Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KIMIA FARMASI ANALISIS

ANALISIS KUANTITATIF VITAMIN C

OLEH :
KELOMPOK IV

SYARI TILA ANUGRAH

(F1F113013)

ZAKIAH TANJUNG

(F1F113025)

GEBI SANGRA PRATIWI

(F1F114006)

MEILLY WIJAH ASTUTI

(F1F114028)

OKTARIA ARDIANA

(F1F114040)

NADYA SEPTIANTY

(F1F115040)

PUJI SRI LESTARI

(F1F115011)

YOAN YULISTA HARTIVA

(F1F115023)

FITRI KURNIATI

(F1F115027)

LEA PUSVITA

(F1F115045)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKHNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2016
1

DAFTAR ISI
Daftar Isi .......................................................................................................................

BAB I
Latar Belakang ............................................................................................................

BAB II
Pembahasan ....................................................................................................................

BAB III
Kesimpulan
11

...........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

12

LAMPIRAN.................................................................................................................... 13

BAB I
LATAR BELAKANG
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita
yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin
manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan
kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh
kita.
Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan manfaat
kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu penyakit.
Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan
maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya tidak dapat
digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis. Di
samping itu, asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan
metabolisme pada tubuh.
Dalam penentuan apakah makanan itu mengandung vitamin apa tidak, diperlukan suatu
pengujian agar dapat mengetahui kadar vitamin yang ada. Untuk mengetahui adanya suatu
vitamin dalam suatu bahan diperlukan suatu analisa baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Dengan mengetahui kadar vitamin yang ada dalam bahan pangan, maka kita dapat mengetahui
kadar vitamin yang diperlukan oleh tubuh kita agar tidak terjadi kekurangan vitamin yang
dapat mengganggu kesehatan tubuh kita. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas
analisis mengenai vitamin C dengan metode kuantitatif.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Analisa Kuantitatif


Analisa kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui/ menetapkan

kadar suatu zat (Svehla, 1985). Volumetri merupakan suatu cara analisis kuantitatif dan reaksi
kimia. Pada analisis ini zat yang akan ditentukan kadarnya direaksikan dengan zat lainnya
telah diketahui konsentrasinya sampai tercapai suatu titik ekuivalensi hingga kepekatan zat
yang kita cari dapat dihitung. Larutan yang kita ketahui konsentraasinya dengan teliti disebut
larutan standar. Larutan ini biasanya diteteskan dari buret ke dalam erlenmeyer yang
mengandung reaksinya selesai. Proses ini dinamakan titrasi. Titik dimana terjadi perubahan
karena indikator disebut titik titrasi. Titik ini seharusnya jatuh pada titik yang bersamaan,
tetapi hal ini sulit karena kesulitan dalam mencari indikator yang pH intervalnya mendekati pH
ekuivalen. Perbedaan antara titik ekuivalen dengan titik titrasi disebut kesalahan titrasi (Day
dan Underwood, 2002).
Analisis kuantitatif adalah analisis yang selain mengidentifikasi unsur juga
mengidentifikasi kadar absolut atau relatif dari suatu elemen atau spesies yang ada di dalam
sampel. Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya suatu zat tertentu yang
ada dalam sampel.
2.2

Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat merupakan senyawa organik derivat heksosa yang

mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul C 6H8O6, titik cairnya 190-192oC,
bersifat larut dalam air, sedikit larut dalam aseton dan alkohol yang mempunyai berat molekul
rendah, dengan logam membentuk garam, tidak larut dalam lemak, mudah teroksidasi dalam
keadaan larutan, terutama pada kondisi basa, ada katalisator Fe dan Cu, enzim askorbat
oksidase, sinar serta suhu tinggi, peka terhadap panas, stabil dalam kondisi asam (pH rendah)
dan kondisi kristal kering, berbentuk kristal warna putih, reduktor kuat, rasanya masam,
mudah teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat tetapi mudah tereduksi menjadi asam
askorbat kembali, dan tidak berbau.
Vitamin C adalah zat gizi esensial dalam diet, tetapi mudah direduksi atau dihancurkan
oleh panas dan oksigen selama pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan makanan.
4

FDA (Food and Drug Administration) di Amerika Serikat meminta kandungan vitamin C agar
dicantumkan dalam label pangan di setiap produk makanan maupun minuman. Ketidakstabilan
vitamin C menjadi kendala yang menyulitkan dalam memastikan akurasi kandungan vitamin C
yang tercantum dalam label pangan (Nielsen 2010).
Vitamin C adalah vitamin yang tergolong sebagai vitamin larut air. Sumber Vitamin C
sebagian besar berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan, terutama buah-buahan segar.
Asupan gizi rata-rata sehari sekitar 30 sampai 100 mg vitamin C yang dianjurkan untuk orang
dewasa. Namun, terdapat variasi kebutuhan pada individu yang berbeda. Kebutuhan vitamin C
sesuai AKG 2004 pada anak-anak 400-450 mg/hari, pada pria 500- 900mg/hari, pada
wanita500-750mg/hari, sedangkan pada ibu hamil diperlukan tambahan 100mg/hari dari
kebutuhannya (Sweetman 2005).
Vitamin C bersama dengan vitamin E berperan sebagai antioksidan. Beberapa zat dalam
makanan akan mengalami kerusakan apabila teroksidasi. Pencegahan kerusakan akibat
oksidasi tersebut dapat dilakukan dengan menambahkan antioksidan. Suatu antioksidan adalah
zat yang dapat melindungi zat lain dari oksidasi dengan membiarkan dirinya sendiri yang
teroksidasi. Vitamin C, karena memiliki daya antioksidan, sering ditambahkan pada makanan
untuk mencegah perubahan oksidatif (William and Caliendo 1984).
Fungsi utama lainnya dari vitamin C berkaitan dengan sintesis kolagen. Kolagen adalah
sejenis protein yang merupakan salah satu komponen utama dari jaringan ikat, tulang-tulang
rawan, matriks tulang, dentin, lapisan endotelium pembuluh darah dan lain-lain. Vitamin C ini
bertindak sebagai ko-enzim atau ko-faktor pada proses hidroksilasi, baik secara aktif maupun
sebagai zat reduktor. Vitamin C sangat esensial dalam proses hidroksilasi proline dan lisin,
yakni dua jenis asam amino yang merupakan komponen utama dari kolagen. Vitamin C juga
berperan dalam proses penyembuhan luka (William and Caliendo 1984).
Asam askorbat sangat penting peranannya dalam proses hidroksilasi dua asam amino
prolin dan lisin menjadi hidroksi prolin dan hidroksilisin. Kedua senyawa ini merupakan
komponen kalogen yang penting. Penjagaan agar fungsi itu tetap mantap banyak di pengaruhi
oleh cukup tidaknya kandungan vitamin C dalam tubuh. Perananya adalah daya proses
penyembuhan luka serta daya tahan tubuh melawan infeksi dan stress (Sweetman 2005).

Kekurangan asupan vitamin C dapat menyebabkan skorbut. Dalam kasus-kasus skorbut


spontan, biasanya terjadi gigi mudah tanggal, gingivitis, dan anemia, yang mungkin
disebabkan oleh adanya fungsi spesifik asam askorbat dalam sintesis hemoglobin. Skorbut
dikaitkan dengan gangguan sintesis kolagen yang manifestasinya berupa luka yang sulit
sembuh, gangguan pembentukan gigi, dan robeknya pembuluh darah kapiler. Sementara
kelebihan vitamin C dapat menyebabkan diare. Bila kelebihan vitamin C akibat penggunaan
suplemen dalam jangka waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan batu ginjal.
2.3 Analisis Kuantitatif Vitamin C
Analisis kuantitatif dari vitamin C dapat dilakukan dengan beberapa metode,
diantaranya:
1.

Metode iodimetri
Dasar dari metode ini adalah sifat mereduksi asam askorbat. Metode iodometri (titrasi
langsung dengan larutan baku 0,1 N) dapat digunakan terhadap asam askorbat murni
atau larutannya. Prosedur penetapan kadar vitamin C secara iodometri: Sekitar 400 mg
asam askorbat yang ditimbang seksama dilarutkan dalam campuran yang terdiri atas 100
mL air bebas oksigen dan 25 mL asam sulfat encer. Larutan dititrasi dengan iodium 0,1
N menggunakan indikator kanji sampai terbentuk warna biru.

2. Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP)


Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP) ini berdasarkan atas sifat mereduksi asam
askorbat terhadap zat warna 2,6-diklorofenolindofenol membentuk larutan yang tidak
berwarna. Pada titik akhir titrasi, kelebihan zat warna yang tidak tereduksi akan
berwarna merah muda dalam larutan asam. Metode ini tidak spesifik karena beberapa
senyawa mereduksi lainnya dapat mengganggu penetapan. Senyawa pengganggu
tersebut adalah senyawa sulfhidril, tiosulfat, riboflavin dll.
3. Metode kolorimetri 4-metoksi-2-nitroanilin
Sebanyak 2 mL pereaksi 4-metoksi-2-nitroanilin ditambah 2 mL natrium nitrit 0,2%
diaduk hingga warna jingga hilang lalu ditambah 75 mL n-butil alcohol dan dicampur.
Larutan ini selanjutnya ditambah 0,5-2mg asam askorbat 0,5% dan dipindahkan ke
dalam corong pemisah. Selanjutnya larutan ditambah 25 mL natrium hidroksida 10%
dan 150 mL dietil eter. Lapisan organic dicuci tiga kali dengan 15 mL natrium hidroksida
10%. Lapisan air dan cairan hasil cucian dengan air diencerkan dengan air hingga 200
mL. absorbansi larutan diukur terhadap blangko pada 570 nm.
6

4. Metode spektrofotometri
Asam askorbat dalam larutan air netral menunjukkan absorbansi maksimum pada 264
nm. Panjang gelombang maksimum ini akan bergeser oleh adanya asam mineral. Asam
askorbat dalam asam sulfat 0,01 N memiliki panjang gelombang maksimal 245 nm.
5. Metode spektrofluorometri
Metode ini digunakan untuk analisis kuantitatif vitamin C yang linier pada kisaran
konsentrasi asam askorbat 9,0 x 10-8sampai 3,6 x 10-8. Suatu hubungan linier diperoleh
antara penurunan intensitas fluoroensi MB dan konsentrasi AA pada kisaran 3,0 x 107 sampai 6,0 x 10-6 . batas deteksi metode ini 2,5 x 10-7 m. metode ini telah sukses
digunakan untuk menetapkan kadar vitamin C dalam tablet suplemen vitamin.
6. Metode kromatografi
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) telah dikembangkan untuk penentuan
asam askorbat dalam minimum ringan dan jus apel menggunakan tris 2,2-bipiridin
ruthenium II. Sampel disaring dan diencerkan sebelum dilakukan analisis dengan KCKT
dan tidak ada pra-perlakuan lain yang dilakukan. Pemisajhan asam askorbat
menggunakan kolom oktadesil silan (ODS, C18) menggunakan fase gerak larutan buffer
NaH2PO4-K2HPO4 (pH 6,5). Aliran fase gerak 0,3 mL/menit. Asam askorbat yang
terelusi dicampur dengan (Ru(bpy)32+ 0,5 mM dan diosidasi pada 1,5 V (dengan
elektroda Ag/AgCl).
2.4

Contoh Pengujian Analisis Kuantitatif Vitamin C

Analisis Kuantitatif dengan metode iodimetri :

Judul Jurnal: PENETAPAN KADAR VITAMIN C PADA JERAMI NANGKA

(Artocarpus heterpophyllus L.) (Jurnal Farmasi Sains dan Praktis, Vol. II(1) : 1-5 )
Metode preparasi:
1. Pengumpulan serta penyiapan bahan dan alat
2. Uji Kualitatif
Masukan 10 tetes filtrat jerami nangka, kedalam tabung reaksi. Tambahkan 30 tetes
pereaksi benedict, lalu panaskan diatas lampu spriritus. setelah dipanaskan selama kurang

lebih 1 menit, muncul adanya endapan yang terbentuk warna hijau, kekuningan ad merah.
Hal ini membuktikan adanya kandungan vitamin C pada jerami nangka.
3. Pembuatan Indikator Kanji
Timbang kanji seberat 1,00 gram, lalu didihkan aquadest sebanyak 100 ml. Masukan kanji
kedalam beaker glass, lalu tambahkan aquadest mendidih 100 ml diamkan ad dingin.
4. Pembuatan larutan baku iodium
Timbang iodium sebanyak 3,175 gram dan kalium iodida 10 gram. Lalu masukan kalium
iodida 10 gram kedalam labu takar 250 ml, tambahkan iodium dan aquadest sedikit demi
sedikit. Lalu tambahkan 3 tetes HCL P, kemudian di ad kan dengan aquadest 250 ml.
Simpan dalam botol berwarna coklat daan bersumbat kaca.
5. Pembakuan larutan Iodium 0,1 N Timbang 150 mg arsen trioksida P, larutkan dalam 20 ml
NaOH 1 N. kemudian diencerkan dengan 40 ml aquadest, tambahkan 2 tetes jingga metil
dan 2,00 gram NaHCO3 P lalu encerkan dengan 50 ml aquadest dan 3 ml larutan kanji.
Kemudian tirasi dengan larutan iodium ad terjadi biru mantap, lalu hitung normalitas
larutan. Dengan rumus :
Perhitungan :
Normalitas = MgAs2O3 x Valensi
ml Iodium x BM As2O
6. Penetapan Kadar Vitamin C
Timbang 10,00 gram jerami nangka lalu haluskan dengan blender. Masukan dalam labu
takar 50 ml, tambahkan aquadest ad 50 ml. Saring dengan dengan corong menggunakan
kertas saring untuk memisahkan filtratnya. Kamudian ambil 5 ml filtrat dengan
menggunakan pipet volume, masukan dalam Erlenmeyer 125 ml, tambahkan 2 tetes larutan
amilum dan 20 ml aquadest. Sampel dititrasi dengan larutan iodium 0,1 N dengan
menggunakan indicator kanji ad terjadi perubahan warna menjadi biru mantap.

Analisis Kualitatif:
Sebelum ditetapkan kadarnya, dilakukan Uji kualitatif terlebih dahulu untuk

mengetahui ada atau tidaknya vitamin C yang terkandung dalam jerami nangka tersebut. Hasil
Uji kualitatif dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Uji Kualitatif
Nama Uji
Vitamin C

Pereaksi
Benedict

Reaksi Positif
Endapan merah

Hasil Pengamatan
Endapan merah

bata

bata

Hasil Uji
+

Keterangan :
(+) = Mengandung vitamin C
(-) = Tidak mengandung vitamin C

Analisis Kuantitatif:
Setelah dilakukan Uji Kualitatif untuk mengetahui ada atau tidaknya vitamin C yang

terkandung dalam jerami nangka. Berdasarkan uji kualitatif yang dilakukan, menunjukan
adanya kandungan vitamin C dalam jerami nangka. Setelah itu dilakukan Uji Kuantitatif
dengan metode Iodimetri untuk mengetahui kadar vitamin C pada Jerami Nangka.
Pembakuan iodium dilakukan sebanyak 3 kali replikasi. Tujuan dilakukan pembakuan
adalah untuk menyamakan larutan yang

digunakan untuk titrasi dengan standar larutan

baku. Hasil dari rata-rata titrasi didapat 33,83 ml dan normalitasnya 0,089 N.
Dasar dari metode Iodimetri adalah bersifat mereduksi vitamin C (asam askorbat).
Asam askorbat merupakan zat pereduksi yang kuat dan secara sederhana dapat dititrasi
dengan larutan baku iodium. Metode iodimetri (titrasi langsung dengan larutan baku idoium
0,1 N) dapat digunakan pada asam askorbat murni atau larutannya, karena dalam jerami nangka
kadar vitamin C yang terdapat dalam sampel dapat ditetapkan kadarnya dengan metode
iodimetri. Metode Iodimetri yang digunakan dalam penetapan kadar vitamin C dalam
jerami nangka ini merupakan suatu metode yang memiliki ketepatan yang baik karena
dihasilkan jumlah titran yang hampir sama banyak pada setiap seri pengukurannya.
Perhitungan menentukan kadar vitamin C:
Kadar Vitamin C = VI2 x N I2 x 8,808 x 100 %
mg sampel x 0,1
Penetapan kadar vitamin C dengan metode iodimetri ini merupakan reaksi reduksioksidasi (redoks). Dalam hal ini vitamin C bertindak sebagai zat pereduksi (reduktor) dan I2
sebagai zat pengosidasi (oksidator). Dalam reaksi ini terjadi transfer elektron dari pasangan
pereduksi

ke

pasangan

pengoksidasi.

Asam

askorbat

dioksidasi

menjadi

asam

dehidroaskorbat, sedang iodium direduksi menjadi iodida. I2 (kelebihan) + Indikator Kanji


menjadi Biru Terbentuk kompleks warna biru dari kanji dan I2 yang berlebihan.

Hasil percobaan penetapan kadar vitamin C pada jerami nangka adalah 0,021 % b/b
atau 0,0021 mg/10 gram. Dari hasil ini terjadi perbedaan yang cukup banyak dengan hasil
penelitian yang sudah ada, yaitu penetapan kadar vitamin C yang terdapat dalam daging buah
nangka 7 mg/100 gram dan biji nangka 10 mg/100 gram, sehingga kadar vitamin C pada
jerami nangka lebih kecil dari kadar buah nangka dan biji nangka. Ini dikarenakan perbedaan
berat sampel yang digunakan, pada penelitian ini sampel yang digunakan hanya 10 gram
sedangkan pada penelitian sebelumnya 100 gram. Sehingga memungkinkan hasil kadar yang
diperoleh sangat sedikit, selain itu bisa saja metode yang digunakan kurang tepat sehingga
menghasilkan kadar yang diperoleh sedikit. Hasil kadar yang diperoleh pada penelitian ini
0,021 % b/b atau 0,0021 mg/10 gram tidak sebanding dengan kebutuhan asupan vitamin C per
harinya yang telah ditetapkan oleh Recommended Daily Allowance (RDA) untuk remaja usia
11-14 tahun adalah 50 mg/ hari dan usia 15-18 tahun 60 mg/hari.
Metode iodimetri tidak efektif untuk mengukur kandungan vitamin C dalam bahan
pangan, karena adanya komponen lain selain vitamin C yang juga bersifat pereduksi.
Senyawa- senyawa tersebut mempunyai titik akhir yang sama dengan warna titik akhir titrasi
vitamin C dengan iodin. Sehingga pada penelitian ini bisa disarankan dengan menggunkan
yang lain, seperti : metode 2,6-diklorofenol indofenol karena zat pereduksi lain tidak
mengganggu penetapan kadar vitamin C. Reaksinya berjalan kuantitatif dan praktis spesifik
untuk larutan asam askorbat pada pH 1-3,5. Selain itu bisa menggunakan metode
spektofotometri Ultraviolet, metode ini berdasarkan kemampuan vitamin C yang terlarut.

Kesimpulan Percobaan :
Kadar vitamin C pada jerami nangka sebesar 0,021 % b/b atau 0,0021 mg/10 gram.

10

BAB III
KESIMPULAN
Analisa kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui/ menetapkan
kadar suatu zat. Analisa kuantitatif pada vitamin C dapat dilakukan dengan Metode iodimetri,
Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP), Metode kolorimetri 4-metoksi-2-nitroanilin, Metode
spektrofotometri, Metode spektrofluorometri dan Metode kromatografi.

11

DAFTAR PUSTAKA

Day, R. A. dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.


Nielsen, Suzanne S. 2010. Food Analysis Laboratory Manual Second Edition. New York :
Springer.
Siti, Nurjanah., Anita Agustina, Rahmi Nurhaini. 2016. Penetapan Kadar Vitamin C Pada
Jerami Nangka (Artocarpus heterpophyllus L.). Jurnal Farmasi Sains dan Praktis.
Vol. II(1) : 1-5.
Svehla, G. 1985. VOGEL : Buku Teks Analisis Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian 1.
Jakarta : Kalman Media Pustaka
Sweetman SC. 2005. Martindale: The Complete Drug Reference, 34 th ed. London, UK :
Pharmaceutical Press.
William E.R., Caliendo M.A. 1984. Nutrion : principles, Issues, an Applications. New York:
McGraw-Hill Book Company.

12

LAMPIRAN

13

14

15

16

17

Anda mungkin juga menyukai