannya sama dengan
pembuatan emulsi. Metode yang digunakan antara lain : metode kontinental (gom kering),
metode inggris (gom basah) dan metode botol (9).
Metode kontinental, metode ini dikenal dengan metode 4:2:1 karena untuk 4 bagian
minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom ditambahkan untuk membuat emulsi utama.
Emulgator didispersikan ke dalam fase dimana dia tidak terlarut (fase dalam) dengan
menggerusnya secara hati–hati, kemudian dicampur dengan bagian fase yang lain.
Metode inggris (gom basah), caranya yaitu mucilago gom dibuat dengan
menghaluskan gom arab dengan air dua kali beratnya. Kemudian minyak diemulsikan
kedalamnya sedikit demi sedikit. Cocok untuk membuat emulsi dari minyak–minyak yang
sangat kental.
Metode botol, caranya yaitu satu bagian emulgator (gom arab) kering dimasukan
dalam botol dan tambahkan dua bagian minyak atsiri, kocok hingga tercampur baik.
Kemudian tambahkan dua bagian air sekaligus, kocok hingga terbentuk emulsi.
Tambahkan fase luar, kocok setiap penambahan. Cocok untuk membuat emulsi minyak
yang mudah menguap (minyak atsiri) dan mempunyai viskositas rendah.
Metode peleburan dan pencampuran adalah dengan mencampur zat pengemulsi pada
fase dimana zat tersebut dapat larut, yang larut dalam minyak dilarutkan dalam fase
minyak dan yang larut dalam air dilarutkan dalam fase air. Fase minyak dipanaskan pada
suhu 70 – 75oC diatas titik lebur fase minyak tertinggi. Peleburan dan pencampuran pada
suhu 70 – 75oC, karena pada suhu ini pencampuran fase yang baik sekali dapat terjadi.
Fase air dipanaskan pada suhu yang sama dengan fase minyak, kemudian kedua fase
dicampur. Tambahkan bahan aktif dan bila terdapat parfum dapat ditambahkan setelah
suhu mencapai 40 – 45oC.

14
F. Evaluasi Krim
Beberapa parameter yang digunakan untuk evaluasi krim (10) , yaitu :
1. Uji Organoleptis :
- Ambil sampel, lakukan uji organoleptis
2. Uji Homogenitas :
- Sediaan dioleskan pada sekeping kaca atau alat lain yang cocok untuk
pengamatan
- Amati apakah sediaan homogen atau tidak
3. Uji pH
- Ambil sampel 1 ml, teteskan pada pH universal tersebut, kemudian lihat pH untuk
krim tersebut
4. Uji Tipe Krim :
a. Metode pengenceran fase :
Jika ditambah dengan air akan segera di encerkan maka tipe emulsi M/A. Jika
tidak dapat di encerkan adalah tipe A/M
b. Metode pemberian warna :
 Ditambah dengan sudan III (larut dalam minyak) hasilnya merah,
menunjukkan tipe emulsi A/M
 Ditambah dengan metilen blue (larut dalam air) hasilnya biru, menunjukkan
tipe emulsi M/A
c. Metode pembasahan kertas saring :
Jika emulsi yang diuji diteteskan pada kertas saring, menunjukkan emulsi M/A
apabila dalam waktu singkat menyebar dan membentuk cincin air di sekeliling
tetesan
5. Uji Viskositas
- Pasang spindel no. 2 pada gantungan spindel
- Turunkan spindel sedemikian rupa hingga batas spindel tercelup ke dalam cairan
yang akan diukur viskositasnya
- Pasang stop kontak dan nyalakan
- Biarkan spindel berputar, lihat jarum merah pada skala dan baca angka yang
ditunjukkan pada jarum
- Untuk menghitung viskositas, maka angka pembacaan dikatakan satuan faktor
yang terdapat dalam table (ada pada alat viskometer)

15
- Dengan merubah RPM maka didapat viskositas pada berbagai RPM
G. Stabilitas dan Uji Stabilitas Krim
Kestabilan akan terganggu/rusak, jika sistem campurannya terganggu terutama
disebabkan perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah
satu fase secara berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain (8).
H. Permasalahan Dalam Krim
1. Craking
Yaitu pemisahan fase terdispersi membentuk lapisan yang terpisah. Disebabkan oleh
penambahan emulgator dengan tipe yang berlawanan, penambahan larutan dalam satu
fase yang merusak emulsi, aksi mikroba.
2. Creaming
Creaming adalah proses meningkatnya atau mengendapnya partikel–partikel yang
kurang rapat cenderung keatas atau kebawah permukaan.
Uji terhadap stabilitas pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu uji stabilitas
dipercepat dan uji stabilitas waktu lama. Uji stabilitas waktu lama dilakukan penyimpanan
sediaan selama jangka waktu dan kondisi penyimpanan yang tertentu (suhu, cahaya, udara,
kelembaban). Pada selang waktu tertentu dan pada akhir percobaan dilakukan kontrol
terhadap kandungan dalam sediaan. Percoban ini memakan waktu yang sangat lama.
Umumnya 5 tahun dan seringkali tidak dapat dikenali modus penguraiannya. Dengan
penyimpanan selama setahun, hasil yang diperoleh dapat dikorelasikan terhadap stabilitas
sediaan yang sama selama waktu penyimpanan 5 tahun.
Sejak tahun 1952 telah dilakukan uji stabilitas dipercepat (tes paksaan), khususnya
dilakukan dengan menggunakan perlakuan termik. Peraturan kinetika reaksi dapat
dipergunakan, dimana penguraian dipelajari pada suhu tinggi dan tidak pada suhu kamar.
Pemaparan terhadap cahaya, cahaya menyebabkan perubahan pada produk dan produk
yang terpapar cahaya pada saat pemasaran harus diuji terhadap cahaya.

I. Contoh Sediaan Obat Kutil di Pasaran


- Kutilos
- Callusol
- Swiss Paris
- Collomack

16
J. Kemasan

K. Mekanisme Kerja Zat Aktif :


1. Asam Salisilat adalah obat yang berfungsi sebagai agen keratolitik. Obat ini termasuk
dalam kelas yang sama dengan aspirin (salisilat). Obat ini bekerja dengan cara
melarutkan zat keratin yang menyebabkan terjadinya pengerasan kulit. Dengan
terlarutnya zat keratin, sel-sel kulit akan menjadi lebih mudah untuk dipisahkan dan
secara bertahap akan mengalami penipisan.
2. Asam Laktat adalah obat yang berfungsi sebagai emollient (pelembab). Obat ini
bekerja dengan cara membentuk lapisan berminyak pada permukaan kulit bagian atas
yang akan memerangkap air pada kulit. Dengan terperangkapnya air pada kulit maka
kulit yang kering akan menjadi lebih lembut dan lembab.
3. Polidocanol adalah obat yang berfungsi sebagai anastesi lokal dan anti pruritus.
Penambahan polidocanol dalam sediaan menyebabkan obat ini dapat menghilangkan
rasa gatal yang ditimbulkan oleh kulit yang mengering dan mengeras.
L. Data Praformulasi
Monografi Bahan (11, 12, 13) :
1. Asam Salisilat
Rumus Molekul : C7H6O3
Massa Molar : 138,12 g/mol
Pemerian : hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih,
hampir tidak berbau, rasa agak manis, dan tajam
Kelarutan : larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian ethanol (95%)
P, mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P, larut dalam larutan ammonium
acetat P, dinatrium hidrogen fosfat P, kalium sitrat P dan natrium sitrat P
Inkompatibilitas : bereaksi dengan alkali dan karbonat hydroxids membentuk
garam yang larut dalam air. Inkompatibel dengan larutan besi klorida, memberikan
warna ungu. Dan dengan nitro ether kuat

17
Dosis (USP) : untuk pemakaian topikal 1 - 2% dalam larutan alkohol atau
salep. Sebagai agen antiseptik, antiparasit dan keratolitik 2 - 5% dalam sediaan serbuk
atau salep. Sebagai keratolitik kuat hingga 20%
2. Asam Laktat
Rumus Molekul : C3H6O3
BM : 90,08
Pemerian : cairan kental, tidak berwarna atau agak kuning, tidak berbau
atau berbau lemah, tidak enak, larutan encer berasa asam, higroskopik
Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam eter P
Khasiat : antiseptikum alat pencernaan
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
3. Cera Alba
Pemerian : berupa lembaran atau granul-granul yang tidak berbau,
berwarna putih atau agak kekuningan
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larut dalam CHCL3, eter, dan
minyak menguap
OTT : dengan zat atau bahan yang mengoksidasi
Indikasi : emulgator
Dosis lazim : 1 – 15%
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
4. Vaselin Album
Pemerian : putih atau kekuningan, massa berminyak, transparan dalam
lapisan tipis setelah didinginkan pada suhu 0oC
Kelarutan : tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dingin atau panas
dan dalam etanol mutlak dingin, mudah larut dalam benzen, karbon disulfit, dalam
kloroform, larut dalam heksan dalam sebagian besar minyak lemak dan minyak atsiri
OTT : merupakan bahan inert yang tidak dapat bercampur dengan
banyak bahan
Indikasi : emollient dan basis salep
Dosis Lazim : 10 – 30%
Penyimpanan : ditempat tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk
dan kering
5. BHT
Pemerian : berbentuk kristal padat atau serbuk berwarna putih atau kuning

18
muda dengan bau yang khas
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilenglikol, larutan
hidroksida alkali, dan asam mineral berair. Bebas larut dalam aseton, benzena, etanol
95%, eter, metanol, toluene, minyak tetap, dan minyak tertentu
OTT : BHT bersifat fenol dan mengalami reaksi bau seperti fenol,
tidak stabil dengan bahan oksidasi seperti peroksida dan permanganat. Garam besi
menyebabkan pengotoran dengan kehilangan aktivitas
Indikasi : antioksidan
Dosis Lazim : 0,5 – 1,0%
Penyimpanan : wadah tertutup rapat
6. Nipagin
Pemerian : hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak
berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar
Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam benzen, dan dalam karbon
tetraklorida
pH :3-6
OTT : tidak bercampur dengan surfaktan nonionik, seperti : polisorbat
80, bentonit, magnesium trisilikat, sorbitol, talkum, minyak essensial
Indikasi : bahan pengawet
Dosis Lazim : 0,12 – 0,18%
Penyimpanan : wadah tertutup rapat
7. Nipasol
Pemerian : serbuk berwarna putih, berbentuk kristal, tidak berbau, tidak
berasa
Kelarutan : mudah larut dalam etanol 50%, sukar larut dalam gliserin,
mudah larut dalam propilenglikol, sukar larut dalam air
OTT : dengan beberapa surfaktan nonionik, magnesium aluminium
silikat, magnesium trisilikat
Indikasi : bahan pengawet
Dosis Lazim : 0,01 – 0,05%
Penyimpanan : wadah tertutup rapat
8. TEA
Pemerian : cairan tidak berwarna atau berwarna kuning pucat, jernih, tidak
berbau, hampir tidak berbau, higroskopis

19
Kelarutan : dapat bercampur dengan air dan etanol (95%) p, sukar larut
dalam eter p
pH :8
OTT : dengan asam membentuk garam dan ester, dengan tembaga
membentuk garam kompleks, dengan garam-garam logam berat menyebabkan
hilangnya warna dan pengendapan
Indikasi : sebagai humektan
Dosis Lazim : 2 – 4%
Cara Pemakaian : dikombinasi dengan asam lemak bebas membentuk sabun
untuk digunakan sebagai emulgator, pH netral 8 dalam bentuk sabun tidak
menyebabkan iritasi. Sabun ini membentuk emulsi yang sangat stabil untuk hampir
semua minyak, lemak, atau malam untuk pemakaian luar
Penyimpanan : wadah tertutup rapat dan kontak langsung dengan logam
9. Aquadest
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai
rasa
Kelarutan : dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya
pH : stabil secara fisika dan kimia
OTT : dapat bereaksi dengan obat atau bahan yang rentan terhadap
hidrolisis. Dapat bereaksi dengan logam alkali (kalsium oksida dan magnesium
oksida, garam anhidrat, bahan organik tertentu)
Indikasi : pelarut untuk pembuatan obat-obatan dan sediaan farmasi,
tidak cocok untuk parenteral
Penyimpanan : dengan tujuan spesifik, harus disimpan dalam wadah tertutup
atau yang tepat

20
BAB III

PEMBAHASAN

A. Formulasi
Jumlah (%)
Komponen Bahan Karakteristik Formula 1 Formula 2 Formula 3
Bahan
Bahan Aktif 1. Asam Organoleptis : 6 3 2
Salisilat hablur ringan, tidak
berwarna atau
serbuk putih,
hampir tidak
berbau, rasa agak
manis, tajam.
Indikasi :
Pengobatan topical
eratolitik,
pengobatan
hiperkeratotik,
pengobatan
ketombe, ichtiosis,
psoriasis, dan anti
acne
Dosis Lazim :
2 – 6%

21
2. Asam Pemerian : - - 0,5
Laktat Cairan kental, tidak
berwarna, atau agak
kuning, tidak
berbau atau berbau
lemah, tidak enak,
larutan encer berasa
asam, higroskopik
Indikasi :
Berfungsi sebagai
emollient atau
pelembab. Obat ini
bekerja dengan cara
membentuk lapisan
berminyak pada
permukaan kulit
bagian atas yang
akan memerangkap
air pada kulit.
Dengan
terperangkapnya air
pada kulit maka
kulit yang kering
akan menjadi lebih
lembut dan lembab.
3. Indikasi : - - 0,2
Polidocanol Obat yang
berfungsi sebagai
anastesi lokal dan
antipruritus.
Penambahan
polidocanol dalam
sediaan
menyebabkan obat
ini dapat
menghilangkan rasa

22
gatal yang
ditimbulkan oleh
kulit yang
mengering dan
mengeras.
Basis Krim 1. Cera Alba Pemerian : - - 10
Berupa lembaran
atau granul-granul
yang tidak berbau,
berwarna putih atau
agak kekuningan
Indikasi :
Emulgator
Dosis Lazim :
1 – 15%
2. Vaselin Pemerian : - - 10
Album Putih atau
kekuningan, massa
berminyak,
transparan dalam
lapisan tipis setelah
didinginkan pada
suhu 0oC
Indikasi :
Emollient dan basis
salep
Dosis Lazim :
10 – 30%
Antioksidan BHT Pemerian : - - 0,5
Berbentuk kristal
padat atau serbuk
berwarna putih atau
kuning muda
dengan bau yang
khas
Indikasi :

23
Antioksidan
Dosis Lazim :
0,5 – 1,0%
Bahan 1. Nipasol Pemerian : 0,05 0,05 0,05
Pengawet Serbuk berwarna
putih, berbentuk
kristal, tidak
berbau, tidak berasa
Indikasi :
Bahan Pengawet
Dosis Lazim :
0,01 – 0,05%
2 Nipagin Pemerian : 0,1 0,1 0,15
Hablur kecil, tidak
berwarna atau
serbuk hablur,
putih, tidak berbau
atau berbau khas
lemah, mempunyai
sedikit rasa terbakar
Indikasi :
Bahan Pengawet
Dosis Lazim :
0,12 – 0,18%
Emulgator TEA Pemerian : 1 - 4
Cairan tidak
berwarna atau
berwarna kuning
pucat, jernih, tidak
berbau, hampir
tidak berbau,
higroskopis
Indikasi :
Humektan
Dosis Lazim :
2 – 4%

24
Emulsifying 1. Asam Pemerian : 15 15 -
Agent Stearat Kristal padat, putih
atau kekuningan,
atau serbuk putih
kekuningan
Indikasi :
Emulgator, pelarut,
surfaktan nonionik
atau anionik
Dosis Lazim :
1 – 20%
2. Cetyl Pemerian : 0,5 1 -
Alkohol Bentuk seperti lilin,
serpihan putih,
granul, tidak
memiliki bau yang
kuat
Indikasi :
Emolient dan
emulsifying agent
Dosis Lazim :
2 – 5%
Consolvent Etanol 70% Pemerian : - 3 -
Cairan tak
berwarna, jernih,
mudah menguap,
dan mudah
bergerak, bau khas,
rasa panas, mudah
terbakar dengan
memberikan nyala
biru yang tidak
berasap
Indikasi :
Pelarut
Emolient Olive Oil Pemerian : - 1 -

25
Cairan, kuning
pucat atau kuning
kehijauan, bau
lemah, tidak tengik,
rasa khas pada suhu
rendah sebagian
atau seluruhnya
membeku
Indikasi :
Zat tambahan
Pembasah Gliserin Pemerian : 5 - -
Cairan seperti
sirup; jernih; tidak
berwarna; tidak
berbau; manis
diikuti rasa hangat.
Higroskopis. Jika
disimpan beberapa
lama pada suhu
rendah dapat
memadat
membentuk masa
hablur tidak
berwarna dan tidak
melebur hingga
suhu mencapai
lebih kurang 20oC.
Indikasi :
Zat tambahan
(pelembab)
Pembawa Aquadest Pemerian : Ad 10 Ad 10 Ad 10
Cairan jernih, tidak
berwarna, tidak
berbau, tidak
mempunyai rasa.
Indikasi :

26
Pelarut untuk
pembuatan obat-
obatan dan sediaan
farmasi, tidak
cocok untuk
parenteral.
Karakteristik - - Krim yang Krim yang Krim yang
dihasilkan dihasilkan dihasilkan
berwarna berwarna berwarna
putih, bau putih, tidak putih, tidak
sedikit berbau, berbau,
tengik, tidak memiliki memiliki
memiliki homogenitas homogenitas
homogenitas yang baik, yang baik,
yang baik, memiliki pH memiliki pH
memiliki pH 4,5 – 6,5 5.
6,73.

Pembahasan kali ini akan di bahan 3 formula untuk penghilang kutil dalam bentuk
sediaan krim dengan kandungan zat aktif yang keseluruhannya sama, hanya zat
tambahannya yang berbeda. Semua formula mempunyai zat aktif yang sama yaitu asam
salisilat yang mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan penyakit kutil/jamur yang
terdapat pada kulit. Asam salisilat pada setiap formula mempunyai konsentrasi yang
berbeda karena zat tambahan dari masing-masing formula tidak sama.
B. Pembahasan Formula 1, 2 (14, 15)
a. Formula 1
1. Komponen bahan :
- Zat Aktif : Asam Salisilat
- Emulsifying Agent : Asam Sterat
- Emulsifying Agent : Cetyl Alkohol
- Bahan Pembasah : Gliserin
- Bahan Emulgator : TEA
- Bahan Pengawet : Nipagin
- Bahan Pengawet : Nipasol
- Bahan Pembawa : Aquadest

27
2. Cara pembuatan :
- Asam salisilat, setil alcohol, asam stearat, gliserin, nipagin, nipasol,
trietanolamin, dan aquadest. Ditimbang masing-masing sesuai dengan
formula yang diajukan.
- Asam stearat dan setil alcohol (fase minyak). Dicampur dalam cawan
porselen, dilebur bersama diatas penangas air pada suhu 700C.
- Menghasilkan leburan fase minyak
- Gliserin, trietanolamin dan akuades (fase air), kemudian ditambahkan
perlahan kedalam fase minyak, dilakukan pengadukan yang konstan.
- Sehingga menghasilkan basis krim.
- Asam salisilat ditambahkan sedikit demi sedikit ke basis, diaduk konstan ad
homogen
- Menghasilkan campuran yang homogen (basis dan zat aktif)
- Nipagin dan nipasol ditambahkan pada campuran setelah suhu 400 C, diaduk
hingga homogen
- Menghasilkan krim asam salisilat
- Dimasukkan kedalam pot, diberi etiket dan brosur dimasukkan kedalam
kemasan sekunder
3. Evaluasi Sediaan :
- Uji organoleptis : tidak berwarna, berbentuk semisolid (lembut), dan sedikit
berbau tengik. Bau tengik ini disebabkan karena konsentrasi pengawet yang
sedikit dan kurang homogen saat pengadukan. Selain itu dapat pula
disebabkan karena suhu tempat penyimpanan yang kurang sejuk sehingga
menyebabkan krim kurang stabil.
- Uji homogenitas : uji homogenitas ini menunjukkan bahwa sediaan krim
yang dibuat tidak homogen, karena masih terlihat ada gelembung-gelembung
air dan udara serta sedikit partikel. Ketidakhomogenan ini terjadi akibat
proses pengadukan yang kurang konstan.
- Uji daya sebar : pada uji daya sebar ini diketahui bahwa krim yang diberikan
beban 1 mg memiliki daya sebar paling rendah. Hal ini dilihat dari kecilnya
penambahan diameter yang terjadi.

28
- Uji daya lekat : dari hasil uji dapat dilihat bahwa krim pada pengujian
pertama memiliki daya lekat paling tinggi. Semakin tinggi daya lekat maka
waktu pelepasan krim dari kaca akan semakin lama.
- Uji pH : Hasil uji menunjukkan bahwa krim yang dibuat memiliki pH 6,73.
Hal ini menunjukkan bahwa sediaan krim yang dibuat dapat diaplikasikan
sebagai sediaan topikal, karena masih dalam rentang pH normal yang sesuai
untuk kulit.
b. Formula 2 :
1. Komponen bahan :
- Zat Aktif : Asam Salisilat
- Emulsifying Agent : Asam Stearat
- Emulsifying Agent : Cetyl Alkohol
- Bahan Pengawet : Nipagin
- Bahan Pengawet : Nipasol
- Emollient : Olive Oil
- Consolvent : Etanol 70%
- Bahan Pembawa : Aquadest
2. Karakteristik Sediaan :
- Krim berwarna putih
- Krim tidak berbau
- Memiliki pH 4,5 – 6,5
- Krim yang dihasilkan homogen
3. Cara Pembuatan :
- Setil alkohol, olive oil, asam stearat ditimbang dan dilebur dicawan ad larut
(Campuran homogen fase 1)
- Air panas, propil, metil paraben. Masukkan beaker glass, dilebur (Campuran
homogen fase 2)
- Etanol + asam salisilat, dilarutkan pada beker gelas
- Campuran homogen etanol + asam salisilat, Masukkan pada campuran fase
2, dilebur ad larut (Campuran homogen fase 3)
- Siapkan mortir panas, Masukkan campuran fase 1 dan fase 3 pada mortir
panas bersamaan
- Aduk perlahan ad membentuk massa krim

29
- Masukkan tube, beri etiket + label, masukkan kemasan, Krim dalam kemasan
4. Evaluasi Sediaan :
- Uji Organoleptis : krim yang dihasilkan berwarna putih, dan tidak berbau
- Uji pH : krim memiliki pH 6
- Uji Viskositas : menggunakan rotor nomor 4 dan viskositasnya adalah 300
cps
- Daya Sebar :
 Replikasi 1 (10 g beban)
 Replikasi 1 (20 g beban)
 Replikasi 1 (50 g beban)
C. Pembahasan Formula 3 (14, 15) :
1. Komponen Bahan :
- Zat Aktif : Asam Salisilat
- Zat Aktif : Polidocanol
- Zat Aktif : Asam Laktat
- Emulgator : TEA
- Basis Krim : Cera Alba
- Basis Krim : Vaselin Album
- Antioksidan : BHT
- Bahan Pengawet : Nipagin
- Bahan Pengawet : Nipasol
- Pembawa : Aquadest
2. Karakteristik Sediaan :
- Krim berwarna putih
- Krim tidak berbau
- Krim yang dihasilkan homogen
- Krim yang dihasilkan memiliki pH 5
3. Cara Pembuatan :
- Panaskan mortir dan stamper yang akan digunakan dengan air panas
- Masukkan asam salisilat, asam laktat, polidocanol ke dalam mortir gerus ad
homogen
- Larutkan nipagin dan nipasol dengan air panas, aduk ad larut didalam beaker glass
setelah itu dimasukkan ke dalam lumpang panas gerus ad homogen

30
- Tambahkan hasil peleburan cera alba, vaselin album, dan BHT ke dalam mortir
dan digerus ad homogen
- Tambahkan TEA, gerus ad homogen
- Lakukan penggerusan ad terbentuk massa krim
- Masukkan ke dalam tube
- Beri etiket, label, dan masukkan ke dalam kemasan
4. Evaluasi Sediaan :
- Uji Organoleptis : Krim yang dihasilkan berwarna putih, tidak berbau, dan
homogen
- Uji pH : sediaan yang dihasilkan memiliki pH 5
- Uji Homogenitas : homogen
- Uji Tipe Krim
Metode pemberian warna :
 Ditambah dengan sudan III (larut dalam minyak) hasilnya merah,
menunjukkan tipe emulsi A/M
 Ditambah dengan metilen blue (larut dalam air) hasilnya biru, menunjukkan
tipe emulsi M/A
Hasil : M/A

31
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
A. Krim kutil secara umum :
1. Karakteristik sediaan krim kutil yang baik secara umum yaitu : krim stabil selama
penyimpanan, homogen, mudah dipakai, dan terdistribusi merata. Krim tidak
memiliki warna dan bau atau memiliki warna dan bau sesuai dengan bahan
aktifnya. pH krim yang baik sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5 – 6,5.
2. Secara garis besar krim mempunyai tiga jenis bahan yaitu bahan dasar, bahan
tambahan, dan bahan aktif. Sediaan dasar krim adalah berbentuk emulsi. Emulsi
terdiri dari fase air, fase minyak, dan emulgator. Bahan tambahan yang terdapat
dalam sediaan kosmetik termasuk bahan pengawet, bahan pengental, humektan,
bahan pewarna, bahan pengkelat, bahan pewangi.
3. Metode yang digunakan dalam pembuatan krim antara lain : metode kontinental
(gom kering), metode inggris (gom basah) dan metode botol.
4. Beberapa parameter yang digunakan untuk evaluasi krim, yaitu : uji organoleptis,
uji homogenitas, uji pH, uji tipe krim, uji viskositas.
B. Formulasi sediaan krim kutilosat :
1. Komponen bahan : asam salisilat 2%, polidocanol 0,2%, asam laktat 0,5%
digunakan sebagai zat aktif. Cera alba 10%, vaselin album 10% digunakan
sebagai basis krim. Butil Hidroksi Toluen (BHT) 4% digunakan sebagai
antioksidan. TEA 4% digunakan sebagai emulgator. Nipagin 0,15% dan nipasol
0,05% digunakan sebagai bahan pengawet. Aquadest ad 10% digunakan sebagai
pembawa.
2. Cara pembuatan : panaskan mortir dan stamper yang akan digunakan dengan air
panas. Masukkan asam salisilat, asam laktat, polidocanol ke dalam mortir gerus
ad homogen. Larutkan nipagin dan nipasol dengan air panas, aduk ad larut didalam
beaker glass setelah itu dimasukkan ke dalam lumpang panas gerus ad homogen.
Tambahkan hasil peleburan cera alba, vaselin album, dan BHT ke dalam mortir
dan digerus ad homogen. Tambahkan TEA, gerus ad homogen. Lakukan
penggerusan ad terbentuk massa krim. Masukkan ke dalam tube. Beri etiket, label,

32
dan masukkan ke dalam kemasan.
3. Evaluasi sediaan : uji organoleptis, uji pH, uji homogenisitas, uji tipe krim.
4. Karakteristik sediaan : krim berwarna putih, tidak berbau, krim yang dihasilkan
homogen, memiliki pH 5.
B. Saran
Dalam makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam
penulisan, maupun redaksional kata.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran terhadap makalah ini. Adapun untuk
bagian terakhir dari laporan ini adalah daftar pustaka.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Wilkison JB, Moore RJ. 1982. Skin Care. Harry’s cosmeticology. Edisi VII, London :
George Godwin, hal : 62 – 5, 262 – 4, 640 – 52, 642.
2. Handoko, RP. Penyakit virus dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. Djuanda A,
Edisi keempat, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, p 110 – 18.
3. Pohan SS Sukaanto, Narakbah J, et al. Veruka vulgaris dalam Atlas Penyakit Kulit dan
Kelamin, Edisi ketiga, Bag/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNAIR,
Surabaya, 2007, p 20 – 21.
4. Brown RG, Burns T. Veruka vulgaris. Lecture Notes Dermatologi. Edisi kedelapan,
Jakarta : Erlangga, 2005, p 19 – 31.
5. Wolff K, Goldsmith LA, Kats SI, et al. Warts. Fitspatrick’s dermatology in general
medicine, 7th edition New York : Mc Graw – Hill Book Co, 2008 : 1913 – 23..
6. Mitsui T. 1997. New cosmetics silence. Amsterdam : Elsevier, hal : 134 – 8.
7. Mitsui T. 1997. New cosmetics silence. Amsterdam : Elsevier, hal : 3 - 8, 21 – 24, 121 –
197, 341 – 351.
8. Maryani, S.Si., Apt., dkk. Ilmu resep. Jilid 1. Pilar Media : Jakarta, hal 68 – 71.
9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Badan POM : Jakarta, hal : 22 – 23,
351.
10. Modul Praktikum Farmasetik Sediaan Semi Solid & Liquid, 2011. ISTN. Jakarta.
11. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta
12. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI : Jakarta
13. Ansel, C. H. 1989. Pengantar Bentuk dan Sediaan Farmasi. Edisi keempat. UI Press :
Jakarta, hal : 378 – 379.
14. Anief, Moh. 2005. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
15. Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM Press: Yogyakarta.

34

Anda mungkin juga menyukai