Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap orang ingin memiliki tubuh yang sehat, bentuk tubuh serta berat badan
yang ideal. Penampilan merupakan suatu hal yang sering kali mendapat perhatian khusus,
dan setiap remaja berusaha agar penampilannya terlihat sempurna di lingkungan
sosialnya. Pada umumnya remaja melakukan diet, berolahraga, melakukan perawatan
tubuh, mengonsumsi obat pelangsing dan lain-lain untuk mendapatkan berat badan yang
ideal ( Decey & Kenny dalam Andea, 2010). Diet yang sering ditempuh remaja hanya
memikirkan bagaimana cepat menjadi kurus dan mudah tanpa melihat akibat yang akan
di timbulkan oleh diet yang dilakukan. Artinya, mereka melakukan diet bukan untuk
kesehatan, melainkan hanya demi mendapatkan penampilan yang menarik dan
memperoleh tubuh yang kurus. Keinginan untuk memperoleh tubuh yang kurus melalui
diet, akhirnya tidak tercapai bahkan menimbulkan masalah yang lebih serius sehingga
terjadi gangguan fisik dan gangguan pola makan.
Presepsi body image yang salah akan berimbas pada pencapaian status gizi
remaja. Saat ini di Indonesia menurut data Riskesdas 2010 prevalensi nasional remaja
usia 13-15 tahun yang memiliki status gizi kurus sebesar 10,1% dan remaja usia 16-18
tahun sebesar 8,9%. Permasalahan gizi pada remaja-remaja putri harus segera ditangani
karena remaja putri merupakan calon ibu yang akan melahirkan genarasi masa depan.
Jika status gizi sejak remaja baik maka kelak ketika dewasa dan melahirkan akan
melahirkan generasi penerus yang berkualitas.
Body image akan menghambat remaja dalam mengkonsumsi makanan atau
membatasi asupan makanan yang masuk kedalam tubuh. Padahal pada masa remaja
adalah masa yang memiliki peran penting remaja dalam proses pertumbuhan, terutama
dalam hal mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi agar membantu proses
pertumbuhan menjadi optimal.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Wal(2011) di Saint Louis University, USA
kepada 2409 remaja perempuan di dapatkan data bahwa pola perilaku mengontrol berat
badan yang tidak sehat yang banyak dilakukan adalah 46,6% remaja perempuan sengaja
melewatkan makan(pagi,siang atau malam), 16% remaja perempuan berpuasa untuk
menguruskan badan, 12,9% remaja perempuan membatasi atau menolak satu jenis
makanan atau lebih untuk diet yang ketat, 8,9% remaja perempuan menggunakan pil-pil
diet atau pil-pil pengurus badan, 6,6% remaja perempuan memuntahkan makanan dengan
paksa (Wal 2011).
Diet tidak sehat yang dilakukan oleh remaja bukanlah hal yang dapat disepelekan.
Saat remaja adalah saat ketika tubuh seseorang sedang berkembang pesat dan sudah
seharusnya mendapatkan komponen nutrisi penting yang dibutuhkan untuk berkembang.
Kebiasaan diet tidak sehat pada remaja dapat membatasi asupan nutrisi yang mereka
butuhkan agar tubuh dapat tumbuh. Selain itu diet tidak sehat pada remaja juga dapat
menjadi sebuah titik awal berkembangnya gangguan pola makan. Beberapa penelitian
lain juga mengatakan bahwa seorang remaja yang melakukan diet tidak sehat kemudian
menghentikan dietnya dapat menjadi overeater (perilaku makan berlebihan) pada
tahuntahun berikutnya (Hill, Oliver & Rogers dalam Elga, 2007).
Penurunan berat badan yang tidak sehat dan terlalu ekstrim berisiko menimbulkan
gangguan kebiasaan makan dan berkembang menjadi perilaku menyimpang. Dampak lain
dari diet penurunan berat badan yang negative yaitu lemah konsentrasi, gangguan tidur,
gangguan periode menstruasi, gangguan pertumbuhan fisik,dan akan meningkatkan
resiko seseorang dalam mengonsumsi alkohol, rokok, dan obat-obatan (French et.al
1995).
Positive body image yang dimiliki oleh remaja maka semakin sehat perilaku diet
yang dilakukan. Demikian pula sebaliknya, semakin negative body image yang dimiliki
oleh remaja maka semakin tidak sehat perilaku diet yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Papalia(2009), yang mengatakan bahwa keperdulian terhadap body image atau
citra tubuh yang ideal dapat mengarah kepada usaha obsesif untuk mengendalikan berat
badan. Sehingga remaja pun melakukan berbagai cara mengontrol berat badannya agar
mendapatkan citra tubuh yang ideal dan terlihat menarik.
Remaja yang memiliki body image positif akan merasa puas dengan tubuhnya,
merasa bentuk tubuh dan berat badannya ideal. Perilaku sehat yang dapat diasosiasikan
dengan diet seperti pengurangan kalori, memperbanyak olah raga, memperbanyak olah
raga, memperbanyak makan buah dan sayur, mengurangi asupan lemak, mengonsumsi
makan-makanan rendah kalori (French, Perry, Leon,& Fulkerson dalam Elga 2007). Diet
sehat ini dapat membuat seseorang memiliki tubuh ideal tanpa mendatangkan efek
samping yang berbahaya bagi tubuh.
Jadi faktor pendorong remaja melakukan diet tidak sehat adalah berasal dari
konsep diri tubuh ideal yang tidak realistis pada diri remaja, memiliki kecemasan yang
berlebih akan tubuh yang gemuk, menimbulkan persepsi yang negative dan memotivasi
remaja dalam melakukan diet tidak sehat. Masuknya opini atau pendapat dari lingkungan
sosial, dalam hal ini dari teman sebaya dan orang dekat remaja yang di terima begitu saja
tanpa di filter terlebih dahulu antara pendapat positif dan negatif, menyebabkan remaja
terpengaruh pendapat negatif tersebut dan tidak berfikir secara logika sehingga
menyebabkan muncul rasa kurang percaya diri. Kurangnya pengetahuan tentang pola diet
yang sehat dan juga keinginan untuk menurunkan berat badan dengan cepat,
menyebabkan remaja melakukan pola diet yang tidak sehat tanpa memperhatikan efek
samping yang di timbulkan. Tentang konsep diri bentuk tubuh ideal, hendaknya remaja
lebih realistis dan berfikir secara rasional dan menyeleksi pendapat dari lingkungan sosial
atau orang terdekat untuk tidak menerima begitu saja pendapat tersebut. Dalam memilih
program diet menurunkan berat badan, hendaknya remaja tidak hanya mencari refrensi
dari satu sumber saja dan dengan pengawasan ahlinya. Sehingga program diet yang
dilakukan dapat berjalan dengan maksimal dan tidak menimbulkan efek negative bagi
kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan yang diajukan pada penelitian ini adalah bagaimana hubungan pola
diet tidak sehat pada remaja untuk penampilan yang di pengaruhi lingkungan
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui hubungan pola diet tidak sehat pada
remaja untuk penampilan yang di pengaruhi lingkungan
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dampak dari pola diet tidak sehat yang dilakukan remaja
2. Mengetahui diet sehat yang baik untuk remaja
3. Mengetahui presepsi body image yang baik dan benar
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Menjadikan diri lebih bijak dalam menerapkan pola diet sehat agar tidak
mempengaruhi produktivitas tubuh yang sangat penting di usia remaja.
1.4.2 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi
Menjadi bahan pembelajaran untuk mahasiswa dampak dari diet tidak
sehat mempengaruhi sistem reproduksi, penurunan fungsi otak dan banyak
dampak negative lainnya bagi tubuh di usia produktif
1.4.3 Bagi Masyarakat Umum
Menyadarkan masyarakat akan pola diet sehat dan mendapatkan
bimbingan dari ahlinya agar tidak mudah terpengaruh begitu saja akan masukan-
masukan dari lingkungan akan pola diet yanag seharusnya dijalankan oleh
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai